Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi Obat Saluran Pencernaan


Sistem pencernaan adalah serangkaian jaringan organ yang bekerja untuk
mencerna makanan. Sistem pencernaan memiliki fungsi utama untuk mengubah makanan
menjadi nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.nutrisi tersebut kemudian disalurkan ke
seluruh tubuh melalui aliran darah. Organ pencernaan meliputi mulut, kerongkongan,
lambung, usus kecil, usus besar, rectum, anus. Selain organ pencernaan, adapun kelenjar
pencernaan antara terdiri dari air lur, pancreas, empedu, hati.
Gangguan pencernaan adalah berbagai jenis masalah yang terjadi pada saluran
pencernaan manusia. Ketika tubuh tidak dapat mencerna makanan dengan baik, kondisi
tersebut dapat menyebabkan intoleransi makanan. Penyebab gangguan pencernaan sangat
bervariasi, tergantung pada penyakitnya. Adapun contoh gangguan sistem pencernaan,
misalnya gastritis, celiac, batu empedu dan sebagainya.
Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal
(dari mulut sampai anus). Jenis-jenis obat pencernaan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : Antitukak, Antipasmodik, Antasida, Antiemetik , Antikolinergik,
Hepatoprotektor , Prokinetik, Antidiare , Laksatif (pencahar). Obat sistem pencernaan
berisi kombinasi enzim pencernaan, seperti amylase, lipase, atau protase, yang berguna
membantu tubuh mencerna makanan ketika kankrean tidak mampu menghasilkan enzim
pencernaan yang cukup. Obat sistem pencernaan diberika kepada penderita penyakit yang
menyerang sistem pencernaan dengan dosis tertentu. Pengobatan gangguan sistem
pencernaan sangat bervariasi tergantung kepada penyebab dan tingkat keparahan
penyakit.
B. Efek Samping Obat Saluran Pencernaan
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda setelah mengonsumsi obat sistem
pencernaan. Secara umum, efek samping akibat konsumsi obat gangguan sistem
pencernaan sangat bervariasi, misalnya konstipasi, mual, muntah diare dan sebagainya.
Penggunaan dalam Dosis besar dapat menyebabkan penyumbatan usus, hipofosfatemia,
hipercalciuria, peningkatan resiko osteomalasia, demensia, anemia mikrositik pada
penderita gagal ginjal. Mekanisme kerja Aluminium Hidroksida bekerja secara kimiawi
mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Obat sistem pencernaan jarang menyebabkan
reaksi alergi.
C. Klasifikasi dan Jenis Obat Saluran Pencernaan
Kklasifikasi obat saluran pencernaan antara lain ada Antasida, H2 reseptor
antagonis, Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor, Antibiotik, Proton pompa
inhibitor, Prokinetik, Antidiare, dan Laksatif.
1. Antasida
Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi gangguan sistem
pencernaan yang disebabkan oleh asam lambung. Apabila asam yang diproduksi oleh
lambung terlalu banyak maka mekanisme perlindungan lambung, usus dan esophagus
tidak terlalu kuat sehingga mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tersebut yang
menghasilkan gejala seperti sakit perut, ulu hati terasa terbakar. Antasida diberikan
secara oral untuk mengurangi rasa perih akibat suasana lambung yang terlalu asam.
Umumnya antasida merupakan basa lemah. Antasida terdiri dari sat aktif yang
mengandung aluminium hidroksida/karbonat, magnesium hidroksida/karbonat, dan
kalsium. Bisa juga dikombinasi oleh simetikon yang dapat mengurangi kelebihan gas.
Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi terlalu asam. Antasida juga
bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif bekerja pada
kondisi asam.
Antasida memiliki dua tipe yang memiliki efek sistemik dan non sistemik.
a) Antasida sistemik
Ion-ionnya dapat diserap oleh usus halus sehingga mengubah
keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh dan dapat terjadi
alkalosis. Jenis yang termasuk dalam tipe ini adalah Na-Bikarbonat. Efek
samping yang dapat terjadi yaitu kelebihan natrium menyebabkan
hypernatremia dan retensi air, alkalosis metabolic karena kelebihan
bikarbonat dan kelebihan sekresi asam (rebound).
b) Antasida nonsistemik
Kationnya membentuk senyawa yang tidak larut dalam usus, dan tidak
diabsorbsi sehingga tidak mempengaruhi keseimbangan asam basa dalam
tubuh.
Farmakokinetik dari antasida adalah diserap diekskresi oleh ginjal. Maka, penderita
infusisiensi ginjal tidak boleh menggunakan obat ini dalam jangka waktu lama.
Farmakodinamik dari antasida adalah antasida dibersihkan dari perut kosong dalam
waktu 30 menit. Adanya makanan dalam lambung cukup menaikkan PH lambung
hingga sekitar 5 dalam waktu 1 jam dan untuk memperlama efek netralisasi selama
2-3 jam.
Golongan yang termasuk dalam antasida, antara lain natrium bikarbonat,
aluminium hidroksida, kalsium karbonat, magnesium karbonat, dan magnesium
trisilikat.
Efek samping antasida :
a) Sindrom susu alkali
Penggunaan antasida sistemik dan kalsium karbonat bersama susu dalam jumlah
besar akan menimbulkan gejala sakit kepala, lemah, mual, dan muntah.
b) Batu ginjal, osteomalaise, dan osteoporosis. Contoh : aluminium hidroksida
c) Neurotoksisitas karena aluminium yang diabsorbsi ( pada otak menjadi alzeimer)
d) Mg menyebabkan diare, sedangkan Al menyebabkan obstruksi usus
e) Asupan natrium : hati-2 PJP

2. H2 reseptor
Antagonis reseptor H2 adalah obat untuk meningkatkan penyembuhan ulser
gastric dan duodenum, mengobati GERD sederhana, mencegah terjadinya stress ulser.
Mekanisme kerja H2 reseptor adalah menghambat produksi asam yang dirangsang
oleh histamine melalui kompetisi reversible dengan histamine untuk berkaitan dengan
reseptor H2 pada mempran basolateral pada sel-sel parietal. Golongan H2 reseptor
terdiri atas simetidin, ranitidine, famotidine, nisatidin.
Farmakokinetik H2 reseptor adalah diabsorbsi di usus. Simetidin, ranitidine,
famotidine mengalami metabolisme di hati dengan bioavailabelitas sekitar 50%.
Hanya sedikit nizatidin mengalami metabolisme di hati sehingga bioavailabilitas
hamper 100%.
Farmakodinamik H2 reseptor adalah semua jenis H2 reseptor menghambat 60-
70% sekresi asam selama 24 jam. Efektif menghambat sekresi asam di malam
hari( yang sangat bergantung pada histamine) tapi hanya berdampak kecil terhadap
sekresi asam yang dipicu oleh makanan.
Efek samping H2 reseptor :
a. Simetidin
Diare, nyeri otot, pusing, reaksi kulit, penggunaan jangka panjang
menyebabkan impotensi dan ginekomastia ( mengikat reseptor androgen ).
b. Ranitidine
Hamper sama dengan simetidin tetapi tidak menyebabkan ginekomastia dan
impotensi
c. Famotidine
Sakit kepala, diare, rasa tidak nyaman pada perut, pusing, mulut kering.
Adapun efek samping yang lebih serius, antara lain detak jantung tidak
teratur, cemas, hilang nafsu makan, pingsan, keang, mudah memar/berdarah.

3. Antiemetik
Antiemetic adalah jenis obat yang dikonsumsi untuk mengatasi mual dan muntah.
Antiemetic sering disebut dengan antimuntah. Obat antiemetik bekerja dengan
menghambat senyawa dan neurotransmitter spesifik di dalam tubuh. Senyawa
tersebut dapat memicu reaksi seperti mual dan muntah pada banyak kondisi. Berikut
jenis antiemetic berdasarkan penyebabnya :
a. Untuk mabuk perjalanan
Obat antiemetic ini mampu menurunkan kepekaan telingan bagian dalam terhadap
gerakan kepala. Contoh obat antiemetic untuk mengatasi mabuk perjalanan, yaitu
dimenhydrinate, diphenhydramine, meclizine, promethazine.
b. Antiemetic saat menjalani operasi
Pasien yang menerima tindakan anestesi kerap mengalami mual dan muntah. Obat
antiemetic ini ada yang berasal dari penghambat reseptor serotonin, penghambat
reseptor dopamine, dan kortikosteroid. Beberapa contoh obat antiemetic untuk
kondisi saat menjalali operasi, antara lain dexamethasone, droperidol, granisetron,
meroclopramide, ondansetron.
c. Antiemetic untuk flu perut
Flu perut atau gastroenteritis terjadi ketika lambung atau usus mengalami iritasi
atau peradangan, sebagai dari akibat infeksi virus atau bakteri. Muntah menjadi
salah satu gejala gastroenteritis yang berbahaya jika tidak diatasi. Beberapa
contoh obat yang termasuk dalam antiemetic untuk gastroenteritis, yaitu natrium
sitrat, asam fosfat, bismuth subsalisilat.
d. Antiemetic untuk pasien yang menjalani kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi untuk penanganan kanker sering menimbulkan efek
samping mual dan muntah bagi pasien. Obat jenis ini bervariasi, ada yang berasal
dari kelompok penghambat reseptor serotonin, penghambat reseptor dopamine,
penghambat reseptor NK1, dan kortikosteroid. Adapun contoh obat yang
termasuk dalam jenis ini, yaitu aprepitant, dexamethasone, polapitant, granisetron,
dan sebagainya.
e. Antiemetic untuk ibu hamil
Ibu hamil akrab dengan morning sickness. Kondisi ini sering ditandai dengan
mual dan muntah. Beberapa contoh obat jenis ini, yaitu dimenhydrinate,
prochlorperazine, promethazine, vitamin B6, dan sebagainya.
Masing-masing jenis obat antiemetic memiliki efek saping yang berbeda-beda.
Berikut efek samping yang khas :
1. Antihistamin : mengantuk, mulut kering, hidung kering
2. Kortikosteroid : gejala gangguan pencernaan, peningkatan dahaga, jerawat
3. Pemblokir reseptor dopamine: kelelahan, sembelit, telinga berdenging, gelisah
4. Penghambat reseptor NK1 : mulut kering, penurunan volume urine
5. Penghambat reseptor serotonin : kelelahan, mulut kering, sembelit
Farmakologi obat ini didistribusikan terikat dengan protein plasma darah.
4. Antikolinergik
Antikolinergik adalah obat yang dapat mencegah aktivitas neurotransmitter
asetilkolin supaya tidak memicu pergerakan otot tak sadar pada organ-organ didalam
tubuh. Obat antikolinergik bekerja pada reseptor muskarinik dalam system saraf pusat
dan perifer dengan menghambat respon asetilkolin secara kompetitif. Efek
antikolinergik tersebut membuatnya bermanfaat dalam menangani banyak kondisi
medis, mulai dari masalah aktivitas kandung kemih, keracunan, serta masalah
pergerakan otot yang berkaitan dengan Parkinson. Obat antikolinergik juga diberikan
pada pasien untuk mengiringi proses anestesi sebelum operasi.
Adapun beberapa jenis obat yang termasuk dalam kategori antikolinergik adalah
atropine, clidinium, cyclopentolate, darifenacin, dan sebagainya. Obat antikolinergik
dapat mengatasi berbagai kondisi medis, misalnya asma, pusing dan mabuk
perjalanan, gangguan system pencernaan/diare, keracunan, gejala Parkinson, dan
sebagainya.
Efek samping yang ditimbulkan oleh antikolinergik umumnya, yaitu :
a. Mulut kering
b. Penglihatan kabur
c. Sembelit
d. Rasa kantuk
e. Halusinasi
f. Kebingungan
g. Delirium, dan sebagainya
Selain efek samping, adapun peringatan dalam penggunaan antikolinergik, yaitu
suhu tubuh meningkat secara drastis, overdosis dan interaksi dengan alcohol.
Antikolinergik tidak dapat dikonsumsi oleh kelompok lanjut usia, orang dengan
gagal jantung, hipertensi, glaucoma, down syndrome, dan sebagainya.
5. Hepatoprotektor
Hepatoprotektor adalah suatu senyawa yang dapat memberikan perlindungan pada
hati dari kerusakan hati. Obat golongan hepatoprotektor bertujuan untuk menjaga
fungsi sel-sel hati dan membantu mempercepat penyembuhan. Adapun beberapa jenis
obat yang termasuk dalam golongan hepatoprotektor, yaitu hepachol, estazor, planta,
hevtin, dan sebagainya.
Mekanisme koerja obat hepatoptotektor antara lain dengan cara detoksilasi
senyawa racu, baik yang masuk dari luar maupun yang terbentuk dalam tubuh pada
proses metabolisme, meningkatkan regenerasi sel hati yang rusak, anti radang, dan
sebagai immunostimulator.
Efek sampung yang umumnya muncul karena obat hepatoprotektor tergantung
pada kandungan. Contoh yang kemungkinan muncul, misalnya mual, muntah, sensasi
panas, palpitasi.

6. Antibiotik
Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah
infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri
berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi
infeksi akibat virus, seperti flu.
Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan
sendirinya, sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi
bakteri yang diderita tidak kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik.
Selain keparahan kondisi, terdapat juga beberapa pertimbangan lain sebelum akhirnya
pasien diberikan antibiotik, yakni:
a. Infeksi yang diderita adalah infeksi menular.
b. Terasa mengganggu dan diduga membutuhkan waktu lama untuk sembuh dengan
sendirinya.
c. Terdapat risiko tinggi menyebabkan komplikasi.

Efek samping yang muncul bisa bersifat ringan hingga berat. Berikut ini adalah
beberapa efek samping antibiotik yang dapat terjadi: Gangguan pencernaan, Reaksi
alergi, Infeksi jamur, Sensitif terhadap cahaya, Gigi berubah warna, Resistensi
antibiotik. Selain beberapa efek samping di atas, masih ada banyak efek samping
antibiotik yang dapat muncul, yaitu:
1) Kerusakan jaringan ikat, seperti tendonitis dan putusnya tendon. Efek samping ini
dapat terjadi pada penggunaan antibiotik jenis fluoroquinolone, cephalosporin,
sulfonamide, dan azythromycin.
2) Sakit kepala.
3) Gangguan jantung, seperti detak jantung tidak teratur dan tekanan darah rendah.
4) Kelainan darah, misalnya leukopenia atau menurunnya jumlah sel darah putih dan
trombositopenia atau jumlah trombosit yang terlalu rendah.
5) Kejang.
6) Mulut terasa asam atau pahit.

7. Proton pompa inhibitor


Proton pump inhibitor (PPI) adalah golongan obat yang bekerja langsung pada
sel-sel lambung untuk menurunkan produksi asam. Ada lima jenis obat yang
termasuk dalam golongan ini, yaitu omeprazol , lansoprazol, rabeprazol, pantoprazol,
dan esomeprazol.
Obat golongan proton pump inhibitor umumnya digunakan untuk gangguan
kesehatan yang berkaitan dengan produksi asam lambung berlebih. Pada umumnya,
PPI digunakan untuk mengobati dan/atau mencegah berbagai kondisi berikut.

a. Tukak pada lambung dan usus dua belas jari.


b. Mengurangi naiknya asam lambung ke kerongkongan yang bisa menyebabkan
nyeri dan sensasi panas pada ulu hati (heartburn). Ini adalah gejala utama dari
gastroesophageal reflux disease (GERD).
c. Infeksi bakteri H. pylori yang dapat menyebabkan luka pada lambung.
d. Pengobatan dan pencegahan akibat tukak yang disebabkan jenis obat pereda nyeri
antiradang (NSAID).
e. Pada kondisi lainnya yang perlu ditangani dengan mengurangi produksi asam
lambung.
f. Sindrom Zollinger-Ellison, yaitu suatu kondisi langka saat terdapat tumor pada
pankreas. Tumor yang disebut gastrinoma ini menghasilkan banyak hormon
gastrin yang memicu produksi asam lambung berlebih.
g. Terapi perawatan pada GERD kambuhan, terutama pada esofagitis (peradangan
kerongkongan) tingkat II dan III.
h. Penyakit komplikasi GERD seperti esophageal strictures, Barrett’s esophagus ,
dan gejala di luar kerongkongan atau nyeri dada.

Cara kerja obat maag jenis PPI bekerja dengan cara menghambat reaksi kimia
antara hidrogen, kalium, serta enzim adenosin trifosfatase. Sistem yang dikenal juga
sebagai ‘pompa proton’ ini terdapat pada sel-sel penyusun dinding lambung yang
memproduksi asam. Terhambatnya pompa proton membuat asam lambung tidak
dapat keluar ke lapisan lumen lambung. Dengan begitu, produksi asam lambung pun
menurun secara drastis sehingga gejala gangguan pencernaan turut berkurang.

Adapun Efek samping yang biasanya muncul adalah: sembelit , diare, sakit
kepala, mual atau muntah, sering kentut , dan sakit perut.
8. Prokinetik

Agen prokinetik biasanya digunakan dengan obat penyakit gastroesophageal


reflux (GERD) atau obat sakit maag lainnya, seperti proton pump inhibitor (PPIs)
atau H2 receptor blockers. PPI dan H2 bloker secara umum, namun agen prokinetik
bisa memiliki efek samping yang serius, atau bahkan berbahaya, dan sempat ada yang
ditarik dari pasaran. Berikut adalah jenis agen prokinetik :

a. Metoclopramide

Metoclopramide (Reglan) adalah agen prokinetik yang telah digunakan


untuk mengobati GERD dengan meningkatkan aksi otot di saluran
pencernaan. Obat tersedia dalam bentuk tablet dan cairan. Seperti prokinetik
lainnya, efikasi metoclopramide terhalang oleh efek samping yang serius.

Efek samping mungkin termasuk peningkatan risiko kondisi neurologis


seperti tardive dyskinesia, yang menyebabkan gerakan berulang yang tidak
disadari. Efek samping ini telah diketahui terjadi pada orang yang
menggunakan obat selama lebih dari tiga bulan. Orang yang memakai
metoclopramide harus sangat berhati-hati saat mengemudi atau
mengoperasikan mesin atau peralatan berat.

b. Cisapride

Cisapride (Propulsid) bekerja pada reseptor serotonin di lambung. Obat


terutama digunakan untuk meningkatkan tonus otot di LES. Namun, karena
efek sampingnya, seperti detak jantung yang tidak teratur, telah ditarik dari
pasar di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat. Namun di Indonesia,
obat ini masih mudah ditemukan. Cisapride masih sering digunakan dalam
kedokteran hewan.

c. Bethanechol

Bethanechol (Urecholine) sebenarnya obat yang menstimulasi kandung kemih


dan membantu buang air kecil pada seseorang yang kesulitan mengosongkan
kandung kemih. Namun, obat juga membantu memperkuat LES, dan membuat
perut kosong lebih cepat. Obat ini juga membantu mencegah mual dan
muntah. Bethanechol tersedia dalam bentuk tablet.

Namun, manfaat dari obat dibayangi oleh efek samping yang sering terjadi
meliputi:

1. Kegelisahan

2. Depresi
3. Kantuk

4. Kelelahan

5. masalah fisik seperti gerakan tak terkendali dan kejang otot

d. Eritromisin

Antbiotik makrolidar pertama ini memiliki sifat menarik yang ternyata bisa
membantu mengosongkan lambung (agen prokinetik). Mekanismenya
lumayan susah, namun bisa dibaca di Hawkyard (2007) dengan link-nya
dibawah ini. Ketika menggunakan obat ini, perlu dipertimbangkan manfaat
dan risiko terkait resistensi antbiotik.

Bekerjasamalah dengan dokter Anda untuk mencari tahu rencana perawatan


yang tepat untuk Anda. Pastikan Anda mengikuti petunjuk yang diberikan
dokter Anda. Hubungi dokter Anda jika Anda merasa seperti obat Anda telah
menyebabkan efek samping yang negatif.

9. Antidiare

Obat diare diperlukan untuk menangani kondisi diare akut yang muncul
mendadak dan memburuk dengan cepat, serta tak kunjung sembuh setelah beberapa
hari. Sewaktu mengonsumsi obat diare, perhatikan petunjuk penggunaannya,
sehingga obat diare dapat bekerja secara optimal.

Diare merupakan kondisi meningkatnya frekuensi buang air besar yang ditandai
dengan tinja encer, kram perut, mual dan demam. Umumnya diare bisa berlangsung
selama 2–3 hari. Obat diare penting untuk dikonsumsi, terutama jika diare
berlangsung berkali-kali dan lama. Jika dibiarkan, diare bisa saja menimbulkan
komplikasi, misalnya dehidrasi. Ada beragam jenis obat diare yang mungkin akan
diresepkan oleh dokter Anda. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

a. Oralit merupakan obat diare cair yang terdiri dari campuran air, gula, dan
garam. Obat ini berfungsi untuk mengganti cairan

b. Probotik juga dapat digunakan sebagai obat diare. Probiotik adalah bakteri
baik yang terdapat pada makanan atau minuman, seperti pada tempe dan
yogurt. Selain itu, probiotik juga terdapat dalam suplemen berbentuk bubuk
atau kapsul. Probiotik mengobati diare dengan cara melawan bakteri jahat
penyebab diare, sehingga diare bisa berhenti. Obat ini biasanya diberikan
untuk mengobati diare yang terjadi sebagai efek samping dari antibiotik, dan
juga diare yang disebabkan oleh infeksi.
c. Karbon aktif yaitu obat yang mengandung zat karbon aktif atau arang aktif,
seperti norit, juga efektif untuk menangani diare. Karbon aktif mengobati
diare dengan cara menyerap racun penyebab diare lalu membuangnya
bersama feses. Dosis umum karbon aktif untuk mengobati diare pada orang
dewasa adalah 2–4 tablet 250 mg dan diminum sebanyak 3–4 kali dalam
sehari.

d. Obat Antidiare, jika anda mengalami diare akut, dokter mungkin akan
meresepkan obat antidiare, seperti dosis loperamide untuk orang dewasa
umumnya diawali dengan mengonsumsi 2 tablet secara langsung. Setelah itu
dilanjutkan dengan 1 tablet yang diminum setiap kali BAB. Maksimal
konsumsi loperamide adalah 6 tablet dalam sehari. Dosis umum bismuth
subsalicylate untuk orang dewasa adalah 2 tablet setiap 1–2 jam. Maksimal
konsumsi obat ini adalah 16 tablet dalam sehari.

10. Laksatif

Laksatif atau pencahar adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk
membantu mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di
usus. Dalam operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk
membersihkan usus sebelum operasi dilakukan.
Menurut cara kerjanya, obat pencahar dapat dibedakan menjadi:

a. Obat pencahar yang melunakkan tinja. Jenis obat pencahar ini bekerja dengan
cara memudahkan air di dalam saluran pencernaan untuk terserap ke tinja,
sehingga melunakkan tekstur tinja.
b. Obat pencahar untuk menstimulasi kerja usus. Obat pencahar jenis ini bekerja
dengan cara merangsang saraf di usus, sehingga mempercepat gerakan usus untuk
membuang tinja.

Efek Samping Obat Pencahar seperti obat-obat lain, obat pencahar juga berpotensi
menyebabkan efek samping. Efek samping yang ditimbulkan obat pencahar,
bergantung pada jenis obat pencahar yang dikonsumsi. Namun, efek samping yang
umumnya terjadi setelah mengonsumsi obat pencahar berupa:

1. Perut kembung
2. Sering buang gas atau kentut
3. Nyeri atau kram perut
4. Merasa tidak enak badan
5. Dehidrasi yang dapat mengakibatkan sakit kepala dan warna urine lebih gelap
dari biasanya.
 
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Farmakologi-
Komprehensif.pdf
https://www.academia.edu/27733873/MAKALAH_KIMIA_FARMASI_II_OBAT_OBAT_SAL
URAN_PENCERNAAN
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/429/6/6.%20BAB%20II.pdf
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/01/evaluasi_penggunaan_obat_antiseptik_ulser.pdf
https://www.sehatq.com/artikel/obat-antiemetik-adalah-obat-untuk-mual-dan-muntah-apa-saja-
jenisnya
https://www.sehatq.com/artikel/menyimak-fungsi-obat-antikolinergik-dan-efek-sampingnya
https://media.neliti.com/media/publications/278009-efek-hepatoprotektor-ekstrak-terpurifika-
06eb2255.pdf
https://hellosehat.com/pencernaan/maag/obat-maag-ppi-penghambat-pompa-proton/
https://moko31.wordpress.com/2018/05/31/obat-obat-prokinetik/
https://www.alodokter.com/antibiotik

Anda mungkin juga menyukai