Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

KEPERAWATAN MANAJEMEN

ANALISA TIMBANG TERIMA RUANG TERATAI

RSUD dr.R SOETRASNO

KABUPATEN REMBANG

Disusun Oleh:

Kelompok I

1. TIN SUHANDINI
2. WAHYU PRONA
3. APRIYANI ARNAWATI
4. EVI PERMATANIA
5. ANA ARDIYANINGSIH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CENDEKIA UTAMA KUDUS
2021

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan sarana penyedia layanan kesehatan untuk masyarakat


sekaligus sebagai instansi penyedia jasa pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna dan memiliki peran yang sangat strategis untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang- Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun
2009; Depkes RI 2009).

Berdasarkan standar yang ditetapkan, salah satu usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang termasuk asuhan
keperawatan adalah rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan
pasien. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) meliputi tercapainya ketepatan identifikasi
pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan
risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh,
sebagai syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi dan dikeluarkan
oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 (KARS, 2014), penyusunan sasaran
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety
tahun 2007 (Permenkes RI No. 1691, 2010 & Ulfa, 2017).
Kesalahan yang terjadi dalam pelayanan kesehatan (error) 70-80 %
disebabkan oleh buruknya komunikasi dan pemahaman dalam tim, masalah
patient safety dapat berkurang dengan kerjasama tim yang baik (WHO, 2009). Hal ini
termasuk dalam sasaran kedua keselamatan pasien yaitu peningkatan komunikasi
efektif yang merupakan program perawatan kesehatan profesional
Timbang terima merupakan teknik yang digunakan untuk menyampaikan dan
menerima laporan sehubungan dengan keadaan klien dilakukan antar perawat dengan
perawat maupun antara perawat dengan klien secara akurat serta lebih nyata, dilakukan
harus bersifat jelas, singkat dan lengkap (Nursalam, 2015). Timbang Terima
dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan di nurse station dan dilanjutkan di
samping tempat tidur pasien atau bedside handover, serta post- timbang terima (Putra,
2014). Maka dari itu jika komunikasi dalam handover tidak efektif dapat
menyebabkan kesalahan dalam kesinambungan pelayanan dan pengobatan yang tidak
tepat serta mengakibatkan potensi kerugian bagi pasien, hal ini diperkuat oleh laporan
dari Institute Of Medicine (IOM) melaporkan kegagalan awal dalam keselamatan
pasien sering terjadi akibat serah terima pasien yang tidak memadai (Kesrianti, dkk,
2014).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, kegiatan wawancara dilakukan kepada
perawat dan kepala ruang Teratai Rumah Sakit RSUD dr.R Soetrasno tepatnya pada
tanggal 22- 24 Maret 2021.Melalui kegiatan wawancara mereka mengungkapkan bahwa
dalam penerapan Sasaran Keselamatan Pasien yang kedua yaitu peningkatan komunikasi
efektif, diwujudkan dalam pelaksanaan timbang terima yang dilakukan di nurse station
kemudian dilanjutkan ke samping tempat tidur pasien (bedside handover). Metode
pelaksaan timbang terima ini sudah diterapkan sejak tahun 2015 tepatnya kurang lebih
5 tahun yang lalu melalui beberapa kebijakan melalui pengeluaran dan penerbitan
Standar Prosedur Operasional (SPO). Hal ini diwujudkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan sesuai dengan standar dan sesuai dengan ketentuan akreditasi rumah sakit
yang terbaru.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengelola unit pelayanan keperawatan di Ruang Teratai sesuai
dengan konsep dan langkah Timbang Terima dalam manajemen keperawatan.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan pembelajaran Timbang Terima dalam Manajemen
Keperawatan , mahasiswa mampu :
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindak lanjuti oleh
dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Tempat dilakukan analisa manajemen keperawatan adalah di Ruang Teratai , ruang


rawat inap RSUD dr.R Soetrasno Kabupaten Rembang yang berlangsung mulai tanggal
22 Maret sampai 23 Maret 2021.

D. Manfaat Pelaksanaan Pembelajaran Timbang Terima Dalam Manajemen


Keperawatan
1. Bagi pasien
Pasien dapat merasakan pelayanan keperawatan secara optimal, dapat
menyampaikan masalah secara langsung yang belum terungkap, serta mendapatkan
kenyamanan dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai keselamatan
pasien yang optimal.
2. Bagi perawat
a. Tercapainya peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan.
b. Terbinanya hubungan positif antara perawat dengan perawat, meningkatkan
kemampuan komunikasi antar perawat,menjalin hubungan kerjasama dan
tanggung jawab antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan
pasien secara komprehensif.
c. Meningkatkan profesionalisme perawat.
3. Bagi rumah sakit
a. Mengetahui masalah – masalah yang ada di ruang perawatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan Timbang Terima dalam Manajemen Keperawatan.
b. Dapat menganalisis masalah yang ada dan mencari alternative penyelesaian
masalah terkait dengan Timbang Terima dalam manajemen keperawatan.
4. Bagi mahasiswa
Mengerti dan memahami penerapan Timbang Terima dalam manajemen
keperawatan yang ada di ruang rawat inap RSUD dr R Soetrasno Rembang

E. Cara Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data (data gathering ) dalam analisa manajemen keperawatan di
Ruang Teratai RSUD dr.R Soetrasno Kabupaten Rembang dilakukan dengan cara :
a) Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data umummengenai kondisi fisik
ruangan, proses pelayanan, inventaris ruangan dan asuhan keperawatan pada
pasien.
b) Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang, perawat primer, dan perawat pelaksana
untuk memperoleh gambaran secara umum proses pelaksanaan operasional
ruangan, serta wawancara kepada pasien dan keluarga untuk mengumpulkan data
tentang proses pelayanan serta kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan
yang di berikan.
c) Studi dokumentasi
Kegiatan ini dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien,ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan,
prosedur tetap ruangan dan inventaris ruangan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover
adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat
pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat)
selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi
mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan
perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover
adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang pasien
dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah
menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi,
kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

B. Tujuan Timbang Terima


1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi
tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam
keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:

a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan


perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan
dan tindakan keperawatan.

C. Langkah-langkah dalam Timbang Terima


1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
(Nursalam, 2002)

D. Prosedur dalam Timbang Terima


1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
(Nursalam,2002)
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat
jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang
berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah
antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab
dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima
operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau
pada pasien langsung.

E. Metode dalam Timbang Terima


1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to
date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover

Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga
pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun
bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:

a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan penyakitnya


secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara
khusus.

Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada
informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis
yang lain

Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:

a. Menggunakan Tape recorder


Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali
saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way
communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record

saja atau media tertulis lain.

Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan
beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman implementasi
untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.

F. Faktor-faktor dalam Timbang Terima


1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

G. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi
diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja
atau operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja
malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat
timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan
pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya
dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan
efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental
menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti
kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-
rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam.
Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift
pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.
H. Dokumentasi dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana
komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang
sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya
tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat.
(Suarli & Yayan B, 2009)
I. Skema Timbang Terima

Pasien

Diagnosa medis Diagnosa

masalah keperawatan

Rencana

Tindakan

Yang telah dilakukan Yang akan dilakukan

Perkembangan
keadaan Pasien

Masalah

Teratasi

Belum

Gambar 2.1 : Skema timbang terima (Nursalam, 2008)


