DisusunOleh :
Kelompok 7
1. Alfina Chusnul Aini (12403193179)
2. Ilma Nur Afida (12403193195)
3. Fina Isti Andista (12403193213)
JURUSAN AKUNTANSISYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
APRIL 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan makalah ini dengan judul Kerangka Dasar Penyusunan Dan
Penyajian Laporan Keuagan Syariah. Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam
bidang Akuntansi Lembaga Keuangan Syar’iah di Institut Islam Negeri Tulungagung jurusan Akuntansi
Syariah. Penyusunannya dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Maftukin, M.Ag selaku Rektor IAIN Tulungagung.
2. Siti Sunaidah, S.Pd.I, M.M. selaku dosen mata kuliah Akuntansi Lembaga Keuangan Syar’iah.
3. Kepada pihak-pihak yang mendukung makalah tersebut.
Walaupun demikian, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna kami jadikan sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan kualitas diri kedepannya. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua orang terutama bagi para pembaca.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................22
B. Saran...............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Murabahah merupakan salah satu jenis kontrak (akad) yang paling umum
diterapkan dalam aktivitas pembiayaan perbankan syariah. Murabahah diterapkan melalui
mekanisme jual beli barang dengan penambahan margin sebaga keuntungan yang akan
diperoleh bank. Porsi pembiayan dengan akad murabahah saat ini berkontribusi 60%. Hal
ini terjadi karena sebagian besar kredit dan pembiayan yag diberikan sector perbankkan
di Indonesia bertumpu pada sector konsumtif. Agar mampu bersaing dengan bank
konvensional, fitur pembiayaan murabahah yang mudah dan sederhana menjadikan ia
primadona bagi bank syariah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pembiayaan
konsumtif seperti penggadaian motor, pembelian rumah dan kebutuhan konsumen
lainnya.
Pada awalnya, murabahah tidak berhungan dengan pembiayaan. Lalu, para ahli
ulama perbankan syariah memadukan konsep murabahah dengan beberapa konsep lain
sehingga membentuk konsep pembiayaan dengan akad murabahah. Sekalipun
pembiayaan murabahah identic dengan pembiayan konsumtif, namun sesungguhnya
pembiayaan murabahah dapat juga digunakan untuk pembelian barang produktif bagu
aktivitas investasi maupun modal kerja usaha.
Dalam pembiayaan murabahah diperlukan adanya perlakuan akuntansi, perlakuan
akuntansi merupakan sistem akuntansi untuk melihat bagaimana proses pencatatan
terhadap produk pembiayan yang memakai sistem jual beli dari pihak-pihak yang terkai
menadi sistem akuntansi yang dipakai lembaga keungan syariah. Sedangkan manfaat dari
perlakuan akuntansi akan berdampak pada laporan keungan syariah yang disajikan sesuai
dengan PSAK No. 101 yang digunakan untuk pengambilan keputusan (Budisantoso,
2006).
Rumusan Masalah
1. Apa saja definisi dan penggunaan?
3
2. Bagaimana ketentuan syari, rukun transaksi dan pengawasan syariah transaksi
murabahah?
B. Tujuan
2. Untuk mengetahui ketentuan syari, rukun transaksi dan pengawasan syariah transaksi
murabahah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Penggunaan Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang
tersebut kepada pembeli (PSAK 102 paragraf 5). Definisi ini menunjukkan bahwa transaksi
murabahah tidak harus dalam bentuk pembayaran tangguh (kredit), melainkan dapat juga dalam
bentuk tunai setelah menerima barang, ditangguhkan dengan mencicil setelah menerima barang,
ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus di kemudian hari (PSAK 102 paragraf 8).
Jual beli spesifik yang diperuntukkan bagi skema pembayaran ditangguhkan biasa disebut
dengan Bai’ Bithaman ‘ajil atau disingkat dengan BBA. Kendati menggunakan istilah berbeda,
dalam praktiknya kedua istilah pada dasarnya mengacu pada transaksi yang sama, yaitu jual beli
dengan pembayaran yang ditangguhkan. Transaksi murabahah. Kendati memiliki fleksibilitas
dalam hal waktu pembayaran, dalam praktik perbankan di Indonesia adalah tidak umum
menggunakan skema pembayaran langsung setelah barang diterima oleh pembeli (nasabah).
Praktik yang paling banyak digunakan adalah skema pembayaran dengan mencicil setelah
menerima barang. Adapun praktik dengan pembayaran sekaligus setelah ditangguhkan beberapa
lama, diterapkan secara selektif pada nasabah pembiayaan dengan karakteristik penerimaan
pendapatan musiman, seperti nasabah yang memiliki usaha pemasok barang dengan pembeli
yang membayar secara periodik.
