Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PENGGUNAAN VENTILASI (AC DAN NON-AC)

TERHADAP KEBERADAAN MIKROORGANISME UDARA


DI RUANG PERPUSTAKAAN
(Studi Kasus:Perpustakaan Teknik Lingkungan dan Perpustakaan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang)
Ismadiar Rachmatantri*), Mochtar Hadiwidodo **), Haryono Setiyo Huboyo **)

ABSTRACT
Libraries are one of the rooms that potentially subjected to air pollution indoors,
because there are many library book stacks – which is there are books that are rarely used
and cleaned. There is also a library which has ventilation and lighting sources are
inadequate. Therefore, this research aims to analyzing the effect of ventilation use (AC and
Non-AC) to the existence of the microorganism in the air of the library and analyzing the
influence of temperature, humidity and light intensity to the existence of air microorganisms.
From the results obtained that the air biological quality in Environmental Engineering
library of Diponegoro Diponegoro University (mechanic ventilation system) is better than the
air biological quality in Biology library of University (natural ventilation system). Similarly,
in the presence of people in the room, the room that contains the more visitors have a high
amount of microbial colonies than if the room is empty (no visitors). This proves that the
ventilation system and the existence of the human effect on the presence of colonies of
microbes by air.

Key words: Indoor Air Pollution, library, Ventilation (mechanic ventilation system and
natural ventilation system), Microbial Colony air, Visitors and No Visitors.
.
PENDAHULUAN

Udara, sebagai salah satu komponen ruangan, karena dalam ruang perpustakaan
lingkungan merupakan kebutuhan yang terdapat banyak tumpukan buku – buku,
paling utama untuk mempertahankan yang diantaranya terdapat buku – buku lama
kehidupan. Metabolisme dalam tubuh yang jarang digunakan dan dibersihkan.
makhluk hidup tidak mungkin dapat Perpustakaan juga ada yang mempunyai
berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari ventilasi dan sumber penerangan yang
udara. Selain oksigen terdapat zat-zat lain kurang memadai. Kadar kualitas udara yang
yang terkandung di udara, yaitu karbon tak memenuhi standar akan menimbulkan
monoksida, karbon dioksida, formaldehid, gejala seperti bersin, batuk, iritasi kulit,
jamur, virus, dan sebagainya. Zat-zat tersebut sesak nafas, iritasi mata, sakit kepala dan
jika masih berada dalam batas-batas tertentu sebagainya pada pengguna perpustakaan.
masih dapat dinetralisasi, tetapi jika sudah Sumber polusi udara dalam ruangan
melampaui ambang batas maka proses berhubungan dengan bangunan itu sendiri,
netralisasi akan terganggu. Peningkatan perlengkapan dalam bangunan kondisi
konsentrasi zat-zat di dalam udara tersebut bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran
dapat disebabkan oleh aktivitas manusia. udara, dan hal-hal yang berhubungan dengan
Udara dapat dikelompokkan menjadi, udara perilaku orang-orang yang berada di dalam
luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam ruangan. Selain itu sumber polusi udara
ruangan (indoor air) dalam ruang selain dapat berasal dari bahan-
Polusi udara tak hanya bersumber dari bahan sintetis dan beberapa bahan alamiah
luar ruangan tapi juga dalam ruangan. yang digunakan untuk karpet, busa, pelapis
Perpustakan adalah salah satu ruangan yang dinding, dan perabotan rumah tangga
berpotensi mengalami polusi udara dalam (asbestos, formaldehid, VOC), juga dapat

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
berasal dari produk konsumsi (pengkilap yang berterbangan. Jumlah koloni
perabot, perekat, kosmetik, mikroorganisme di udara tergantung pada
pestisida/insektisida). (Laila,2008). aktifitas dalam ruangan serta banyaknya
Ventilasi di dalam ruangan akan debu dan kotoran lain. Ruangan yang kotor
mempermudah pergerakan udara, dari luar akan berisi udara yang banyak mengandung
ruang akan masuk ke dalam ruangan, mikroorganisme dari pada ruangan yang
sehingga terjadi pergantian udara. Dengan bersih.(Moerdjoko,2004).
adanya pergerakan udara diharapkan dapat Pemerintah Indonesia telah mengatur
memperbaiki kualitas udara, sehingga dapat persyaratan kualitas udara dalam ruang
meningkatkan kenyamanan dan kesehatan perkantoran dengan mengeluarkan peraturan
pengguna ruangan tersebut.Ventilasi Keputusan Menteri Kesehatan RI
bangunan dapat berupa ventilasi alami(tidak No.1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam
melibatkan mesin), ventilasi buatan keputusan tersebut dinyatakan bahwa Angka
(melibatkan mesin pengondisi udara yg akan kuman kurang dari 770 koloni/m3 udara, dan
menurunkan suhu dan kelembaban bebas kuman patogen.
udara,AC) dan ventilasi semi-buatan Tujuan penelitian ini adalah
(ventilasi alami yang di bantu kipas angin mengetahui keberadaan mikroorganisme
untuk menggerakkan udara tetapi tidak udara di dalam ruang perpustakaan pada
melibatkan alat penurun suhu).(saswiko, Perpustakaan Teknik Lingkungan dan
2009) Perpustakaan Biologi MIPA Universitas
Mikroorganisme di udara merupakan Diponegoro dan menganalisis pengaruh
unsur pencemaran yang sangat berarti ventilasi alami dan buatan terhadap
sebagai penyebab gejala berbagai penyakit keberadaan mikroorganisme udara di dalam
antara lain iritasi mata, kulit, saluran ruang perpustakaan pada Perpustakaan
pernapasan (ISPA) dan lain-lain. Teknik Lingkungan dan Perpustakaan
Mikroorganisme dapat berada di udara Biologi MIPA Universitas Diponegoro.
melalui berbagai cara terutama dari debu
METODOLOGI PENELITIAN sample). Cara pengambilan sampel
Tahap Persiapan dilakukan dengan prosedur sebagai
Dalam tahap persiapan dilakukan berikut:
identifikasi masalah yang ada di dalam ruang a. Siapkan media yang akan digunakan
perpustakaan Teknik Lingkungan dan (cawan yang berisi media PDA dan BAP)
Perpustakaan Biologi UNDIP. Masalah yang b. Masing-masing cawan diletakan secara
ada yaitu tingginya bahan-bahan pencemar terpisah pada beberapa tempat di dalam
yang ada dalam ruangan. Setelah masalah ruangan tersebut dalam keadaan tutup
teridentifikasi dilakukan survey cawan terbuka, dan dibiarkan selama 30
pendahuluan, studi literatur mengenai menit.
identifikasi sumber pencemaran, penyusunan c. Ukur suhu, kelembaban, intensitas
dan pengajuan proposal. cahaya, dan kecepatan angin di samping
Tahap Pelaksanaan cawan.
Tahap pelaksanaan merupakan d. Setelah pengukuran selesai, segera
tahapan dimana dilaksanakan pengambilan bawa ke laboratorium dan diinkubasikan
data dan pengumpulan data yang meliputi pada suhu 30°C selama 2-3 hari(Inkubasi
data primer dan sekunder. Pada tahap dilakukan pada posisi cawan terbalik)
pengambilan data, dilakukan pengambilan e. Koloni yang tumbuh pada masing-
sampel di titik yang telah ditentukan. Berikut masing cawan dihitung
ini prosedur pengambilan sampel: f. Koloni yang ada pada media BAP
1. Pengambilan sampel udara : setelah dihitung diidentifikasi lebih lanjut
Menggunakan metoda pengambilan non terhadap keberadaan bakteri
kultur (non-culturable/ non-visiable air Stapylococcus dan Streptococcus .

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
Metode Pengumpulan Data
)
Tahap pengumpulan data meliputi )
pengumpulan data primer dan data sekunder.
Data yang diperlukan adalah data penunjang Karena rumus diatas dipergunakan untuk metode
dan data pendukung untuk analisis kualitas aktif, maka digunakan metode pendeketan untuk
udara dalam ruangan. Data primer metode pasif menjadi:
didapatkan dari pengamatan perpustakaan
secara langsung untuk penentuan titik
sampling. Pengumpulan data sekunder (kepmenkes 1335/2002)
didapatkan dari dinas/instansi yang terkait Setelah hasil pengukuran kualitas
antara lain Jurasan Teknik Lingkungan, dan biologi keluar, dilakukan Analisis hubungan
Jurusan Biologi Universitas Diponegoro. antar variabel diolah menggunakan statistika.
Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data HASIL DAN PEMBAHASAN
terkumpul dari hasil pengumpulan data. Identifikasi Sumber Pencemar
Secara garis besar, pekerjaan pengolahan Pencemaran yang terjadi ruang
data meliputi persiapan, tabulasi, dan perpustakaan berasal dari aktivitas manusia
penerapan data sesuai dengan tujuan di dalam perpustakaan, konstruksi bangunan,
penelitian (Arikunto, 2006; hal 235). dan sanitasi ruangan. Berikut identifikasi
Tahap Pengolahan data ini sendiri terdiri dari sumber pencemar pada daerah penelitian :
2 tahap yaitu : Tabel 1. Identifikasi Sumber Pencemar
Perpustakaan Perpustakaan
1. Persiapan No. Variabel
Teknik Lingkungan Biologi
Persiapan yang dimaksud disini berupa 1 Luas Ruangan 63.72 m² 40.5 m²
kegiatan memilih/menyortir data yang 2 Jumlah mahasiswa yang dilayani ± 5-25orang/hari ± 3-20orang/hari
3 Jumlah petugas 2 1
diperlukan untuk penelitian. Tahap ini
4 Jenis ventilasi Buatan (1 buah AC) Alami (Jendela)
ditujukan untuk memudahkan dalam 5 Sumber cahaya lampu lampu
melakukan analisis. 6 Konstruksi bangunan
2. Tabulasi a. lantai keramik keramik
b.dinding tembok & triplek tembok & triplek
Klasifikasi data seperti yang c.langit-langit triplek triplek
dikemukakan G.E.R Burroughas dalam 7 Koleksi buku
Arikunto, 2006; hal 236 adalah sebagai a.penyimpanan rak buku terbuka, dan rak buku terbuka,
berikut: rak buku tertutup kaca dan rak buku
b.jumlah
1. Tabulasi data (the tabulation of the data) ± 2700 (1200 textbook, ± 1800 (1000
700TA, 800KP) textbook, 800 TA)
2. Penyimpulan data (the summarizing of 8 Sanitasi ruangan
the data) a.lantai di bersihkan setiap hari seminggu 3x
3. Analisis data untuk tujuan testing b.meja dan kursi di bersihkan setiap hari seminggu 3x
hipotesis c.rak buku seminggu 1x 2 bulan sekali
d.jendela seminggu 1x 3 bulan sekali
4. Analisis data untuk tujuan penarikan e.AC bila terjadi kerusakan ˗
kesimpulan
Data dari tabulasi ini kemudian akan Analisis Kualitas Biologi Udara
Sesuai dengan lampiran KepMenKes
dianalisis sesuai tujuan penelitian dan
No 1405 tahun 2002 tentang persyaratan dan
hasilnya digunakan untuk menentukan
tata cara penyelenggaraan kesehatan
analisis kualitas udara dalam ruang
lingkungan kerja perkantoran,
perpustakaan.
pemimpinsatuan kerja / unit perkantoran
Perhitungan kontaminasi udara
(dalam hal ini ketua jurusan) bertanggung
diperlukan perhitungan data agar bisa di
jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan
bandingkan dengan Lampiran 1 Keputusan
lingkungan kerja perkantoran, hal-hal yang
Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2008.
perlu diperhatikan antara lain air bersih,
Adapun perhitungan data tersebut adalah:
udara ruangan, limbah, dan pencahayaan di
ruangan. Penyehatan udara ruang adalah

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
upaya yang dilakukan agar suhu dan 2. Perpustakaan Biologi
kelembaban, pertukaran udara, bahan Tabel 3. Hasil pengukuran kualitas
pencemar dan mikroba di ruang kerja udara dalam ruang perpustakaan
memenuhi persyaratan kesehatan. biologi dibandingkan dengan baku
Penentuan adanya pencemaran
kualitas udara dalam ruangan dapat di
bandingkan dengan lampiran KepMenKes
No 1405 tahun 2002. Ruang perpustakaan
belum diklasifikasikan secara spesifik,
sehingga untuk analisis dan perbandingan
baku mutunya berdasarkan lampiran
KepMenKes No 1405 tahun 2002. Hasil
lengkap perbandingan hasil uji dan baku
mutu dapat dilihat pada lampiran laporan ini.
1. Perpustakaan Teknik Lingkungan Hasil perbandingan antara hasil uji
Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas dengan baku mutu menunjukkan bahwa
udara dalam ruang perpustakaan Perpustakaan Biologi tidak memenuhi baku
teknik lingkungan dibandingkan mutu penyehatan ruang dalam ruangan untuk
dengan baku parameter suhu, kelembaban, intensitas
cahaya dan mikroba. Adanya pencemar yang
ada di ruang perpustakaan biologi
dikarenakan karena buruknya sistem
ventilasi yang ada, serta sanitasi ruangan
yang kurang memadai.
Secara umum, perpustakaan teknik
lingkungan dan perpustakaan biologi
mengalami pencemaran udara dalam
ruangan. Ini menunjukkan bahwa masih
adanya zat-zat pencemar serta buruknya
sistem ventilasi yang ada pada ruang
Hasil perbandingan antara hasil uji perpustakaan.
kandungan mikroba dengan baku mutu udara Analisis Keberadaan Mikrobiologi Udara
menunjukkan bahwa Ruang Perpustakaan Dalam Ruang Perpustakaan Teknik
Teknik Lingkungan tidak memenuhi baku Lingkungan dan Perpustakaan Biologi
mutu penyehatan udara dalam parameter
kelembaban, intensitas cahaya, ventilasi dan 1.Analisis Keberadaan Mikrobiologi Udara
mikroba. Hal ini diakibatkan karena adanya di Perpustakaan Teknik Lingkungan
zat-zat pencemar yang ada di dalam maupun
di luar ruangan. Zat pencemar dalam ruangan
bisa berasal dari pengunjung dan zat
pencemar luar ruangan berasal dari aktifitas
laboratorium yang berlangsung di sebelah
perpustakaan.

Gambar 1. Denah Ruang Perpustakaan


Teknik Lingkungan

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
Dalam penelitian ini, menggunakan 2 a. Titik 1
titik sample untuk masing-masing media. Ini
dikarenakan ruang perpustakaan teknik
lingkungan merupakan ruangan yang relatif
kecil. Perpustakaan Teknik Lingkungan
sudah menggunakan sistem ventilasi berupa
1 buah AC 2PK. Berikut ini adalah
perhitungan jumlah PK AC yang diburuhkan
untuk mendinginkan ruang perpustakaan
teknik lingkungan:

= 20.060 BTU/h
1 AC(2PK) = ±18.000 BTU/h
Berarti AC di perpustakaan Teknik
Lingkungan sudah memenuhi kriteria untuk
mendinginkan ruangan bila dilihat dari
perhitungan kebutuhan PK berdasarkan luas
ruangan.
Ruang ini memiliki luas ventilasi
6,94m² atau setara dengan 11,06% dari luas
lantai, luas ventilasi ini tidak memenuhi
peraturan dari kepmenkes 1405/2005 yaitu
luas ventilasi minimal 15% dari luas lantai,
tetapi sistem ventilasi memang di desain
tertutup karena ruangan di desain untuk
menggunakan AC. Dengan luas ruangan
63.72m² dan tinggi 3m maka cukup
menggunakan 2 titik sampling yaitu di dekat
ventilasi dan di tengah ruangan. Penembatan
titik sampling di dekat ventilasi(di pojok
dekat jendela, bawah AC) bertujuan
mengetahui pengaruh ventilasi, sedangkan
penempatam di tengah ruangan adalah untuk
mengetahui pengaruh pengunjung/ aktifitas Gambar 2. Grafik pengukuran titik 1
pengunjung terhadap keberadaan mikroba perpustakaan teknik lingkungan
udara. - Pengukuran hari 1 sampai 3 (pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan dengan adanya pengunjung di dalam
kondisi ada pengunjung dan tidak ada ruang perpustakaan)
pengunjung. Masing-masing kondisi di Dilihat dari grafik diatas , hasil
lakukan 3x pengulangan. Pengukuran hari pengukuran kualitas udara dalam ruang pada
ke-1,2,3 merupakan hari pengukuran ruangan pengukuran hari 1-3 mempunyai tingkat
yang berisi para pengunjung perpustakaan, kelembaban berkisar 60%, suhu berkisar 25-
sedangan pengukuran hari ke-4,5,6 26°C, dan intensitas cahaya berkisar 200an
merupakan hari pengukuran dengan ruang lux sedangkan untuk jumlah koloni bakteri
perpustakaan yang berkondisikan kosong sebesar 28-46 koloni dan koloni jamur
/tidak ada pengunjung. Gambar grafik 2 sebesar 3-8 koloni.
merupakan kondisi pada titik 1 sedangkan Di titik ini kelembaban melebihi baku
gambar grafik 3 merupakan kondisi pada mutu yang berlaku yaitu 40-60%(
titik 2. kepmenkes 1405/2002), akan tetapi
kelembaban masih berada dalam

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
kenyamanan ruang disiang hari yaitu pada saphrophyticus, alfa streptococcus, dan beta
kisaran kelembaban 50-70% dengan suhu streptococcus .Bakteri jenis staphylococcus
22-28%. dan staphylococcus merupakan bakteri
Keberadaan koloni bakteri dan jamur patogen yang dapat mengganggu kesehatan
termasuk tinggi bila di bandingkan dengan pegawai perpustakaan. Karena tidak ada
ruangan pada saat kosong/tidak ada pengunjung(ruang kosong), bakteri diduga
pengunjung. Manusia sebagai salah satu berasal dari luar ruangan. Letak perpustakaan
faktor penyebab tingginya angka koloni yang berada di samping laboratorium
bakteri dan jamur. Aktifitas para pengunjung memungkinkan bakteri dari laboratorim
menyebabkan debu-debu bertebaran dan pindak ke perpustakaan. Adanya bakteri ini
pengunjung bisa menjadi pembawa mikroba. juga didukung dengan suhu ruangan, bakteri
Pada pengukuran hari 1-3 ini terdapat bakteri paling cepat tumbuh pada suhu 37°C tetapi
jenis staphylococcus epidermis paling baik pada suhu kamar(20-25°C).
,staphylococcus saphrophyticus, keberadaan bakteri patogen ini tidak di
staphylococcus aureus, dan perbolehkan dalam peraturan kepmenkes
alfastreptococcus. Bakteri jenis 1405/2002.
staphylococcus dan staphylococcus b. Titik 2
merupakan bakteri patogen yang dapat
mengganggu kesehatan para pengunjung dan
pegawai perpustakaan. Bakteri ini di duga
berasal dari para pengunjung. Adanya bakteri
ini juga didukung dengan suhu ruangan.
Bakteri paling cepat tumbuh pada suhu 37°C
tetapi paling baik pada suhu kamar(20-
25°C). keberadaan bakteri patogen ini tidak
di perbolehkan dalam peraturan kepmenkes
1405/2002.
- Pengukuran hari 4 sampai 6 (pengukuran
dengan ruangan kosong/ tidak adanya
pengunjung di dalam ruang
perpustakaan)
Dilihat dari grafik diatas , hasil
pengukuran kualitas udara dalam ruang pada
hari 4-6 mempunyai tingkat kelembaban
berkisar 60-70%, suhu berkisar 24-25°C,dan
intensitas cahaya berkisar 200-300an lux,
sedangkan untuk jumlah koloni bakteri
sebesar 8-11 koloni dan koloni jamur sebesar
5-14 koloni.
Di titik ini kelembaban melebihi baku
mutu yang berlaku yaitu 40-60%(kepmenkes
1405/2002), akan tetapi kelembaban masih
berada dalam kenyamanan ruang disiang hari
yaitu pada kisaran kelembaban 50-70%
dengan suhu 22-28%.
Keberadaan koloni bakteri dan jamur
termasuk rendah bila di bandingkan dengan
ruangan pada saat ada pengunjung.. Pada
pengukuran hari 4-6 ini terdapat bakteri jenis Gambar 3. Grafik pengukuran titik 2
staphylococcus epidermis, staphylococcus perpustakaan teknik lingkungan

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
- Pengukuran hari 1 sampai 3 (pengukuran Di titik ini kelembaban melebihi baku mutu
dengan adanya pengunjung di dalam yang berlaku yaitu 40-60%( kepmenkes
ruang perpustakaan) 1405/2002), akan tetapi kelembaban masih
Dilihat dari grafik diatas , hasil berada dalam kenyamanan ruang disiang hari
pengukuran kualitas udara dalam ruang pada yaitu pada kisaran kelembaban 50-70%
pengukuran hari 1-3 mempunyai tingkat dengan suhu 22-28%.
kelembaban berkisar 60%, suhu berkisar 25- Keberadaan koloni bakteri dan jamur
26°C dan intensitas cahaya berkisar 40-50an termasuk rendah bila di bandingkan dengan
lux sedangkan untuk jumlah koloni bakteri ruangan pada saat ada pengunjung.. Pada
sebesar 25-34 koloni dan koloni jamur pengukuran hari 4-6 ini terdapat bakteri jenis
sebesar 2-6 koloni. staphylococcus epidermis, staphylococcus
Di titik ini kelembaban melebihi baku mutu saphrophyticus, alfa streptococcus, dan beta
yang berlaku yaitu 40-60%( kepmenkes streptococcus .Bakteri jenis staphylococcus
1405/2002), akan tetapi kelembaban masih dan staphylococcus merupakan bakteri
berada dalam kenyamanan ruang disiang hari patogen yang dapat mengganggu kesehatan
yaitu pada kisaran kelembaban 50-70% pegawai perpustakaan. Karena tidak ada
dengan suhu 22-28%. pengunjung(ruang kosong), bakteri diduga
Keberadaan koloni bakteri dan jamur berasal dari luar ruangan. Letak perpustakaan
termasuk tinggi bila di bandingkan dengan yang berada di samping laboratorium
ruangan pada saat kosong/tidak ada memungkinkan bakteri dari laboratorim
pengunjung. Manusia sebagai salah satu pindak ke perpustakaan. Adanya bakteri ini
faktor penyebab tingginya angka koloni juga didukung dengan suhu ruangan, bakteri
bakteri dan jamur. Aktifitas para pengunjung paling cepat tumbuh pada suhu 37°C tetapi
menyebabkan debu-debu bertebaran dan paling baik pada suhu kamar(20-25°C).
pengunjung bisa menjadi pembawa mikroba. keberadaan bakteri patogen ini tidak di
Pada pengukuran hari 1-3 ini terdapat bakteri perbolehkan dalam peraturan kepmenkes
jenis staphylococcus epidermis dan 1405/2002.
staphylococcus saphrophyticus. Bakteri jenis
staphylococcus merupakan bakteri patogen 2.Analisis Keberadaan Mikrobiologi Udara
yang dapat mengganggu kesehatan para di Perpustakaan Biologi
pengunjung dan pegawai perpustakaan.
Bakteri ini di duga berasal dari para
pengunjung. Adanya bakteri ini juga
didukung dengan suhu ruangan. Bakteri
paling cepat tumbuh pada suhu 37°C tetapi
paling baik pada suhu kamar(20-25°C).
keberadaan bakteri patogen ini tidak di
perbolehkan dalam peraturan kepmenkes
1405/2002.
- Pengukuran hari 4-6 (pengukuran
dengan ruangan kosong/ tidak adanya
pengunjung di dalam ruang Gambar 4. Denah Ruang Perpustakaan
perpustakaan) Biologi
Dilihat dari grafik diatas , hasil Dalam penelitian ini, menggunakan 2
pengukuran kualitas udara dalam ruang pada titik sample untuk masing-masing media. Ini
hari 4-6 mempunyai tingkat kelembaban dikarenakan ruang perpustakaan teknik
berkisar 60-70%, suhu berkisar 24-25°C dan lingkungan merupakan ruangan yang relatif
intensitas cahaya berkisar 65-85 lux, kecil. Perpustakaan biologi masih
sedangkan untuk jumlah koloni bakteri 6-7 menggunakan sistem ventilasi alami tanpa
koloni dan koloni jamur sebesar 5-14 koloni. menggunakan AC maupun kipas angin.

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
Ruang ini memiliki luas ventilasi 9,23m²
atau setara dengan 22,79% dari luas lantai,
luas ventilasi ini sudah memenuhi peraturan
dari kepmenkes 1405/2005 yaitu luas
ventilasi minimal 15% dari luas lantai.
Dengan luas ruangan 40,5m² dan tinggi 3m
maka cukup menggunakan 2 titik sampling
yaitu di dekat ventilasi dan di tengah
ruangan. Penembatan titik sampling di dekat
ventilasi(di pojok dekat jendela bertujuan
mengetahui pengaruh ventilasi, sedangkan
Gambar 5. Grafik pengukuran titik 1
penempatam di tengah ruangan adalah untuk
perpustakaan biologi
mengetahui pengaruh pengunjung/ aktifitas
- Pengukuran hari 1 sampai 3 (pengukuran
pengunjung terhadap keberadaan mikroba
dengan adanya pengunjung di dalam
udara.
ruang perpustakaan)
Pengukuran dilakukan dengan kondisi
Dilihat dari grafik diatas , hasil
ada pengunjung dan tidak ada pengunjung.
pengukuran kualitas udara dalam ruang pada
Masing-masing kondisi di lakukan 3x
pengukuran hari 1-3 mempunyai tingkat
pengulangan. Pengukuran hari ke-1,2,3
kelembaban berkisar 60%, suhu berkisar 28-
merupakan hari pengukuran ruangan yang
29°C dan intensitas cahaya berkisar 20-an
berisi para pengunjung perpustakaan,
lux sedangkan untuk jumlah koloni bakteri
sedangan pengukuran hari ke-4,5,6
sebesar 35-199 koloni dan koloni jamur
merupakan hari pengukuran dengan ruang
sebesar 3-9 koloni.
perpustakaan yang berkondisikan
Di titik ini kelembaban dan suhu
kosong/tidak ada pengunjung. Gambar grafik
melebihi baku mutu yang berlaku yaitu
5 merupakan kondisi pada titik 1 sedangkan
kelembaban 40-60% dan suhu18-28°C (
gambar grafik 6 Merupakan kondisi pada
kepmenkes 1405/2002), akan tetapi
titik 2.
kelembaban masih berada dalam
a. Titik 1
kenyamanan ruang disiang hari yaitu pada
kisaran kelembaban 50-70% dengan suhu
22-28%. Adanya pengunjung dalam ruangan
juga mempengaruhi kenaikan suhu.
Seharusnya bila ruangan memiliki suhu
>28°C perlu menggunakan alat penata udara
seperti AC, kipas angin dll.
Keberadaan koloni bakteri dan jamur
termasuk sangat tinggi bila di bandingkan
dengan perpustakaan teknik lingkungan, dan
bila dibandingkan pada kondisi ruangan pada
saat kosong/tidak ada pengunjung. Manusia
sebagai salah satu faktor penyebab tingginya
angka koloni bakteri dan jamur. Aktifitas
para pengunjung menyebabkan debu-debu
bertebaran dan pengunjung bisa menjadi
pembawa mikroba. Sanitasi ruangan juga
berpengaruh terhadap banyak sedikitnya
debu. Pada hari pertama dan kedua jumlah
koloni mikroba sangan tinggi karena di
ruangan terdapat banyak debu dan sampah.
Sanitasi ruangan(penyapuan dan pengepelan)

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
dilakukan petugas 2-3x seminggu. Pada paling cepat tumbuh pada suhu 37°C tetapi
pengukuran hari 1-3 ini terdapat bakteri jenis paling baik pada suhu kamar(20-25°C).
staphylococcus epidermis, staphylococcus keberadaan bakteri patogen ini tidak di
saphrophyticus dan beta streptococcus. perbolehkan dalam peraturan kepmenkes
Bakteri jenis staphylococcus dan 1405/2002.
streptococcus merupakan bakteri patogen b.Titik 2
yang dapat mengganggu kesehatan para
pengunjung dan pegawai perpustakaan.
Bakteri ini di duga berasal dari para
pengunjung. Adanya bakteri ini juga
didukung dengan suhu ruangan. Bakteri
paling cepat tumbuh pada suhu 37°C tetapi
paling baik pada suhu kamar (20-25°C).
keberadaan bakteri patogen ini tidak di
perbolehkan dalam peraturan kepmenkes
1405/2002.
- Pengukuran hari 4-6 (pengukuran
dengan ruangan kosong/ tidak adanya
pengunjung di dalam ruang
perpustakaan)
Dilihat dari grafik diatas , hasil
pengukuran kualitas udara dalam ruang pada
hari 4-6 mempunyai tingkat kelembaban
berkisar 67-72%, suhu berkisar 27°C dan
intensitas cahaya berkisar 20-30an lux
sedangkan untuk jumlah koloni bakteri
sebesar 7-15 koloni dan koloni jamur sebesar
9-14 koloni.
Di titik ini kelembaban melebihi baku
mutu yang berlaku yaitu 40-60%(
kepmenkes 1405/2002), akan tetapi
kelembaban masih berada dalam
kenyamanan ruang disiang hari yaitu pada
kisaran kelembaban 50-70% dengan suhu
22-28%.
Keberadaan koloni bakteri dan jamur
termasuk rendah bila di bandingkan dengan
ruangan pada saat ada pengunjung.. Pada Gambar 6. Grafik pengukuran titik 2
pengukuran hari 4-6 ini terdapat bakteri jenis perpustakaan biologi
staphylococcus epidermis, dan - Pengukuran hari 1 sampai 3 (pengukuran
staphylococcus saphrophyticus .Bakteri jenis dengan adanya pengunjung di dalam
staphylococcus merupakan bakteri patogen ruang perpustakaan)
yang dapat mengganggu kesehatan pegawai Dilihat dari grafik diatas , hasil
perpustakaan. Karena tidak ada pengukuran kualitas udara dalam ruang pada
pengunjung(ruang kosong), bakteri diduga pengukuran hari 1-3 mempunyai tingkat
berasal dari luar ruangan. Letak perpustakaan kelembaban berkisar 58-65%, suhu berkisar
yang berada di kawasan laboratorium 28-29°C dan intensitas cahaya berkisar 20-an
memungkinkan bakteri dari laboratorim lux sedangkan untuk jumlah koloni bakteri
pindah ke perpustakaan. Adanya bakteri ini sebesar 80-107 koloni dan koloni jamur
juga didukung dengan suhu ruangan, bakteri sebesar 3-9 koloni.

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
Di titik ini kelembaban dan suhu intensitas cahaya berkisar 20-30an lux,
melebihi baku mutu yang berlaku yaitu sedangkan untuk jumlah koloni bakteri
kelembaban 40-60% dan suhu18-28°C sebesar 9-17 koloni dan koloni jamur sebesar
(kepmenkes 1405/2002), akan tetapi 6-13 koloni.
kelembaban masih berada dalam Di titik ini kelembaban melebihi baku
kenyamanan ruang disiang hari yaitu pada mutu yang berlaku yaitu 40-60%(
kisaran kelembaban 50-70% dengan suhu kepmenkes 1405/2002), akan tetapi
22-28%. Adanya pengunjung dalam ruangan kelembaban masih berada dalam
juga mempengaruhi kenaikan suhu. kenyamanan ruang disiang hari yaitu pada
Seharusnya bila ruangan memiliki suhu kisaran kelembaban 50-70% dengan suhu
>28°C perlu menggunakan alat penata udara 22-28%.
seperti AC, kipas angin dll. Keberadaan koloni bakteri dan jamur
Keberadaan koloni bakteri dan jamur termasuk rendah bila di bandingkan dengan
termasuk sangat tinggi bila di bandingkan ruangan pada saat ada pengunjung.. Pada
dengan perpustakaan teknik lingkungan, dan pengukuran hari 4-6 ini terdapat bakteri jenis
bila dibandingkan pada kondisi ruangan pada staphylococcus epidermis, dan
saat kosong/tidak ada pengunjung. Manusia staphylococcus saphrophyticus .Bakteri jenis
sebagai salah satu faktor penyebab tingginya staphylococcus merupakan bakteri patogen
angka koloni bakteri dan jamur. Aktifitas yang dapat mengganggu kesehatan pegawai
para pengunjung menyebabkan debu-debu perpustakaan. Karena tidak ada pengunjung
bertebaran dan pengunjung bisa menjadi (ruang kosong), bakteri diduga berasal dari
pembawa mikroba. Sanitasi ruangan juga luar ruangan. Letak perpustakaan yang
berpengaruh terhadap banyak sedikitnya berada di kawasan laboratorium
debu. Pada hari pertama dan kedua jumlah memungkinkan bakteri dari laboratorim
koloni mikroba sangan tinggi karena di pindah ke perpustakaan. Adanya bakteri ini
ruangan terdapat banyak debu dan sampah. juga didukung dengan suhu ruangan, bakteri
Sanitasi ruangan(penyapuan dan pengepelan) paling cepat tumbuh pada suhu 37°C tetapi
dilakukan petugas 2-3x seminggu. Pada paling baik pada suhu kamar(20-25°C).
pengukuran hari 1-3 ini terdapat bakteri jenis keberadaan bakteri patogen ini tidak di
staphylococcus epidermis dan perbolehkan dalam peraturan
staphylococcus saphrophyticus. Bakteri jenis kepmenkes1405/2002.
staphylococcus merupakan bakteri patogen
yang dapat mengganggu kesehatan para Analisis Hubungan Antar Variabel
pengunjung dan pegawai perpustakaan. Analisis hubungan antar variabel
Bakteri ini di duga berasal dari para diolah menggunakan statistika. Pemilihan
pengunjung. Adanya bakteri ini juga statistika untuk pengolahan data sangat
didukung dengan suhu ruangan. Bakteri tergantung kepada dua hal: terpenuhi
paling cepat tumbuh pada suhu 37°C tetapi tidaknya asumsi dan sifat analisis. Data diuji
paling baik pada suhu kamar(20-25°C). pendistribusian normalnya menggunkan uji
keberadaan bakteri patogen ini tidak di normalitas data. Berdasarkan uji normalitas
perbolehkan dalam peraturan kepmenkes data, data suhu, kelembaban, intensitas
1405/2002. cahaya tidak memenuhi asumsi/ tidak normal
- Pengukuran hari 4-6 (pengukuran dengan sehingga pengolahan data menggunakan
ruangan kosong/ tidak adanya statistika nonparametrik. Penggunaan
pengunjung di dalam ruang statistika nonparametrik membawa
perpustakaan) konsekuensi bahwa hasil pengujian
Dilihat dari grafik diatas , hasil hipotesisnya tidak dapat digeneralisasikan.
pengukuran kualitas udara dalam ruang pada Kesimpulan hasil pengujian tidak berlaku
hari 4-6 mempunyai tingkat kelembaban umum dan hanya berlaku untuk sampel dari
berkisar 68-72%, suhu berkisar 26-27°C dan mana data diambil.

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
Kemudian menurut sifat analisisnya, Menurut urutan besaran pengaruh
maka menggunakan statistika parametrik terhadap jumlah koloni mikroba udara pada
penelitian korelasi. Penelitian korelasi adalah ruang perpustakaan Teknik Lingkungan dan
penelitian yang melibatkan hubungan satu ruang Perpustakaan Biologi adalah suhu,
atau lebih variabel dengan satu atau lebih kelembaban dan intensitas cahaya.
variabel lain dalam satu kelompok. Indeks Berikut ini adalah ulasan dari variabel-
korelasi yang diberi notasi r (singkatan dari variabel yang ada:
relation) adalah indeks yang menunjukkan a. Suhu
hubungan variabel bebas Hubungan dua variabel dinyatakan
(suhu/kelembaban/intensitas cahaya) dengan positif dengan tingkat hubungan(korelasi)
variabel terikat (jumlah koloni signifikan, berarti semakin tinggi suhu, maka
mikroorganisme). diikuti jumlah koloni mikroba akan
Penggunaan statistika nonparametrik cenderung banyak, dan makin rendah suhu,
dalam penelitian korelasi dapat dilakukan maka diikuti jumlah koloni mikroba akan
menggunakan salah satu cara, yaitu koefisien cenderung sedikit.
korelasi rank Spearman rs. Koefisien korelasi b. Kelembaban
ini digunakan untuk mengetahui hubungan Hubungan dua variabel dinyatakan
dua variabel yang mempunyai skala ordinal. negatif dengan tingkat hubungan(korelasi)
Hal itu disebabkan karena data akan diubah tidak signifikan, berarti semakin tinggi
menjadi rank-ing agar dapat dihubungkan. kelembaban, maka diikuti jumlah koloni
Hasil dari perhitungan statistika mikroba akan cenderung sedikit, dan makin
nonparametrik dalam penelitian korelasi rendah kelembaban, maka diikuti jumlah
koefisien korelasi rank Spearman rs dapat koloni mikroba akan cenderung banyak.
dilihat pada tabel 4 c. Intensitas Cahaya
Tabel 4. Hasil perhitungan statistika Hubungan dua variabel dinyatakan
nonparametrik dalam penelitian korelasi negatif dengan tingkat hubungan(korelasi)
koefisien korelasi rank Spearman rs tidak signifikan, berarti semakin tinggi
Parameter rs rs Kesimpulan intensitas cahaya, maka diikuti jumlah koloni
tabel hitung mikroba akan cenderung sedikit, dan makin
Suhu 0.343 0.62 rs hitung > rs
rendah intensitas cahaya, maka diikuti
tabel
Berhubungan jumlah koloni mikroba akan cenderung
signifikan banyak.
Kelembaban 0.343 -0.61 rs hitung < rs Perbandingan Kualitas Udara Biologi
tabel Ruang Perpustakaan Teknik Lingkungan
Korelasi tidak
dan Ruang Perpustakaan Biologi
signifikan
Intensitas 0.343 -0.42 rs hitung < rs
cahaya tabel
Korelasi tidak
signifikan
Indeks r hasil perhitungan tersebut
diinterpretasikan dengan mengkonfirmasikan
dengan rtabel pada jumlah sampel (N) dan
taraf kesalahan (α) tertentu. Bila rhitung lebih
besar dari rtabel maka akan disimpulkan
bahwa antara variabel bebas dan variabel Gambar 7. Grafik perbandingan kualitas
terikat mempunyai hubungan yang udara biologi
signifikan. Sebaliknya, bila rhitung lebih kecil Dari gambar grafik 7 Diatas dapat
daripada rtabel maka hubungan variabel bebas ditarik kesimpulan bahwa kualitas udara
dengan variabel terikat tidak signifikan dan biologi di ruang perpustakaan teknik
terjadi secara kebetulan. lingkungan universitas diponegoro lebih baik

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
dibandingkan kualitas udara biologi di ruang Perpustakaan Biologi adalah suhu,
perpustakaan biologi universitas diponegoro. kelembaban , intensitas cahaya.
Begitu pula dengan keberadaan manusia di
dalam ruangan, ruang yang berisi
pengunjung lebih memiliki jumlah koloni DAFTAR PUSTAKA
mikroorganisme yang tinggi dibandingkan _____. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan
jika ruangan dalam kondisi kosong(tidak ada Republik Indonesia Nomor 1405
pengunjung). Hal ini membuktikan bahwa Tahun 2002 tentang Persyaratan
terdapat hubungan yang bermakna Kesehatan Lingkungan Kerja
(signifikan) secara statistik antara sistem Perkantoran dan Industri. Jakarta.
ventilasi dan keberadaan manusia dalam
_____. 2001. SNI 03-6572-2001 tentang
ruangan berpengaruh dengan kemungkinan
Tata Cara Perancangan Sistem
adanya koloni mikroorganisme udara.
Ventilasi dan Pengkondisian Udara
pada Bangunan Gedung. Indonesia
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Amri, Safrul. 2009. Evaluasi Metode
dalam pengukuran kualitas udara dalam Pemantauan Gas Amonia dengan
ruang perpustakaan teknik lingkungan dan Menggunakan Metode Aktif dan Pasif
perpustakaan biologi diambil kesimpulan Sampling. Bandung: ITB
sebagai berikut:
1. Terdapat mikroorganisme udara yang Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Kesehatan no.1405 tahun 2002 di dalam Rineka Cipta. Jakarta
ruang perpustakaan pada Perpustakaan
Teknik Lingkungan dan Perpustakaan Betty S.I, Jenie, and Fardiaz Srikandi. 1989.
Biologi MIPA Universitas Diponegoro, Uji Sanitasi Dalam Industri Pangan,
karena mengandung koloni kuman Alih bahasa oleh Sassy Santausa.
patogen. Penerbit: Departemen Pendidikan dan
2. Kualitas udara biologi di ruang Kebudayaan Direktorat Jendral
perpustakaan teknik lingkungan Pendidikan Tinggi Pusat Antar
universitas diponegoro lebih baik Universitas Pangan dan Gizi Intitut
dibandingkan kualitas udara biologi di Pertanian Bogor. Bogor.
ruang perpustakaan biologi universitas Frick, Heinz. Ardianto ,Antonius.
diponegoro. Begitu pula dengan Darmasetiawan ,AMS. 2008. Ilmu
keberadaan manusia di dalam ruangan, Fisika Bangunan. Penerbit: Kanisius.
ruang yang berisi pengunjung lebih Yogyakarta.
memiliki jumlah koloni mikroba yang
tinggi dibandingkan jika ruangan dalam Haris, Aila. Asap Rokok sebagai Bahan
kondisi kosong(tidak ada pengunjung). Pencemar dalam Ruangan. Depok :
Hal ini membuktikan bahwa sistem Jurnal Fakultas Kedokteran
ventilasi dan keberadaan manusia dalam Universitas Indonesia, 2012
ruangan berpengaruh terhadap keberadaan
koloni mikroba udara. http://analiskesehatan-
Selain itu , beberapa variabel perancu indonesia.blogspot.com/2010/12/sele
yang mempengaruhi keberadaan ktif-dan-diferensial-media-
mikroorganisme udara menurut urutan media.html. Diakses pada juni 2014.
besaran pengaruh terhadap jumlah koloni
http://air-conditioner-
mikroba udara pada ruang perpustakaan
ariffandisaputra.blogspot.com/.
Teknik Lingkungan dan ruang
Pengetahuan Dasar tentang AC (Air

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing
Conditioner). Diakses pada Binarupa Aksara, hal.103-110.
September 2014 Jakarta
Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. 2005. WHO Region Office for Europe. Burden of
Mikrobiologi Kedokteran, Alih Disease from Indoor Air Pollution.
bahasa oleh Mudihardi, E.Kuntaman, Denmark, 2012
Wasito, E.B., Mertaniasih, N.M.,
Harsono, S., dan Alimsardjono, L., Wulandari, Evi. Faktor yang Berhubungan
Penerbit : Salemba Medika. Jakarta dengan Keberadaan Streptococcus
Udara pada Rumah Susun Kelurahan
Laila Fitria , dkk , 2008. Kualitas Udara Bandarharjo Kota Semarang. Skripsi.
dalam Ruang Perpustakaan Semarang : Fakultas Ilmu
Universitas X ditinjau dari kualitas Keolahragaan Jurusan Ilmu
biologi , fisik dan kimiawi , dalam Kesehatan Masyarakat Universitas
Makara Kesehatan Vol. 12, No.2, Negeri Semarang , 2013.
Desember 2008, hlm.77-83
Moerdjoko, 2004 . Kaitan Sistem Ventilasi
Bangunan dengan Keberadaan
Mikroorganisme Udara . Vol 32 No 1
hal 89-94
National Institute of Occupational Safety and
Health (NIOSH), 1997 . Indoor
Environmental Quality. http :
//www.cdc.gov/niosh/topics/indooren
v. Diakses tanggal 18 Agustus 2012.
Oktora Bunga. Hubungan Kualitas Fisik
udara dengan sick building
syndrome. Skripsi. Depok : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia , 2008.
Purwanto. 2011. Statistika Untuk Penelitian.
Penerbit: Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Satwiko, Prasasto. Fisika Bangunan 1.
Yogyakarta : Andi , 2004.
Srikandi Fardiaz, 1992 , Polusi Air dan
Udara , Penerbit Kanisius ,
Yogyakarta
Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian
Bisnis. Jakarta : Salemba Empat
Volks & Wheeler. 1989. Mikrobiologi Dasar
2. Edisi V. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Warsa, U.C. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi Revisi. Penerbit

*) Mahasiswa
**) Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai