Skep Timbang Terima
Skep Timbang Terima
KEPERAWATAN MANAJEMEN
KABUPATEN REMBANG
Disusun Oleh:
Kelompok I
1. TIN SUHANDINI
2. WAHYU PRONA
3. APRIYANI ARNAWATI
4. EVI PERMATANIA
5. ANA ARDIYANINGSIH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan standar yang ditetapkan, salah satu usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang termasuk asuhan
keperawatan adalah rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan
pasien. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) meliputi tercapainya ketepatan identifikasi
pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan
risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh,
sebagai syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi dan dikeluarkan
oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 (KARS, 2014), penyusunan sasaran
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety
tahun 2007 (Permenkes RI No. 1691, 2010 & Ulfa, 2017).
Kesalahan yang terjadi dalam pelayanan kesehatan (error) 70-80 %
disebabkan oleh buruknya komunikasi dan pemahaman dalam tim, masalah
patient safety dapat berkurang dengan kerjasama tim yang baik (WHO, 2009). Hal ini
termasuk dalam sasaran kedua keselamatan pasien yaitu peningkatan komunikasi
efektif yang merupakan program perawatan kesehatan profesional
Timbang terima merupakan teknik yang digunakan untuk menyampaikan dan
menerima laporan sehubungan dengan keadaan klien dilakukan antar perawat dengan
perawat maupun antara perawat dengan klien secara akurat serta lebih nyata, dilakukan
harus bersifat jelas, singkat dan lengkap (Nursalam, 2015). Timbang Terima
dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan di nurse station dan dilanjutkan di
samping tempat tidur pasien atau bedside handover, serta post- timbang terima (Putra,
2014). Maka dari itu jika komunikasi dalam handover tidak efektif dapat
menyebabkan kesalahan dalam kesinambungan pelayanan dan pengobatan yang tidak
tepat serta mengakibatkan potensi kerugian bagi pasien, hal ini diperkuat oleh laporan
dari Institute Of Medicine (IOM) melaporkan kegagalan awal dalam keselamatan
pasien sering terjadi akibat serah terima pasien yang tidak memadai (Kesrianti, dkk,
2014).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, kegiatan wawancara dilakukan kepada
perawat dan kepala ruang Teratai Rumah Sakit RSUD dr.R Soetrasno tepatnya pada
tanggal 22- 24 Maret 2021.Melalui kegiatan wawancara mereka mengungkapkan bahwa
dalam penerapan Sasaran Keselamatan Pasien yang kedua yaitu peningkatan komunikasi
efektif, diwujudkan dalam pelaksanaan timbang terima yang dilakukan di nurse station
kemudian dilanjutkan ke samping tempat tidur pasien (bedside handover). Metode
pelaksaan timbang terima ini sudah diterapkan sejak tahun 2015 tepatnya kurang lebih
5 tahun yang lalu melalui beberapa kebijakan melalui pengeluaran dan penerbitan
Standar Prosedur Operasional (SPO). Hal ini diwujudkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan sesuai dengan standar dan sesuai dengan ketentuan akreditasi rumah sakit
yang terbaru.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengelola unit pelayanan keperawatan di Ruang Teratai sesuai
dengan konsep dan langkah Timbang Terima dalam manajemen keperawatan.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan pembelajaran Timbang Terima dalam Manajemen
Keperawatan , mahasiswa mampu :
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindak lanjuti oleh
dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover
adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat
pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat)
selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi
mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan
perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover
adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang pasien
dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah
menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi,
kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga
pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun
bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada
informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis
yang lain
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan
beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman implementasi
untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.
Pasien
masalah keperawatan
Rencana
Tindakan
Perkembangan
keadaan Pasien
Masalah
Teratasi
Belum
a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima.
Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada
shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti
shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien
dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien,
masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum
dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima
tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik.
L. Kerangka Teori
Berdasarkan teori di atas, gambaran pelaksanaan timbang terima di Unit Rawat
Inap Teratai RSUD dr.R Soetrasno di pengaruhi oleh mekanisme kegiatan timbang
terima, metode timbang terima, serta isi timbang terima sehingga mempengaruhi
kesiapan perawat dalam melaksanakan timbang terima.
Dimensi kesiapan
1. Mekanisme kegiatan
dalam timbang terima
2. Ketepatan metode
timbang terima
3. Kesesuaian
menyampaikan isi
timbang terima
ANALISA
KEPALA RUANG
BAMBANG S, S Kep,Ns
PENANGGUNG JAWAB
ADMINISTRASI/LOGISTIK
HESTI WAHYU W
b.
c. KATIM I KATIM II
1. WAHYU
d. PRONA, A Md 1. MUDRIKAH, A Md Kep
Kep 2. APRIANY ARNAWATI, A Md
2. WAHYU MULYO, A Md Kep
Kep
1. M FAIZAL,A Md Kep
1. DAMAR K , A Md Kep 2. NOVITA CAHYA,A Md Kep
2. AINUN KHOIRIYAH,A Md Kep 3. TEGUH TRI, S Kep,Ns
3. M SOIMAH, S Kep,Ns
4. HESTI NOVITASARI, AMD
4. SHINTA, A Md Kep
5. UMMI ANISA, A Md Kep 5. KHUSNUL KHOTIMAH,S
Kep,Ns
a. Efek fisik
Kelelahan dan rasa mengantuk saat bekerja kadang dialami
perawat Ruang Teratai, namun belum mengganggu tanggung
jawab selama timbang terima.
b. Efek psikososial
Melalui wawancara kepada perawat Ruang Teratai, perawat
menyebutkan sosialisasi dengan masyarakat masih berjalan baik
dimana masyarakat dan keluarga memaklumi jam kerja profesi
perawat yang tidak seperti masyarakat yang hanya bekerja saat
jam kerja saja.
c. Efek kinerja
Kinerja perawat memang menurun selama kerja shift malam
yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial, akan
tetapi belum berdampak pada pelayanan keperawatan di Ruang
Teratai RSUD dr R Soetrasno Rembang.
d. Efek terhadap kesehatan
Dari wawancara dengan perawat ditemukan efek terhadap
kesehatan, shift kerja juga mengganggu keseimbangan kadar
gula dalam darah bagi penderita diabetes terutama pada usia 40
-50 tahun. Ada seorang perawat menderita penyakit Diabetes
Militus ,dan mempunyai masa kerja 17 tahun .
e. Efek terhadap keselamatan kerja
BAB IV
PEMBAHASAN DAN SARAN
A. Pembahasan
Pada kegiatan timbang terima pasien oleh perawat di ruang rawat inap Teratai RSUD
dr R Soetrasno termasuk kategori baik. Data ini didukung oleh hasil wawancara 10 perawat
bahwa perawat mengetahui dan memahami timbang terima secara keseluruhan, namun
masih kurang reward secara materi atau non materi, masih kurangnya keterlibatan kepala
ruangan dalam kegiatan timbang terima meyeluruh.
Timbang terima pasien secara menyeluruh dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan
post-timbang terima merupakan satu kesatuan proses yang menjadi salah satu kegiatan yang
menunjang pelayanan keperawatan secara berkesinambungan dan terintegritas melalui
pelaporan dan pendokumentasiannya (Nursalam, 2015 dan Putra, 2014).
Perlunya strategi dalam waktu dan penanganan pasien saat timbang terima, beberapa
perawat baru tidak mengetahui adanya SOP timbang terima karena belum dilakukan
sosialisi SOP dan tidak adanya format laporan timbang terima pasien. Bagi pihak rumah
sakit diharapkan mengadakan evaluasi berkala dan berkesinambungan melalui kegiatan
timbang terima secara menyeluruh serta pelatihan terhadap perawat terkait timbang terima
pasien yang sesuai standart. SPO timbang terima yang telah ada berhubungan erat dengan
komunikasi efektif sebagai salah satu bentuk mewujudkan sasaran keselamatan pasien terkait
akreditasi dan standar operasional dalam rumah sakit sebagai bagian yang sangat penting dan
syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi dan dikeluarkan oleh
Komite Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 (KARS, 2014), penyusunan sasaran ini mengacu
kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007).