Pembolehan penggunaan murabahah didasarkan pada Alquran surah Al-Baqarah ayat 275
yang menyatakan bahwa Allah Swt. telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Selain
itu, ada pula hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang berbunyi sebagai berikut.1
1
Rizal Yaya. Erlangga Martawireja. Ahim Abdurahim., Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta : Salemba Empat,
2018) , hlm. 168
5
Dari Shuaib Ar Rumi R.A bahwa Rasulullah saw. bersabda, “tiga hal yang didalamnya terdapat
keberkahan yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah.”
Ketentuan syar’i terkait dengan transaksi murabahah, digariskan oleh fatwa Dewan
Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000. Fatwa tersebut membahas tentang ketentuan
umum murabahah dalam bank syariah, ketentuan murabahah kepada nasabah, jaminan, utang
dalam murabahah, penundaan pembayaran, dan kondisi bangkrut pada nasabah murabahah.
Secara spesifik, ketentuan syar’i tersebut akan dibahas pada bagian rukun transaksi murabahah
berikut.
Transaktor
Transaktor dalam transaksi murabahah terdiri atas pembeli (yaitu nasabah yang
memerlukan barang) dan penjual (yaitu bank syariah). Dalam fiqih muamalah, transaktor
disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang
optimal, seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa dan lainnya. Adapun untuk transaksi
dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan pantauan dari walinya.
Objek murabahah
Rukun objek akad transaksi murabahah meliputi barang dan harga barang yang
diperjualbelikan. Terkait dengan barang, fatwa DSN Nomor 4 menyatakan bahwa dalam
jual beli murabahah, barang yang diperjualbelikan bukanalah barang yang diharamkan
oleh syariah islam. DSN mensyaratkan bank membeli barang yang diperlukan nasabah
atas nama bank sendiri dan harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian kepada nasabah, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Ijab dan Kabul2
Merupakan pernyataan kehendak para pihak yang bertransaksi baik secara lisan, tertulis,
atau secara diam-diam. Akad murabahah memuat semua hal yang terkait dengan posisi
serta hak dan kewajiban bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Akad ini
2
Ibid, hlm. 168-172
6
bersifat mengikat bagi kedua belah pihak dan mencantumkan berbagai hal, antara lain
sebagai berikut.
1. Nama notaris serta informasi tentang waktu dan tempat penandatanganan akad.
2. Identitas pihak pertama (kepala cabang).
3. Identitas pihak kedua (nasabah yang akan membeli barang)
4. Bentuk akad beserta penjelasan akad.
5. Kesepakatan-kesepakatan yang disepakati.
Dalam memastikan kesesuaian praktik jual beli murabahah yang dilakukan bank syariah
dengan ketentuan syariah yang ditetapkan DSN, DPS biasanya melakukan pengawasan secara
periodic. Pengawasan tersebut dilaksanakan berdasarkan surat edaran bank Indonesia Nomor
8/19/DPBs Tahun 2006 tentang pedoman pengawas syariah berupa sebagai berikut.
Adanya pengawasan syariah yang dilakukan oleh DPS, menurut bank syariah untuk hati-hati
dalam melakukan transaksi jual beli murabahah dengan para nasabah. Disamping itu, bank juga
dituntut untuk melaksanakan tertib administrasi agar berbagai dokumen yang diperlukan DPS
dapat tersedia setiap saat dilakukan pengawasan.
7
1. Dengan Pesanan
1.NEGOSIASI
2. AKAD MURABAHAH
5. KIRIM DOKUMEN
3.BELI BARANG
4.KIRIM BARANG
PEMASOK
Pertama, dimulai dari pengajuan pembelian barang oleh nasabah. Pada saat itu,
nasabah menegosiasikan harga barang, margin, jangka waktu pembayaran, dan
besar angsuran per bulan.
Kedua, Bank sebagai penjual selanjutnya mempelajari kemampuan nasabah
dalam membayar piutang murabahah. Apabila rencana pembelian barang tersebut
disepakati oleh kedua belah pihak, maka dibuatlah 4akad murabahah. Isi akad
murabahah setidaknya mencakup berbagai hal agar rukun murabahah dipenuhi
dalam transaksi jual beli yang dilakukan.
Ketiga, setelah akad disepakati pada murabahah dengan pesanan, bank
selanjutnya melakukan pembelian barang kepada pemasok. Akan tetapi, pada
murabahah tanpa pesanan, bank dapat langsung menyerahkan barang kepada
4
Sri Nurhayai. Wasilah, “AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA”, (Jakarta:Salemba
Empat,2015), hlm.178.
8
nasabah karena telah memilikinya terlebih dahulu. Pembelian barang kepada
pemasok dalam murabahah dengan pesanan dapat diwakilkan kepada nasabah
atas nama bank. Dokumen pembelian barang tersebut diserahkan oleh pemasok
kepada bank
Keempat, barang yang diinginkan oleh pembeli selanjutnya diantar oleh pemasok
kepada nasabah pembeli.
Kelima, setelah menerima barang, nasabah pembeli selanjutnya membayar
kepada bank. Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan cara mencicil
sejumlah uang tertentu selama jangka waktu yang disepakati.
1. Tanpa Pesanan
(1)
PENJUAL
PEMBELI
(2)
(3)
Keterangan : 5
(1) Melakukan akad Murabahah.
(2) Barang diserahkan kepada pembeli.
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli.
Ibid, hlm.178.
5
9
Penggunaan standar akuntansi murabahah bergantung pada metode pengakuan
pendapatan murabahah. Menurut PAPSI 2013 (h. 4.2), untuk pengakuan murabahah yang
menggunakan metode anuitas wajib menggunakan PSAK 55 (2011) tentang Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, PSAK 50 (2010) tentang Instrumen Keuangan:
Penyajian, PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan dan PSAK lain yang relevan,
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah. Hal ini dikarenakan metode anuitas
didasarkan pada asumsi pembiayaan (financing). Adapun jika bank memilih untuk menggunakan
metode proporsional (flat) maka pencatatan transaksi Murabahah wajib menggunakan PSAK 102
tentang Akuntansi Murabahah. Standar ini mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2008.. PSAK ini
menggantikan PSAK 59 yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan murabahah. PSAK 102 dapat diterapkan untuk lembaga keuangan syariah seperti
bank, asuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, koperasi, dan lainnya yang menjalankan
transaksi murabahah. Di samping itu, PSAK 102 juga diterapkan oleh pihak-pihak yang
melakukan transaksi murabahah dengan lembaga keuangan syariah tersebut (PSAK 102 paragraf
2 dan 3). Akan tetapi, secara eksplisit disebutkan oleh IAI, standar ini tidak mencakup
pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad
murabahah. Standar ini juga memuat berbagai definisi terkait transaksi murabahah dan
memberikan penjelasan tentang karakteristik transaksi murabahah sebagaimana yang terdapat
pada fatwa DSN dan telah dibahas pada bagian awal bab ini.6
Berbagai transaksi yang perlu diakui dalam transaksi ini oleh penjual antara lain
penerimaan uang muka murabahah, pengakuan dan pengukuran terkait aset murabahah pada saat
perolehan, aset murabahah setelah perolehan jika terjadi penurunan nilai aset atau diskon
pembelian. Adapun pada saat akad dilakukan, standar ini memberikan panduan tentang
pengakuan dan pengukuran piutang murabahah, keuntungan murabahah, denda jika pembeli lalai
dalam melakukan kewajibannya, potongan pelunasan piutang murabahah dan potongan angsuran
murabahah. PSAK 102 juga memberikan panduan bagi pembeli akhir. Beberapa hal yang secara
khusus diatur dalam standar ini antara lain adalah utang yang timbul dari transaksi, aset yang
6
Ibid, hlm.174
10
diperoleh, beban murabahah, diskon pembelian yang diterima dari penjual, denda yang dibayar
akibat kelalaian, dan potongan uang muka akibat pembatalan pembelian.
Menurut PAPSI 2013 (h. 4.9-10), terdapat beberapa akun terkait pembiayaan murabahah yang
releven untuk disajikan dalam laporan keungan.
Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 5.14-15) hal-hal yang harus diungkapkan terkait transaksi
pembiayaan dengan skema murabahah antara lain:
1. Rincian piutang murabahah berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis valuta, kualitas
piutang, jenis penggunaan, sector ekonomi dan cadanan kerugian penurunan nilai;
7
Rizal Yaya. Erlangga Martawireja. Ahim Abdurahim., Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta : Salemba Empat,
2018) , hlm. 196-197
11
2. Jumlah piutang murabhah yang diberikan kepada pihak yang berelasi.
3. Kebijakan dan metode akuntansi untuk pengakuan pendapatan, cadangan kerugian,
penurunan nilai, penghapusan dan penanganan piutang murabahah yang bermasalah.
4. Besarnya piutang murabahah baik yang dibebani sendiri oleh bank maupun secara
bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian pembiayaan bank.8
1. Saat Negosiasi
Pada waktu negosiasi, bank syariah tidak melakukan jurnal apa pun mengingat negosiasi
tersebut belum memiliki implikasi terhadap posisi keuangan bank syariah.
12
Kr. Pendapatan operasional XXX
Kr. Kas/rekening nasabah XXX
5. Saat Akad Murabahah Disepakati
a. Pencatatan penjualan murabahah.
Db. Piutang murabahah XXX
Kr. Persediaan aset murabahah XXX
Kr. Margin murabahah yang ditangguhkan* XXX
NB : Margin murabahah yang ditangguhkan, disajikan di neraca sebagai
pengurang piutang murabahah. Cara penyajiannya sama dengan penyajian
akumulasi depresiasi aset tetap. Margin murabahah yang ditangguhkan akan
berkurang apabila telah jatuh tempo atau dibayar.
b. Pencatatan urbun sebagai bagian pelunasan murabahah.
Db. Uang muka XXX
Kr. Piutang murabahah XXX
6. Pencatatan biaya-biaya yang ditanggung nasabah
Db. Rekening nasabah XXX
Kr. Pendapatan administrasi XXX
Kr. Persediaan meterai XXX
Kr. Rekening notaris XXX
Kr. Rekening perusahaan asuransi XXX
7. Pembayaran Angsuran dan Pengakuan Keuntungan Murabahah
a. Pembayaran angsuran dilakukan pada waktu tanggal jatuh tempo
Db. Kas/Rekening nasabah XXX
Kr. Piutang murabahah XXX
Db. Margin murabahah yang ditangguhkan* XXX
Kr. Pendapatan margin murabahah** XXX
NB : * Margin murabahah yang ditangguhkan dilaporkan di neraca sebagai
pengurang piutang murabahah. Dalam laporan keuangan bank syariah, semua
piutang murabahah net telah dikurangi terlebih dahulu dengan margin
murabahah yang ditangguhkan. Akan tetapi terkadang bank tidak
mengeksplisitkan adanya akun margin murabahah yang ditangguhkan.
13
** Pendapatan margin murabahah dilaporkan di laporan laba rugi pada bagian
pendapatan pengelolaan dana sebagai mudharib. Jika pendapatan margin
murabahah telah berwujud kas, maka jumlah tersebut dapat diikutsertakan
dalam perhitungan bagi hasil dengan nasabah penghimpunan dana yang
menggunakan akad mudharabah (pembahasan lebih lanjut lihat bab 15 tentang
perhitungan bagi hasil).
b. Pembayaran angsuran dilakukan setelah tanggal jatuh tempo tanpa dikenakan denda
Db. Piutang murabahah jatuh tempo XXX
Kr. Piutang Murabahah XXX
Db. Margin murabahah yang ditangguhkan XXX
Kr. Pendapatan margin murabahah - akrual XXX
Db. Kas/Rekening nasabah XXX
Kr. Piutang murabahah jatuh tempo XXX
Db. Pendapatan margin murabahah - akrual XXX
Kr. Pendapatan margin murabahah XXX
c. Pembayaran angsuran dilakukan sebagian pada waktu tanggal jatuh tempo dan
sebagian lagi setelah jatuh tempo tanpa dikenakan denda
Db. Kas/Rekening nasabah XXX
Db Piutang murabahah jatuh tempo XXX
Kr. Piutang murabahah XXX
Db. Margin murabahah yang ditangguhkan XXX
Kr. Pendapatan margin murabahah XXX
Kr. Pendapatan margin murabahah – akrual XXX
d. Pembayaran angsuran dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dengan pengenaan
denda keterlambatan
Db. Piutang murabahah jatuh tempo XXX
Kr. Piutang murabahah XXX
Db. Margin murabahah yang ditangguhkan XXX
Kr. Pendapatan margin murabahah – akrual XXX
Db. Kas/Rekening nasabah XXX
Kr. Piutang murabahah jatuh tempo XXX
14
Db. Pendapatan margin murabahah - akrual* XXX
Kr. Pendapatan margin murabahah XXX
Db. Kas/Rekening nasabah XXX
Kr. Rekening dana kebajikan* XXX
NB : *Dana kebajikan = 10% × total margin akrual
e. Pembayaran untuk melunasi piutang lebih awal dari waktu yang ditentukan
(pelunasan dini)
Alternatif 1: Potongan diberikan pada saat pelunasan
Db. Beban potongan pelunasan murabahah* XXX
Kr. Piutang murabahah XXX
Db. Kas/rekening nasabah XXX
Kr. Piutang murabahah XXX
Db. Margin murabahah ditangguhkan XXX
Kr. Pendapatan margin murabahah * XXX
Ket: dalam laporan laba rugi, beban potongan akan mengurangi pendapatan
margin murabahah
Alternatif 2: Potongan diberikan setelah pelunasan
Db. Kas/Rekening nasabah XXX
Kr. Piutang murabahah XXX
Db. Margin murabahah ditangguhkan XXX
Kr. Pendapatan margin murabahah* XXX
Db. Beban potongan pelunasan XXX
Kr. Kas/rekening nasabah XXX
Ket: dalam laporan laba rugi, beban potongan akan mengurangi
pendapatan margin murabahah
Soal Kasus
Kasus 1
15
Pada tanggal 1 Maret 20XA PT Kemal Sejahtera melakukan negoisasi dengan BPRS
Khairu Ilahi untuk memperoleh fasilitas Murabahah dengan pesanan pembelian 1set server
seharga Rp80.000.000 dengan rencana sebagai berikut:
Diminta:
1. Hitunglah angsuran per bulan yang mesti dibayar oleh PT Kemal Sejahtera.
2. Hitunglah presentase keuntungan dari total piutang neto.
3. Hitunglah besar margin dan pokok piutang dalam setiap angsuran perbulan yang dibayar
oleh PT Kemal Sejahtera jika menggunakan metode propesional.
Jawab
= 87.375.570,25 – 20.000.000
18
=3.743.087,24
= 7.375.570,25 x 100%
67.375.570,25
= 10. 947 %
16
3. Angsuran margin per bulan = Total margin
= 7.375.570,25
18
= 409.753,90
Kasus 2
Dengan menggunakan data pada kasus 1, buatlah jurnal untuk transaksi berikut:
17
8. Tanggal 10 Juni tanggal jatuh tempo angsuran ketiga, ketika BPRS hendak mendebit
rekening nasabah, didapati tidak terdapat dana yang cukup direkening PT Kemal
Sejahtera untuk membayar angsuran letiga. Saldo rekening yang tersedia hanya
Rp1.025.000 dan BPRS mendebit rekening sebesar Rp1.000.000.
9. Tanggal 5 Juni, PT Kemal Sejahtera membayar kekurangan pembayaran angsuran
sebesar 2.743.087,24.
10. Hingga tanggal 10 Juli, PT Kemal Sejahtera tidak memenuhi kewajiban pembayaran
angsuran keempat.
11. PT Kemal Sejahtera baru membayar kewajiban pada tanggal 5 Agustus 20XA. Karena
ketidak kedisiplinan PT Kemal Sejahtera tersebut, BPRS mengenakan denda sebagai
yang telah disepakati dalam akad, yaitu sebesaar 10% dari total pendaftaran margin
akrual yang tertunggak. PT Kemal Sejahtera mengakui ketidak disiplinannya dan
bersedia membayarnya. Semua pembayaran dilakukan pada tanggal 5 Agustus 20XA.
12. Tanggal 10 Agustus 20XA, PT Kemal Sejahtera bermaksud melunasi sisa kewajibannya
dengan nilai buku RP52.403.221,30 yang terdiri atas pokok pembiayaan sebesar
Rp46.666.666,66 dan margin yang ditangguhkan sebesar Rp5.736.554,64. Disepakati
pada saat pelunasan bahwa potongan pelunasan akan diberikan sebesar 80% dari sisa
margin murabahah yang masih ditangguhkan.
13. Buatlah jurnal untuk tanggal 10 Agustus 20XA, jika potongan pelunasan dilakukan
setelah pelunasan dan bukan saat pelunasan seperti pada poin 12 diatas.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat
dilakukan secara tunai atau tangguh. Pertukaran barang dengan barang, terlebih dahulu harus
memperhatikan apakah barang tersebut merupakan barang ribawai. Harga tidak boleh berubah
sepanjang akad kalau tidak membayar karena lalai bisa dikenakan denda. Untuk biaya yang
berkaitan dengan aset murabahah boleh diperhitungkan sebagai beban asalkan itu adalah biaya
langsung atau biaya tidak langsung yang memberi nilai tambahan baru pada aset murabahah.
B. Saran
19
Kami sangat mengharapkan agar maklah ini dapat digunakan dengan baik sesuai dengan
fungsinya dapat membantu dan memotivasi para pembacanya ataupun para pendengarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Yaya, Rizal. Erlangga Martawireja, dan Ahim Abdurahim. 2018. Akuntansi Perbankan Syariah
(Jakarta:Salemba Empat).
20