Anda di halaman 1dari 3

LATAR BELAKANG

Gastritis berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis
yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan
bakteri atau bahan iritan lain. ada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya
ulkus dan dapat meningkatkan risiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak orang,
gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan pengobatan.
Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke
empat dengan jumlah penderita gastritis terbanyak setelah negara Amerika, Inggris dan
Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis. Di Indonesia diperkirakan angka
kesakitan antara 150 - 450 per seribu penduduk setahunnya. Penyakit gastritis terjadi pada
semua golongan umur terutama golongan umut 25 - 44 tahun. Prevalensi gastritis pada
masyarakat diperkirakan antara 8 - 20% sebagian (95%) penderita di masyarakat adalah
termasuk gastritis akut. Gastritis merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Di Indonesia
prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan insiden gastritis sebesar 115/100.000 penduduk.
Gastritis terjadi akibat ketidakseimbangan antara faktor penyebab iritasi lambung atau
disebut juga faktor agresif seperti HCl, pepsin, dan faktor pertahanan lambung atau faktor
defensif yaitu adanya mukus bikarbonat. Penyebab ketidakseimbangan faktor agresif-defensif
antara lain adanya infeksi Helicobacter pylori (H.pylori) yang merupakan penyebab yang
paling sering (30– 60%), penggunaan obat-obatan yaitu obat golongan Antiinflamasi Non-
Steroid (OAINS), kortikosteroid, obat-obat anti tuberkulosa serta pola hidup dengan tingkat
stres tinggi, minum alkohol, kopi, dan merokok. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa
keluhan sakit pada penyakit gastritis paling banyak ditemui akibat dari gastritis fungsional,
yaitu mencapai 70- 80% dari seluruh kasus. Gastritis fungsional merupakan sakit yang bukan
disebabkan oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu oleh pola makan
yang kurang sesuai, faktor psikis dan kecemasan.

PERMASALAHAN

Ny. LT, 23 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu. Nyeri ulu
hati dirasakan terus menerus dan semakin bertambah berat ketika pasien makan. Nyeri ulu hati
disertai dengan mual, perut terasa penuh, panas tetapi tidak muntah. Pasien mengatakan bahwa
memiliki pola makan yang tidak teratur karena alasan pekerjaan sehingga sering tidak sempat
makan.

Keluhan BAB cair (-), muntah (-), panas (-). Pola makan tidak teratur, sering mengkonsumsi teh.
BAB & BAK dalam batas normal

Riwayat penyakit sebelumnya : Maag (+)


Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : baik, compos mentis

Tekanan darah : 110/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5 C

Pernapasan : 20 x/menit

Pemeriksaan Fisik:

Kepala/Leher : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), cyanosis (-), Dyspneu (-)

Thorax : Cor/ SI-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ Suara pernapasan vesikuler +/+, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Soepel, Bising usus (+) normal, hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+)

Ekstremitas : akral hangat, kering, merah, CRT <2s

DIAGNOSIS :

Gastritis Akut

PERANCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa keluhan sakit pada penyakit gastritis paling banyak ditemui
akibat dari gastritis fungsional, yaitu mencapai 70-80% dari seluruh kasus, Gastritis fungsional
merupakan sakit yang bukan disebabkan oleh gangguan pada oragn lambung melainkan lebih sering
dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai, factor psikis dan kecemasan.
Terapi medikamentosa dapat diberikan
H2 blocker (Ranitidin, famotidine, simetidin, dll)
Proton oump inhibitor (omeprazole, lansoprazole, dll)
Antacida
Terapi Non Medikamentosa
 Menghindari pemicu terjadinya keluahan dengan menjaga pola makan (tepat waktu makan,
makan sering dengan porsi kecil, hidari makanan yang meningkatkan asam lambung seperti
the, kopi, makanan asam & pedas)
 Edukasi mengenai pengobatan pasien yang harus dipatuhi serta mengurangi faktor resiko.
 Edukasi komplikasi atau kemungkinan akan terjadi penyakit yang lebih serius jika pasien tidak
memperdulikan penyakitnya serta tidak mengurangi faktor risikonya

PENATALAKSANAAN

Medikamentosa:

Omeprazole 2x20 mg sebelum makan

Non Medikamentosa

 Menghindari pemicu terjadinya keluahan dengan menjaga pola makan (tepat waktu makan,
makan sering dengan porsi kecil, hidari makanan yang meningkatkan asam lambung seperti
the, kopi, makanan asam & pedas)
 Edukasi mengenai pengobatan pasien yang harus dipatuhi serta mengurangi faktor resiko.
 Edukasi komplikasi atau kemungkinan akan terjadi penyakit yang lebih serius jika pasien tidak
memperdulikan penyakitnya serta tidak mengurangi faktor risikonya

MONITORIGN DAN EVALUASI

Kriteria rujukan penyakit ini: bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan, terjadi komplikasi, adanya
alarm symptoms (perdarahan, penurunan berat badan, mual-muntah berlebihan)

Anda mungkin juga menyukai