Pada seluruh rangkaian dan
proses kegiatan timbang terima perlu diperhatikan dan dilakukan strategi agar kegiatan
timbang terima dapat berjalan sesuai dengan harapan, hal ini diungkapkan oleh Chaboyer
et al, 2009 dalam jurnal Bedside Handover Quality Improvement Strategy to “Transform
Care at the Bedside” dimana pada strategi tersebut memiliki 4 pilar yaitu keamanan dan
keandalan, vitalitas tim perawatan, perawatan yang berpusat pada pasien dan adanya proses
peningkatan dari perawatan, sehingga strategi ini mampu menjadi kerangka kerja untuk
meningkatkan kualitas dalam proses timbang terima dan berpusat pada klien.
Dampak yang terjadi jika hal ini terjadi secara terus menerus dan tidak ada perbaikan
atau peningkatan maka akan berdampak buruk bagi implementasi timbang terima itu sendiri,
bagi staf atau perawat yang menjalankan kegiatan tersebut dan bagi institusi yang menjadi
wadah serta penyedia sarana, serta terutama bagi pasien sebagai klien yang terlibat dalam
kegiatan ini. Sehingga, kegiatan ini akhirnya akan berdampak pada sasaran keselamatan
pasien yang akhirnya mengarah pada kepuasan pasien terhadap pelayanan dan mutu instansi
tersebut (Chaboyer et al, 2009 ; Tobiano et al, 2017 ; Liu et al, 2012 ; Dewi, 2012 &
Kesrianti dkk, 2014).
B. Saran
Setelah dilakukan observasi dan wawancara mengenai pelaksanaan timbang
terima keperawatan di Ruang Teratai RSUD dr R Soetrasno Rembang pada tanggal 22
-24 Maret 2021,beberapa rekomendasi untuk kegiatan timbang terima pasien secara
menyeluruh dari tahap persiapan, pelaksanaan dan post timbang terima,adalah sebagai
berikut
Tahap persiapan handover
a. Kehadiran dan kesiapan kedua shift dinas dalam timbang terima pasien
b. Ketepatan waktu dalam timbang terima
c. Ketersediaan format laporan timbang terima
d. Penandatanganan timbang terima oleh KATIM dan KARU
Saran :
Perlu dilakuan evaluasi berkala dalam kegiatan timbang terima yang menyeluruh
khususnya dalam persiapan dan ketepatan waktu untuk meningkatkan kedisiplinan
perawat. Rumah sakit perlu melakukan evaluasi dan perbaikan materi SOP dengan
menyediakan format laporan timbang terima yang sesuai dengan standar, sehingga
lebih terstruktur, terorganisasi dan terintegritas dengan jelas untuk perawat
pelaksana, ketua tim serta kepala ruangan.
2. Tahap pelaksanaan hand over
Penutupan timbang terima oleh ketua tim , memberikan reward dan mengucapkan
selamat bekerja perawat mengerjakan tugas masing-masing tanpa pengarahan ketua
tim
Saran :
Perlu adanya evaluasi kinerja dalam pemberian reward baik secara materi maupun
non materi kepada perawat, dengan mempertimbangkan jam dinas, nilai personal dan
dapat menjadi referensi dalam melengkapi kebijakan yang ada, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan motivasi perawat dalam berkinerja.
Jika tidak ada pengarahan ketua tim, maka perlu untuk menyediakan pembagian
tugas dan penjadwalan terkait pekerjaan yang akan dilakukan, agar pekerjaan perawat
dapat lebih terarah dan terorganisir dengan baik. Timbang terima secara menyeluruh
terkait tidak adanya sosialisasi terkait SOP atau pelatihan yang diadakan oleh pihak
rumah sakit kepada perawat untuk timbang terima pasien serta tidak ada format
khusus untuk laporan timbang terima pasien.
Diharapkan bagi institusi rumah sakit dapat melakukan perbaikan materi SOP
timbang terima sesuai dengan standar yang berlaku secara spesifik pada setiap tahap
dari perencanaan, pelaksanaan hingga post-timbang terima dan penyediaan format
laporan timbang terima serta memberikan kegiatan sosialisasi SOP dan format
timbang terima kepada kepala ruangan, ketua tim serta anggota tim di setiap bangsal
yang melaksanakan timbang terima secara menyeluruh. Selain itu, diharapkan pihak
rumah sakit dapat memberikan atau mengadakan pelatihan mengenai kegiatan
timbang terima pasien.