Tugas Makalah Analisis Agroekosistem (Fatkur Rahman - D1B11877 - D)
Tugas Makalah Analisis Agroekosistem (Fatkur Rahman - D1B11877 - D)
ANALISIS AGROEKOSISTEM
“Agroekosistem Sawah”
Oleh:
FATKUR RAHMAN
NIM. DIB1 18077
AGROTEKNOLOGI-D
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga saya pada akhirnya bisa menyelesaikan Makalah Analisis
Agroekosistem tepat pada waktunya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang bersangkutan Mata
Kuliah Analisis Agroekosistem yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni. Semoga Makalah Analisis Agroekosistem yang telah saya susun ini turut
memperkaya khazanah ilmu genetika serta bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna. Saya juga menyadari bahwa Makalah Analisis Agroekosistem juga
masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu saya mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan Makalah Analisis
Agroekosistem dengan tema serupa yang lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
2.2.1. Iklim
Pada sektor pertanian, iklim merupakan satu faktor pembatas dalam proses
pertumbuhan dan produksi tanaman dan menjadi sumberdaya yang sangat
berharga dan memainkan peranan penting dalam pembangunan pertanian. Jenis-
jenis dan sifat-sifat iklim bisa menentukan jenis-jenis tanaman yang tumbuh pada
daerah. Dampak perubahan iklim tidak hanya terkait dengan pemanasan suhu
permukaan bumi, namun lebih penting terkait dengan dampaknya terhadap
kerentanan pangan. Perubahan pola musim yang tidak teratur menjadikan para
petani sulit mengatur perencanaan dan masa panen. Perubahan iklim juga
dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil sebagai contoh curah hujan yang
tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, serta arah angin
yang berubah drastis (Suryanto dan Ida, 2015).
Hasil analisis global terhadap indeks perubahan iklim, yaitu nilai yang
mengukur penyimpangan iklim di masa yang akan datang dengan kondisi yang
terjadi saat ini, oleh (Baettig et al., 2007) adalah sebesar 7 dan 8. Nilai ini
memberikan arti bahwa Indonesia akan mengalami peningkatan frekuensi
kejadian iklim ekstrim seperti banjir dan kekeringan pada masa datang. Kondisi
ini telah dirasakan oleh Indonesia berupa kejadian banjir dan kekeringan sehingga
menyebabkan kerusakan tanaman padi sawah pada periode tahun 1989-2007
cukup signifikan.
Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara menyebabkan
produksi pertanian menurun secara signifikan. Kejadian iklim ekstrem berupa
banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami puso semakin luas.
Peningkatan permukaan air laut menyebabkan penciutan lahan sawah di daerah
pesisir dan kerusakan tanaman akibat salinitas. Dampak perubahan iklim yang
demikian besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi
mitigasi dan adaptasi (Syukur dan I Made, 2018).
2.2.2. Pengairan
Pengelolaan air berperna sangat penting dan merupakan salah satu kunci
keberhasilakn peningkatan produksi padi di lahan sawah. Produksi padi sawah
akan menurun jika tanaman padi menderita cekaman air (water stress). Tanaman
padi membutuhkan air yang voulmenya berbeda untuk setiap fase pertubuhannya.
Varietas kebutuhan air tergantung juga pada varietas padi dan sistem pengelolaan
lahan sawah. Pengaturan air untuk sistem mina-pasi bebrbeda dengan sistem
sawah tanpa ikan. Ini berarti bahwa pengelolaan air di lahan sawah tidak hanya
menyangkut sistem irigasi, tetapi juga sistem drainase pada saat tetentu
dibutuhkan, baik untuk mengurangi kuantitas air maupun untuk mengganti air
yang lama dengan air irigasi baru sehingga memberikan peluang terjadinya
sirkulasi oksigen dan hara. Dengan demikian teknik pengelolaan air perlu secara
spesifik dikembangkan sesuai dengan sistem produsi padi sawah dan pola tanam.
Pengairan terus menerus pada budidaya padi sawah merupakan metode
yang umum dilakukan oleh para petani dalam penggunaan air, pengairan ini
membiarkan air tergenang pada tanaman mulai dari beberapa hari setelah tanam
hingga beberapa hari sebelum panen. Namun pengairan terus-menerus akan
kurang maksimal disaat musim kemarau dan pada saat area persawahan tersebut
kekurangan air, ditambah dengan berkurangnya sumber-sumber air tanah karena
pengalih fungsian hutan, maka ketersediaan air pada budidaya padi sawah di masa
yang akan datang seiring waktu mulai berkurang (Sugiono dan Saputro, 2016).
2.2.3. Tanah
c. Penggunaan Pestisida
d. Iklim
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran