Anda di halaman 1dari 21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan umum kompos


Sampah-sampah organik termasuk daun-daun yang sudah tua ternyata
memiliki nilai lebih bagus dan berguna. Sampah tersbut merupakan dasar
bahan pokok untuk pembuatan kompos. Kompos adalah pupuk yang berasal
dari bahan-bahan alamiah atau organik dan tentunya bersifat ramah
lingkungan. Kompos berbeda dengan pupuk buatan pabrik yang tersusun dari
bahan kimia. Pupuk kompos memiliki kwalitas mutu yang tidak kalah dengan
pupuk buatan pabrik asalkan kompos ini dibuat dengan cara yang benar dan
tepat.

1. Proses pembuatan kompos


Membuat kompos sangat mudah. Secara alami bahan organik akan
mengalami pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah
sampai satu tahun tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan
dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan.
Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau
inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang
bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan
organik yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat dikomposkan tanpa harus
dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras, sebaiknya
dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh
bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat.
Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini
sangat dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos.
Bahan yang kering lebih sulit dikomposkan. Akan tetapi kandungan air
yang terlalu banyak juga akan menghambat proses pengomposan. Jadi
basahnya harus cukup. Bahan juga harus cukup mengandung udara. Seperti
halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos.

5
Untuk melindungi kompos dari lingkungan luar yang buruk, kompos perlu
ditutup. Penutupan ini bertujuan untuk melindungi bahan/jasad renik dari air
hujan, cahaya matahari, penguapan, dan perubahan suhu.
Bahan didiamkan selama beberapa waktu hingga kompos matang. Lama
waktu yang dibutuhkan antara 2 minggu sampai 6 minggu tergantung dari
bahan yang dikomposkan. Bahan-bahan yang lunak dapat dikomposkan dalam
waktu yang singkat, 2 – 3 minggu. Bahan-bahan yang keras membutuhkan
waktu antara 4 – 6 minggu. Ciri kompos yang sudah matang adalah bentuknya
sudah berubah menjadi lebih lunak, warnanya coklat kehitaman, tidak berbau
menyengat, dan mudah dihancurkan/remah.

2. Kegunaan pupuk kompos


Di daerah tropika pupuk buatan lebih populer daripada pupuk alam, karena
(1) pelapukan dari bahan organik di daerah-daerah tropika berlangsung dengan
cepat, sedangkan pupuk alam jumlahnya sangat kurang untuk dapat memenuhi
kebutuhan akan pupuk, dan (2) pupuk buatan lebih ekonomis, karena dapat
meringankan ongkos pengangkutan dan tenaga kerja serta cepat memberikan
pengaruh terhadap produksi.
Pupuk buatan mempunyai sifat kebaikan dan keburukan, yaitu:

a. Kebaikannya adalah:

(1) Lebih mudah menentukan jumlah pupuk yang diperlukan sesuai


dengan keperluan tanaman.

(2) Hara yang diberikan dalam bentuk tersedia dan pemakaiannya lebih
mudah dan murah karena kadarnya tinggi.

b. Keburukannya adalah:

(1) Bila tidak dengan perhitungan, pupuk buatan dapat merusak


lingkungan
(2) Umumnya sedikit mengandung unsur mikro, dan hanya unsur
tertentu saja yang mempunyai kandungan yang tidak berguna bagi
tanaman.

6
B. Kontruksi Mesin Pelembut Sampah Organik

Gambar 1. Rancangan gambar mesin pelembut sampah organik

Keterangan :
1. Rangka 6. Bantalan 11. Puli Screw
2. Screw 7. Lubang masuk 12. Puli Roll
3. Rumah tawon 8. Motor listrik 13. Roll
4. Lubang keluar 9. Roda gigi 14. Sabuk Screw
5. Pengunci 10. Puli motor 15. Sabuk Roll

Prinsip kerja mesin pelembut sampah organik ini yaitu ketika motor
listrik sudah dinyalakan atau ON, maka motor listrik (8) akan menggerakkan
puli (10) pada motor dan akan menggerakkan roll (13) dan screw (2) melalui
sabuk screw (14) dan sabuk roll(15). Berputarnya roll dan screw tersebut akan
melembutkan tekstur dari sampah organik.
Ketika bahan sampah organik dimasukkan ke dalam lubang masuk
penggilingan/lubang masuk (7), sampah organik langsung digilas oleh roll (13)

7
kemudian sampah organik yang sudah tergilas roll diaduk lagi dan dibawa oleh
screw (2). Proses selanjutnya sampah organik akan menabrak rumah tawon (3)
ketika ada tekanan dari screw yang membawa sampah organik keluar melalui
lubang keluar (4).

C. Perancangan mesin pelembut sampah organik

1. Motor sebagai penggerak poros pada roll dan screw


Motor penggerak digunakan adalah motor listrik AC yang nantinya
digunakan untuk menggerakkan poros pada roll dan screw. Putaran motor
ditransmisikan ke puli dengan menggunakan sabuk (belt), adapun
pertimbangan menggunakan motor listrik ini jenis ini sebagai berikut: (1)
getaran yang ditimbulkan halus, (2) pengoperasiannya mudah, (3)
perawatannya mudah, (4) ringan, (5) hemat.
Proses rumus penghitungan daya motor pada mesin ini dapat ditentukan
dengan persamaan :

(T / 1000).(2n / 60)
Pd  KW (Sularso & Suga,
102
1997:7)
dimana: P= Daya motor yang dibutuhkan (W)
T= Torsi (Kg.mm)
n = Putaran motor dalam rpm

2. Puli sebagai penggerak pisau potong dan motor


Puli tujuannya adalah untuk mentransmisikan daya dari poros dan
akan direncanakan ada 2 macam puli, yaitu puli datar (kecil) dan puli
mahkota (besar). Puli dipakai untuk mendapatkan putaran sesuai dengan
yang diinginkan. Puli adalah suatu komponen mesin yang berfungsi
sebagai tempat dudukan sabuk (penggerak sabuk) untuk memindahkan
daya dan putaran. Diameter puli digunakan untuk alur sabuk, sedangkan
diameter dalamnya digunakan untuk pemasangan pada poros. Puli yang
digunakan untuk penggerak ada dua macam yaitu: (1) Puli datar, (2) Puli

8
mahkota
Puli yang digunakan pada perancangan mesin pelembut sampah
organik ini adalah puli Mahota (puli-V) karena sabuk yang dipasangkan
pada puli ini lebih kuat sehingga slep yang dialami relatif lebih kecil.

Gambar 2. Puli datar dan puli mahkota

Alur V pada puli sebagai dudukan sabuk V harus dikerjakan


dengan hati-hati pada mesin perkakas, kebenaran bentuk serta ukuran
dari alur V serta ukuran diameter lubang harus tepat. untuk puli yang
menggunakan alur V lebih dari satu maka alur-alur tersebut harus
seragam sehingga masing-masing sabuk akan bekerja secara merata.
Kesalahan bentuk dari alur V pada puli akan mengakibatkan penurunan
umur pakai dari sabuk itu sendiri serta akan mereduksi daya yang akan
ditransmisikan.
Rumus-rumus untuk memilih puli yang sesuai adalah sebagai
berikut:
a. Hubungan antara puli kesatu dan puli kedua
V1 = V2
π.d1.n1 = π.d2.n2
n1 d 2
 (Khurmi, 1980:657)
n 2 d1

Dimana:

9
n1 = Putaran puli 1 (rpm)
n2 = Putaran puli 2 (rpm)
d1 = Diameter puli 1 (mm)
d2 = Diameter puli 2 (mm)
b. Diameter lingkaran jarak bagi puli:
Tabel Diameter Minimum Puli yang Diizinkan (mm)

Penampang A B C D E
Diameter min. yang diizinkan 65 115 175 300 450
Diameter mini. yang dianjurkan 95 145 225 350 550

Sumber: (Sularso, 1997:169)


Untuk puli kecil:
dp = Diameter minimum (dari tabel) (Sularso & Suga, 1997:177)
Untuk puli besar:
Dp = Diameter minimum × i (ratio perputaran puli)

c. Diameter luar puli:


Untuk puli kecil:
dk = Diameter minimum × 2 × K
Untuk puli besar:
Dk = Diameter minimum × 2 × K

d. Diameter naf:
Untuk puli kecil:
5
dB = ds1  10 (Sularso & Suga,
3
1997:177)
Untuk puli besar:
5
DB = ds 2  10
3
Puli yang digunakan dalam perencanaan ini ada 2 jenis puli yaitu, puli
yang mempunyai mempunyai 2 ruas penampang sabuk dan 1 penampang
sabuk.

10
3. Sabuk (belt) perantara antara puli motor dan puli pisau potong
Pemindahan daya yang paling sederhana adalah belt (sabuk),
dimana sabuk digunakan untuk mentransmisikan putaran dari motor,
karena memungkinkan adanya slip bila terjadi beban berlebih atau
overload. Sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara dua poros yang
sejajar. Belt atau sabuk digunakan untuk menghubungkan dua buah poros
yang mempunyai jarak renggang yang agak jauh (yang tidak mungkin
ditransmisikan oleh roda gigi). Poros-poros tersebut harus dipisah pada
suatu jarak minimum tertentu yang tergantung pada jenis pemakaian
sabuk, agar bekerja secara efisien. Sabuk dibuat dengan bahan karet, kulit
dan campuran getah.
Menurut bentuk dari sabuk sebagai sistem transmisi, sabuk dapat
dibagi menjadi 4 macam, yaitu: (1) Sabuk rata, (2) Sabuk dengan gigi, dan
(3) Sabuk V (V- Belt).
Sabuk yang digunakan dalam rancangan mesin pelembut sampah
organik adalah jenis V-Belt, karena sabuk jenis ini biasanya dipasang pada
puli silinder dan meneruskan momen antara dua poros. Sabuk ini
umumnya tidak menimbulkan suara (tidak berisik), efisien pada putaran
tinggi, dan dapat mentransmisikan daya besar dengan jarak yang panjang.

Gambar 3. Bagian-bagian Sabuk V

11
Rumus-rumus yang digunakan untuk merencanakan sabuk ini yaitu:
a) Kecepatan linier sabuk
Kecepatan linier sabuk dapat diketahui dengan persamaan berikut:
π  dp  n
V (Dobrovolsky, tt: 252)
60  1000

Dimana: V = Kecepatan linier sabuk (m/det)


dp = Diameter penggerak (m)
n = Putaran motor (rpm)
b) Berat sabuk
Wsb  A  L  ρ (Khurmi, 2005: 722)

Dimana: Wsb = Berat sabuk (kg)


A = Luas sabuk (m2)
Ρ = Massa jenis sabuk (kg/m3)
L = Panjang sabuk (m)

c) Jarak sumbu poros


x  1,5 s d 2   D oM (Sularso & Suga, 2004: 166)

dimana: x = Jarak sumbu poros (mm)


DoM= Diameter luar puli besar (mm)
d) Sudut kontak
Rumus sudut kontak adalah:
( DP  d p )
  180 o  .60 0 (Dobrovolsky, tt:252)
C
dimana: α = Sudut kontak (rad)
Dp = Diameter puli yang digerakkan (mm)
Dp = Diameter puli penggerak (mm)
C = Jarak sumbu poros (mm)

12
e) Panjang sabuk
Rumus panjang sabuk adalah:

L  π r2  r1   2x 
 r2  r1 
2
(Khurmi, 2005: 733)
x

dimana: L = Panjang sabuk (mm)


x = Jarak sumbu poros (mm)
r1 = Jari-jari puli penggerak (mm)
r2 = Jari-jari puli yang digerakkan (mm)

4. Poros sebagai tempat pisau potong


Poros adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya
dan putaran serta sebagai pendukung beban. Poros merupakan salah satu
bagian yang terpenting dari setiap mesin, hampir semua mesin meneruskan
tenaga bersama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu
dipegang oleh poros (Sularso dan Suga, 1997:1). Poros dibagi menjadi
beberapa jenis seperti : (1) poros transmisi, (2) poros spindel, (3) poros gandar.
Menurut Zainun (1999:111) hal-hal penting yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan poros adalah: kekuatan poros, kekakuan poros, putaran
kritis poros, ketahanan korosi, dan bahan poros. Sementara menurut Khurmi
(1980:407) dalam perencanaan poros perlu diperhitungkan poros yang
mendapatkan momen puntir, poros yang mendapatkan momen bending dan
poros yang mendapatkan beban kombinasi antara torsi dan bending.
Hal-hal yang dipertimbangkan dalam sebuah poros antara lain: (Sularso,
1997:1).
1. Kekuatan Poros
Sesuatu poros transmisi dapat mengalami beban puntuir dan lentur,
juga ada poros yang mendapatkan beban tarik atau tekan seperti
baling-baling kapal atau turbin. Bila diameter poros diperkecil (poros
bertingkat) atau terdapat alur pasak makan akan terjadi kelelahan
tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan. Untuk itu maka
sebuah poros harus direncanakan cukup kuat untuk menahan beban-
beban tersebut.

13
2. Kekakuan Poros
Kekakuan poros adalah kemampuan bahan poros untuk menahan
lenturan atau defleksi putaran yang terjadi. Meskipun poros
mempunyai kekuatan yang cukup tinggi, jika lenturan (defleksi)
puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak telitian (pada
mesin perkakas), getaran dan suara.
3. Putaran Kritis
Bila putaran mesin dinaikkan apda suatu harga tertentu dapat
menyebabkan terjadinya getaran yang luar biasa besar, putaran ini
disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor listrik
maupun pada poros-poros yang lain.
Dalam perencanaan mesin pelembut sampah organik ini menggunakan
poros transmisi karena poros semacam ini mencapai beban puntir murni dan
lentur seperti yang akan diprediksikan terjadi pada mesin ini. Untuk
merencanakan poros, hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut : (1) kekuatan poros, (2) kekakuan poros, (3) putaran kritis, (4) bahan
poros, (5) korosi.
Adapun rumus perhitungan poros sebagai berikut :
a) Momen puntir pada poros (T)
Pd
T  9,74 .10 5 . (Sularso & Suga, 1997:7)
n1

dimana, T = momen puntir ( kg.mm )


Pd = daya rencana ( KW )
n1 = putaran dalam ( rpm )
b) Tegangan pada poros
 Tegangan geser ( τ )
5,1.T
τ= 3 (Sularso & Suga,
ds
1997:7)
dimana, T = momen puntir (kg.mm)
ds = diameter poros ( mm )

14
 Tegangan geser yang diijinkan ( τa )

t
τa = Sf 1 .Sf 2 (Sularso & Suga, 1997: 8)

dimana:  t = tegangan tarik


Sf 1 = faktor keamanan

Sf 2 = faktor keamanan

c) Putaran kritis (Ncr)

2
d L
N cr  52700. s . (Sularso & Suga, 1997:19)
l1 .l 2 W

Dimana, L = panjang poros antara bantalan penumpu


l1,l2 = jarak dari bantalan yang bersangkutan ke titik pembebanan
W = berat total benda yang berputar
d) Diameter poros (Ds)

1
 5,1   3
ds     Km.M  2
  Kt .T 
2
 (Sularso & Suga, 1997:18)
  a  

dimana, Km = Faktor koreksi (1,5 untuk beban dengan tumbukan ringan)


Kt = Faktor koreksi (1 untuk beban dikenakan secara halus)
M = Momen lentur gabungan maksimum (kg.mm)
T = Momen puntir (kg.mm)

15
5. Pasak sebagai pengikat poros dan puli
Pasak adalah suatu elemen yang dipakai untuk menetapkan bagian-
bagian mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling dan alain-lain.
Momen diteruskan dari poros ke naf atau dari naf ke poros. (Sularso,
1997:23)

Gambar 5. Pasak

6. Bantalan sebagai penyangga poros pisau


Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara
halus dan aman. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros

16
serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik, maka prestasi seluruh
sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja secara semestinya (Sularso
dan Suga, 1997:103). Selain itu bantalan juga mempunyai peran sebagai
pembatas gerak dari poros agar poros selalu berada pada posisi yang benar.
Dalam perencanaan ini bantalan yang dipakai adalah bantalan
gelinding karena gesekannya sangat kecil dibandingkan dengan bantalan
luncur. Menurut Sularso (1997:129) bantalan gelinding mempunyai
karakteristik yaitu cocok untuk beban kecil, gesekannya sangat rendah,
pelumasannya sederhana, dan ketelitiannya sangat tinggi.

Gambar 6. Bantalan gelinding


Adapun rumus-rumus perhitungan bantalan adalah sebagai berikut:
 Beban ekivalen dinamis (Pr)
Untuk bantalan radial (kecuali bantalan roll silinder) :
Pr  x.v.Fr  Y . Fa (Sularso & Suga, 1997:135)
Untuk bantalan aksial :
P  x.Fr  Y .Fa (Sularso & Suga,
1997:135)
dimana : x = faktor beban radial
i = faktor beban putaran cincin dalam
Y = faktor beban aksial
Fr = gaya radial pada tumpuan beban terbesar ( kg.m/s2 )
Fa = gaya aksial, untuk puli = 0 ( kg.m/s2 )
 Faktor umur bantalan (fh)

17
C
fh  fn. (Sularso & Suga,
P
1997:136)
dimana : C = beban nominal spesifik (kg)
P = beban ekivalen dinamis (kg)
 Umur nominal bantalan (Lh)
Bantalan bola Lh = 500 ( fh) 3
10
Bantalan roll Lh = 500( fh) 3 (Sularso & Suga, 1997:136)

 Faktor kecepatan (fn)


1
 33,3  3 (Sularso & Suga, 1997:136)
fn   
 n 

7. Roda gigi sebagai pemindah gaya usaha


Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran
yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan
daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda gigi
sering digunakan karena dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih
bervariasi dan lebih kompak daripada menggunakan alat transmisi yang
lainnya.
Roda gigi juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan
dengan alat transmisi lainnya, yaitu : (1) sistem transmisinya lebih ringkas,
putaran lebih tinggi dan daya yang besar, (2) sistem yang kompak sehingga
konstruksinya sederhana, (3) kemampuan menerima beban lebih tinggi. (4)
efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat
kecil.(5) kecepatan transmisi roda gigi dapat ditentukan sehingga dapat
digunakan dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.
Roda gigi yang digunakan dalam perencanaan mesin pelembut sampah
organik ini adalah roda gigi lurus, karena digunakan untuk arah putaran
yang berlawanan.

18
Gambar 7. Roda gigi lurus
Adapun rumus dasar yang berhubungan dengan perencanaan roda gigi
antara lain sebagai berikut :
Diamater jarak bagi sebenarnya  d 0  dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut:

d 0  m  z1 ......................................................

(1)

Dimana: z = jumlah gigi


m = modul gigi
Diameter kepala  d k  dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

d k   z  2  m ...............................................( 2 )

Dimana: z = jumlah gigi


m = modul gigi
Tinggi gigi pada roda gigi  H  dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut:
H  hk  hf .................................................( 3)

Tinggi kepala  hk  dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:


hk 1  1xm .......................................................(4)

Dimana: m = modul gigi


Tinggi kaki roda gigi dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
h f  1,25 xm ..................................................(5)

Dimana: Ck = kelonggaran puncak gigi

19
m = modul gigi
Putaran (n) yang ditransmisikan roda gigi 1 adalah dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut:

60000V
n= ...................................................(6)
d 0

Dimana: v = kecepatan (m/s)


d0 = diameter jarak bagi sebenarnya (mm)

Faktor koreksi terhadap kecepatan (fv) dapat dihitung menggunakan


persamaan berikut:
3
fv  .......................................................(7)
3V
Dimana: v = kecepatan (m/s)

Gaya tangensial roda gigi dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

102 P
Ft  ......................................................(8)
V

Dimana: P = daya yang ditransmisikan (W)


v = kecepatan (v)
Beban lentur yang diizinkan  F 'b  dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut:

F ' b 1 = σ2. m. Y. fv.............................................(9)

Dimana: = faktor koreksi kecepatan

m = modul gigi
Y = faktor bentuk gigi
σ2 = tegangan yang diizinkan
Lebar roda gigi (b) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

20
b = 6  m …………..........................................
(10)

Dimana: m = modul gigi

Tebal gigi (h) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:


 .m
h= ......................................................(11)
2

Dimana: m = modul gigi


Jarak bagi lingkar  t  dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
 .d
t= ............................................................
Z
(12)

Dimana: z = jumlah gigi


d = diameter gigi (mm)

8. Ulir sebagai pendorong sampah (screw)


Screw merupakan elemen mesin yang berfungsi sebagai pendorong
sampah organik yang telah digerus oleh roll, sehingga sampah organik
tersebut keluar.
Pada perencanaan ini screw yang direncanakan berjumlah satu buah
yaitu screw yang berbentuk solid, karena screw solid inilah yang nantinya
akan mendorong sampah organik keluar.

Gambar 8a. Screw Solid

21
Bahan pelat yang digunakan dalam perencanaan screw adalah ST 37,
karena sesuai dengan bahan-bahan konstruksi dan mudah didapat dipasaran.
Adapun perencanaan perhitungan screw adalah sebagai berikut :
a. Diameter screw (Ds)
4Q
Ds  3 (m) (Spivakosvky,tt:273)
60. .S .n3 . .C

Dimana:

Q = kapasitas material ( Ton )


m3
S = jarak antar screw (mm)
n3 = putaran screw (rpm)
η = efisiensi pemusatan beban

ρ = berat jenis bahan ( Ton )


m3
C = faktor pengambilan sudut efisiensi
b. Jarak pith screw (S)
S = 0,8 Ds (m) (Spivakosvky,tt:273)
Dimana:
Ds = diameter screw
c. Panjang screw (L)
L = ns.S (mm) (Spivakosvky: 273 dalam Mustofa, 2002)
Dimana:
ns = Jumlah screw
S = Jarak pith screw

d. Kecepatan gerak material (v)


S .n3
v (Spivakosvky,tt:276)
60
Dimana:
S = jarak pith screw (m)
n3 = putaran screw (rpm)

e. Daya mekanika screw (Nos)

22
Q.L.x0
N os  (KW)
367
(Spivakosvky,tt:275)
Dimana:

Q = kapasitas material ( Ton )


m3
L = Panjang screw (m)
x0 = faktor bentuk bahan

f. Gaya-gaya yang bekerja pada bagiam utama

Fs
Fn

Fa

Gambar 8b. Gaya-gaya yang bekerja pada Screw

 Besarnya momen torsi pada screw (T)


N os
T  975 (Kg.mm) (Spivakosvky,tt:275)
n3

Dimana:
Nos = Daya mekanika screw (KW)
n3 = Putaran screw (rpm)

 Gaya aksial (Fa)


Fa = q.L.f (Kg) (Spivakosvky,tt:276)
Dimana:
q = beban per meter
L = Panjang screw (m)
f = faktor gesekan bahan

23
 Gaya tangentsial pada screw (Ft)
T
Ft  (Kg) (Sularso & Suga, 1997:25)
r
Dimana:
T = Momen torsi pada screw (Kg.mm)
r = jari-jari screw (m)

 Gaya normal yang bekerja tegak lurus dengan pelat (Fn)


Fa
Fn  (Kg) (Khurmi,1992:608)
Cos
Dimana:
Fa = gaya aksial

g. Rumah screw
Rumah screw merupakan bagian dari press screw sebagai
tempat untuk menekan bahan.

do di

L
l

Gambar 8c. Rumah Screw

24
o Tegangan circumferiential screw (τc)
P.d
c  (Kg/mm2) (Khurmi, 1992:176)
2.t
Dimana:
P = tekanan dalam rumah screw (Kg/mm2)
d = diameter rumah screw (mm)
t = tebal rumah screw (mm)

o Tegangan longitudinal (τ1)


P.d
1  (Kg/mm2) (Khurmi, 1992:178)
4.t
Dimana:
P = tekanan dalam rumah screw (Kg/mm2)
d = diameter rumah screw (mm)
t = tebal rumah screw (mm)

9. Baut dan mur sebagai pengikat konstruksi mesin


Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kecelakaan, atau kerusakan pada mesin, pemilihan baut dan mur
sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan
ukuran yang sesuai. (Sularso, 1997:296).
Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus
diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja,
kekuatan bahan, dan kelas ketelitian.

25

Anda mungkin juga menyukai