13 - Ringkasan Audit LH SI Plant Tuban
13 - Ringkasan Audit LH SI Plant Tuban
Menindaklanjuti ketentuan Pasal 27 ayat (3) Peraturan MENLH Nomor 03 Tahun 2013
tentang Audit Lingkungan Hidup bersama ini diumumkan:
1. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. - Plant Tuban telah melakukan audit lingkungan
hidup wajib berkala dengan ruang lingkup yang telah disetujui oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui surat persetujuan atas rencana audit
lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala Nomor S-
272/PKTL/PDLUK/PLA.4/3/2018, tanggal 15 Maret 2018.
1
c. Lingkup Proses dan Fasilitas: Proses yang diaudit mencakup proses penentuan
identifikasi risiko, penetapan risiko dan pengelolaan risiko tinggi lingkungan
dalam dokumen managemen risiko; proses pengadaan; pra penerimaan dan
penerimaan limbah B3; proses penyimpanan dan pengumpulan limbah B3;
proses grinding dan mixing bahan baku dan bahan bakar alternatif; proses
feeding dan proses pembakaran di sistem kiln serta proses pengamanan risiko
lepasan dioksin furan (interlock system).
d. Lingkup Horison Waktu Kajian : Waktu kajian audit adalah 3 (tiga) tahun (Tahun
2014 s.d. 2016) dan Semester I 2017. Pertimbangan penetapan waktu kajian
adalah berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 03 tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup;
e. Lingkup Topik dan Isu Lingkungan : Topik dan isu lingkungan yang diaudit
mencakup pengelolaan limbah B3, kualitas emisi udara dan udara ambien,
kesehatan akibat paparan dioksin furan dan logam berat dan komunikasi risiko,
baik dalam operasi kondisi normal, abnormal maupun kedaruratan;
f. Audit difokuskan pada komponen kegiatan Semen Gresik yang dapat
menimbulkan risiko tinggi lingkungan pada kondisi abnormal (shut down, start
up dan up set/ab-normal) dan kondisi darurat.
g. Klasifikasi Temuan dan Prioritasi : Klasifikasi temuan audit meliputi temuan
kesesuaian dan ketidaksesuaian bila ditemukan adanya kesesuaian atau
ketidaksesuaian terhadap ketentuan-ketentuan dalam manajemen risiko.
Temuan kepatuhan atau ketidakpatuhan apabila ditemukan adanya
pelanggaran terhadap peraturan atau perizinan. Temuan abservasi disampaikan
apabila di lapangan dijumpai adanya kegiatan yang berpotensi menimbulkan
risiko tinggi apabila tidak dikelola dengan baik.
h. Lingkup Rekomendasi/ Saran Tindak : Rekomendasi mencakup saran perbaikan
terhadap pengelolaan risiko dari kegiatan operasional co-processing.
Rekomendasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan perusahaan dalam
melakukan pencegahan dan pengendalian risiko kegiatan operasional co-
processing.
4. Audit lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala dengan lingkup pada angka
2 di atas dilakukan oleh:
Nama : Ir. Bambang Purwono
Kualifikasi : Auditor Utama
Nomor Sertifikat Kompetensi : LSK Auditor LH INTAKINDO
AU.001.01.015.0015
5. Berdasarkan hasil audit lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala, risiko
tinggi lingkungan dari pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan bakar adalah
terlepasnya senyawa dioksin dan furan apabila pembakaran di fasilitas kiln (pre
calciner) kurang dari 850 °C. Risiko tinggi lingkungan penggunaan bahan baku
2
alternatif limbah B3 adalah lepasan logam-logam berat pada emisi cerobong dan
produk.
3
Temuan Observasi
a. Jumlah analis dan petugas sampling masih terbatas.
b. Prosedur Penerimaan dan Penimbangan Bahan Baku dan Bahan Penolong Nomor
IK/KSO/PPG01/53204300/005belum sesuai dengan jenis limbah B3 yang termuat
dalam izin.
c. Pemeliharan Gas analyzer yang terpasang di Kiln system masih bersifat manual.
d. Management of Change belum melibatkan pihak terkait terutama Bagian
Hiperkes/Klinik dalam memberikan identifikasi risiko kesehatan.
e. Perusahaan belum memiliki prosedur management of change yang menjadi induk IK
yang digunakan oleh unit kerja yang berhubungan langsung dengan pemanfaatan
limbah B3 sebagai BBMA.
7. Rekomendasi :
Cara Penetapan Risiko, Analisis Risiko dan Pengendalian Risiko Lingkungan
a. Perlu melakukan review terhadap matriks IPDK (Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan) yang terkait dengan alur proses pemanfaatan limbah B3 dengan
menambahkan paparan logam-logam berat dan dioksin furan dari AF atau AM
terhadap kesehatan karyawan.
b. Melakukan review terhadap cara penetapan risiko dengan tidak mengacu pada BML
(Baku Mutu Lingkungan) atau NAB (Nilai Ambang Batas), tetapi mengacu pada
kemungkinan terjadinya suatu kejadian (kondisi abnormal) berdasarkan rekaman atau
data yang ada.
4
b. Melatih analis dan petugas sampler untuk mengikuti pelatihan teknik sampling
limbah B3 untuk mengantisipasi rencana pemanfaatan limbah B3 yang semakin besar
jumlahnya dan semakin beraneka ragam jenisnya.
5
Manajemen Risiko Aspek Komunikasi Risiko Lingkungan
Melakukan komunikasi yang tepat kepada masyarakat sekitar pabrik tentang
pemanfaaatan limbah B3 terkait:
a. penjelaskan bahwa kegiatan co-processing adalah sebagai upaya untuk konservasi
sumberdaya alam karena limbah masih dapat digunakan sebagai sumber daya untuk
bahan baku maupun energi;
b. Penjelasan bahwa limbah B3 merupakan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku atau bahan penolong;
c. Penjelasan tentang konsep dan prinsip ekologi industry, dimana limbah merupakan
sumberdaya bahan baku bagi industry lainnya;
d. Penjelasan tentang efek co-processing terhadap lingkungan dan kesehatan beserta
teknik dan teknologi pengendaliannya.