Moch Renaldi A
11171122
4 FA 3
Setelah masuk ke dalan sistem peredaran darah, akan mengalami proses distribusi,
metabolisme dan ekskresi. Proses metabolisme dan ekskresi merapakan proses eliminasi.
Adanya berbagai proses yang terjadi akan menyebabkan terjadinya perbedaan kadar obat
dalam darah terhadap fungsi waktu. Dengan pendekatan pemodelan matematis, kinektika
obat dalam darah dapat digambarkan dengan suatu model komparternental: satu
kompartemer dan nulti- kompartemen. Kinetika perubehen kadar obat untuk setiap
proses yang terjadi mengikuti kinetika orde satu.
Pada pemberian, secara bolus intavena, obat seluruhnya akan masuk dalam sistem
peredaran darah sehingga pada waktu perberian obat kadar obat dalam darah adalah yang
tertinggi. Kemudian kadar obat akan menurun karena adanya proses ditribusi ke dalam
jaringan lain dan eliminasi.
Persamaan kinetika obat dalam darah diberikan secara bolus intravena dengan suatu
dosis D yang mengikuti model satu kompartemen yang diberikan dengan persamaan
berikut:
Ct =Co. e−k .t
dimana C, adalah kadar obat dalam waktu t, Co adalah kadar obat pada waktu o, k atau ke
adalah konstanta kecepatan eliminesi obat.
Dengan menentukan kadar obat pada berbagai waktu, harga Co dan k dapat dihitung
dengan cara regresi linier setelah persamaan ditransformasikan ke dalam nilai logaritmik:
Setelah ditentukan nilai Co dan k, berbagai parameter farmakokinetik obat yang berkaitan
dengan cara pemberian obat secara bolus intravena dapat dihitung seperti distribusi nilai
volume (Vd), klirens (Cl) dan waktu paro eliminasi (T1/2) .
D 0,693
Vd = Cl=Vd . K T 1/2=
Co k
2) Data pengamatan
Waktu Absorban Konsentrasi Ln Cp
(X)
5 0.6483 10.9420 2.3926
15 0.5288 8.9602 2.1928
30 0.3890 6.6418 1.8934
45 0.3857 6.5871 1.8851
VII. Pembahasan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menjelaskan proses farmakokinetik
obat dalam tubuh setelah pemberian secara ekstravaskuler, mengetahui profil
farmakokinetik dan mengetahui perkembangan obat dalam darah setelah pemberian obat.
Dalam metode ini suatu wadah digambarkan sebagai kompartemen tubuh dimana
obat mengalami profil farmakokinetik dari distribusinya sampai eliminasinya. Menurut
Shargel 1988 digunakan suatu wadah sebagai ilustrasi kompartemen satu terbuka. Model
ini menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan
perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan. Pada pemberian obat
intravascular, volume obat yang diberikan dapat diberikan secara sekaligus / bolus,
misalnya injeksi intravena atau secara kontinyu dengan kecepatan yang konstan seperti
infus dan akan langsung mengalami fase distribusi dan obat akan langsung berada pada
sirkulasi sistemik tanpa mengalami proses absorpsi.
Parameter farmakokinetik yang diukur yaitu waktu paruh (t ½), konsentrasi obat
dalam darah pada waktu tertentu (Ct) dan klirens (Cl), dan Volume distribusi (Vd).
Waktu paruh dalam plasma adalah waktu dimana konsentrasi obat dalam plasma
menurun separuhnya dari nilai seharusnya. Klirens suatu obat adalah factor yang
memprediksi laju eliminasi yang berhubungan dengan konsentrasi suatu obat tanpa
mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Volume distribusi adalah volume yang
didapatkan pada saat obat didistribusikan.
Pada hasil yang didapatkan yaitu konsentrasi obat pada menit ke-5 adalah 10.9420
mcg/ml, pada menit ke-15 adalah 8.9602 mcg/ml, pada menit ke-30 adalah 6.6418
mcg/ml, sedangkan pada menit ke-45 adalah 6.5871 mcg/ml. Hal ini sesuai dengan teori
farmakokinetika obat dimana konsentrasi obat yang diberikan secara langsung tersebut
mempunyai konsentrasi obat yang tinggi dalam darah pada saat pemberian dan
semakin menurun terhadap bertambahnya waktu dan sirkulasi cairan tubuh yang terus
berjalan hampir sebanding dengan yang dimetabolisme dan dieksresikan keluar.
Parameter lainnya yang digunakan untuk mengukur kadar obat dalam tubuh adalah Vd
(volume distribusi) menggambarkan volume teoritis dimana obat terdistribusi pada
plasma darah kompartemen terbuka. Jika konsentrasi obat dalam plasma dan volume
distribusi diketahui, maka jumlah keseluruhan obat dalam tubuh dapat dihitung dimana
berdasarkan hasil percobaan volume distribusinya adalah Vd = 225.6186 mL.
Selain itu parameter yang digunakan adalah kecepatan eliminasi dimana berdasarkan
hasil percobaan, kecepatan eliminasinya adalah Kel = 0.0132/ menit. Clearance (Cl)
menunjukkan berapa banyak urin yang dikeluarkan per waktu / kemampuan
mengeliminasi (satuannya: volume/waktu). Parameter ini dipengaruhi oleh ginjal. Nilai
klirens dari hasil percobaan adalah Cl = 2.9782 mL/waktu. Parameter lain yang
digunakan dalam farmakokinetika adalah t1/2 merupakan waktu dimana konsentrasi obat
berada separuhnya didalam tubuh. Berdasarkan hasil percobaan nilai t1/2 dari
parasetamol adalah T ½ = 52.5 Menit.
VIII. Kesimpulan
1. Praktikum farmakokinetik “Model In Vitro farmakokinetika obat setelah pemberian
secara bolus intravena” digunakan untuk menguji parameter farmakokinetika obat
dalam tubuh/wadah yang digunakan sebagai kompartemen darah dalam tubuh
sebagai tempat obat di distribusi dan di eliminasi.
2. Berdasarkan praktikum ini, telah didapatkan grafik plot antara konsentrasi obat
terhadap waktu dengan konsentrasi mula-mula cukup tinggi dan seiring berjalannya
waktu menurun secara bertahap.
3. Berdasarkan data hasil perhitungan, didapatkan :
Kel parasetamol adalah Kel = 0.0132/ menit
Vd parasetamol adalah Vd = 225.6186 mL
Klirens parasetamol adalah Cl = 2.9782 mL/waktu
T ½ parasetamol adalah T ½ = 52.5 Menit