2. H2 reseptor
Antagonis reseptor H2 adalah obat untuk meningkatkan penyembuhan ulser
gastric dan duodenum, mengobati GERD sederhana, mencegah terjadinya stress ulser.
Mekanisme kerja H2 reseptor adalah menghambat produksi asam yang dirangsang
oleh histamine melalui kompetisi reversible dengan histamine untuk berkaitan dengan
reseptor H2 pada mempran basolateral pada sel-sel parietal. Golongan H2 reseptor
terdiri atas simetidin, ranitidine, famotidine, nisatidin.
Farmakokinetik H2 reseptor adalah diabsorbsi di usus. Simetidin, ranitidine,
famotidine mengalami metabolisme di hati dengan bioavailabelitas sekitar 50%.
Hanya sedikit nizatidin mengalami metabolisme di hati sehingga bioavailabilitas
hamper 100%.
Farmakodinamik H2 reseptor adalah semua jenis H2 reseptor menghambat 60-
70% sekresi asam selama 24 jam. Efektif menghambat sekresi asam di malam
hari( yang sangat bergantung pada histamine) tapi hanya berdampak kecil terhadap
sekresi asam yang dipicu oleh makanan.
Efek samping H2 reseptor :
a. Simetidin
Diare, nyeri otot, pusing, reaksi kulit, penggunaan jangka panjang
menyebabkan impotensi dan ginekomastia ( mengikat reseptor androgen ).
b. Ranitidine
Hamper sama dengan simetidin tetapi tidak menyebabkan ginekomastia dan
impotensi
c. Famotidine
Sakit kepala, diare, rasa tidak nyaman pada perut, pusing, mulut kering.
Adapun efek samping yang lebih serius, antara lain detak jantung tidak
teratur, cemas, hilang nafsu makan, pingsan, keang, mudah memar/berdarah.
3. Antiemetik
Antiemetic adalah jenis obat yang dikonsumsi untuk mengatasi mual dan muntah.
Antiemetic sering disebut dengan antimuntah. Obat antiemetik bekerja dengan
menghambat senyawa dan neurotransmitter spesifik di dalam tubuh. Senyawa
tersebut dapat memicu reaksi seperti mual dan muntah pada banyak kondisi. Berikut
jenis antiemetic berdasarkan penyebabnya :
a. Untuk mabuk perjalanan
Obat antiemetic ini mampu menurunkan kepekaan telingan bagian dalam terhadap
gerakan kepala. Contoh obat antiemetic untuk mengatasi mabuk perjalanan, yaitu
dimenhydrinate, diphenhydramine, meclizine, promethazine.
b. Antiemetic saat menjalani operasi
Pasien yang menerima tindakan anestesi kerap mengalami mual dan muntah. Obat
antiemetic ini ada yang berasal dari penghambat reseptor serotonin, penghambat
reseptor dopamine, dan kortikosteroid. Beberapa contoh obat antiemetic untuk
kondisi saat menjalali operasi, antara lain dexamethasone, droperidol, granisetron,
meroclopramide, ondansetron.
c. Antiemetic untuk flu perut
Flu perut atau gastroenteritis terjadi ketika lambung atau usus mengalami iritasi
atau peradangan, sebagai dari akibat infeksi virus atau bakteri. Muntah menjadi
salah satu gejala gastroenteritis yang berbahaya jika tidak diatasi. Beberapa
contoh obat yang termasuk dalam antiemetic untuk gastroenteritis, yaitu natrium
sitrat, asam fosfat, bismuth subsalisilat.
d. Antiemetic untuk pasien yang menjalani kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi untuk penanganan kanker sering menimbulkan efek
samping mual dan muntah bagi pasien. Obat jenis ini bervariasi, ada yang berasal
dari kelompok penghambat reseptor serotonin, penghambat reseptor dopamine,
penghambat reseptor NK1, dan kortikosteroid. Adapun contoh obat yang
termasuk dalam jenis ini, yaitu aprepitant, dexamethasone, polapitant, granisetron,
dan sebagainya.
e. Antiemetic untuk ibu hamil
Ibu hamil akrab dengan morning sickness. Kondisi ini sering ditandai dengan
mual dan muntah. Beberapa contoh obat jenis ini, yaitu dimenhydrinate,
prochlorperazine, promethazine, vitamin B6, dan sebagainya.
Masing-masing jenis obat antiemetic memiliki efek saping yang berbeda-beda.
Berikut efek samping yang khas :
1. Antihistamin : mengantuk, mulut kering, hidung kering
2. Kortikosteroid : gejala gangguan pencernaan, peningkatan dahaga, jerawat
3. Pemblokir reseptor dopamine: kelelahan, sembelit, telinga berdenging, gelisah
4. Penghambat reseptor NK1 : mulut kering, penurunan volume urine
5. Penghambat reseptor serotonin : kelelahan, mulut kering, sembelit
Farmakologi obat ini didistribusikan terikat dengan protein plasma darah.
4. Antikolinergik
Antikolinergik adalah obat yang dapat mencegah aktivitas neurotransmitter
asetilkolin supaya tidak memicu pergerakan otot tak sadar pada organ-organ didalam
tubuh. Obat antikolinergik bekerja pada reseptor muskarinik dalam system saraf pusat
dan perifer dengan menghambat respon asetilkolin secara kompetitif. Efek
antikolinergik tersebut membuatnya bermanfaat dalam menangani banyak kondisi
medis, mulai dari masalah aktivitas kandung kemih, keracunan, serta masalah
pergerakan otot yang berkaitan dengan Parkinson. Obat antikolinergik juga diberikan
pada pasien untuk mengiringi proses anestesi sebelum operasi.
Adapun beberapa jenis obat yang termasuk dalam kategori antikolinergik adalah
atropine, clidinium, cyclopentolate, darifenacin, dan sebagainya. Obat antikolinergik
dapat mengatasi berbagai kondisi medis, misalnya asma, pusing dan mabuk
perjalanan, gangguan system pencernaan/diare, keracunan, gejala Parkinson, dan
sebagainya.
Efek samping yang ditimbulkan oleh antikolinergik umumnya, yaitu :
a. Mulut kering
b. Penglihatan kabur
c. Sembelit
d. Rasa kantuk
e. Halusinasi
f. Kebingungan
g. Delirium, dan sebagainya
Selain efek samping, adapun peringatan dalam penggunaan antikolinergik, yaitu
suhu tubuh meningkat secara drastis, overdosis dan interaksi dengan alcohol.
Antikolinergik tidak dapat dikonsumsi oleh kelompok lanjut usia, orang dengan
gagal jantung, hipertensi, glaucoma, down syndrome, dan sebagainya.
5. Hepatoprotektor
Hepatoprotektor adalah suatu senyawa yang dapat memberikan perlindungan pada
hati dari kerusakan hati. Obat golongan hepatoprotektor bertujuan untuk menjaga
fungsi sel-sel hati dan membantu mempercepat penyembuhan. Adapun beberapa jenis
obat yang termasuk dalam golongan hepatoprotektor, yaitu hepachol, estazor, planta,
hevtin, dan sebagainya.
Mekanisme koerja obat hepatoptotektor antara lain dengan cara detoksilasi
senyawa racu, baik yang masuk dari luar maupun yang terbentuk dalam tubuh pada
proses metabolisme, meningkatkan regenerasi sel hati yang rusak, anti radang, dan
sebagai immunostimulator.
Efek sampung yang umumnya muncul karena obat hepatoprotektor tergantung
pada kandungan. Contoh yang kemungkinan muncul, misalnya mual, muntah, sensasi
panas, palpitasi.
6. Antibiotik
Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah
infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri
berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi
infeksi akibat virus, seperti flu.
Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan
sendirinya, sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi
bakteri yang diderita tidak kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik.
Selain keparahan kondisi, terdapat juga beberapa pertimbangan lain sebelum akhirnya
pasien diberikan antibiotik, yakni:
a. Infeksi yang diderita adalah infeksi menular.
b. Terasa mengganggu dan diduga membutuhkan waktu lama untuk sembuh dengan
sendirinya.
c. Terdapat risiko tinggi menyebabkan komplikasi.
Efek samping yang muncul bisa bersifat ringan hingga berat. Berikut ini adalah
beberapa efek samping antibiotik yang dapat terjadi: Gangguan pencernaan, Reaksi
alergi, Infeksi jamur, Sensitif terhadap cahaya, Gigi berubah warna, Resistensi
antibiotik. Selain beberapa efek samping di atas, masih ada banyak efek samping
antibiotik yang dapat muncul, yaitu:
1) Kerusakan jaringan ikat, seperti tendonitis dan putusnya tendon. Efek samping ini
dapat terjadi pada penggunaan antibiotik jenis fluoroquinolone, cephalosporin,
sulfonamide, dan azythromycin.
2) Sakit kepala.
3) Gangguan jantung, seperti detak jantung tidak teratur dan tekanan darah rendah.
4) Kelainan darah, misalnya leukopenia atau menurunnya jumlah sel darah putih dan
trombositopenia atau jumlah trombosit yang terlalu rendah.
5) Kejang.
6) Mulut terasa asam atau pahit.
Cara kerja obat maag jenis PPI bekerja dengan cara menghambat reaksi kimia
antara hidrogen, kalium, serta enzim adenosin trifosfatase. Sistem yang dikenal juga
sebagai ‘pompa proton’ ini terdapat pada sel-sel penyusun dinding lambung yang
memproduksi asam. Terhambatnya pompa proton membuat asam lambung tidak
dapat keluar ke lapisan lumen lambung. Dengan begitu, produksi asam lambung pun
menurun secara drastis sehingga gejala gangguan pencernaan turut berkurang.
Adapun Efek samping yang biasanya muncul adalah: sembelit , diare, sakit
kepala, mual atau muntah, sering kentut , dan sakit perut.
8. Prokinetik
a. Metoclopramide
b. Cisapride
c. Bethanechol
Namun, manfaat dari obat dibayangi oleh efek samping yang sering terjadi
meliputi:
1. Kegelisahan
2. Depresi
3. Kantuk
4. Kelelahan
d. Eritromisin
Antbiotik makrolidar pertama ini memiliki sifat menarik yang ternyata bisa
membantu mengosongkan lambung (agen prokinetik). Mekanismenya
lumayan susah, namun bisa dibaca di Hawkyard (2007) dengan link-nya
dibawah ini. Ketika menggunakan obat ini, perlu dipertimbangkan manfaat
dan risiko terkait resistensi antbiotik.
9. Antidiare
Obat diare diperlukan untuk menangani kondisi diare akut yang muncul
mendadak dan memburuk dengan cepat, serta tak kunjung sembuh setelah beberapa
hari. Sewaktu mengonsumsi obat diare, perhatikan petunjuk penggunaannya,
sehingga obat diare dapat bekerja secara optimal.
Diare merupakan kondisi meningkatnya frekuensi buang air besar yang ditandai
dengan tinja encer, kram perut, mual dan demam. Umumnya diare bisa berlangsung
selama 2–3 hari. Obat diare penting untuk dikonsumsi, terutama jika diare
berlangsung berkali-kali dan lama. Jika dibiarkan, diare bisa saja menimbulkan
komplikasi, misalnya dehidrasi. Ada beragam jenis obat diare yang mungkin akan
diresepkan oleh dokter Anda. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
a. Oralit merupakan obat diare cair yang terdiri dari campuran air, gula, dan
garam. Obat ini berfungsi untuk mengganti cairan
b. Probotik juga dapat digunakan sebagai obat diare. Probiotik adalah bakteri
baik yang terdapat pada makanan atau minuman, seperti pada tempe dan
yogurt. Selain itu, probiotik juga terdapat dalam suplemen berbentuk bubuk
atau kapsul. Probiotik mengobati diare dengan cara melawan bakteri jahat
penyebab diare, sehingga diare bisa berhenti. Obat ini biasanya diberikan
untuk mengobati diare yang terjadi sebagai efek samping dari antibiotik, dan
juga diare yang disebabkan oleh infeksi.
c. Karbon aktif yaitu obat yang mengandung zat karbon aktif atau arang aktif,
seperti norit, juga efektif untuk menangani diare. Karbon aktif mengobati
diare dengan cara menyerap racun penyebab diare lalu membuangnya
bersama feses. Dosis umum karbon aktif untuk mengobati diare pada orang
dewasa adalah 2–4 tablet 250 mg dan diminum sebanyak 3–4 kali dalam
sehari.
d. Obat Antidiare, jika anda mengalami diare akut, dokter mungkin akan
meresepkan obat antidiare, seperti dosis loperamide untuk orang dewasa
umumnya diawali dengan mengonsumsi 2 tablet secara langsung. Setelah itu
dilanjutkan dengan 1 tablet yang diminum setiap kali BAB. Maksimal
konsumsi loperamide adalah 6 tablet dalam sehari. Dosis umum bismuth
subsalicylate untuk orang dewasa adalah 2 tablet setiap 1–2 jam. Maksimal
konsumsi obat ini adalah 16 tablet dalam sehari.
10. Laksatif
Laksatif atau pencahar adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk
membantu mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di
usus. Dalam operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk
membersihkan usus sebelum operasi dilakukan.
Menurut cara kerjanya, obat pencahar dapat dibedakan menjadi:
a. Obat pencahar yang melunakkan tinja. Jenis obat pencahar ini bekerja dengan
cara memudahkan air di dalam saluran pencernaan untuk terserap ke tinja,
sehingga melunakkan tekstur tinja.
b. Obat pencahar untuk menstimulasi kerja usus. Obat pencahar jenis ini bekerja
dengan cara merangsang saraf di usus, sehingga mempercepat gerakan usus untuk
membuang tinja.
Efek Samping Obat Pencahar seperti obat-obat lain, obat pencahar juga berpotensi
menyebabkan efek samping. Efek samping yang ditimbulkan obat pencahar,
bergantung pada jenis obat pencahar yang dikonsumsi. Namun, efek samping yang
umumnya terjadi setelah mengonsumsi obat pencahar berupa:
1. Perut kembung
2. Sering buang gas atau kentut
3. Nyeri atau kram perut
4. Merasa tidak enak badan
5. Dehidrasi yang dapat mengakibatkan sakit kepala dan warna urine lebih gelap
dari biasanya.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Farmakologi-
Komprehensif.pdf
https://www.academia.edu/27733873/MAKALAH_KIMIA_FARMASI_II_OBAT_OBAT_SAL
URAN_PENCERNAAN
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/429/6/6.%20BAB%20II.pdf
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/01/evaluasi_penggunaan_obat_antiseptik_ulser.pdf
https://www.sehatq.com/artikel/obat-antiemetik-adalah-obat-untuk-mual-dan-muntah-apa-saja-
jenisnya
https://www.sehatq.com/artikel/menyimak-fungsi-obat-antikolinergik-dan-efek-sampingnya
https://media.neliti.com/media/publications/278009-efek-hepatoprotektor-ekstrak-terpurifika-
06eb2255.pdf
https://hellosehat.com/pencernaan/maag/obat-maag-ppi-penghambat-pompa-proton/
https://moko31.wordpress.com/2018/05/31/obat-obat-prokinetik/
https://www.alodokter.com/antibiotik