TUGAS
“ MEREVIEW 5 ARTIKEL MANAJEMEN
PERMINTAAN TRANSPORTASI”
NAMA:MULAWARMAN
NIM :4519042018
Kelas : A
PROGRAM STUDI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
TAHUN 2021
2
DAFTAR ISI
SAMPUL …………………….. 1
LAMPIRAN …………………. 4
KESIMPULAN …………….. 20
3
LATAR BELAKANG
Dalam transportasi, seperti dalam jaringan apa pun, mengelola permintaan dapat menjadi
alternatif yang hemat biaya untuk meningkatkan kapasitas. Pendekatan manajemen permintaan
untuk transportasi juga memiliki potensi untuk memberikan hasil lingkungan yang lebih baik,
peningkatan kesehatan masyarakat, komunitas yang lebih kuat, dan kota yang lebih sejahtera.
Teknik-teknik TDM terkait dengan dan mendukung gerakan masyarakat untuk transportasi
berkelanjutan.
Cara untuk mengurangi volume lalu lintas mobil dengan cara penggunaan mobil dan kecerdikan
hidup. Untuk memfasilitasi lalu lintas jalan, tidak mungkin lagi berurusan dengan perluasan
kapasitas lalu lintas seperti perluasan jalan. Oleh karena itu, perlu kelancaran lalu lintas jalan
dengan metode mengurangi volume lalu lintas mobil dengan berbagi dan menggunakan
transportasi umum. Secara khusus, konsentrasi kendaraan di kota-kota besar memiliki banyak
masalah seperti memburuknya fungsi perkotaan dan menyebabkan masalah polusi, dan
tergantung pada negara, itu diatur untuk mengambil di kota dengan ganjil / genap jumlah mobil,
diizinkan pada hari tertentu Selain mobil dilarang masuk apa pun, berbagai upaya telah
dilakukan.
4
LAMPIRAN
Dari hasil wawancara dengan para Informan menunjukkan, bahwa transportasi atau
pengangkutan di Kota Depok merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakatnya. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Kota Depok tersebut,
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain dalam rangka memenuhi kebutuhan
kelancaran pengangkutan, kenyamanan, dan keamanan serta menunjang pelaksanaan
Hasil triangulasi dapat dikemukakan bahwa seiring dengan perubahan iklim (climate
change) transportsi berkelanjutan, menjadi sesuatu hal yang wajib dipatuhi dalam setiap
5
Lebih lanjut dijelaskan bahwa secara ekonomis dapat ditunjukkan bahwa pabrik atau
perusahaan yang besar dengan penggunaan teknologi modern, maka akan berhemat
penggunaan tenaga kerja dan tentu memiliki spesiikasi kerja yang tinggi pula.
Namun produksi yang dihasilkan oleh perusahaan/pabrik besar tersebut tidak akan
menguntungkan jika tidak atau kurang adanya usaha kecil menengah yang
memanfaatkan atau membeli hasil produksi perusahaan/pabrik besar. Dengan Lebih
lanjut dijelaskan bahwa secara ekonomis dapat ditunjukkan bahwa pabrik atau
perusahaan yang besar dengan penggunaan teknologi modern, maka akan berhemat
penggunaan tenaga kerja dan tentu memiliki spesiikasi kerja yang tinggi pula.
Namun produksi yang dihasilkan oleh perusahaan/pabrik besar tersebut tidak akan
menguntungkan jika tidak atau kurang adanya usaha kecil menengah yang
memanfaatkan atau membeli hasil produksi perusahaan/pabrik besar. Dengan
kemudahan, kenyamanan, dan harga tiket yang terjangkau masyarakat kelas
menengah dan bawah serta berbagai fasilitas transportasi yang tersedia lainnya di
Kota Depok, maka hal ini akan memudahkan suplai bahan-bahan dan tenaga kerja
yang diperlukan perusahaan/pabrik besar, sehingga mampu memproduksi yang lebih
besar dan mampu memasarkan hasil/ produk pada pasar yang lebih luas.
Dari hasil observasi dapat ditunjukkan bahwa dengan tersedianya moda transportasi
darat di Kota Depok misal angkutan kota (angkot), bus, metromini, dll yang murah
dan nyaman, maka hal tersebut akan mendorong timbulnya pekerjaan yang lebih
terspesialisasi antar daerah. Tentu saja hal ini mampu mendorong berkembangan
pusat-pusat konsentrasi pertumbuhan industri mau pun perdagangan pada skala
besar. Jadi, peningkatan usaha perekonomian di masyarakat akan mendorong
pertumbuhan serta terpusatnya pertumbuhan baru dalam skala yang lebih besar.
Pertumbuhan ekonomi tersebut juga berimbas pada berbagai aktivitas yang
menyertainya misalnya storning, processing, packaging, advertising, inancing dan
7
Transportation Demand Management (TDM) atau sering juga disebut Moblility management
didefinisikan oleh victoria transport policy institute (VTPI), Columbia adalah various
strategies that change travel behavior (how, when and where people travel) in order to
increase transport system efficiency and achieve specific planning objectives. Penyelesaian
permasalahan transportasi dengan menggunakan pendekatan konvensional mengusulkan
berbagai kebijakan peningkatan sistem prasarana tranportasi yang dapat mengakomodir
besarnya kebutuhan transportasi tanpa sedikitpun memperhatikan kondisi sosial, lingkungan
dan operasional yang dibutuhkan. Akan tetapi dengan pendekatan TDM diusulkan beberapa
upaya untuk memperkecil atau meredam kebutuhan transportasi sehingga pergerakan yang
ditimbulkan masih berada dalam syarat batas kondisi sosial, lingkungan dan operasional.
Dengan kata lain kebijakan yang dilakukan dalam pelaksanaan konsep TDM ini harus dapat
mengarah pada terjadinya beberapa dampak pergeseran pergerakan dalam ruang dan waktu
sebagai berikut (Tamin, 1999):
8
1. Dampak pergeseran waktu Proses pergerakan terjadi pada lokasi yang sama, akan tetapi
pada waktu yang berbeda
2. Dampak pergeseran rute Proses pergerakan terjadi pada waktu yang sama, akan tetapi pada
rute yang berbeda
3. Dampak pergeseran moda Proses pergerakan terjadi pada lokasi dan waktu yang sama,
akan tetapi pada moda transportasi yang berbeda
4. Dampak pergeseran lokasi tujuan Proses pergerakan terjadi pada lokasi, waktu dan moda
transportasi yang sama, akan tetapi dengan lokasi tujuan yang berbeda
1. Pelaksanaan Car Free Day (hari bebas kendaraan bermotor) yang diadakan pada hari
minggu ke 2 dan minggu ke 4 setiap bulannya mulai dari pukul 06.00 hingga pukul 10.00
wib bertempat di jalan seputaran alun-alun Kota Serang. Lokasi jalan yang ditutup adalah Jl.
Ki Masjong – Jl. KH. Syam’un – Jl. Veteran – Jl. Yumaga (seputaran Alun-alun) dan Jl
Ahmad Yani kecuali Ruas Jalan Diponegoro dan Jalan Veteran dibuka satu jalan
2. Penggunaan angkutan orang untuk tujuan tertentu dalam hal ini adalah angkutan
karyawan. Angkutan karyawan ini merupakan penerapan dari salah satu strategi TDM yaitu
ride sharing. Perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Serang maupun yang ada di
Kabupaten Serang dan Kota Cilegon dengan domisili karyawan dari Kota Serang banyak
memanfaatkan angkutan ini sehingga penggunaan moda pribadi bisa di tekan karena sudah
diakomodir oleh angkutan karyawan.
