Anda di halaman 1dari 6

AGAMA

NAMA: Geraldo Rau


KELAS: XI SOSIAL 3
Gereja sebagai garam dan terang dunia

berdiriberperan sebagai garam penahan kerusakan dan pelita menerangi kegelapan. Inilah peran
Gereja yang ditetapkan oleh Kepala Gereja yaitu Tuhan Yesus Kristus. Garam diperlukan untuk
mencegah pembusukan, dan gereja harus menjadi teladan mulia bagi dunia,melawan kebobrokan
moral dan kecurangan nyata dalam masyarakat.

Jika Gereja menjadi suam dan membiarkan kuasa Roh Kudus tidak bekerja maka Gereja tidak
berdaya dan tidak memiliki hasratmelawan situasi dan kondisi buruk yang melingkupinya. Pada
posisi inilah gereja akan dibuang dan diinjak orang bahkan akan terjepit oleh cara hidup dan
moral buruk dunia.

Gereja adalah setiap orang yang telah mengakui dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juru Selamat secara pribadi dan telah dibabtiskan. Setiap pengikut Kristustelah ditetapkan
memiliki posisi dan peran sebagai garam dan terang dunia, dimanapun dia berada, apapun yang
dia kerjakan. Terutama jika dia adalah abdi Negarayang melayani banyak orang.

Jika seseorang menyatakan dirinya pengikut Kristus mendapat kesempatan diangkat, berjanji dan
bersumpah untuk mengabdi kepada rakyat maka tubuh jiwa dan rohnya seharusnya berperan dan
berfungsi seturut kebenaran Kristus (Galatia 2:19-20). Perjuangan menegakkan keadilan,
kebenaran dan kejujuran menjadi determinasi kuat tak tergoyahkan oleh karena Kristus yang
hidup di dalamnya.

Sebaliknya jika seorang abdi Negara pengikut Kristus melakukan kebijakan dan keputusan
public menyengsarakan rakyat, mendatangkan pertengkaran,perkelahian, adu domba sesama
anak bangsa, dan menghancurkan nilai nilai demokrasi yang sudah dibangun maka dia adalah
garam yang sudah menjadi tawar, akan dibuang dan diinjak orang. Dia tidak meletakkan pelita
itu bersinar diatas kaki dian, melainkanmeletakkannya dibawah gantang. Dia tidak menjadi
terang dunia, akan tetapi justru membawa kegelapan bagi dunia.

Kesempatan atau peluang mulia yang seharusnya diperankan DENGAN BERBUAT ADIL,
JUJUR DAN BENAR dihadapan banyak orang agar nama Bapa di Sorga dimuliakan – TIDAK
TERJADI.

Jikalau kondisi tawar dan gelap ini terus diperankan para actor politik dan pejabat Negara yang
saat dilantik berjanji dengan meletakkan tangan diatas Alkitab, disisi lain Gereja sebagai Istitusi
suam dan tidak menyuarakan suara kenabian, maka Tuhan akan “memuntahkannya” (Wahyu 3 :
15-16). Alkitab mencatat sejakjaman raja raja Israel, para nabi Tuhan secara keras dan tegas
mengoreksi jalannya pemerintahan lalim, kondisi negeri yang menyimpang dari kebenaran
Allah. Demikian dijaman Perjanjian Baru para rasul konsisten menegur ketidak adilan dan
ketidak benaran. Kiranya Tuhan menolong bangsa ini.
Gereja sebagai umat Allah

  Arti dan Makna Gereja sebagai Umat Allah


Istilah “Umat Allah” sudah digunakan dalam Perjanjian Lama yang kemudian dimunculkan
dan dihidupkan kembali oleh Konsili Vatikan II setelah sekian lama Gereja menjadi terlalu
hierarkis; didominasi oleh kaum rohaniwan dan awam yang adalah mayoritas dalam Gereja agak
terdesak ke pinggir. Dengan paham Gereja sebagai Umat Allah, diakui kembali kesamaan
martabat dan peranan semua anggota Gereja. Semua anggota Gereja memiliki martabat yang
sama, hanya berbeda dalam hal fungsi.
Menurut Minear, umat Allah adalah umat yang kepadanya Allah mengutus Anak-Nya
sebagai Penyelamat dan Raja. Umat Allah tidak lepas dari kelahiran Yesus atau PelayananNya,
dan dari pesta Perjamuan Kudus atau Kebangkitan atau bahkan keturunan Roh pada hari
Pentakosta. Tetapi juga harus diingat bahwa Umat Allah juga tidak bisa lepas dari perjanjian
yang mana aktivitas Allah dalam zaman Abraham dan Musa. Kenyataan ini, tentu tidak
mengecualikan realitas pemilihan atau mengurangi makna yang abadi.
Dalam pemahaman ini, Tom Jacobs lebih menyetujui Ekaristi sebagai artian
Gereja khususnya dalam artian “umat Allah” atau dengan perjamuan Ekaristi, terbentuklah
jemaat. Perayaan ekaristi tertuju pada pembentukan jemaat hal itu jelas dalam 1 Kor 11:22. Bagi
paulus, Jemaat Allah sama artinya dengan umat Allah, tetapi dalam kata Yunani, “Umat (Laos)
Allah” tidak tepatnya sama dengan “Jemaat (Ekklesia) Allah” dan yang sangat menyolok, “umat
Allah yang dipakai oleh Paulus, hanya dipakai untuk kutipan-kutipan Perjanjian Lama
Geraja sebagai Umat Allah memiliki ciri khasnya yakni:
1.      Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah
adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil.
2.      Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah dan untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan
dunia.
3.      Hubungan antara Allah dan umatNya dimeteraikan olehsuatu perjanjian. Umat harus menaati
perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janjiNya.
4.      Umat Allah selalu dalam perjalanan melewati padang pasir menuju Tanah Terjanji.
Dalam Perjanjian Baru, Gereja merupakan satu Umat Allah yang sehati sejiwa, seperti yang
ditunjukkan oleh Umat Purba. Gereja harus merupakan seluruh umat, bukan hanya hierarki saja
dan awam seolah-olah hanya merupakan tambahan, pendengar dan pelaksana. Singkatnya:
Gereja hendaknya MENGUMAT.

B.     Dasar dan Konsekuensi Gereja yang Mengumat


1.      Dasar dari Gereja yang Mengumat
Setiap orang dipanggil untuk melibatkan diri secara penuh dalam kehidupan Umat Allah atau
MENGUMAT. Mengapa harus demikian?
a.       Hidup  mengumat pada dasarnya merupakan hakikat dari Gereja itu sendiri, sebab hakekat
Gereja adalahpersaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup Umat Purba.
b.      Dalam hidup mengumat banyak karisma dan rupa-rupa karunia dapat dilihat, diterima dan
digunakan bagi kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang terlalu menampilkan segi
organisatoris dan structural dapat mematikan banyak karisma dan karunia yang muncul dari
bawah.
c.       Dalam hidup mengumat, semua orang yang merasamenghayati martabat yang sama akan
bertanggungjawab secara aktif dalam fungsinya masing-masing untuk membangun Gereja dan
memberi kesaksian kepada dunia.