J. Mekanisme Kegiatan Timbang Terima

Tabel 3.1 : Mekanisme kegiatan timbang terima

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA

Pra Timbang Ta.Kedua kelompok dinas 10 menit Nurse  Karu 


erima sudah siap dan berkumpul di Station PP P
Nurse Station A
b. Karu mengecek kesiapan 
timbang terima tiap PP
c. Kelompok yang akan bertugas 
menyiapkan catatan
(Work Sheet), PP yang
akan mengoperkan,
menyiapkan buku timbang
terima & nursing kit
d. Kepala ruangan membuka 
acara timbang
terima dilanjutkan dengan 
doa.
Pelaksanaan T PP dinas pagi 20 menit Nurse  Karu 
imbang Terim melakukan timbang terima Station PP P
a kepada PP dinas sore. Hal- A
hal yang perlu disampaikan
PP pada saat timbang terima :
1.Identitas klien dan diagnosa 
medis termasuk hari
rawat keberapa atau post op
hari keberapa.
2. Masalah keperawatan.
3. Data yang mendukung.
4. Tindakan keperawata
n yang sudah/belum dilaksa
nakan.
5. Rencana umum yang
perlu dilakukan:
Pemeriksaan penunjang,
konsul,
prosedur tindakan tertentu. Disamping 
tempat tidu
6. Karu membuka dan r klien
memberi salam kepada klien, 
PP pagi
menjelaskan tentang klien,
PP sore mengenalkan anggota
timnya dan melakukan validasi 
data.
7. Lama timbang terima
setiap klien kurang lebih 5
menit, kecuali kondisi khusus
yang memerlukan keterangan l
ebih rinci.
Post timbang  Klarifikasi hasil validasi data  5 menit Nurse  Karu 
terima oleh PP sore. station PP P
1. Penyampaian alat- alat ke A
sehatan
2. Laporan timbang
terima ditandatangani oleh kedu
a PP dan mengetahui Karu
(kalau pagi saja).
4. Reward Karu terhadap perawat y
ang akan dan selesai bertugas.
5. Penutup oleh karu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau penanggung
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di
dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station
(Nursalam, 2008)
K. Evaluasi dalam Timbang Terima

a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima.
Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada
shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti
shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien
dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien,
masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum
dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima
tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik.
L. Kerangka Teori
Berdasarkan teori di atas, gambaran pelaksanaan timbang terima di Unit Rawat
Inap Teratai RSUD dr.R Soetrasno di pengaruhi oleh mekanisme kegiatan timbang
terima, metode timbang terima, serta isi timbang terima sehingga mempengaruhi
kesiapan perawat dalam melaksanakan timbang terima.

Faktor yang mempengaruhi


timbang terima:

1.Mekanisme kegiatan dalam


timbang terima Kesiapan perawat
dalam melaksanakan
2. Metode dalam timbang timbang terima
terima

3. Isi pada saat timbang


terima

Dimensi kesiapan

1. Mekanisme kegiatan
dalam timbang terima
2. Ketepatan metode
timbang terima
3. Kesesuaian
menyampaikan isi
timbang terima

Gambar 4.1 Kerangka Teori


( Modifikasi Nursalam, Kassesan dan Jagoo (2005) )
BAB III

ANALISA

A. Profil dan Gambaran Umum Ruang Teratai


Rumah sakit umum daerah selalu menjadi fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat II setelah puskesmas dan dokter keluarga.
Kabupaten Rembang memiliki 1 rumah sakit daerah yaitu RSUD
dr.R Soetrasno Rembang.
RSUD dr R Soetrasno rembang mempunyai visi “ Menjadi
rumah sakit unggulan di Jawa Tengah bagian timur”, dengan motto
“ Melayani layaknya keluarga” mempunyai jumlah karyawan
sebanyak 620 karyawan diantaranya 237 karyawan adalah profesi
perawat, mempunyai 12 jumlah bangsal rawat inap, dan
mempunyai 2 unit instalasi rawat jalan. Rumah sakit RSUD dr R
Soetrasno telah lulus Akreditasi KARS pada tahun 2019 dengan
hasil PARIPURNA.

1. Profil dan Gambaran Umum Ruang Teratai


Ruang teratai merupakan ruang penyakit dalam untuk kelas
3 di RSUD dr.R Soetrasno rembang, lokasinya berada dilantai
dua gedung Paviliun Kartini dekat dengan parkiran belakang.
Ruang Teratai sejak pandemic Covid- 19 juga digunakan untuk
perawatan pasien penyakit dalam dan program operasi
katarak,dimana ruangan Teratai yang awalnya berkapasitas 22
tempat tidur menjadi 17 tempat tidur.
2. Fasilitas Ruang Teratai
Ruang Teratai merupakan ruang rawat inap yang memiliki
16 ruangan dengan kapasitas 17 tempat tidur. Ruang teratai
sebenarnya mempunyai settingan banggunan untuk
poliklinik,sehingga terlihat minimalis dengan fasilitas 1 kamar
mandi pegawai,2 kamar mandi pasien, 1 ruang pengoplosan
obat,ruang kepala ruang dan ruang obat.
Fasilitas lain yang terdapat di NurseStation meliputi 1
meja perawat, 5 kursi, 2 wastafel,1 buah computer, 4
almari(almari obat,almari linen, almari dokumen, almari
perlengkapan medis), 4 buah troli ,3 buah kipas angin, tempat
sampah (sampah medis infeksius,,sampah medis non infeksius,
sampah non medis dan sampah benda tajam). Fasilitas yang
terdapat di ruang pengoplosan obat meliputi sebuah kulkas obat
dengan thermometer, AC,meja kursi,sampah benda tajam.
3. Struktur Organisasi Ruang Teratai

KEPALA RUANG

BAMBANG S, S Kep,Ns

PENANGGUNG JAWAB
ADMINISTRASI/LOGISTIK

HESTI WAHYU W

b.
c. KATIM I KATIM II

TIN SUHANDINI, A Md Kep SULISTYONO, A Md Kep

PENANGGUNG JAWAB SHIFT PENANGGUNGJAWAB SHIFT

1. WAHYU
d. PRONA, A Md 1. MUDRIKAH, A Md Kep
Kep 2. APRIANY ARNAWATI, A Md
2. WAHYU MULYO, A Md Kep
Kep

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA

1. M FAIZAL,A Md Kep
1. DAMAR K , A Md Kep 2. NOVITA CAHYA,A Md Kep
2. AINUN KHOIRIYAH,A Md Kep 3. TEGUH TRI, S Kep,Ns
3. M SOIMAH, S Kep,Ns
4. HESTI NOVITASARI, AMD
4. SHINTA, A Md Kep
5. UMMI ANISA, A Md Kep 5. KHUSNUL KHOTIMAH,S
Kep,Ns

4.Ketenagaan Ruang Teratai

Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada


dalam situasiyang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi
proses interaksi serta saling mempengaruhi dan dapat
memberikan dampak terhadap tiap –tiap individu yang
bersangkutan. (Suhaemi, 2008).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala


ruang, jumlah perawat di ruang Teratai RSUD dr. R Soetrasno
Rembang adalah 19 perawat, dengan kualifikasi pendidikan S1
Keperawatan 4 perawat dan pendidikan DIII keperawatan 15
orang.

Adapun pembagian jumlah sift,adalah :

1. Sift pagi : perawat


2. Sift siang : 3 perawat
3. Sift malam : 3 perawat
Pembagian waktu untuk pelaksanaan timbang terima
1. Timbang terima perawat sift malam kepada sift pagi pada
pukul 07.00 WIB
2. Timbang terima perawat sift pagi kepada sift siang pada
pukul 14.00 WIB
3. Timbang terima perawat sift siang kepada sift malam pada
pukul 21.00 WIB
Setiap setelah sift malam tiga hari perawat mendapatkan libur
lepas jaga dan satu hari libur, begitu juga bagi yang setelah sift
siang tiga hari. Libur lain bisa didapatkan bila ada ijin sakit
ataupun ijin cuti melahirakan. Saat melakukan observasi di Ruang
Teratai ada satu perawat penanggungjawab sift sedang
mendapatkan libur cuti melahirkan.

B. Analisa Timbang Terima di Ruang Teratai


1. Langkah – langkah dalam timbang terima
Selama observasi di Ruang Teratai pada tanggal 22 -24
Maret2021, ditemukan bahwa langkah – langkah timbang
terima sudah dilakukan dengan baik. Timbang terima di
lakukan oleh sift malam ke sift pagi pada pukul 07.00 WIB,
timbang terima antara sift pagi dengan sift siang pada pukul
14.00 WIB, dan untuk sift siang ke sift malam timbang terima
dilakukan pada pukul 21.00 WIB.
Timbang terima diawali dengan kedua kelompok shift
dalam keadaan sudah siap, shift yang akan menyerahkan
perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan, dan itu
biasanya sudah disiapkan sebelum timbang terima. Kemudian
KATIM menyampaikan kepada perawat penanggung jawab
shift selanjutnya meliputi:
-Kondisi atau keadaan pasien secara umum
-Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
-Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
Kepala ruang turut serta dalam timbang terima pada saat
timbang terima pukul 07.00 WIB dan timbang terima pukul
14.00 WIB.
Penyampaian timbang terima diatas harusnya dilakukan secara
jelas dan tidak terburu –buru, tetapi karena terkendala waktu
terkadang timbang terima dilakukan dengan cepat.
Berikutnya perawat penanggung jawab shift dan anggota
kedua shift bersama-sama secara langsung melihat keadaan
pasien, namun hal tersebut di Ruang Teratai hanya dilakukan
saat perawat sift malam ke sift pagi, dan timbang terima sift
pagi ke sift siang.
Timbang terima dari sift siang dan sift malam hanya dilakukan
di meja perawat,tanpa langsung melihat keadaan pasien,
kecuali pasien- pasien khusus yang memerlukan pengawasan
atau kondisi kritis.

2. Prosedur timbang terima


Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
d. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan
melimpahkan tanggungjawab. Meliputi faktor informasi
yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
e. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan
pulang dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu
terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah
antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift
yang datang.
f. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang
tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan.
Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan
untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical
record atau pada pasien langsung.
Timbang terima dilakukan pukul 07.00 WIB, pukul 14.00
WIB,dan pukul 21.00 WIB, persiapan hand over perawat sudah
baik yaitu perawat sift jaga berikutnya datang 5 menit sebelum
timbang terima dilakukan, begitu pula perawat sift jaga yang
akan memberikan timbang terima sudah menyiapkan informasi
terkait pasien.
Beberapa kendala persiapan hand over yang kadang terjadi
adalah keterlambatan perawat sift jaga berikutnya, maupun
ketidak siapan perawat sift jaga yang memberikan handover
dikarenakan ada pasien yang perlu penanganan extra pada sift
tersebut seperti pasien kritis, pasien rujuk, banyak pasien baru
dari IGD, sehingga waktu tidak mencukupi untuk memberikan
informasi untuk hand over
Dalam tahapan pelaksanaan perawat ruang Teratai RSUD dr.R
Soetrasno sudah melakukan dengan baik pertukaran komunikasi
secara dua arah antara perawat sift jaga dan perawat sift jaga
berikutnya.
Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan, dilakukan perawat
sift jaga berikutnya melalui pengecekan data informasi pada
medical record atau pada pasien langsung sudah dilakukan oleh
perawat ruang Teratai dalam timbang terima keperawatan. Pada
keadaan tertentu hal ini dilakukan secara tak langsung melalui
telefon atau whatsapp untuk menggurangi kesalahan dalam
informasi ataupun tugas yang di limpahkan.

3. Metode timbang terima


Melalui observasi dan wawancara, ruang Teratai RSUD dr
R Soetrasno Rembang menggunakan model timbang terima
campuran. Pada saat timbang terima perawat sift malam kepada
perawat sift pagi pukul 07.00WIB dan timbang terima perawat
sift pagi kepada perawat sift siang pada pukul 14.00 WIB ,
perawat menggunakan model bedside handover, yaitu model
timbang terima dilakukan disamping tempat tidur pasien
dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung
untuk mendapatkan umpan balik. Sedangkan pelaksanaan
untuk timbang terima perawat sift siang kepada perawat sift
malam pada pukul 21.00 WIB, perawat menggunakan model
tradisional handover yaitu timbang terima dilakukan di meja
perawat saja dengan pertimbangan mengurangi resiko
gangguan untuk istirahat tidur pasien,karena pada pukul 21.00
WIB pasien banyak yang sudah tertidur.
Metode pelaksanaan timbang terima di ruang Teratai
menggunakan komunikasi oral atau spoken yaitu pertukaran
informasi denganberdiskusi dan juga menggunakan komunikasi
tertulis/ written dengan melihat medical record pasien atau
media tertulis lainnya.
Secara umum materi yang disampaikan dalam prose
operan jaga baik secara tradisional maupun beside hand over
tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki kelebihan
yaitu, meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil
keputusan penyakitnya secara up to date, meningkatkan
hubungan caring dan komunikasi antara pasien dan perawat,
mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada
kondisi pasien secara khusus. Selain itu handover juga tetap
memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada
informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lain.
4. Faktor –faktor dalam timbang terima
Dalam timbang terima perawat di harapkan mempunyai
kemampuan komunikasi yang objective antar sesama petugas
kesehatan, paham dalam menggunakan terminologi
keperawatan, mampu menginterprestasikan medical record,
mampu mengobservasi dan menganalisa pasien, serta paham
tentang prosedur klinik. Beberapa tenaga perawat di ruang
Teratai RSUD dr.R Soetrasno belum mampu
menginterprestasikan medical record terutama advis dokter,
dikarenakan tulisan tangan dokter tidak jelas dan sulit dibaca,
dan juga tenaga perawat baru sering belum mengetahui
prosedur klinik.
5. Efek timbang terima dalam sift jaga
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan
kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai
berikut:

a. Efek fisik
Kelelahan dan rasa mengantuk saat bekerja kadang dialami
perawat Ruang Teratai, namun belum mengganggu tanggung
jawab selama timbang terima.

