Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIVITAS PRODUK DIGITAL PTUN DALAM PELAYANAN

PUBLIK

Kita mengenal istilah Revolusi Industri 4.0 yang memacu pada inovasi-inovasi
teknologi dan pelayanan yang memberikan dampak disrupsi atau perubahan
fundamental terhadap kehidupan masyarakat. Hal tersebut memberi tantangan
baru tak terkecuali layanan birokrasi publik di sektor pemerintahan. Oleh karena
itu, manajemen layanan publik di pemerintahan didorong terus untuk melakukan
perubahan-perubahan serta inovasi-inovasi di segala bidang untuk merespons
tuntutan dan kebutuhan masyarakat.Digitalisasi Pelayanan publik dan era
Revolusi Industri 4.0 saat ini, sebetulnya telah jelas tertuang di dalam Undang-
Undang Nomor 25/2009 yang mengatur pada aspek pelayanan publik harus
memilki sistem yang dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat.
Ditengah masa pandemi virus Corona (Covid-19) ini menuntut pemerintah dan
masyarakat banyak melakukan adaptasi di kehidupan sehari-hari, adaptasi ini pun
berlaku juga pada penyelenggaraan pelayanan publik. Kebijakan Pemerintah
untuk mencegah menyebarnya virus ini telah banyak dikeluarkan, tentunya
berdampak pada standar pelayanan publik yang diterapkan oleh penyelenggara
layanan. Peningkatan standar pelayanan publik akan menjadi salah satu upaya
pencegahan penyebaran virus ini. Pada tahun 2018, terdapat suatu gagasan dari
lembaga peradilan untuk menerapkan suatu digitalisasi perkara dengan
menggunakan sebuah aplikasi, yaitu e-Court. Aplikasi tersebut diharapkan dapat
lebih memudahkan pihak-pihak yang berperkara pada lembaga peradilan.

E-court sendiri telah memiliki payung hukum yang tertuang pada Peraturan


Mahkamah Agung Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara
Di Pengadilan Secara Elektronik (yang selanjutnya disebut dengan Perma 3 Tahun
2018). Pada peraturan tersebut diketahui bahwa Aplikasi tersebut dibentuk dengan
beberapa pertimbangan, diantaranya dilatar belakangi oleh Pasal 2 ayat (4)
Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman (yang
selanjutnya disebut dengan UU Kekuasaan Kehakiman) yang menyebutkan bahwa
“Pengadilan membantu mencari keadilan dan berusaha mengatasi segala
hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat
dan biaya ringan.”

Dalam mewujudkan tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan
perlu dilakukan pembaruan guna mengatasi kendala dan hambatan dalam proses
penyelenggaraan peradilan. 

Selain itu, tuntutan perkembangan zaman yang mengharuskan adanya pelayanan


administrasi perkara di pengadilan secara lebih efektif dan efisien menjadi latar
belakang dibentuknya e-court. Seperti yang kita ketahui, kemajuan perkembangan
teknologi informasi menjadikan kemudahan sebagai sebuah tuntutan. Efisiensi
dan efektifitas hal-hal yang dapat diakses secara daring sudah tidak diragukan
lagi.

Bapak Kukuh Setiady SH,MH (PTUN SEMARANG), Mengenalkan e-court


kepada kita. Apa itu e-court?

E-Court adalah layanan bagi Pengguna Terdaftar untuk Pendaftaran Perkara


Secara Online, Mendapatkan Taksiran Panjar Biaya Perkara secara online,
Pembayaran secara online, dan Pemanggilan yang dilakukan dengan saluran
elektronik. Tahapan dalam penggunaan E-Court ini meliputi;

1. E-Filing (Pendaftaran Perkara Online di Pengadilan)

2. E-Payment (Pembayaran Panjar Biaya Perkara Online)

3. E-Summons (Pemanggilan Pihak secara online)

Dasar Hukum e-Court :


 Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018 Tentang
Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik,

 Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 122/KMA/SK/VII/2018


Tentang Pedoman Tata Kelola Pengguna Terdaftar Sistem Informasi
Pengadilan,

 Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama MARI Nomor


1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan

 Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara di


Pengadilan Secara Elekktronik,

 Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor 305/SEK/SK/VII/2018


Tentang Penunjukan Pengadilan Percontohan Pelaksanaan Uji Coba
Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Elektronik.

Latar belakang terbentuknya e-court adalah :

E-Court atau yang lebih akrab dengan istilah peradilan secara elektronik


merupakan terobosan yang diluncurkan oleh Mahkamah Agung dibidang
administrasi pelayanan peradilan berbasis elektronik dengan memanfaatkan
teknologi informasi (TI) dengan berlandaskan pada Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan secara
Elektronik. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan pelayanan peradilan
sederhana, cepat dan biaya ringan serta untuk mengikuti tuntutan dan
perkembangan zaman serta pelayanan administrasi peradilan yang cepat dan
efisien.

Manfaaat E-Court :

Adapun manfaat berperkara secara online melalui aplikasi e-Court :

1. Menghemat waktu dan biaya dalam proses pendaftaran perkara.


2. Pembayaran biaya panjar yang dapat dilakukan dalam saluran multi
channel atau dari berbagai metode pembayaran dan bank.

3. Dokumen terarsip secara baik dan dapat diakses dari berbagai lokasi dan
media.

4. Proses temu kembali data yang lebih cepat

Dengan terbitnya PERMA Nomor 1 Tahun 2019, pengguna e-Court akan menjadi


2 (dua) kategori yaitu Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain. Untuk Pengguna
Lain, akun didapatkan melalui meja e-Court pada pengadilan, berikut dokumen
yang harus dipenuhi yaitu :

1. Perorangan

1. Kartu Tanda Penduduk dan/atau Surat Keterangan pengganti KTP;

2.

b. Kementerian/Lembaga/BUMN

1. Kartu Tanda Penduduk dan/atau Surat Keterangan pengganti KTP;

2. Kartu Pegawai;

3. Surat Kuasa/Surat Tugas.

b. Kejaksaan

1. Kartu Tanda Penduduk dan/atau Surat Keterangan pengganti KTP;

2. Kartu Pegawai;

3. Surat Kuasa dan/atau Surat Tugas.

b. Badan Hukum

1. Kartu Tanda Penduduk dan/atau Surat Keterangan pengganti KTP;

2. Surat Keputusan sebagai Karyawan;


3. Surat Kuasa Khusus.

b. Kuasa Insidentil

1. Kartu Tanda Penduduk dan/atau Surat Keterangan pengganti KTP;

2. Surat Kuasa Khusus;

3. Ijin insidentil dari Ketua Pengadilan.

Kedepannya akan ada persidangan secara elektronik (e-litigasi), namun hanya


untuk jenis perkara perdata. Adapun pelaksanaan persidangan secara elektronik
adalah sebagai berikut :

o Persidangan untuk tahapan upaya damai

Sidang pertama dilangsungkan di dalam ruang sidang sesuai jadwal yang telah
ditetapkan. Majelis hakim berupaya untuk mendamaikan kedua belah pihak yang
berperkara, jika upaya damai gagal maka Majelis Hakim memerintahkan para
pihak untuk menempuh proses mediasi. Persidangan secara elektronik dapat
dilangsungkan atas persetujuan para pihak setelah selesai proses mediasi.

o Persidangan untuk tahapan jawab-menjawab secara elektronik

Hakim Ketua menetapkan jadwal persidangan elektronik (court calender) untuk


acara penyampaian jawaban, replik, duplik yang disampaikan melalui SIPP. Para
pihak wajib mengirimkan dokumen jawaban, replik, dan duplik dalam format pdf
dan rtf/doc sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Apabila pihak tidak
mengirimkan dokumen eletronik sesuai dengan agenda persidangan yang telah
ditetapkan tanpa alasan yang sah maka dianggap tidak menggunakan haknya.

Majelis Hakim memeriksa dan verifikasi dokumen yang dikirimkan oleh para
pihak, setelah selesai memeriksa dan memverifikasi Majelis Hakim meneruskan
dokumen kepada pihak lainnya. Panitera Pengganti mencatata semua data
persidangan melalui SIPP.
o Persidangan untuk tahap pembuktian secara elektronik

Para pihak mengunggah dokumen surat yang bermaterai kedalam sistem


informasi pengadilan. Asli dari surat-surat tersebut ditunjukkan dimuka sidang
yang telah ditetapkan. Persidangan pembuktian dengan acara pemeriksaan
saksi/ahli dapat dilaksanakan secara jarak jauh melalui media komunikasi audio
visual sehingga semua pihak saling melihat dan mendengar secara langsung serta
berpartisipasi dalam persidangan. Biaya yang timbul dari pelaksanaan komunikasi
audio visual dibebankan kepada Penggugat dan/atau Tergugat yang menghendaki.

o Persidangan untuk tahapan kesimpulan secara elektronik

Para pihak menyampaikan kesimpulan berupa dokumen elektronik melalui e-


Court. Setelah Majelis Hakim menerima dan meneliti dokumen tersebut, maka
Majelis Hakim melakukan verifikasi atas dokumen melalui menu yang telah
tersedia pada e-Court. Dokumen kesimpulan akan terkirim kepada pihak lawan,
ketika ketua Majelis menutup dan menetapkan tundaan sidang untuk pembacaan
putusan.

o Persidangan untuk tahapan pembacaan putusan secara elektronik

Putusan/penetapan diucapkan oleh Majelis hakim secara elektronik. Pengucapan


putusan/penetapan melalui aplikasi e-Court dalam format pdf. Pembacaan
putusan/penetapan yang demikian dianggap telah dihadiri oleh para pihak. Para
pihak dapat meminta salinan putusan dalam bentuk cetak, namun salinan putusan
dalam bentuk cetak maupun elektronik dikenakan PNBP dan materai yang dapat
dibayarkan secara elektronik.

Tata Cara Pendaftaran Perkara Secara Online :

 Memilih pengadilan yang berwenang.


 Mendaftarkan surat kuasa khusus.
 Membayar PNBP pendaftaran surat kuasa.
 Mendapatkan nomor pendaftaran online.
 Menginput data para pihak
 Mengunggah dokumen gugatan/permohonan dan surat persetujuan
principal untuk beracara secara elektronik
 Mendapatkan perhitungan taksiran biaya panjar (e-SKUM)
 Melakukan pembayaran panjar biaya perkara

terdapat pemanggilan elektronik (e-summons) yang sangat ringkas dan


menghemat biaya hingga nol rupiah. Sebab, sistem pemanggilan para pihak yang
berperkara bisa dilakukan langsung ke alamat domisili elektronik termasuk
meniadakan kebutuhan prosedur delegasi dalam hal para pihak ada bertempat
tinggal di wilayah berbeda.

Khusus untuk e-summons, sesuai Perma No.3 Tahun 2018, prosedur ini hanya
bisa ditempuh apabila para pihak menyetujui dilakukan panggilan secara
elektronik untuk mengantisipasi kesenjangan yang mungkin terjadi dalam masa
awal pengenalan aplikasi ini.

1. e-Filing (Pendaftaran Perkara Online di Pengadilan)


E-Filing atau pendaftaran perkara secara online dilakukan setelah terdaftar sebagai
pengguna atau memiliki akun pada Aplikasi e-Court dengan memilih Pengadilan
Negeri, Pengadilan Agama, atau Pengadilan TUN yang sudah aktif melakukan
pelayanan e-Court. Semua berkas pendaftaran dikirim secara elektronik melalui
aplikasi e-Court Makamah Agung Republik Indonesia (MARI).
E-Filing dapat digunakan untuk melakukan pendaftaran perkara secara elektronik
dalam perkara gugatan dan/atau permohonan perdata, agama, tata usaha militer,
atau tata usaha negara. Aplikasi ini dapat digunakan untuk melakukan pendaftaran
gugatan dan/atau permohonan sekaligus memasukkan dokumen elektronik.
Hasil entry data yang terverifikasi dan diterima secara prosedural, akan memulai
suatu perkara perdata. Aplikasi inipun dapat untuk memasukkan dokumen
elektronik atas perkara yang sudah ada. E-Filing juga dapat digunakan untuk
melakukan pengunggahan maupun pengunduhan dokumen dalam rangka replik,
duplik dan kesimpulan, pengelolaan, penyampaian dan penyimpanan dokumen
perkara perdata/agama/tata usaha militer/tata usaha negara. Pengguna Terdaftar
wajib memperhatikan standar-standar teknis yang meliputi format dokumen,
ukuran, jenis huruf, ukuran dan/atau batasan lain telah ditetapkan dalam
mengunggah dokumen melalui aplikasi E-Court .
2. e-Skum (Taksiran Panjar Biaya)
Dengan melakukan pendaftaran perkara online melalui e-Court, Pendaftar akan
secara otomatis mendapatkan Taksiran Panjar Biaya (e-SKUM) dan Nomor
Pembayaran (Virtual Account) yang dapat dibayarkan melalui saluran elektronik
(Multi Channel) yang tersedia
3. e-Payment (Pembayaran Panjar Biaya Perkara Online)
Aplikasi E-Payment dapat digunakan untuk melakukan pembayaran terhadap
panjar biaya perkara yang ditetapkan melalui aplikasi e-SKUM sebagai tindak
lanjut pendaftaran secara..elektronik.
Pengguna Terdaftar wajib memperhatikan secara seksama, jumlah panjar biaya
perkara yang harus dibayar, nomor rekening pembayaran (virtual account), jangka
waktu pelunasan pembayaran panjar biaya perkara yang telah ditentukan oleh
sistem, dan memahami serta menyetujui bahwa setiap kesalahan, keterlambatan,
dan biaya tambahan yang timbul dari perbedaan bank yang digunakan oleh
Pengguna Terdaftar dengan rekening resmi pengadilan dimana gugatan diajukan
menjadi tanggung jawab Pengguna Terdaftar. Untuk kelancaran dalam
mendukung program e-Court MA-RI bekerja sama dengan Bank Pemerintah
dalam hal manajemen Pembayaran Biaya Panjar Perkara . Dalam hal ini bank
yang telah ditunjuk menyediakan Virtual Account (Nomor Pembayaran) sebagai
sarana pembayaran kepada Pengadilan tempat mendaftar perkara.
4. e-Summons (Pemanggilan Pihak secara online)
Sesuai dengan Pasal 11 dan 12 Peraturan MA-RI Nomor 3 tahun 2018, disebutkan
bahwa panggilan menghadiri persidangan terhadap para pihak berperkara dapat
disampaikan secara elektronik. Untuk Panggilan Elektronik dilakukan kepada
Pihak Penggugat yang melakukan pendaftaran secara elektronik dan memiliki
bukti bertulis, sedangkan Tergugat Panggilan Pertama dilakukan melalui Jurusita
Pengadilan dan dapat dilakukan panggilan secara elektronik dengan menyatakan
persetujuan secara tertulis untuk dipanggil secara elektronik, serta kuasa hukum
wajib memiliki persetujuan secara tertulis dari prinsipal untuk beracara secara
elektronik .
Berperkara menggunakan e-Court
Bagi pegawai DJKN, khususnya seksi HI, berperkara menggunakan e-Court ini
pasti lebih memudahkan kinerja, dikarenakan e-Court dapat langsung diakses
menggunakan internet sehingga kita tidak perlu datang ke pengadilan untuk
mendaftarkan perkara. Namun, pada sementara waktu ini, pihak yang dapat
menggunakan e-Court terbatas hanya pada kalangan advokat, Hal ini
dimaksudkan sebagai salah satu upaya mengelola potensi risiko, berupa risiko
keamanan, integritas aplikasi serta beban yang timbul bagi infrastruktur yang ada.
Selain itu juga dimaksudkan untuk mengelola kebutuhan edukasi dan sosialisasi
dalam rangka migrasi dari sistem manual ke elektronik, Advokat dianggap dan
diharapkan lebih siap untuk merespon dan membiasakan diri dengan penggunaan
aplikasi ini sebagai bagian dari manajemen perubahan yang bertahap pada bidang
manajemen perkara dari manual ke elektronik. Tapi tidak perlu khawatir, untuk
kedepannya, semua orang yang berperkara dapat terdaftar dan memiliki akun e-
Court walaupun bukan merupakan Advokat.
Pelaksanaan E-Court

Pendaftaran perkara oleh pengguna terdaftar dan pengguna lain dapat dilakukan
secara elektronik melalui sistem informasi pengadilan. Penggugat menyampaikan
gugatan melalui sistem informasi pengadilan. Gugatan harus disertai
dengan bukti-bukti berupa surat dalam bentuk dokumen elektronik.

Pasal 10 PERMA 1/2019 menerangkan bahwa pembayaran panjar biaya perkara


ditujukan ke rekening pengadilan pada bank secara elektronik. Penambahan
dan/atau pengembalian panjar biaya perkara dilakukan secara elektronik pula.

Panggilan/pemberitahuan secara elektronik kemudian disampaikan kepada:


a. penggugat yang melakukan pendaftaran secara elektronik; dan

b. tergugat atau pihak lain yang telah menyatakan persetujuannya untuk


dipanggil secara elektronik. Namun, pernyataan persetujuan ini tidak
berlaku dalam perkara tata usaha negara.

Berdasarkan perintah hakim, jurusita/jurusita pengganti mengirimkan surat


panggilan persidangan ke alamat surat elektronik yang telah terverifikasi para
pihak melalui sistem informasi pengadilan..

Patut diperhatikan bahwa Pasal 17 ayat (1) PERMA 1/2019 menjelaskan bahwa


dalam hal pihak berdomisili di luar daerah hukum pengadilan,
panggilan/pemberitahuan kepadanya dapat disampaikan secara elektronik dan
ditembuskan kepada pengadilan di daerah hukum tempat pihak tersebut
berdomisili.

Hakim/hakim ketua dapat memberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban para
pihak terkait persidangan secara elektronik pada sidang pertama guna
kelancaran persidangan elektronik. Persidangan secara elektronik dilaksanakan
atas persetujuan penggugat dan tergugat setelah proses mediasi dinyatakan tidak
berhasil. Sedangkan dalam perkara yang tidak memerlukan mediasi, persetujuan
diberikan pada sidang yang dihadiri kedua belah pihak..

Hakim/hakim ketua menetapkan jadwal persidangan elektronik untuk acara


penyampaian jawaban, replik, dan duplik. Setelah terlaksananya persidangan
elektronik dengan acara penyampaian duplik, hakim/hakim ketua menetapkan
jadwal dan acara persidangan berikutnya hingga pembacaan putusan..
 

Pasal 22 ayat (1) PERMA 1/2019 menjelaskan bahwa persidangan secara


elektronik dengan acara penyampaian gugatan, jawaban, replik, duplik dan
kesimpulan, dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a. para pihak wajib menyampaikan dokumen elektronik paling lambat pada


hari dan jam sidang sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

b. setelah menerima dan memeriksa dokumen elektronik tersebut,


hakim/hakim ketua meneruskan dokumen elektronik kepada para pihak.

Persidangan pembuktian dilaksanakan sesuai dengan hukum acara yang berlaku.


Namun apabila disepakati oleh para pihak, persidangan pembuktian dengan acara
pemeriksaan keterangan saksi dan/atau ahli dapat dilaksanakan secara jarak jauh
melalui media komunikasi audio visual yang memungkinkan semua pihak dapat
berpartisipasi dalam persidangan.. Putusan/penetapan diucapkan oleh
hakim/hakim ketua secara elektronik.

Patut diperhatikan bahwa Pasal 27 PERMA 1/2019 menegaskan bahwa


persidangan secara elektronik yang dilaksanakan melalui sistem informasi
pengadilan pada jaringan internet publik secara hukum telah memenuhi asas dan
ketentuan persidangan terbuka untuk umum sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai