Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

T
DENGAN DIAGNOSA MEDIS TB PARU

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :
VIVI ALVIONITA
NIM. 40220029

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TN. T DENGAN DIAGNOSA MEDIS TB PARU

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : VIVI ALVIONITA


NIM : 40220029
Nama Institusi : Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kediri, tanggal bulan tahun


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Kaprodi

ttd. ttd.

…………………….. ……………………..
NIK. NIK.

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS
1. Definisi TB Paru
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium Tuberculosis (Kemenkes RI, 2014).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya. (Kemenkes RI, 2016).
2. Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru adalah Mycobacterium Tuberculsis. Ada beberapa
spesies Mycobacterium, antara lain:M.Tuberculosis, M. Africanum, M. Bovis, M.
Lepraedan sebagainya. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok mikobakterium selain Mycobacterium Tuberculosisyang bisa menimbulkan
gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (mycobacterium Other Than
Tuberculosis)yang terkadang mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB
(Menkes RI, 2017).
Sifat kumanMycobacterium Tuberculosismenurut Peraturan Mentri Kesehatan
Nomor 67 Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
a. Berbentuk batang ,panjang 1-10 mikron, lebar 0,2-0,6 mikron.
b. Bersifat tahan asam
c. Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen,Ogawa
d. Tahan terhadap suhu 4 0C –70 0C.
e. Sangat peka terhadap panas , sinar matahari dan sinar ultra violet. Dalam dahak pada
suhu 30-37 derajad celcius akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu.
f. Kuman dapat bersifat dorman (Kemenkes, 2016)
3. Klasifikasi TB
a. TBC yang menyerang jaringan paru-paru.TBC ini juga dibedakan menjadi dua
macam yaitu :

1. TBC paru BTA positif (sangat menular)


a. Sekurang-kuranfnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak,memberikan hasil yang
positif.
b. Satu pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto rongen
dada menunjukan TBC aktif.
2. TBC paru BTA negatif
Pemeriksaan dahak positif negatif/foto rongen dada menunjukan TBC aktif.
Positif negatif yang dimaksudkan disini dalah hasilnya meragukan, jumlah
kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat positif.

b. TBC ekstrak paru atau TBC yang menyerang orgna tubuh yang lain seperti paru-
paru misalnya selaput paru, selaput otak,selaput jantung,kelenjar getah
bening,tulang,persendian,kulit,usus,ginjal,saluran kemih dll.
Ada 2 bentuk klasifikasi TB paru yaitu :
a. TB Primer
Tuberculosis primer merupakan kompleks primer serta komplikasinya. Permulaan
tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit mulai
secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberculosis ditemukan tanpa keluhan atau
gejala. Dengan melakukan uji tuberculin secara rutin, dapat ditemukan penyakit
tuberculosis. Gejala tuberculosis primer dapat juga berupa panas yang naik turun
selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk pilek.
b. TB Pasca Primer
Tuberculosis pasca primer adalah tuberculosis yang terjadi setelah timbulnya
tuberculosis primer dan menimbulkan gejala yang lebih berat. Tuberculosis dapat
juga dapat menunjukkan gejala seperti bronkopneumonia, sehingga gejala
bronkopneumonia yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan
bronkopneumonia yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan tuberculosis.
(Yoannes Y Laban, 2008)

4. Patofisiologi

Kuman pada percik renik akan terhirup dan mencapai alveolus. Sebagian kuman
TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis non spesifik, sehingga
tidak terjadi respon imunologis spesifik. Sebagian lainya tidak dapat dihancurkan.
Makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang dihancurkan. Kuman TB yang
tidak dapat dihancurkan akan berkembang biak di dalam makrofag dan menyebabkan
lisis makrofag. Kemudian kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut , yang
dinamakan fokus primer ghon.Kuman TB menyebar dari fokus primer ghon menuju
kelenjar limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan inflamasi di saluran
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) .Jika fokus primer terletak di lobus
bawah atau tengah maka kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus
(perihiler),sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru maka yang akan terlibat
adalah kelenjar paratrakeal. Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadingitis
dinamakan kompleks primer (primary complex).Waktu yang diperlukan sejak masuknya
kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap (masa inkubasi)
bervariasi selama 2-12 minggu, biasanya berlangsung selama 4-8 minggu. Pada masa ini
kuman berkembang biak hingga mencapai jumlah 10.000-100.000, yaitu jumlah yang
cukup untuk merangsang respon imunitas selular.Pada saat terbentuknya kompleks
primer, TB primer dinyatakan telah terjadi. Setelah terjadi kompleks primer , imunitas
selular tubuh terhadap TB terbentuk, yang dapat diketahui dengan adanya
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin positif. Selama masa
inkubasi, uji tuberkulin masih negatif pada sebagian individu dengan sistem imun yang
berfungsi baik , pada saat sistem imun selular berkembang, proliferasi kuman TB
terhenti. Akan tetapi sejumlah 12kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma.
Bila sistem imunitas selular telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam
alveoli akan segera dimusnahkan oleh imunitas selular spesifik (cellular mediated
immunity, CMI).Setelah imunitas selular terbentuk , fokus primer di jaringan paru akan
mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah terjadi
nekrosis perkijuan dan enkapsulasi, tetapi penyembuhanya tidak sempurna fokus primer
di jaringan paru. Kuman TB tetap dapat hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam
kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan gejala sakit TB. Fokus primer di paru dapat
membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis
perkijuan yang berat , bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus
sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas).Kelenjar hilus yang mulanya
berukuran normal pada awal infeksi akan membesar karena reaksi inflamasi yang
berlanjut, sehingga bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada distal paru melalui
mekanisme ventil. Obstruksi total dapat mengakibatkan atelektasis. Kelenjar yang
mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menimbulkan erosi di
dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endotrakheal atau membentuk fistula.
Massa kiju dapat menyebabkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan
gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang sering disebut sebagai lesi segmental
kolaps-konsolidasi.Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas selular dapat
terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman
menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer atau berlanjut
menyebar secara limfohematogen. Dapat juga terjadi penyebaran hematogen langsung ,
yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya
penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.
5. Manifestasi klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1. Gejala sistemik/umum
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis
(radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3
bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Gejala dan tanda Sakit TB sangat luas variasinya, mulal dari yang sangat ringan
sampai sangat berat. Gejala dan tanda yang mengawali kecurigaan Sakit TB di antaranya
adalah MMBB (Masalah Makan dan Berat Badan), demamlama atau berulang,
gampang / sering tertular sakit batuk pilek, adanya benjolan yang banyak di leher, diare
yang sulit sembuh dll. TB juga dapat menyerang berbagai organ di seluruh tubuh
sehingga bisa timbul gejala pincang jika mengenai sendi panggul atau lutut, benjolan
banyak di leher, bisa juga terjadi kejang jika mengenai susunan saraf pusat / otak.
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum
seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas
sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan
gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul
apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam
hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan,
akantetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
6. Sumber dan cara penularan
Sumber penularan adalah pasien TB yang mengandung kuman TB dalam dahaknya.
Pada waktu batuk atau bersin , pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei/percikan renik). Infeksi terjadi apabila seseorang
menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung kuman sebanyak 0-3500
M.tuberculosis. Sedangkan kalau bersin dapat mengeluarkan sebanyak 4500-1.000.000
M. Tuberculosis(Menkes RI,2016). Daya penularan dari seorang penderita ditentukan
oleh banyaknya kuman yang di keluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajad positif
hasil pemeriksaan dahak, maka makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan
dahak negatif maka penderita tersebut dianggap tidakmenular. Kemungkinan seseorang
terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut (Depkes RI, 2003). Ahli lain mengatakan bahwa transmisi dari bakteri
penyebab TB tersebut adalah dari manusia ke manusia ( kecuali pada M. Bovis). Bentuk
kontaminasi lain yang lebih jarang terjadi adalah kontaminasi pada petugaslaboratorium
yang menangani biakan bakteri dari sputum penderita, selain itu pada beberapa kasus
juga dilaporkan adanya kotaminasi lewat makanan untuk jenis M.
bovis(Varaine,dkk,2010).Selain menginfeksi orang dewasa, infeksi tuberkulosis dapat
menginfeksi bayi dan anak (TB milier ). TB anak adalah Penyakit TB yang terjadi pada
umur 0-14 tahun (Kemenkes, 2013). TB pada anak merupakan transmisi terbaru
danberkelanjutan bakteri TB. Anak-anak paling sering terinfeksi TB oleh kontak
terdekat, seperti anggota keluarga. Anak-anak dapat menularkan penyakit TB pada
semua tingkat usia. Usia yang paling sering terjangkit penyakit TB adalah antara 1
sampai 4 tahun. Anak bisa mengalami sakit TB segerasetelah terinfeksi bakteri TB atau
di kemudian hari ketika terjadi pelemahan sistem imunitas sehingga bakteri TB kembali
aktif dan berkembangbiak di dalam tuuh. Jika tidak iobati kuman TB akan terus menetap
di dalam tubuh seumur hidu dan memungkinkan untuk menginfeksi anak-anak mereka
kelak (CDC: TB in Children, 2013).
7. Resiko penularan TB
Risiko penularan TB tergantung pada jumah basil dalam percikan,virulensi dar hasil
TB , terpajanya basil TB dengan sinar ultraviolet, terjadinya aerosolisasi pada saat batuk,
bersin, bicara atau pada saat bernyanyi, tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada
waktu otopsi, intubasi, atau pada waktu melakukan bronkoskopi. Anak-anak dengan TB
primer biasanya tidak menular (Chin,2009). Seseorang penderita tetap menular
sepanjang ditemukan TB di dalam sputum mereka. Penderita yang tidak diobati atau
yang diobati tidak sempurna, dahaknya akan tetap mengandung basil TB selama
bertahun-tahun (Chin, 2009). Diperkirakan pasien TB BTA positif yang belum
terdiagnosis dan belum diobati, dapat mengkontaminasi 10 hingga 20 orang tiap tahun
(variasi tergantung gaya hidup dan lingkungan dari si penderita dan orang yang tertular)
(Varain, 2010). Semua orang yang berada di ruangan yang sama dengan orang yang
batuk dan menghirup udara yang sama, berisiko menghirup kuman tuberkulosis .
Risikonyapaling tinggi bagi mereka yang berada paling dekat dengan orang yang batuk
(Crofton, 2002). Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi
buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB dan
menjadi sakit TB. HIV mengakibatkan kerusakan yang luas sistem daya tahan tubuh
seluler, sehingga jika terjadi infeksi penyerta (opportunistic), seperti tuberkulosis maka
yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila
jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat,
dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula (Kemenkes, 2010).
8. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan bakteriologis
1. Pemeriksaan mikroskopis BTA sputum atau spesimen lain (cairan tubuh atau
jaringan biopsi).
2. Tes cepat molekuler (TCM) TB
3. Pemeriksaan biakanBaku emas pemeriksaan diagnosis TB adalah menemukan
kuman penyebab TB. Media pemeriksaan biakan adalah media padat (hasil
biakan 4-8 minggu), media cair (hasil diketahui 1-2 minggu).
b. Pemeriksaan penunjang
1. Uji tuberculin
2. Foto toraks
3. Pemeriksaan histopatologi (PA)
c. Alur diagnosis TB
1. Konfirmasi bakteriologis TB.
2. Gejala klinis khas TB.
3. Bukti infeksi TB (hasil uji tuberkulin positif atau kontak erat dengan pasien TB)
4. Gambaran foto toraks sugestif TB.
9. Penatalaksanaan
1. Secara Medis :
a. Obat Anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid
dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain :
1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin
melalui bakterisid.
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan
kegiatan sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
b. Etambutol
Tidak dianjurkan untuk anak-anak usia < 6 tahun, karena gangguan penglihatan
sulit dipantau (kecuali bila kuman penyebabnya resisten terhadap obat TB lain.
c. Isoniazid
Mempunyai dua pengaruh toksik utama. Neuritis perifer akibat dari hambatan
kompetitif penggunaan piridoksin. Kadar piroksidin mengurang yang sedang
minum INH tetapi manifestasi klinis jarang ada dan pemberian piroksidin biasanya
tidak dianjurkan. Namun remaja dengan diet yang tidak cukup, kelompok anak-
anak dengan kadar susu dan masukan daging rendah, serta bayi yang sedang
menyusu sering memerlukan penambahan piroksidin. Pengaruh toksik utama INH
adalah Hepatotoksisitas yang berarti secara klinis jarang tetapi meningkat sesuai
usia . Tiga sampai 10% yang minum INH mengalami kenaikan kadar serum
transaminase sementara. Manifestasi alergi atau reaksihipersensitivitas yang
disebabkan oleh INH amat jarang. Inh dapat menaikkan kadar fenitoin dan
menyebabkan toksisitas denagan memblokade metabolismenya. Kadang-kadang
INH berinteraksi dengan teofilin, sehingga memerlukan modifikasi dosis.
d. Rifampisin
Obat ini adalah obat kunci pada manejemen tuberculosis moderen. Ia diserap
dengan baik dari saluran cerna selama puasa, dengan kadar serum puncak dicapai
dalam 2 jam. Efek samping lebih sering daripada dengan INH dan termasuk
perubahan warna urin dan air mata menjadi orange ( dengan pewarnaan permanen
lensa kontak), gangguan saluran cerna, dan hepatotoksisitas, biasanya ditampakkan
sebagai kenaikan kadar transminase serum tidak bergejala.
e. Pirazinamid
Dosis optimum belum diketahui, tetapi dosis yang sama ini menyebabkan kadar
CSS tinggi, ditoleransi dengan baik dan berkolerasi dengan keberhasilan klinis
pada trial pengobatan tuberculosis. Pengalaman yang luas dengan PZA
membuktikan keamanannya. Satu-satunya bentuk dosis PZA adalah tablet agak
besar 500 mg, yang menimbulkan beberapa masalah dosis. Tablet ini dihancurkan
dan diberikan bersama makanan dengan cara yang sama dengan pemberian INH,
tetapi penelitian farmakokinetik resmi denagan menggunakan metode ini belum
dilaporkan.
f. Streptomisin
Kurang sering digunakan daripada yang disebutkan lebih dahulu pada pengobatan
atau pencegahan penyakit resisten obat. Harus diberikan secara intramuskular.
Streptomisin menembus meningen yang radang dengan sangat baik tetapi tidak
melewati meningen yang tidak radang. Penggunaan utamanya sekarang adalah bila
dicurigairesistensi INH awal atau bila menderita tuberculosis yang membahayakan
jiwa. OAT diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
dan dosis yang tepat supaya kuman dapat dibunuh. Pengobatan TB diberikan
dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Tahap intensif dimaksudkan
untuk menghentikan proses penyakit. Tahap ini harus dilaksanakan dengan
pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan obat selama 2 bulan.
Sedangkan tahap lanjutan dimaksudkan agar semua kuman yang dorman (tidur)
terbunuh.pemberian obat kombinasi lebih sedikit tetapi dalam jangka waktu lebih
panjang yaitu 4 bulan. Semua tahap OAT diberikan setiap hari dalam satu dosis
sebelum makan pagi.
g. Check Up
Usai pengobatan akan dilakukan evaluasi. Biasanya pada dua bulan pertama sudah
kelihatan ada perubahan, misalnya berat badan naik, demam reda maka akan
berkurang juga. Jangan menghentikan pengobatan, kendati kondisi mulai membaik.
Tujuannya untuk mencegah agar tidak kambuh kembali. Karena jika lambuh lagi,
basilnya akan kebal dan pengobatannya sangat sulit. Dengan demikian pengobatan
TB harus dilakukan tuntas. Karena itu harus bisa memotivasi anak agar mau
berobat secara teratur. Kemungkinan kambuh tetap ada kendati sudah sembuh
benar. Misalnya, ketika kecil terkena TB kemudian kambuh saat sudah dewasa.
Karena itu perlu dilakukan check up rutin setiap tahun. Terutama pada usia rawan,
yaitu saat balita dan masa akil balik.
h. Tetap bersosialisasi
Jangan mengisolasi karena ia menderita TB. Perlu diketahui TB tidak menular.
Biarkan pula ia memiliki pergaulan yang wajar agar tetap memiliki pertumbuhan
dan perkembangan yang normal.
2. Pembedahan pada TB Paru
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkurang.
Indikasi pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif.
Indiksi mutlak pembedahan adalah :
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap positif.
b. Pasien batuk darah masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yamg tidak dapat diatasi secara
konservatif.
Indikasi relatif pembedahan adalah :
a. Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang
b. Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan.
c. Sisa kavitas yang menetap.

10. WOC TB PARU


11. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :

1. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan
satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain.
2. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam,
nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
mencari pengonbatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta
tuberkulosis paru yang kembali aktif.
4. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit
tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
5. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan
yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat
kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak – desakan,
kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.
c. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
e. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan
terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
f. Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular.
g. Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran)
tidak ada gangguan.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir
klien tentang penyakitnya.
i. Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
j. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress
pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas
ibadah klien.
7.      Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
a. Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
b. Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
  inspeksi :  adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas
yang tertinggal, suara napas melemah.
  Palpasi   : Fremitus suara meningkat.
  Perkusi      : Suara ketok redup.
  Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang
nyaring.
c. Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
d. Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
e. Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
f. Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari –
hari yang kurang meyenangkan.
g. Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
h. Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
b. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekret yang tertahan ditandai dengan sputum

berlebih

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia ditandai dengan berat badan

turun

3. Pola nafas tidak efektif b/d produksi sekret meningkat di tamdai dengan pernfasan

cuping hidung

4. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolus – kapiler ditandai

dengan bunyi nafas tambahan, pernafasan cuping hidung

5. Hipertermi b/d proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal
c. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil

1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas Manajemen jalan nafas
nafas tidak asuhan Observasi Observasi
efektif b/d sekret keperawatan 1x 1. Mengetahui pola frekuensi,
yang tertahan 24 jam, 1. Monitor pada pola nafas kedalaman agar dapat menentukan
ditandai dengan diharapkan (frekuensi, kedalam, usaha intervensi selanjutnya
sputum berlebih bersihan jalan nafas) 2. Mengetahui bunyi nafas tambahan
nafas dapat 2. Monitor bunyi nafas tambahan agar dapat menentukan bunyi nafas
teratasi dengan (gurgling, mengi, wheezing, selanjutnya
kriteria hasil : ronkhi) 3. Mengetahui karakteristik sputum
1. Batuk efektif 3. Monitor sputum (jumlah warna
meningkat aroma). Teraupetik
2. Produksi Terapeutik 1. Mempertahankan kepatenan jalan
sputum
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
menurun
nafas 2. Mempertahankan jalan nafas
3. Dispnoe
2. Posisikan semi fowler atau 3. Melegakan jalan nafas
menurun
fowler 4. Memperlancar jalan nafas
4. Wheezing
3. Berikan minum hangat 5. Mempertahankan kadar oksigen
menurun
4. Lakukan fisio terapi dada dalam tubuh
5. Gelisah
menurun 5. Berikan oksigen Edukasi
6. Frekuensi Edukasi
napas 1. Untuk memenuhi cairan dalam
membaik 1. Anjurkan asupan cairan tubuh
7. Pola nafas 2000ml/hari 2. Untuk mengeluarkan sekret
membaik 2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian Untuk memperlancar jalan nafas
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik

2. Perubahan Setelah Observasi : Observasi :


nutrisi kurang dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Membantu mengidentifikasi nutrisi
dari kebutuhan tindakan 2. Identifikasi makanan yang yang tepat
b/d anoreksia keperawatan disukai 2. Meningkatkan pola makan
ditandai dengan selama 1x24 jam, 3. Identifikasi kalori dan jenis 3. Membantu peningkatan nutrisi
berat badan maka tingkat nutrien 4. Membantu dalam mengidentifikasi
turun nafsu makan 4. Monitor asupan makanan kekurangan kalori
dengan kriteria 5. Monitor berat badan 5. Untuk mengontol bb ideal
hasil : Terapeutik :
1. Asupan 1. Sajikan makanan secara menarik Teraupertik
cairan 5 dan suhu yang sesuai
1. Untuk meningkatkan nafsu
(meningkat) 2. Berikan makanan tinggi kalori
makan
2. Energi untuk dan protein
2. Untuk membantu menambah
Makan 3. Timbang berat badan secara
kebutuhan vitamin dalam tubuh
(meningkat) rutin
3. Membantu mengidentifikasi
3. Kemampuan Edukasi :
peningkatan berat badan
merasakan 1. Anjurkan posisi duduk
makanan Kolaborasi : Edukasi :
(meningkat) Kolaborasi pemberian medikasi
4. Kemampuan sebelum makan 1. Membantu proses pencernaaan
menikmati dengan baik
makanan
(meningkat) Kolaborasi
Untuk memenuhi asupan makanan
Daftar pustaka

DEPKES RI 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. 2014

Kemenkes RI. Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh. Jakarta: Pusat Data dan

Informasi Kementrian RI. 2016.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: PDPI. 2014.

WHO, Global Tuberculosis Report 2017, Geneva, 2017


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATANBHAKTI WIYATA KEDIRI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 19/10/20 Jam Masuk : 18.00


Tanggal Pengkajian : 20/10/20 No. RM : 11222456
Jam Pengkajian : 09.00 Diagnosa Masuk : TB PARU

IDENTITAS
1. Nama Pasien: Tn. T Penanggung jawab Biaya : Anak
2. Umur : 59 thn Nama : Ny. M
1. Suku/ Bangsa: Indonesia Alamat : Ponorogo
2. Agama : Islam
3. Pendidikan : Sma
4. Pekerjaan : Supir
5. Alamat : Ponorogo

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
a. Saat Masuk Rumah Sakit
: px batuk berdahak dan kadang merasa sesak nafas
b. Saat Pengkajian
: px batuk berdahak dan kadang merasa sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang →
Sejak ± 3 bulan px mengalami batuk berdahak dan kadang disertai sesak nafas, dahak
berwarna putih kekuningan tanpa disertai bercak darah. Keluhan dirasakan semakin
memberat sejak satu minggu yang lalu, keluarga memutuskan untuk membawa ke
rumah sakit pada tanggal 19 oktober 2020 dengan keluhan batuk berdahak, sesak
nafas, berkeringat dingin terutama pada malam hari dan mengeluh berat badan turun
akibat penurunan nafsu makan
(PQRST untuk pasien dengan keluhan nyeri) :
a. P = Provoking atau Paliatif
..............................................................................................................
b. Q = Quality
..............................................................................................................
c. R = Regio
..............................................................................................................
d. S = Severity
..............................................................................................................
e. T = Time
..............................................................................................................
Menurut Skala Intensitas Numerik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Menurut Wong Baker

Menurut Ahency for Health Care Polcy and Research


Intensitas
No Diskripsi
Nyeri
 Tida
1  Pasien mengatakan tidak nyeri
k Nyeri
 Pasien mengatakan sedikit nyeri atau
 Nye
2 ringan
ri Ringan
 Pasien nampak gelisah
 Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan /
sedang
 Nye
3  Pasien nampak gelisah
ri Sedang
 Pasien mampu sedikit berpartisipasi dlm
keperawatan
 Pasien mengatakan nyeri tidak dapat
ditahan / berat
 Nye
4  Pasien sangat gelisah
ri Berat
 Fungsi mobilitas dan perilaku pasien
 Berubah
 Pasien mengataan nyeri tidak
 Nye
tertahankan / sangat berat
5 ri Sangat
 Perubahan ADL yang mencolok
Berat
( Ketergantungan ), putus asa

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat : ya tidak kapan :……
diagnosa :…………......
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak
jenis……………………
Riwayat kontrol : .............................
Riwayat penggunaan obat :..............
3. Riwayat alergi : ya tidak jenis……………………
4. Riwayat operasi : ya tidak kapan……………………

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya Jenis penyakit…………………
Tidak

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Tanda tanda vital
S : 36,7°C N : 80xmnt TD : 110/70mmhg RR : 20x.mnt BB : 49kg TB : 153cm
Kesadaran Compos Mentis Apatis
Somnolen Sopor Koma
Masalah Keperawatan :............................................................................
2. Keadaan Umum
Batuk berdahak,sesak nafas, kurus, pucat
3. Sistem Pernafasan
Inspeksi
a. Keluhan : sesak nyeri waktu nafas
Batuk : produktif kering darah
Sekret : ya Konsistensi : kental
Warna : putih kekuningan Bau : tidak sedap
b. Irama nafas teratur tidak teratur
c. Pola Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
d. Bentuk dada Simetris Asimetris
e. Bentuk thorax Normal chest Pigeon chest
Funnel chest Barrel chest
f. Retraksi Intercosta ya tidak
g. Retraksi Suprasternal ya tidak
h. Pernafsn cuping hidung ya tidak
i. Alat bantu napas ya tidak
Jenis................... Flow..............lpm
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vokal fremitus : Getaran antara kanan dan kiri teraba ( sama /
tidak sama ), lebih bergetar pada sisi........................
Perkusi
Area paru : ( sonor / hipersonor / dulness )
Auskultasi
Suara nafas :
Area Vesikuler Bersih Halus Kasar
Area Brochial Bersih Halus Kasar
Area Bronkovesikuler Bersih Halus Kasar
Suara tambahan :
Crakles Rochi Wheezing Pleural Friction rub
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :...........................................................................
Sistem Kardio vaskuler
Inspeksi
Ictus Cordis ( + / - ), pelebaran................. cm
Palpasi
Pulsasi pada dinding thorax teraba ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
Perkusi
Batas – batas jantung normal adalah :
Batas atas :..................................(N = ICS II)
Batas bawah :..................................(N = ICS V)
Batas Kiri :..................................(N = ICS V Mid clavikula Sinistra)
Batas Kanan :..................................(N = ICS IV Mid sternalis Dextra)
Auskultasi
BJ I terdengar ( tunggal / ganda ), Keras / lemah ), (reguler / irreguler )
BJ II terdengar ( tunggal / ganda ), Keras / lemah ), (reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm ( + / - ), Murmur ( + / - )
Keluhan lain terkait dengan jantung :
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. CRT : >3.detik
d. Akral hangat panas dingin kering basah
e. JVP normal meningkat menurun
f. Clubbing Finger : tidak
h. Lain-lain :..........................................
Masalah Keperawatan :.............................................................................
5. Sistem Persyarafan
a. GCS (Glasgow Coma Scale)
Eye (Buka mata) : 4
Verbal : 5
Motorik ; 6
b. Refleks fisiologi patella triceps biceps
c. Refleks patologis babinsky budzinsky kering
d. Keluhan pusing ya tidak
e. Pupil isokor anisokor
Diameter : 3mm
f. Sclera/Konjunctiva anemis ikterus
g. Gangguan pandangan ya tidak
Jelaskan……..
h. Gangguan pendengaran ya tidak
Jelaskan……..
i. Gangguan penciuman ya tidak
Jelaskan……..
j. Kaku kuduk ya tidak
k. Kejang ya tidak
l. Mual ya tidak
m. Muntah ya tidak
n. Nyeri kepala ya tidak
Masalah Keperawatan :.............................................................................
6. Sistem perkemihan
a. Kebersihan Bersih Kotor
b. Keluhan Kencing Nokturi Inkontinensia
Gross hematuri Poliuria
Disuria Oliguria
Retensi Hesistensi
Anuria
c. Produksi urine : 1200ml/hari Warna : kuning Bau : khas
d. Kandung kemih : Membesar ya tidak
Nyeri tekan ya tidak
e. Intake cairan oral : 600 cc/hari parenteral : ……… cc/hari
f. Alat bantu kateter ya tidak
Jenis :............. Sejak tanggal : ........
Lain-lain :
Masalah Keperawatan :.............................................................................
7. Sistem pencernaan
a. Mulut bersih kotor berbau
b. Mukosa lembab kering stomatitis
c. Tenggorokan sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
d. Abdomen tegang kembung ascites
Nyeri tekan ya tidak
Luka operasi ada tidak Tanggal operasi : .....
Jenis operasi :.............. Lokasi : ................
Keadaan : Drain ada tidak
Jumlah :........... Warna :...................
Kondisi area sekitar insersi :...............
e. Peristaltik : 13 x/menit
f. BAB : 1.x/hari Terakhir tanggal : 20-10-2020
Konsistensi keras lunak cair lendir/darah
g. Diet padat lunak cair
h. Nafsu makan baik menurun Frekuensi: 2x/hari
i. Porsi makan habis tidak Keterangan : px hanya memakan 3
sendok
Lain-lain:
Masalah Keperawatan :.............................................................................
8. Sistem muskulo skeletal dan integumen
a. Pergerakan sendi bebas terbatas
b. Kekuatan otot 5 5
5 5
c. Kelainan ekstremitas ya tidak
d. Kelainan tulang belakang ya tidak
e. Fraktur ya tidak
f. Traksi / spalk /gips ya tidak
g. Kompartemen syndrome ya tidak
h. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
i. Turgor baik kurang jelek
j. Luka jenis :.......... luas : ......... bersih
Kotor
k. Oedem - -
- -
Lain-lain:
Masalah
Keperawatan :.............................................................................
9. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjat tyroid ya tidak
Pembesaran Kelenjar getah bening ya tidak
Hipoglikemia ya tidak
Hiperglikemia ya tidak
Luka gangren ya tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan :.............................................................................

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
murung/diam gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaks kooperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri ya tidak
Lain-lain:
Masalah Keperawatan :...................................................................................

POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
No Pemenuhan Makan Sebelum Sakit Setelah Sakit
dan Minum
1. Jumlah / Waktu Pagi Pagi
Makan: 1 porsi Makan: 4 sendok makan
Minum: 2 gelas Minum: ½ gelas
Siang Siang
Makan: 1 porsi Makan: 3 sendok makan
Minum: 3 gelas Minum: 1 gelas
Malam Malam
Makan: 1 porsi Makan: -
Minum: 2 gelas Minum: 1 gelas
2. Jenis Nasi : putih Nasi : bubur
Lauk : tempe, telur Lauk : ikan
Sayur : bayam Sayur : sop
Minum : teh manis dan Minum / Infus : air putih/
air putih inf. Asering
3. Pantangan / Alergi Tidak ada Tidak
4. Kesulitan makan dan Tidak ada Tidak nafsu makan akibat
minum batuk terus menerus
5. Usaha untuk Tidak ada Tidak ada
mengatasi masalah

b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Eliminasi Sebelum Sakit Setelah Sakit
BAB / BAK
1 Jumlah / Waktu Pagi Pagi
BAK: 1x BAK: 1x
BAB: 1x BAB: -
Siang Siang
BAK: 2x BAK: 2x
BAB: - BAB: -
Malam Malam
BAK: .2x BAK: 1x
BAB: - BAB: -
2 Warna BAK: kuning BAK: kuning
BAB : khas bab
3 Bau BAK: khas urine BAK: khas urine
BAB : khas bab
4 Konsistensi BAK: cair BAK: cair
BAB : lunak
5 Masalah eliminasi Tidak ada Tidak ada
6 Cara mengatasi masalah Tidak ada Tidak ada

c. Pola Istirahat Tidur


No Pemenuhan Istirahat Sebelum Sakit Setelah Sakit
Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi :- Pagi : 1 jam
Siang : 1 jam Siang : 2 jam
Malam : 6 jam Malam : 4 jam
2 Gangguan tidur Tidak ada Batuk
3 Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
masalah gangguan tidur
4 Hal yang Tidak ada Tidak ada
mempermudah tidur
5 Hal yang Adzan sholat Tidak ada
mempermudah bangun
d. Pola Kebersihan diri / Personal Hygiene
No Pemenuhan Personal Sebelum Sakit Setelah Sakit
Hygiene
1 Frekuensi mencuci 2x/seminggu -
rambut
2 Frekuensi Mandi 3x/hari 1x/hari
3 Frekuensi Gosok gigi 3x/hari 1x/hari
4 Memotong kuku 1x/seminggu -
5 Ganti pakaian 2x/hari 1x/hari

e. Merokok ya tidak
f. Alkohol ya tidak
Masalah Keperawatan :...............................................................................

PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
b. Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
Masalah Keperawatan :...................................................................................

PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM :
A. Darah Lengkap
Leukosit :......................... ( N : 3.500 - 10.000 mL )
Eritrosit :......................... ( N : 1,2 juta - 1,5 juta )
Trombosit :......................... ( N : 150.000 – 350.000 / mL )
Hemoglobin :..........................( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )
Hematrokit :..........................( N : 35,0 – 50 gr / dl )
B. Kimia Darah
Ureum :..........................( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin :..........................( N : 07 – 1,5 mg / dl )
SGOT :..........................( N : 2 – 17 )
SGPT :..........................( N : 3 – 19 )
BUN :..........................( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin :..........................( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein :..........................( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa :..........................( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP :..........................( N : 140 – 180 mg / dl )
C. Analisa elektrolit
Natrium :..........................( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :..........................( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida :..........................( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium :..........................( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor :..........................( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG LAIN :


Jenis pemeriksaan Hasil
Dahak sewaktu pagi 2 BTA positf
sewaktu
Foto Rontgent
USG
EKG
EEG
CT- Scan
MRI
Endoscopy
Lain – lain

TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN


Nama Obat Dosis
OAT kategori II 2 bulan pertama
Injeksi streptomosin 500mgIM/hari
Injeksi Ranitidin 2x125mg.tab
cetirizin 1x10mg/tab
Vit B complex 1x50mg/tab

DATA TAMBAHAN LAIN :


.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
DAFTAR PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekret yang tertahan ditandai dengan sputum

berlebih

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia ditandai dengan berat badan

turun

3. Pola nafas tidak efektif b/d produksi sekret meningkat ditandai dengan pernafasan

cuping hidung
ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1. Ds : Mikrobakterium TB Bersihan jalan nafas
- Px mengatakan batuk tidak efektif b/d sekret
terus-menerus yang tertahan ditandai
- Px mengeluh sesak Terhirup masuk ke paru- dengan sputum
paru berlebih
Do :
- Adanya sputum
- Pola napas Poliferasi sel epitel di
dyspnea sekeliling basil dan
- Suara napas ronchi menyebar ke kelenjar getah
bening menimbulkan reaksi
RR : 20x/m eksudasi
S : 36,7°C
N : 80x/m
Td : 110/70 proses peradangan
-

lesi primer menimbulkan


kerusakan jaringan

produksi secret meningkat

2. Ds : produksi secret meningkat Perubahan nutrisi


- Px mengataan berat kurang dari kebutuhan
badan turun 5kg b/d anoreksia ditandai
- Px mengeluh tidak meningkatkan rangsang dengan berat badan
nafsu makan batuk turun
- Px mengeluh lemas
Do :
- Pasien tampak kurus secret terdorong ke mulut
- Pasien tampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Bb : 49 mempengaruhi pusat sensasi
- Imt : 20,9 di hipotalamus
- Tb : 153
-
anoreksia

3. Ds : proses peradangan Pola nafas tidak


- pasien mengatakan efektif b/d produksi
px mengalami batuk sekret meningkat di
sejak ± 3 bulan lesi primer menimbulkan tamdai dengan
- pasien mengatakan kerusakan jaringan pernfasan cuping
batuk berdahak hidung
berwarna putih
kekuningan tanpa produksi secret meningkat
bercak darah

Do : meningkatkan rangsang
- Adanya pernafasan batuk
cuping hidung
- Pasien tampak
gelisah
- TTV : TD = 110/70
mmHg
RR
20x/menit
N=
80x/menit
Suhu =
36,70C
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekret yang tertahan ditandai dengan sputum

berlebih

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia ditandai dengan berat badan

turun

3. Pola nafas tidak efektif b/d produksi sekret meningkat di tamdai dengan pernfasan
cuping hidung
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien :………………


Dx Medis : ………….…..
NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas Observasi:
nafas tidak keperawatan 2x 24 jam, diharapkan Observasi: 1. Untuk mengetahui pola napas
efektif b/d sekret bersihan jalan nafas dapat teratasi 1. Monitor pola napas (frekuensi, pasien
yang tertahan dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha napas) 2. Untuk mengetahui bunyi
ditandai dengan 1. Batuk efektif meningkat 2. Monitor bunyi napas tambahan napas pasien
sputum berlebih 2. Produksi sputum menurun (misal gurglling, mengi, 3. Untuk mengidentifikasi
3. Dispnoe menurun wheezing, ronkhi kering) sputum yang diproduksi oleh
4. Wheezing menurun 3. Monitor sputum (jumlah, pasien
5. Gelisah menurun warna, aroma) Terapeutik:
6. Frekuensi napas membaik Terapeutik: 1. Memberikan posisi yang
7. Pola nafas membaik 1. Atur posisi semi-fowler atau nyaman kepada pasien
fowler 2. Membantu mengencerkan
2. Berikan minum hangat sekret
3. Lakukan fisioterapi dada, jika 3. Untuk membantu
perlu mengembalikan dan
Edukasi: memelihara fungsi otot-otot
1. Anjurkan asupan cairan 2000 pernafasan
ml/ hari, jika tidak 4. Membantu proses pengeluara
kontraindikasi lendir
2. Ajarkan teknik batuk efektif Edukasi:
Kolaborasi: 1. Untuk mengoptimalkan fungsi
kolaborasi pemberian tubuh
bronkodilator, ekspektoran, 2. Membantu pengeluaran sekret
mukolitik, jika perlu dan memperingan keluhan
Pemantauan Respirasi sesak napas.
Observasi Kolaborasi:
1. Monitor frekuensi, irama, Membantu meredakan gejala
kedalaman dan upaya nafas Pemantauan Respirasi
2. Monitor pola nafas ( takipnea. Observasi
Kusmaul,hiperventilasi) 1. mengetahui upaya nafas pasien
3. Monitor kemampuan batuk 2. mengetahui pola nafas pasien
efektif 3. membantu pengeluaran sputum
4. Monitor adanya produksi 4. mengidentifikasi sputum dri px
sputum 5. mengetahui adanya bunyi
5. Auskultasi bunyi nafas nafas tambahan
Teraupetik teraupetik
1. Atur interval pemantauan untuk mengetahui perkembangan
respirasi sesuai kondisi pasien pasien
2. Dokumentasikan hasil Fisioterapi Dada
pemantauan Observasi
Fisioterapi Dada 1. untuk mengidentifikasi
Observasi penyebab diberikan fisioterapi
1. Indentifikasi indikasi dada
dilakukan fisioterapi dada 2. untuk mengidentifikasi
(hipersekresi sputum, sputum percapatan nafas
kental) 3. untuk mengidentifiaksi
2. Monitor status percepatan karakter sputym
nafas Teraupetik
3. Monitor jumlah dan karaketer 1. untuk membuat rasa nyaman
sputum 2. untuk memperlancar sekret
Teraupetik 3. agar tidak menggangu
1. Gunakan bantal untuk metabolisme tubuh
membantu pengaturan posisi
2. Lakukan perkusi dengan posisi
telapak tangan ditangupk
selama 3-5 menit
3. Lakukan fisioterapi dada 2 jam
setelah makan
2. Perubahan Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
1. Monitor asupan makanan dan 1. Membantu dalam
keperawatan selama 2x24 jam,
nutrisi kurang cairan serta kebutuhan kalori mengidentifikasi kelebihan
maka tingkat nafsu makan dengan 2. Monitor mual dan muntah kalori dan pemenuhan cairan
dari kebutuhan 3. Identifikasi faktor penyebab 2. Untuk mengidentifikasi
kriteria hasil :
mual seberapa sering pasien merasa
b/d anoreksia 1. Asupan cairan 5 (meningkat) 4. Identifikasi makanan yang mual
disukai 3. Untuk mengetahui apa
2. Energi untuk Makan (meningkat)
ditandai dengan 5. Monitor hasil laboratorium penyebab mual yang dirasakan
3. Kemampuan merasakan makanan Terapeutik : pasien
berat badan 1. Timbang berat badan secara 4. Untuk meningkatkan nafsu
(meningkat)
rutin makan
turun 4. Kemampuan menikmati makanan 2. Kurangi atau hilangkan 5. Untuk memantau perubahan
keadaan penyebab mual (mis. dari hasil lab pasien
(meningkat)
kecemasan, ketakutan dan Terapeutik :
kelelahan 1. Membantu mengidentifkasi
3. Berikan makan yang tinggi peningkatan berat badan dan
kalori dan protein penurunan
Edukasi : 2. Membantu mengurangi hal-hal
Ajarkan penggunaan teknik non yang menyebabkan mual
farmakologis untuk mengatasi 3. Untuk membantu mencukupi
mual (mis. relaksasi, terapi musik suplemen dalam tubuh
dan akupresur) Edukasi :
Kolaborasi : Memberikan pengetahuan kepada
1. Kolaborasi dengan ahli gizi pasien dalam mengatasi peraan
tentang target berat badan, mual dengan melakukan terapi
kebutuhan kalori dan relaksasi
kebutuhan makanan Kolaborasi :
2. Kolaborasi antlemetik, jika 1. Untuk memenuhi asupan
perlu makanan yang sesuai dengan
Dukungan Kepatuhan Progam keadaan sakitnya, sesuai usia,
Pengobatan TB dan BB
Observsi 2. Untuk mengatasi mual yang
Identifikasi kepatuhan menjalani dirasakan pasien
progam pengobatan Dukungan Kepatuhan Progam
Teraupetik Pengobatan
1. Buat komitmen menjalani Observsi
progam pengobatan dengan Untuk mengidentikasi kepatuhan
baik progam pengobatan
2. Buat jadwal pendampingan Teupetik
keluarga untuk bergantian 1. Untuk mengidentifikasi
menemani pasien selama kerutinan progam pengobatan
menjalani progam pengobatan 2. Untuk menambah semangat
3. Diskusikan hal-hal yang dapat pasien
mendukung atau menghambat 3. Untuk mengidentifikasi
berjalannya progam masalah dalam progam
pengobatan pengobatan
4. Libatkan keluarga untuk 4. Untuk membantu pasien dalam
mendukung progam menjalani progam pengobtan
pengobatan Edukasi
Edukasi 1. Untuk membantu pasien
1. Informasikan progam mengetahui pengobatan yang
pengobatan yang harus sedang dijalani
dijalani 2. Untuk membantu pasien
2. Informasikan manfaat yang mengetahui manfaat
diperoleh jika teratur pengobatan
menjalani progam pengobatan
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi Pemantauan Respirasi
efektif b/d Observasi Observasi
keperawatan 2x 24 jam, diharapkan
produksi sekret 1. Monitor frekuensi, irama, 1. mengetahui upaya nafas pasien
meningkat di inspirasi dan ekspirasi dapat kedalaman dan upaya nafas 2. mengetahui pola nafas pasien
tamdai dengan 2. Monitor pola nafas ( takipnea. 3. membantu pengeluaran sputum
memberikan ventilasi adekuat
pernfasan Kusmaul,hiperventilasi) 4. mengidentifikasi sputum dri px
cuping hidung dengan kriteria hasil: 3. Monitor kemampuan batuk 5. mengetahui adanya bunyi
efektif nafas tambahan
1. Kapasitas vital meningkat
4. Monitor adanya produksi teraupetik
2. Tekanan ekspirasi dan inspirasi sputum untuk mengetahui perkembangan
5. Auskultasi bunyi nafas pasien
meningkat
Teraupetik Dukungan Ventilasi
3. Dipsnea menurun 1. Atur interval pemantauan Observasi :
respirasi sesuai kondisi pasien 1. untuk mengidentifikasi upaya
4. Pernapasan cuping hidung
2. Dokumentasikan hasil nafas px
menurun pemantauan 2. untuk mengidentifikasi
Dukungan Ventilasi respirasi px
5. Frekuensi napas membaik
Observasi : terapeutik :
6. Kedalaman napas membaik 1. Identifikasi adanya kelelahan 1. untuk membantu pola nafas
otot bantu nafas efektif
2. Monitor status respirasi dan 2. untuk memberikan posisi
oksigenasi nyaman
Teraupetik 3. untuk membantu pernafasan
1. Pertahankan kepatenan jalan px
nafas
2. Berikan posisi semi Fowler
atau Flowler
3. Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
Edukasi :
1. Ajarkan melakukan tehnik
relaksasi napas dalam
2. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
bronkodilator
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien :………………
Dx Medis : ……………..

NO TGL JAM IMPLEMENTASI EVALIUASI (SOAP)


DX
1. 21 okt 10.00 1. Memonitor bunyi napas tambahan 22 okt 2020 pukul 07.00
(masih ada bunyi nafas ronkhi )
2020 10.10 S:
2. Memonitor sputum
- Px mengatakan masih sering batuk
(sputum warna putih kekuningan )
- Px mengatakan masih sesak
3. Memberikan minum hangat
10.15 O:
(untuk melancarkan sekret)
- Pola napas dyspnea
10.20 4. Melakukan fisioterapi dada
- Suara napas ronchi
5. Memonitor kemampuan batuk efektif
10.25 - Ttv :
6. Mengunakan bantal untuk membantu pengaturan
- RR : 20x/m
10.30 posisi
- S : 36,7°C
7. Melakukan perkusi dengan posisi telapak tangan
10.35 - N : 80x/m
ditangkupkan selama 3-5 menit
- Td : 110/70
10.40 8. Melakukan fisioterapi dada 2 jam setelah makan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. monitor bunyi napas tambahan
2. monitor sputum
3. Memberikan minum hangat
4. lakukan fisioterapi dada
5. monitor kemampuan batuk efektif
6. gunakan bantal untuk membantu pengaturan
posisi
7. lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan
ditangkupkan selama 3-5 menit
8. lakukan fisioterapi dada 2 jam setelah makan

22 okt 07.00 1. Memonitor bunyi napas tambahan 23 okt 2020 pukul 14.00
(masih ada bunyi nafas ronkhi )
2020 07.10 S:
2. Memonitor sputum
- Px mengatak tidak sering batuk
07.15 (sputum warna putih kekuningan )
- Px mengatakan sesak berkurang
3. Memberikan minum hangat
07.20 O:
(untuk melancarkan sekret)
- Pola napas dyspnea
07.25 4. Melakukan fisioterapi dada
- Suara napas ronchi
5. Mengunakan bantal untuk membantu pengaturan
07.30 - Ttv :
posisi
- RR : 20x/m
07.35 6. Melakukan perkusi dengan posisi telapak tangan
- S : 36,7°C
ditangkupkan selama 3-5 menit
07.40 - N : 80x/m
7. Melakukan fisioterapi dada 2 jam setelah makan
- Td : 110/70
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. monitor bunyi napas tambahan
2. monitor sputum
3. Memberikan minum hangat
4. lakukan fisioterapi dada
5. monitor kemampuan batuk efektif
6. gunakan bantal untuk membantu pengaturan
posisi
7. lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan
ditangkupkan selama 3-5 menit
8. lakukan fisioterapi dada 2 jam setelah makan
2 21 okt 13.00 1. Menimbang berat badan secara rutin 23 okt 2020 pukul 14.00
(bb masih 49kg)
2020 13.10 S :
2. Memberikan makan yang tinggi kalori dan protein
- Px mengataan berat badan turun 5kg
13.15 (ikan , dada ayam , susu)
- Px mengeluh tidak nafsu makan
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat
13.20 - Px mengeluh lemas
badan, kebutuhan kalori dan kebutuhan makanan
O :
13.25 4. Mengidentifikasi kepatuhan menjalani progam
- Pasien tampak kurus
pengobatan
13.30 - Pasien tampak pucat
5. Membuat komitmen menjalani progam pengobatan
- Mukosa bibir kering
13.35 dengan baik
- Bb : 49
6. Mendiskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau
13.40 - Imt : 20,9
menghambat berjalannya progam pengobatan
7. Melibatkan keluarga untuk mendukung progam - Tb : 153
pengobatan A:
8. Meginformasikan manfaat yang diperoleh jika Masalah belum teratasi
teratur menjalani progam pengobatan P:
1. Timbang berat badan secara rutin
2. Berikan makan yang tinggi kalori dan protein
3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat
badan, kebutuhan kalori dan kebutuhan makanan
4. Identifikasi kepatuhan menjalani progam
pengobatan
5. Buat komitmen menjalani progam pengobatan
dengan baik
6. Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau
menghambat berjalannya progam pengobatan
7. Libatkan keluarga untuk mendukung progam
pengobatan
8. Informasikan manfaat yang diperoleh jika teratur
menjalani progam pengobatan
22 0kt 14.00 1. Menimbang berat badan secara rutin 22 okt 2020 pukul 14.00
(bb masih 49kg)
2020 14.10 S :
2. Memberikan makan yang tinggi kalori dan protein
- Px mengatakan nafsu makan bertambah
14.15 (ikan , dada ayam , susu)
O :
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat
14.20 - Pasien tampak kurus
badan, kebutuhan kalori dan kebutuhan makanan
- Mukosa bibir kering
14.25 4. Mengidentifikasi kepatuhan menjalani progam
- Bb : 49
pengobatan
14.30 - Imt : 20,9
5. Mendiskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau
- Tb : 153
14.35 menghambat berjalannya progam pengobatan
A :
6. Melibatkan keluarga untuk mendukung progam
14.40 Masalah belum teratasi
pengobatan
P:
1. Timbang berat badan secara rutin
2. Berikan makan yang tinggi kalori dan protein
3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat
badan, kebutuhan kalori dan kebutuhan makanan
4. Identifikasi kepatuhan menjalani progam
pengobatan
5. Buat komitmen menjalani progam pengobatan
dengan baik
6. Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau
menghambat berjalannya progam pengobatan
7. Libatkan keluarga untuk mendukung progam
pengobatan
8. Informasikan manfaat yang diperoleh jika teratur
menjalani progam pengobatan
3 23 okt 14.00 1. Memonitor pola nafas 24 okt 2020 17.00
(ada pernafasan dipsnea) S:
2020 14.10
14.15 2. Memonitor kemampuan batuk efektif - pasien mengatakan px mengalami batuk sejak ±
(pasien bisa batuk efektif) 3 bulan
14.20
3. Memonitor adanya produksi sputum - pasien mengatakan batuk berdahak berwarna
14.25 4. Memberikan posisi semi Fowler atau Flowler putih kekuningan tanpa bercak darah
5. Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan
14.30
6. Mengajarkan melakukan tehnik relaksasi napas O :
14.35 dalam - Pasien tampak batuk produktif
7. Berolaborasi pemberian bronkodilator - Pasien tampak gelisah
- TTV : TD = 110/70 mmHg
RR 20x/menit
N = 80x/menit
Suhu = 36,70C
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Memonitor pola nafas
2. Memonitor kemampuan batuk efektif
3. Memonitor adanya produksi sputum
4. Berikan posisi semi Fowler atau Flowler
5. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
6. Ajarkan melakukan tehnik relaksasi napas dalam
7. Kolaborasi pemberian bronkodilator
24 okt 17.00 1. Memonitor adanya produksi sputum 25 okt 2020 19.00
2. Memberikan posisi semi Fowler atau Flowler S:
2020
3. Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan - pasien mengatakan px mengalami batuk sejak ±
4. Mengajarkan melakukan tehnik relaksasi napas 3 bulan
dalam O :
5. Berolaborasi pemberian bronkodilator - Pasien tampak gelisah
- TTV : TD = 110/70 mmHg
RR 20x/menit
N = 80x/menit
Suhu = 36,70C
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Memonitor pola nafas
2. Memonitor kemampuan batuk efektif
3. Memonitor adanya produksi sputum
4. Berikan posisi semi Fowler atau Flowler
5. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
6. Ajarkan melakukan tehnik relaksasi napas dalam
7. Kolaborasi pemberian bronkodilator

Anda mungkin juga menyukai