b. Efek psikososial
Melalui wawancara kepada perawat Ruang Teratai, perawat
menyebutkan sosialisasi dengan masyarakat masih berjalan baik
dimana masyarakat dan keluarga memaklumi jam kerja profesi
perawat yang tidak seperti masyarakat yang hanya bekerja saat
jam kerja saja.

c. Efek kinerja
Kinerja perawat memang menurun selama kerja shift malam
yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial, akan
tetapi belum berdampak pada pelayanan keperawatan di Ruang
Teratai RSUD dr R Soetrasno Rembang.
d. Efek terhadap kesehatan
Dari wawancara dengan perawat ditemukan efek terhadap
kesehatan, shift kerja juga mengganggu keseimbangan kadar
gula dalam darah bagi penderita diabetes terutama pada usia 40
-50 tahun. Ada seorang perawat menderita penyakit Diabetes
Militus ,dan mempunyai masa kerja 17 tahun .
e. Efek terhadap keselamatan kerja

Selama observasi di ruang teratai tanggal 22 – 24 Maret


2021, tidak ditemukan efek timbang terima pada
keselamatan kerja.

6. Dokumentasi timbang terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan
dalam komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk
memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antar tim
kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan.
Pendokumentasian timbang terima perawat di Ruang Teratai
meliputi :
 Identitas pasien
 Diagnosa medis pesien
 Dokter yang menangani.Kondisi umum pasien saat ini
 Masalah keperawatan
 Intervensi yang sudah dilakukan
 Intervensi yang belum dilakukan
 Tindakan kolaborasi
 Rencana umum dan persiapan lain
 Tanda tangan dan nama terang.
Timbang terima perawat RSUD dr R Soetrasno Rembang
didokumentasikan di dalam Form Catatan Terintegrasi
Perkembangan Pasien (CPPT), dengan metode penulisan
SOAP. Hal yang masih sering belum dilakukan perawat dalam
pendokumentasian timbang terima adalah sering tidak
menuliskan nama terang dibawah tanda tangan.
7. Mekanisme timbang terima
Hasil observasi mekanisme timbang terima di ruang Teratai
RSUD dr R Soetrasno pada tanggal 22 – 24Maret 2021
adalah berikut :
D
TAHAP KEGIATAN WAKT TEMPAT PELAKS K
U ANA
Pra Ti e.Kedua kelompok dinas 10 menit Nurse  KARU
mbang  sudah Station KATIM
Terimaf.  siap dan berkumpul di PJS
Nurse Station
g. Karu mengecek kesiapan
timbang terima tiap KATI
M dan PJS
h. Kelompok yang akan bertu
i. gas  menyiapkan catatan
(Work Sheet), KATIM yang
akan mengoperkan,
menyiapkan buku timbang
terima & nursing kit
j. Kepala ruangan membuk a
cara timbang
terima dilanjutkan dengan d
oa.
Pelaks KATIM dinas pagi 20 menit Nurse  KARU
anaan  melakukan timbang terima Statio KATIM
Timba kepada PJS dinas  sore. Hal- n PJS
ng Ter hal yang perlu disampaikan
ima KATIM pada
saat timbang terima :
7.Identitas klien dan diagno
sa medis termasuk hari
rawat keberapa atau post
op hari keberapa.
8. Masalah keperawatan.
9. Data yang mendukung.
Tindakan keperawatan yang 
sudah/belum dilaksanakan.
-Rencana umum yang
perlu dilakukan:
Pemeriksaan penunjang,
konsul, prosedur 
tindakan tertentu.
-Karu membuka dan Disamping
memberi salam kepada klien, 
 Tempat
KATIM pagi
menjelaskan tentang klien,  tidur klien
PJS  sore  mengenalkan
anggota
timnya dan melakukan vali YA
dasi  data.
YA
7. Lama timbang terima
setiap klien kurang lebih
5 menit, kecuali kondisi
khusus
yang memerlukan keteran
gan lebih rinci
Post Klarifikasi hasil validasi da 5 menit Nurs KARU
 timbang ta  e stat KATIM
 terima oleh PJS sore. ion PJS
3. Penyampaian alat- a
lat  kesehatan
4. Laporan timbang
terima ditandatangani oleh 
kedua PP  dan mengetahui
Karu (kalau pagi saja).
6. Reward KARU terhadap per
awat yang akan
dan selesai bertugas.
7. Penutup oleh KARU.

8. Evaluasi dalam timbang terima


Pada pelaksanaan timbang terima di RSUD dr R Soetrasno Rembang, sarana dan
prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status
klien dan kelompok shift timbang terima. Proses timbang terima dipimpin oleh kepala
ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift,namun KARU belum mengikuti timbang terima di samping bed pasien.
Selama observasi tanggal 22 – 23 Maret 2021 di Ruang Teratai , timbang terima sudah
dilaksanakan setiap pergantian shift, setiap perawat dapat mengetahui perkembangan
klien, komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN SARAN

A. Pembahasan

Pada kegiatan timbang terima pasien oleh perawat di ruang rawat inap Teratai RSUD
dr R Soetrasno termasuk kategori baik. Data ini didukung oleh hasil wawancara 10 perawat
bahwa perawat mengetahui dan memahami timbang terima secara keseluruhan, namun
masih kurang reward secara materi atau non materi, masih kurangnya keterlibatan kepala
ruangan dalam kegiatan timbang terima meyeluruh.
Timbang terima pasien secara menyeluruh dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan
post-timbang terima merupakan satu kesatuan proses yang menjadi salah satu kegiatan yang
menunjang pelayanan keperawatan secara berkesinambungan dan terintegritas melalui
pelaporan dan pendokumentasiannya (Nursalam, 2015 dan Putra, 2014).
Perlunya strategi dalam waktu dan penanganan pasien saat timbang terima, beberapa
perawat baru tidak mengetahui adanya SOP timbang terima karena belum dilakukan
sosialisi SOP dan tidak adanya format laporan timbang terima pasien. Bagi pihak rumah
sakit diharapkan mengadakan evaluasi berkala dan berkesinambungan melalui kegiatan
timbang terima secara menyeluruh serta pelatihan terhadap perawat terkait timbang terima
pasien yang sesuai standart. SPO timbang terima yang telah ada berhubungan erat dengan
komunikasi efektif sebagai salah satu bentuk mewujudkan sasaran keselamatan pasien terkait
akreditasi dan standar operasional dalam rumah sakit sebagai bagian yang sangat penting dan
syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi dan dikeluarkan oleh
Komite Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 (KARS, 2014), penyusunan sasaran ini mengacu
kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007).
Pada seluruh rangkaian dan
proses kegiatan timbang terima perlu diperhatikan dan dilakukan strategi agar kegiatan
timbang terima dapat berjalan sesuai dengan harapan, hal ini diungkapkan oleh Chaboyer
et al, 2009 dalam jurnal Bedside Handover Quality Improvement Strategy to “Transform
Care at the Bedside” dimana pada strategi tersebut memiliki 4 pilar yaitu keamanan dan
keandalan, vitalitas tim perawatan, perawatan yang berpusat pada pasien dan adanya proses
peningkatan dari perawatan, sehingga strategi ini mampu menjadi kerangka kerja untuk
meningkatkan kualitas dalam proses timbang terima dan berpusat pada klien.
Dampak yang terjadi jika hal ini terjadi secara terus menerus dan tidak ada perbaikan
atau peningkatan maka akan berdampak buruk bagi implementasi timbang terima itu sendiri,
bagi staf atau perawat yang menjalankan kegiatan tersebut dan bagi institusi yang menjadi
wadah serta penyedia sarana, serta terutama bagi pasien sebagai klien yang terlibat dalam
kegiatan ini. Sehingga, kegiatan ini akhirnya akan berdampak pada sasaran keselamatan
pasien yang akhirnya mengarah pada kepuasan pasien terhadap pelayanan dan mutu instansi
tersebut (Chaboyer et al, 2009 ; Tobiano et al, 2017 ; Liu et al, 2012 ; Dewi, 2012 &
Kesrianti dkk, 2014).

B. Saran
Setelah dilakukan observasi dan wawancara mengenai pelaksanaan timbang
terima keperawatan di Ruang Teratai RSUD dr R Soetrasno Rembang pada tanggal 22
-24 Maret 2021,beberapa rekomendasi untuk kegiatan timbang terima pasien secara
menyeluruh dari tahap persiapan, pelaksanaan dan post timbang terima,adalah sebagai
berikut
Tahap persiapan handover

a. Kehadiran dan kesiapan kedua shift dinas dalam timbang terima pasien
b. Ketepatan waktu dalam timbang terima
c. Ketersediaan format laporan timbang terima
d. Penandatanganan timbang terima oleh KATIM dan KARU
Saran :
Perlu dilakuan evaluasi berkala dalam kegiatan timbang terima yang menyeluruh
khususnya dalam persiapan dan ketepatan waktu untuk meningkatkan kedisiplinan
perawat. Rumah sakit perlu melakukan evaluasi dan perbaikan materi SOP dengan
menyediakan format laporan timbang terima yang sesuai dengan standar, sehingga
lebih terstruktur, terorganisasi dan terintegritas dengan jelas untuk perawat
pelaksana, ketua tim serta kepala ruangan.
2. Tahap pelaksanaan hand over

a. Keliling ke kamar pasien


b. Perawat merasa terganggu dengan panggilan dari keluarga pasien saat
timbang terima
c. Keliling ke kamar pasien dan validasi pasien dilaksanakan cukup perwakilan
ketua tim dan dilakukan oleh shift dinas selanjutnya.
Saran :
Perlu dilakukan perbaikan materi SOP dalam tahap pelaksaan khususnya
kunjungan ke bed pasien dimana sebelumnya harus diawali dengan diskusi informasi
di nurse station yang dilakukan antar perawat.
Perlunya strategi dalam mekanisme kerja saat timbang terima seperti pemberian
pelayanan tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat shift sebelumnya, sementara
ketua tim dari kedua shift dan perawat pada shift selanjutnya dapat tetap
melaksanakan timbang terima, adapun strategi lain seperti peningkatan
kedisiplinanan secara personal dan waktu, pembagian tugas dalam tim dan ketu tim
serta evaluasi berkala di setiap bangsal- bangsal.
Menerapkan kedisiplinan dalam pelaksanaan timbang terima kepada perawat
terkait kunjungan dan validasi informasi.
3. Tahap post handover

Penutupan timbang terima oleh ketua tim , memberikan reward dan mengucapkan
selamat bekerja perawat mengerjakan tugas masing-masing tanpa pengarahan ketua
tim
Saran :
Perlu adanya evaluasi kinerja dalam pemberian reward baik secara materi maupun
non materi kepada perawat, dengan mempertimbangkan jam dinas, nilai personal dan
dapat menjadi referensi dalam melengkapi kebijakan yang ada, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan motivasi perawat dalam berkinerja.
Jika tidak ada pengarahan ketua tim, maka perlu untuk menyediakan pembagian
tugas dan penjadwalan terkait pekerjaan yang akan dilakukan, agar pekerjaan perawat
dapat lebih terarah dan terorganisir dengan baik. Timbang terima secara menyeluruh
terkait tidak adanya sosialisasi terkait SOP atau pelatihan yang diadakan oleh pihak
rumah sakit kepada perawat untuk timbang terima pasien serta tidak ada format
khusus untuk laporan timbang terima pasien.
Diharapkan bagi institusi rumah sakit dapat melakukan perbaikan materi SOP
timbang terima sesuai dengan standar yang berlaku secara spesifik pada setiap tahap
dari perencanaan, pelaksanaan hingga post-timbang terima dan penyediaan format
laporan timbang terima serta memberikan kegiatan sosialisasi SOP dan format
timbang terima kepada kepala ruangan, ketua tim serta anggota tim di setiap bangsal
yang melaksanakan timbang terima secara menyeluruh. Selain itu, diharapkan pihak
rumah sakit dapat memberikan atau mengadakan pelatihan mengenai kegiatan
timbang terima pasien.

Anda mungkin juga menyukai