3. Pemberlakuan tarif parkir di badan jalan berdasarkan perda Kota Serang tahun 2008 tarif
parkir yang diberlakukan untuk kendaraan roda 2 di badan jalan adalah Rp. 500,-/kendaraan
dan parker kendaraan roda 4 di badan jalan adalah Rp. 1.000,-/kendaraan. Parker sebagai
bagian dari strategi TDM juga dilakukan di terminal dalam bentuk parker inap, dimana
program ini mendukung strategi Transit Oriented Development (TOD). Tarif parker inap di
9
lokasi terminal untuk kendaraan mobil Bus sebesar Rp. 5.000,-/kend/hari, mobil non bus
sebesar Rp. 2.000,-/kend/hari dan sepeda motor sebesar Rp. 1.000,-/kend/hari
Transportation Demand Management atau biasa disebut juga Travel Demand Management
atau manajemen permintaan perjalanan merupakan bentuk umum dari sistem manajemen lalu
lintas dengan menggunakan fasilitas dan sarana transportasi yang sudah ada secara lebih
efesien yaitu dengan cara meminimalisasi pemanfaatan kendaraan bermotor dengan
mempengaruhi perilaku perjalanan yang meliputi frekuensi, tujuan, moda, dan waktu
perjalanan (Tanariboon, 1992). Konsep tersebut sejalan dengan Munawar (2005)
menjelaskan bahwa Demand Management atau modifikasi pemakai jalan merupakan bagian
dari manajemen lalu lintas agar waktu perjalanan pemakai jalan dapat dirubah , sehingga
penggunaan jalan selama 24 jam lebih merata dan efesien. Munawar mendefinisikan
Transportation Demand Management adalah segala tindakan yang dilaksanakan guna
mempengaruhi sifat pelaku perjalanan atau dapat mengurangi perjalanan. Lebih lanjut
Munawar mengatakan Transportation Demand Management merupakan suatu intervensi
untuk memodifikasi pengambilan keputusan untuk melakukan perjalanan sehingga dapat
tercapai tujuan berupa pemilihan perjalanan dan penggunaan jenis alat transportasi tertentu
yang menimbulkan dampak positif dari segi sosial, ekonomi dan lingkungan serta
mengurangi dampak negatif perjalanan. Transportation Demand Management merupakan
suatu alat berupa kebijakan, program dan tindakan yang diimplementasikan untuk
mengurangi kebutuhan kendaraan pada suatu sistem transportasi.
- Transportasi Berkelanjutan
yang ada untuk menyediakan koneksi sosial, ekonomi, dan orang-orang dengan cepat
mengambil kesempatan yang ditawarkan oleh peningkatan mobilitas. Keuntungan dari
peningkatan mobilitas perlu ditimbang terhadap biaya lingkungan, sosial dan ekonomi yang
menimbulkan sistem transportasi. Ketiga parameter tersebut mempunyai yang sangat penting
bagi tumbuhnya sistem transportasi yang berkelanjutan secara konprehensif dan saling
ketergantungan.
3. Ekonomi, seiring dengan perkembangan sistem transportasi yang ada, aspek ekonomi
menjadi parameter keberhasilan bagi terciptanya konsep sistem transportasi yang
konprehensif, peningkatan ekonomi akan tercipta apabila kinerja sistem transportasi berjalan
dengan baik.
Simulasi disini adalah meninjau efektifitas dari pelaksanaan strategi TDM. Dalam hal ini
dimana peneliti meninjau pelaksanaan strategi TDM tersebut dengan menggunakan metode
studi literatur, data yang diperoleh berdasarkan dari beberapa sumber yang ada seperti jurnal,
majalah, surat kabar, buku-buku, internet serta berbagai referensi yang relevan. Sebagai
bahan yang akan ditinjau dari efektifitasnya yaitu telework (telekomunikasi) adalah salah
satu strategi yang terbaik untuk Kawasan Industri Krakatau kota Cilegon menurut
stakeholders dalam pemilihan beberapa strategi TDM.
11
Dengan perkembangan teknologi informasi yang makin pesat dan makin meratanya akses
internet di kawasan pemukiman, seharusnya penerapan kebijakan telecommuting (bekerja di
rumah satu atau dua hari dalam seminggu) bukan menjadi sesuatu yang sedemikian sulit
untuk dilaksanakan. Tinggal kembali kepada penyetuju dari para pembuat kebijakan di
masing-masing perusahaan untuk bisa melihat telecommuting sebagai salah satu solusi
alternatif untuk melakukan efisiensi perusahaan dalam bentuk lain, sekaligus juga
memberikan benefit kepada pegawai perusahaan untuk dapat menyeimbangkan dua aspek
penting dalam hidupnya: kehidupan profesional dan kehidupan pribadi. Memang harus
diakui bahwa penerapan telecommuting ini tidak bisa diberlakukan di semua sektor industri
ataupun semua job. Ada industri tertentu yang tentunya sulit untuk melaksanakan
telecommuting ini, misalnya yang terkait dengan pelayanan publik (pelayanan kesehatan,
bank) dan industri manufaktur (yang sepertinya selalu dikejar target produksi). (Haryono
Utomo Suryosumarto,2014).
Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2009 oleh Renti Montiska, studi kasus pada
penelitian ini yaitu di Koridor Jalan Asia Afrika, Bandung yang peruntukan guna lahannya
merupakan kawasan perkantoran. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui peluang
penerapan telecommuting berdasarkan karakteristik dan prefensi pekerja di Kawasan
perkantoran tersebut. Hasil analisis menyatakan bahwa variabel yang mempengaruhi prefensi
pekerja untuk melakukan telecommuting yaitu variabel penghasilan, jenis pekerjaan, bekerja
menggunakan fasilitas telekomunikasi, kepemilikan fasilitas pendukung telecommuting, jam
kerja, dan tempat bekerja. Peluang penerapan telecommuting dan besarnya telecommuting
yang akan terjadi dihitung berdasarkan suatu model sintettis peramalan telecommuting.
Berdasarkan metode tersebut diperoleh peluang penerapan telecommuting sebesar 0,27-0,41
dengan jumlah orang yang akan melakukan telecommuting setiap harinya rata-rata berkisar
antara 144-645 orang atau sekitar 6,5%- 29,16% dari jumlah populasi pekerja (Renti
Montiska, 2014).
Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Fauzan Ahmad, seorang alumni
sekolah arsitektur, perencanaan, dan pembangunan kebijakan (SAPPK) ITB, diperoleh data
yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menerapkan telework (telekomunikasi).
Penelitian ini sendiri merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini
12
dilakukan olehnya di koridor jalan asia afrika, Bandung dengan tujuan untuk mengetahui
apakah ada penghematan di koridor tersebut bila diterapkan telework (telekomunikasi)
dengan cara membandingkan biaya transportasi individu dan model telekomunikasi dari
rumah. Hasil analisis yang diperolehnya dengan metode sintesis peramalan telekomunikasi
adalah peluang penerapan telework (telekomunikasi) sebesar 5,73%-18,15% dari total
pekerja di bidang jasa koridor jalan tersebut. Hal ini berarti setara jumlah 137-431 pekerja
yang potensial melakukan telework (telekomunikasi). (Achmad Maulana Ibrahim, 2014).
Dalam tahap simulasi (permodelan) ini peneliti akan melihat atau meninjau efektifitas dari
pelaksanaan suatu strategi TDM menurut sumber-sumber yang ada dengan menggunakan
skenario pesimis, yaitu skenario dengan kondisi apa adanya seperti yang berkembang
sekarang, dengan cara membandingkan kedua karakteristik kota yaitu kota bandung yang
diteliti oleh Renti Montiska (2009), Fauzan Ahmad (2010), dan kota Cilegon. Berdasarkan
sumber analisa terhadap kedua kota tersebut, ternyata mempunyai beberapa perbedaan
klasifikasi, yaitu berdasarkan tingkat perkembangan, fungsi, dan berdasarkan jumlah
penduduknya. Sehingga terdapat berpedaan dalam mensimulasikan atau meninjau efektifitas
dari sebuah strategi ini, pada kawasan Industri Krakatau kota Cilegon ini sebagian besar
Kawasan Industri manufaktur yang mungkin dibebani target produksi seperti baja, sedangkan
di Kawasan kota Bandung juga sama namun lebih memproduksi dan bidang perdagangan
bahan mentah seperti kain. Maka berdasarkan hasil analisa, penerapan telework dalam
mengurangi kemacetan dikawasan industri krakakatau kota Cilegon kemungkinan sebesar
6,12%-23,66% pekerja yang berpotensial melakukan Telework. Karena tidak semua
Kawasan Industri Krakatau ini akan bisa menerapkannya, sebab Kawasan ini tampaknya
tetap memerlukan kehadiran orang per orang (tatap muka secara langsung) karena kawasan
ini sebagian besar adalah industri manufaktur yang mungkin dibebani target produksi.
Kabupaten Lamongan merupakan kota daerah tingkat II yang sarana infrastruktur masih
banyak kelemahan, akan tetapi kenyataan yang harus dihadapi laju kebutuhan transportasi
harus mampu ditapung oleh sistem prasarana transportasi. Sebab usaha peningkatan kualitas
dan kuantitas pelayanan sistem prasarana transportasi pada suatu daerah tertentu dapat
meningkatkan aksesabilitas dan mobilitas didaerah tersebut, dan sebaliknya akan dapat
merangsang kembali terjadinya peningkatan kebutuhan transportasi. Pergerakan dan gaya
hidup masyarakat Kabupaten Lamongan serta di tunjang dengan peningkatan penghasilan
menyebabkan kebutuhan transportasi dan sistem prasarana transportasi yang saling kejar
mengejar dan tidak akan pernah berhenti sampai kondisi jenuh tercapai ( macet total). Bukti
yang jelas terlihat pembangunan jalan yang telah mengeluarkan dana sangat besar dalam
usaha peningkatan kualitas dan kuantitas sistem prasarana transportasi cukup tinggi, akan
tetapi kemacetan, pengaturan lalu lintas dengan tingkat intensitas dan kompleksitas yang
tidak berubah dan bahkan semakin parah.
Usaha pemecahan permasalahan transportasi perkotaan pada saat sekarang adalah usaha
meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem prasarana transportasi yang ada sama saja.
Karena lambat laun akan terjadi kemacetan juga dengan tingkat intensitas yang lebih parah.
Selama pemerintah daerah kabupaten Lamongan bersedia mengkoordinir dana anggaran
untuk dialokasikan ke infrastruktur, tidak jadi masalah yang berarti pada manajemen
transportasi. Akan tetapi pemerintah memerlukan dana yang relatif besar untuk memperbaiki
pelayanan jasa sistem prasarana transportasi perkotaan yang merupakan pendukung utama
bagi perbaikan kondisi ekonomi.
Pendekatan konvensional masih perlu dilakukan oleh para perencana transportasi dan para
pengambil keputusan adalah dengan mengakomodasikan setiap pertumbuhan kebutuhan
transportasi dalam bentuk peningkatan kapasitas dan efesiensi prasarana serta jaringan. Hal
ini dilakukan dengan pembangunan prasarana baru, peningkatan kapasitas pranasarana yang
sudah ada, dan peningkatan efesiensi penggunaan prasarana dengan berbagai perangkat
kebijakan rekayasa dan manejemen lalulintas yang sudah ada. Pendekatan ini dirasakan
sangat efektif untuk jangkah waktu pendek saja, sejalan dengan peningkatan kebutuhan
pergerakan yang sangat cepat., pendekatan ini dirasakan tidak akan efesien lagi dan sangat
sulit dilaksanakan apabila dilihat dari kebutuhan dana yang sangat besar.
14
Kebijakan ini harus dilaksanakan secara sangat selektif tergantung dari tingkat prioritas dan
kemampuan pendanaan . Hal ini disebabkan karena selain membutuhkan biaya yang sangat
besar juga akan dapat berdampak negative berupa terjadinya peningkatan pergerakan melalui
peningkatan aksesabilitas dan mobilitas peningkatan prasarana dapat dilakukan selain
melebarkan jalan, juga dapat dilakukan dengan memperbaiki titik – titik rawan kemacetan
yang banyak terdapat pada jaringan jalan dan sistem hirarki serta pembangunan jalan
terobosan baru harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari penyempitanPelebaran
dan perbaikan geometrik persimpangan Pembuatan persimpangan tidak senbidang.
Pembangunan jalan terobosan baru untuk melengkapi sistem jaringan jalan yang telah ada
dan pembenahan sistem hirarki jalan. Hal ini terutama terlihat pada daerah yang berbatasan
dengan daerah administrasi lain. Karena tidak ada koordinasi yang baik antara kedua
pemerintah daerah, maka pembangunan sistem jaringan jalan didaerah perbatasan sering
tidak sinkron sehingga menimbulkan penyempitan. Pembuatan jembatan penyeberangan baik
untuk pejalan kaki maupun untuk kendaraan pada daerah tertentu untuk mengurangi
kecelakaan dan juga untuk membuka isolasi akibat pembangunan jalan lingkar atau
terobosan yang memisahkan satu daerah menjadi dua daerah yang terisolasi.
Kebijakan rekayasa dan manajemen lalu lintas dapat diberlakukan dengan berbagai cara,
yaitu:
a. Pemasangan dan perbaiakan sistem lampu lalulintas baik secara terisolasi maupun
terkoordinasi yang dapat mengikuti fluktuasi arus lalulintas. Pengaturan ini akan dapat
mengurangi tundaan dan kemacetan.
b. Perbaikan Perencaan sistem jaringan jalan yang ada, termasuk jaringan jalan Kereta Api,
jalan raya, bus, dilaksanakan untuk menunjang sistem angkutan Umum Transportasi.
Masalah transportasi sudah menjadi isu kebijaksanaan publik karena dampaknya secara material,
waktu, dan kenyamanan sudah cukup besar, biasanya, pemecahan masalah transportasi dilakukan
dengan penyediaan (supply) sarana dan prasarana transportasi sesuai dengan peningkatan
kebutuhan transportasi (Mulyono Sadyohutomo, 2008). Adapun Tingkat Keinginan Masyarakat
terhadap ketersediaan sarana transportasi publik di Muara Bungo.
dalam masyarakat. Intervensi itu dilakukan melalui suatu serangkaian strategi kebijakan
dengan menggunakan berbagai peralatan/ instrumen kebijakan.
c. Ketertarikan Responden Pada Sarana Transportasi Publik di Muara Bungo.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa, kebanyakan jumlah responden tertarik mencoba
dengan jumlah 91,67% sedangkan yang tidak tertarik mencoba hanya 8,33% karena
berbagai alasan. Animo masyarakat yang tinggi direpresentasikan oleh 275 orang
responden yang tertarik mencoba, apabila Pemerintah Daerah Bungo membuka layanan
transportasi publik, adalah modal berharga bagi upaya berkelanjutan dalam memajukan
daerah di sektor transportasi.
Bentuk preferensi (pilihan) moda transportasi publik Moda masyarakat Muara Bungo
Dari temuan penelitian menunjukkan pilihan responden jenis kendaraan yang cocok
untuk transportasi publik adalah Bis Menengah sebesar 43 %, sedangkan jumlah terendah
yaitu 10,67% memilih jenis kereta wisata (city train). Pada sisi fasilitas dalam kendaraan,
yang sangat diperlukan menurut opini responden adalah petugas keamanan, yang dipilih
sebesar 37,33%, sedangkan jumlah terendah adalah 1,33% yang menjawab kapasitas
daya angkut besar yang sangat diperlukan dari Sarana Transportasi Publik. Adapun
penyelenggaraan layanan transportasi harus berdasarkan pada prinsipprinsip berikut:
a. Aman;
b. Nyaman;
c. Mudah;
d. Ekonomis;
e. Lancar; dan
f. Ramah Lingkungan.
17
Pembangunan jaringan transportasi darat yang memadai di Kota Depok adalah mampu
meningkatkan pertumbuhan sektor ekonomi masyarakat, meningkatnya nilai tanah,
berkembangnya usaha skala kecil, terjadinya spesialisasi produk antar wilayah, terjadinya
konsentrasi dan urbanisasi penduduk, terutama di daerahdaerah yang telah dibuka akses jalan
dan angkutan. Sehingga terjadi peningkatan pendapatan daerah dibarengi dengan distribusi
barang secara merata antar penduduk, bidang usaha yang tersebar di beberapa wilayah. Di
samping itu, terjadi peningkatan jumlah dan jenis barang jadi dan jasa yang mampu dihasilkan
para konsumen, pemerintah dan kalangan industri.
Kebijakan manajemen transportasi darat di Kota Depok telah mengarah pada upaya
pembangunan berkelanjutan serta menjawab penyebab pemanasan global yang akhir-akhir ini
kian dirasakan masyarakat Kota Depok. Dengan kebijakan tersebut, maka hal ini menjadi
pertimbangan untuk mencari alternatif dalam menertibkan penggunaan sumber-sumber penyebab
pemanasan global di antaranya tentang. Tantangan mengenai pembangunan yang berkelanjutan
(sustainabble development) memerlukan reformasi kebijakan dalam sektor transportasi darat,
guna mewujudkan kualitas hidup masyarakat Kota Depok yang lebih baik dan berkelanjutan.
Kota Depok telah memberikan pelayanan angkutan umum dengan lebih dari satu moda sesuai
karakteristik kota. Oleh karena itu, dalam mengadakan perencanaan pengembangan sistem
angkutan umum telah dilakukan secara terpadu antara berbagai sub-sistem (moda) tersebut,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara moda satu dengan yang lainnya. Namun dengan
berbaurnya berbagai moda di Kota Depok yang kurang memperhatikan hirarki dan fungsi
jaringan jalan, maka telah menimbulkan persaingan yang kurang sehat dalam pengoperasiannya.
Nah adapun penyelesaian masalah transportasi menggunakan konsep TDM untuk meredan atau
memper kecil permintaan transportasi Kebijakan yang dilakukan dalam pelaksanaan konsep
18
TDM mengarah pada terjadinya beberapa dampak pergeseran pergerakan yaitu pergeseran
waktu, pergeseran rute, pergeseran modadan pergeseran lokasi tujuan. Beberapa kota-kota besar
di dunia sudah menerapan strategi TDM dengan tingkat keberhasilan yang cukup baik. Oleh
karena itu sangat tepat jika saat ini Kota Serang dan Kota Cilegon sudah mampu menerapkan
beberapa strategi TDM. Hanya saja dalam penerapannya perlu bersinergi dengan kebijakan lain
sehingga lebih efektif nah kebijakan yang di lakukan yaitu Peningkatan kapasitas prasarana dapat
dilakukan selain dengan melebarkan jalan, juga dapat dilakukan dengan memperbaiki titik-titik
rawan kemacetan yang banyak terdapat pada jaringan jalan di daerah perkotaan , seberapa jauh
jaringan jalan yang ada sekarang ini berfungsi sesuai dengan kapasitas yang seharusnya, .
Kebijakan Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas Kebijakan rekayasa dan manajemen lalulintas
dapat dilakukan dengan berbagai cara Pemasangan dan perbaikan sistem lampu lalulintas baik
secara terisolasi maupun terkordinasi yang dapat mengikuti fluktuasi arus lalu lintas,dan hal lain
yang dapat di lakukan adalah dapat dilakukan secara sinergis adalah pelatihan transportasi
perkotaan bagi staf pemerintah daerah dan Sosialisasi peraturan dan penegakan hokum.
Dan untuk perepan TDM di kawasan industry yaitu dengan cara Memilih strategi TDM yang
sesuai dengan karakteristik kawasan industri krakatau yang menggunakan teknik rangking, maka
berdasarkan hasil analisa data terhadap strategi Transportation Demnad Management (TDM)
seperti Ride Sharing, Guaranteed Ride Home, Transit Oriented Development, Alternative Work
Schedules, Telework, Park and Ride, dan Employer Public Transport Subsidy. Strategi yang
dipilih oleh para responden sebagai strategi paling tepat adalah Telework. Berdasarkan hasil
analisa simulasi dengan menggunakan metode studi literatur terhadap penerapan Telework, maka
penerapan Telework dalam mengurangi kemacetan di Kawasan Industri Krakatau kota Cilegon
kemungkinan sebesar 6,12%- 23,66% pekerja yang berpotensial melakukan Telework. Karena
tidak semua Kawasan Industri Krakatau ini akan bisa menerapkannya, sebab Kawasan ini
tampaknya tetap memerlukan kehadiran orang per orang (tatap muka secara langsung) karena
kawasan ini sebagian besar adalah industri manufaktur yang mungkin dibebani target produksi.
Dan untuk pelayanan menejemen permintaan transportasi yang ada di kota lamongan masih
sanga melemah di karenakan kebutuhan transportasi belum bisa di tampung oleh prasarana
transportasi yang ada di kota lamongan nah adapun lampu lalu lintas yang ada di kabupaten
19
lamongan masih banyak yang terkordanisasi sehingga menyebabkan kemacetan di beberapa ttitik
di kota lamongan adapun hal yang dapat di lakukan oleh pemerintah kota lamongan yaitu
a. Pelatihan Transportasi Perkotaan bagi staf pemerintah daerah. Kesiapan pemerintah daerah
dalam mengelola dan mengatur daerahnya sendiri sangatlah penting dan diperlukan beberapa
kajian menyimpulkan bahwa banyaknya permasalahan transportasi dikota bukan hanya
disebabkan oleh factor kurangnya jumlah prasarana dan fasilitas transportasi, tapi kadang
ketidaksiapan SDM dalam mengelola. Oleh karena itu pelatihan merupakan cara yang sangat
efektif untuk memperluas wawasan dan pengetahuan aparat dan staf pemerintah daerah dalam
masalah transportasi, termasuk mengelola, merencana dan mengatur.
b. Sosialisasi peraturan dan penegakan hukum. Ketidaksiplinan selalu merupakan alas an utama
terjadinya permasalahan transportasi perkotaan. Bagaimanapun baiknya sistem perlalulintasan,
jika tidak dibarengi dengan disiplin berlalulintas yang baik, akan tetap menimbulkan masalah,
selain itu disiplin tidaknya pengguna jalan tidak saja bergantung pada dirinya sendiri, tetapi juga
pada ketegasan sistem perlalulintasan yang berlaku, termasuk undang – undang dan peraturan,
penegakan hukum, sosialisasi hukum, sarana dan prasarana.
Dan untuk kurang nya kebutuhan sarana transportasu di muara bongo provinsi jambi maka dapat
ditarik suatu kesimpulan yaitu, perlunya kajian transportasi publik di Muara Bungo, hasil temuan
penelitian, menunjukkan bahwa responden menyatakan Pemerintah Daerah Bungo perlu
melakukan kajian dan studi kelayakan mengenai transportasi publik. Selanjutnya bahwa tingkat
keinginan masyarakat sangat tinggi terhadap ketersediaan sarana transportasi publik di Muara
Bungo, kebanyakan jumlah responden tertarik mencoba bila telah ada sarana transportasi publik
di Muara Bungo. Pada sisi lain responden menginginkan subsidi pemerintah daerah sebagai
dukungan utama sistem transportasi publik. Masyarkat tertarik mencoba transportasi publik
untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Bentuk preferensi (pilihan) moda transportasi publik
Moda masyarakat Muara Bungo menunjukkan pilihan responden jenis kendaraan yang cocok
untuk transportasi publik dengan pilihan tertinggi adalah Bis Menengah. Adapun
penyelenggaraan layanan transportasi publik perlu memperhatikan prinsip: Aman, Mudah,
Ekonomis, Lancar dan Ramah Lingkungan.
20
KESIMPULAN
Ada tiga hal penting yang dapat disimpulkan yang kemudian bisa dijadikan sebagai substasnsi
permasalahan maupun untuk tujuan pencapaian kita bersama. Untuk pemecahan solusi
berbagai masalah pelayanan transportasi adalah:. Pertama, perencanaan dan implementasi serta
evaluasi kebijakan yang berbasis partisipasi masyarakat luas. Kedua, sustainable effort dalam
upaya membangun kesadaran publik dalam penggunaan jalan secara bermartabat dan beradab.
Ketiga, penegakan aturan hukum secara berkeadilan, transparan dan tegas. Dengan tercapainya
ketiga point diatas maka setiap kebijakan dalam bentuk apapun akan tercapai termasuk kebijakan
mengenai “manajemen kebutuhan transportasi (TRANSPORT DEMAND
MANAGEMENT)” atau sering disebut TDM untuk system pelayanan transportasi perkotaan.