Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya
menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya
disebut Perseroan. danya perubahan tersebut mencatatkan Perseroan pada Bursa Efek
Indonesia dengan kode emiten KAEF. Komposisi saham yang ada dibagi menjadi
90,025% milik pemerintah dan 9,975% milik publik.
Terdapat enam fasilitas produksi di berbagai kota di Indonesia yang menjadi tulang
punggung dari segmen industri ini, yakni Plant Jakarta, Plant Bandung, Plant
Semarang, Plant Sarolangun (Jambi), Plant Watudakon (Jawa Timur), dan Plant
Tanjung Morawa (Medan).
Kimia Farma juga telah melakukan ekspansi bisnisnya hingga pasar mancanegara.
Produk-produk Kimia Farma yang mencakup produk obat jadi dan sediaan farmasi
serta bahan baku obat seperti iodine dan quinine telah memasuki pasar di India,
Jepang, Taiwan dan Selandia Baru, serta negara-negara Eropa.
Kimia Farma Bersinergi dalam Holding BUMN Farmasi yaitu holding BUMN farmasi
dengan formasi Kimia Farma dan PT Indofarma Tbk menjadi anggota holding,
sementara PT Bio Farma (Persero) menjadi kepalanya. Tujuan dari holding BUMN
Farmasi ini adalah selain untuk memperkuat kemandirian industri farmasi nasional, juga
untuk meningkatkan ketersediaan produk, dengan menciptakan inovasi bersama dalam
penyediaan produk farmasi untuk mendukung ekosistem farmasi dimasa yang akan
datang.