2.      Konsekuensi dari Gereja yang Mengumat


a.      Konsekuensi bagi Pimpinan Gereja (Hierarki)
·         Menyadari fungsi pimpinan sebagai fungsi pelayanan. Pimpinan bukan di atas umat, tetapi di
tengah umat.
·         Harus peka untuk melihat dan mendengar karisma dan karunia-karunia yang bertumbuh di
kalangan umat.

b.      Konsekuensi bagi setiap Anggota Umat


·         Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain. Orang tak dapat menghayati
kehidupan imannya secara individu saja.
·         Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala karisma, karunia dan fungsi yang
dipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi Gereja di tengah masyarakat. Semua
bertanggung jawab dalam hidup dan misi Gereja.

c.       Konsekuensi bagi Hubungan Awam dan Hierarki


·         Paham Gereja sebagai Umat Allah jelas membawa konsekuensi dalam hubungan antara
hierarki dan kaum awam. Kaum awam bukan lagi pelengkap penyerta, melainkan partner
hierarki.
·         Awam dan hierarki memiliki martabat yang sama, hanyaberbeda dalam hal fungsi.

Gereja sebagai tubuh Kristus

Kata ‘jemaat’ dalam bahasa Yunani adalah εκκλεσια (ekklesia , ek = keluar, kaleo =dipanggil),
yang memiliki makna himpunan orang-orang.

Kata ekklesia juga merujuk kepada kumpulan orang yang tidak percaya, misalnya kumpulan
massa di Efesus yang berhuru hara dan hendak menganiaya Paulus (Kisah Rasul 19:32). Itu
sebabnya penambahan kata “Allah” setelah ekklesia menegaskan perbedan dengan jenis
perkumpulan lain; “kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam
Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala
tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan
kita.” ( I Korintus 1:2).

Secara sederhana, kata ‘jemaat Allah”, ‘gereja’adalah kumpulan orang yang telah dipanggil
keluar dari kegelapan kepada terang Tuhan yang ajaib,dengan suatu tugas yang mulia. Kata
‘gereja’ atau ‘jemaat’ tidak menunjuk kepada sebuah gedung,namun himpunan umat Tuhan.
Baik secara universal (am), yaitu himpunan semua orang percaya di seluruh muka bumi; maupun
secara lokal, himpunan orang percaya di dalam wilayah tertentu. Dan kita sebagai orang Kristen
tidak hanya berkomitmen kepada Kristus, namun kita juga berkomitmen kepada tubuh Kristus,
yaitu gereja. Orang Kristen yang tak bergereja adalah anomali aneh, karena gereja berada pada
pusat rencana kekal Allah. Gereja bukanlah rencana ilahi tambahan, namun gereja adalah
komunitas baru milik Allah. Salah satu gambaran gereja yaitu Tubuh Kristus Mungkin gambaran
paling popular mengenai gereja adalah tubuh Kristus, dimana Tuhan kita sebagai Kepala (Roma.
12:5; 1 Korintus.12:12; Efesus. 1:22-23; Kolose. 1:24). Dengan analogi ini Paulus menekankan
baik kesatuan tubuh dan individuality setiap anggota, bahwa Kristus sebagai Kepala tubuh
menyatakan bahwa Tuhan kita yang mengarahkan dan membimbing tubuh, dan kesatuan datang
dari Kepala tubuh, yang mengkoordinasi dan mengarahkan setiap bagian.

Tubuh Kristus yang rapi tersusun dan terikat satu dengan yang lain

‘Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan
semua bagiannya’ – Efesus 4:16. Tubuh Kristus memiliki tangan, kaki, telinga, mata dan seluruh
kelengkapannya. Namun, antara anggota tubuh satu dengan yang lainnya harus bisa bekerjasama
dan saling melengkapi. Anggota tubuh tidak dapat meremehkan anggota tubuh yang lain yang
sepertinya tidak terlihat. Tubuh Kristus bukanlah suatu kumpulan dari individu-individu,
melainkan suatu kesatuan dari para anggotanya.Tempat yang efektif untuk mempraktekkan
saling menghormati dan bekerjasama sebagai anggota tubuh Kristus adalah kelompok kecil

Tubuh Kristus yang setiap anggotanya berfungsi dan bertumbuh

Sama seperti tubuh manusia yang memiliki banyak sel dan sel-sel tersebut harus berfungsi,
demikian juga dengan tubuh Kristus, semua sel harus berfungsi secara aktif. “Tetapi Allah telah
memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti
yang dikehendaki-Nya.’ – I Korintus 12:18. Setiap anggota tubuh memiliki fungsi tertentu, dan
juga tempat yang khusus dalam tubuh Kristus menurut kehendak Tuhan. Fungsi kaki berbeda
dengan fungsi mulut, namun kedua-duanya sama-sama diperlukan. Sebagai anggota tubuh
Kristus yang sehat, dia harus berfungsi sesuai fungsinya dan dengan demikian dia dapat
bertumbuh di dalam Kristus.Sebagai anggota tubuh Kristus, secara pribadi kita harus berfungsi
sesuai desain Tuhan, namun secara bersamaan kita bersinergi dengan anggota tubuh Kristus
lainnya. Kita dapat membayangkan seperti anggota tubuh manusia, justru kalau ada anggota
tubuh yang bergerak sendiri tanpa terkoordinasi dengan yang lain, hal itu dapat menunjukkan
sebuah kelainan. Semisal tangan yang bergerak terus, sementara otak tidak sedang
memerintahkan,kemungkinan besar ada syaraf yang bermasalah. Untuk itu, temukan panggilan
dan tempat Anda dalam tubuh Kristus, dan berfungsilah, serta bangun kerjasama dengan anggota
tubuh Kristus lainnya.
Gereja sebagai mempelai wanita

Perbandingan dan penandaan pernikahan dikenakan pada Kristus dan lembaga jemaat yang dikenal

sebagai gereja. Mereka adalah yang mempercayai Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan mereka

menerima kehidupan kekal. Di dalam Perjanjian Baru, Kristus, Sang Pengantin Pria, telah dalam

pengorbanan dan kasih memilih gereja menjadi mempelai perempuanNya (Efesus 5:25-27). Sama-halnya

ada waktu tunangan di dalam waktu Alkitab dituliskan dimana kedua mempelai dipisahkan sampai

pernikahan, demikian juga pengantin perempuan Kristus dipisahkan dari Pengantin Prianya di jaman

gerejawi. Tanggung-jawabnya di kala masa tunangan ialah berlaku setia kepadaNya (2 Korintus 11:2;

Efesus 5:24). Pada Kedatangan Kristus Kedua, gereja akan dipersatukan dengan Pengantinnya, "pesta

pernikahan" resmi akan berlangsung, dan bersamanya, persatuan kekal antara Kristus dan PengantinNya

akan digenapi (Wahyu 19:7-9;21:1-2).

Pada waktu itu, semua orang percaya akan mendiami kota surgawi yang dikenal sebagai Yerusalem Baru,

atau "kota suci" di dalam Wahyu 21:2 dan 10. Yerusalem Baru bukanlah gereja, tetapi mempunyai

beberapa sifat gereja. Dalam penglihatannya akan akhir jaman, Rasul Yohanes melihat kota yang turun

dari surga dihias "bak pengantin," yang bermakna penduduk kota itu, mereka yang telah ditebus Tuhan,

akanlah kudus dan murni, mengenakan baju putih kekudusan dan kebenaran. Ada yang salah

menginterpretasi ayat 9 dalam mengartikan kota kudus tersebut sebagai pengantin Kristus, hal itu tidak

bisa terjadi karena Kristus mati bagi umatNya, bukan bagi kota. Kota itu dikenal sebagai pengantin

karena ia meliputi semua manusia secara kolektif yang menjadi pengantin, sama-halnya jika semua

anggota murid sekolah dikenal sebagai "sekolah."

Sebagai orang percaya dalam Yesus Kristus, kita yang merupakan pengantin Kristus menanti akan hari

dimana kita akan dipersatukan dengan Pengantin kita. Sampai di waktu itu, kita berlanjut setia padaNya

dan berucap kata bersamaan dengan semua yang telah ditebus Tuhan

Anda mungkin juga menyukai