Anda di halaman 1dari 5

Sembilan Tips Asuh Anak Saat

Pandemi Covid-19
1. Ciptakan habit seperti sebelum Covid-19
 
Wanita yang akrab disapa Ilma ini mengatakan, saat pandemi mau tidak mau
anak lebih lekat dengan gadget (gawai). Hal ini jelas perlu dikontrol. Jika
tidak, anak justru ketagihan dan rentan akan ancaman dunia maya dan
konten-konten negatif.
 
Oleh karena itu, orang tua perlu mengintervensi kebiasaan tersebut. Caranya,
dengan menciptakan kebiasaan atau jadwal seperti yang dilakukan sebelum
Covid-19 menyerang. Yang terpenting orang tua ikut terlibat aktif saat anak-
anak memegang gawai. Sehingga menghindarkan anak terbuai pada akun-
akun yang menghadirkan konten negatif.
 
“Kalau perlu ciptakan jadwal. jika terbiasa bangun subuh ya kita ajak mereka
bangun subuh. Saatnya mereka pegang handphone untuk belajar, ya kita
temani mereka belajar. Kalau saatnya mereka main ya silakan saja,” papar
Ilma yang juga anggota Pokja I TP PKK Provinsi Jateng.
 
 
 
2. Asah Kreativitas Anak Melalui Dunia Maya
 
Di era industri 4.0, dunia siber tak bisa dilepaskan dari keseharian anak-anak.
Hal itu pun bisa dimanfaatkan untuk mengasah kreativitas anak.
 
“Bisa dengan mengajarkan vlog (video blog). Itu bisa memngasah kreativitas,
meskipun anak dan orang tua berada di rumah,” ungkapnya.
 
3. Komunikasi
 
Meskipun orang tua berhak mengintervensi kegiatan anak selama di rumah.
Namun, orang tua juga tak boleh melupakan jika anak memunyai aspirasi.
Oleh karenanya, segala kegiatan ataupun jadwal harus disusun berdasarkan
komunikasi dan persetujuan bersama.
 
Ilma memaparkan, ada empat pola pengasuhan anak. Pertama adalah
permisif, yang cenderung tak konsisten karena membuat peraturan namun
tidak ditaati. Kedua otoriter, tipikal ini bersifat kaku, di mana orang tua seolah
memegang kendali penuh atas anak mereka.
 
Ketiga tipe neglected yang arti harafiahnya terlantar. Pola pengasuhan ini,
orang tua terkesan cuek meskipun segala kebutuhan si anak dipenuhi oleh
orang tua. Keempat, tipe asuh otoritatif.
 
“Tipe yang keempat ini mendorong anak untuk berani mengungkapkan
pendapat. Mereka diberi ruang untuk menentukan pilihan, meskipun orang tua
memberikan pertimbangan,” ujar Ilma.
 
Menurutnya, orang tua harus menerapkan pola pengasuhan yang
mengakomodasi aspirasi anak. Sebab, anak zaman sekarang semakin
memiliki daya kritis.
 
4. Kuasai Diri
 
Selain mengakomodasi aspirasi anak, orang tua juga perlu melakukan
introspeksi diri. Ketika sedang mengalami mood yang tidak stabil, orang tua
disarankan untuk menyelesaikan masalah terlebih dahulu sebelum
berhadapan dengan anak.
 
“Orang tua bisa menularkan energi negatif. Oleh karenanya, jika orang tua
sedang stress bisa menyelesaikannya dengan berolahraga atau melakukan
hobi lainnya. Setelahnya baru berkomunikasi dengan anak,” urainya.
 
5. Kompak
 
Selain itu, orang tua juga harus bersepakat dan kompak dalam mengasuh
anak selama pandemi. Meskipun sikap dari suami istri memang berbeda,
akan tetapi dalam pengasuhan anak mereka harus satu kata.
 
“Sebaiknya, suami istri membangun chemistry kekompakan dalam
berkomunikasi, serta membuat blueprint atau rencana pengasuhan anak.
Diskusi antara ibu dan ayah, jangan sampai anak bingung, ayahnya permisif
namun ibunya otoriter,” beber Ilma.
 
6. Beri Contoh
 
Isti membeberkan, dalam pengasuhan anak orang tua harus berperan
sebagai pemberi contoh. Menurutya, ada sebuah pepatah Inggris “I do I
Understand”, “I See I Remember”. 
 
“Kalau mau ajarkan anak mengontrol gadget ya harus memberi contoh.
Jangan malah pegang-pegang handphone kelamaan dan belanja-
belanja online. Nanti malah ditertawakan oleh anak,” ujar Isti.
 
 
7. Anggap Teman
 
Siti Atikoh menambahkan, dalam mengasuh anak, orang tua juga perlu
memosisikan diri sebagai teman. Itu dilakukannya, saat mengasuh anak
semata wayangnya Zinedine Alam Ganjar Pranowo.
 
“Alam itu benar-benar stay at home, keluar pas ambil raport saja. Dia setiap
hari ada jadwal khusus bertemu dengan sepupu dan teman-temannya, saya
menemaninya dan ikut menyimak pembicaraan. Meskipun ngobrolnya receh-
receh, saya ikut menemani,” paparnya.
 
8. Pahami Karakter Anak
 
Orang tua juga perlu memahami karakter anak. Ia menyebut ada empat tipe
kepribadian anak.
 
Pertama tipe sanguinis, yakni mereka yang cenderung aktif, optimis, dan
riang. Kedua plegmatis, adalah mereka yang memiliki kepribadian cinta hidup
damai. Ketiga koleris, yakni orang yang berorientasi pada tujuan. Keempat
adalah melankolis, mereka yang sangat menyukai tradisi.
 
“Kita juga harus mengetahui karakter si anak. Misalnya, anak yang lebih
sensitif memerlukan tipe pengasuhan yang penuh kelembutan pas ngobrol
menatap mata sejajar dan sejenisnya,” papar Ilma.
 
9. Happy Parenting
 
Terakhir, Ilma membeberkan pola pengasuhan anak terutama di masa Covid-
19 adalah sesuatu yang menyenangkan. Ia menyebut, tidak ada panduan
yang pasti terkait pola asuh.
 
“Parenting adalah seni, mari kita lakukan dengan senang. Terlihat sulit
memang, tapi bisa dipelajari dan diasah. Berikan waktu untuk anak-anak kita,
jangan hanya sisihkan serta beri keteladanan,” pungkasnya. (Pd/Ul,
Diskominfo Jateng)
 
3 Ide Kegiatan untuk Anak Selama Belajar di Rumah Selama 2 Pekan

1. Memanfaatkan aplikasi belajar gratis dan berbayar Orangtua bisa memanfaatkan tautan atau
aplikasi belajar yang tersedia di gadget, baik yang gratis mapun berbayar. Tidak hanya materi yang
bersifat akademis, di tautan atau aplikasi tersebut juga tersedia materi yang sifatnya non-akademis.
Misalnya, belajar tentang olahraga melalui laman www.gonoodle.com, permainan melalui tautan
Roblox, bahasa melalui laman www.duolingo.com, dan sebagainya.

2. Kegiatan tanpa gawai Banyak yang bisa dilakukan orangtua dan anak untuk mengisi kegiatan
libur sekolah atau belajar di rumah tanpa melibatkan penggunaan gawai. Misalnya, mengajak anak
ikut dalam kegiatan memasak, memintanya memasukkan baju ke lemari sendiri, membuat sarapan,
dan sebagainya. Meski terlepas dari konten akademis, kegiatan rumahan seperti ini memiliki banyak
manfaat bagi anak, juga bagi hubungan orangtua dan anak yang semakin terjalin. 3. Metode
Charllote Mason Ide belajar menggunakan metode ini lebih pada sistem short lesson. Misalnya,
dalam waktu 1 jam, anak diajak fokus untuk mempelajari berbagai materi yang berbeda-beda.
Sebagai contoh, dalam 1 jam, anak diajak melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan,
kemudian mempelajari berbagai materi pelajaran selama masing-masing 8 menit, belajar agama,
menulis, dan lain sebagainya. Seiring bertambahnya usia, durasi fokus belajar bisa diperpanjang.
Misalnya, menjadi 2 jam atau lebih lama. Pada prinsipnya, metode Charllote Mason ini dimulai dari
sesuatu yang mudah dan mungkin untuk dilakukan, baru ditingkatkan secara perlahan. Setelah
durasi fokus belajar selesai, anak bebas untuk berkegiatan apa pun.

3. Metode Charllote Mason Ide belajar menggunakan metode ini lebih pada sistem short lesson.
Misalnya, dalam waktu 1 jam, anak diajak fokus untuk mempelajari berbagai materi yang berbeda-
beda. Sebagai contoh, dalam 1 jam, anak diajak melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan,
kemudian mempelajari berbagai materi pelajaran selama masing-masing 8 menit, belajar agama,
menulis, dan lain sebagainya. Seiring bertambahnya usia, durasi fokus belajar bisa diperpanjang.
Misalnya, menjadi 2 jam atau lebih lama. Pada prinsipnya, metode Charllote Mason ini dimulai dari
sesuatu yang mudah dan mungkin untuk dilakukan, baru ditingkatkan secara perlahan. Setelah
durasi fokus belajar selesai, anak bebas untuk berkegiatan apa pun.

Anda mungkin juga menyukai