Tugas 3
Tugas 3
PEMBELAJARAN MATIMATIKA
Kelas 6C
(151418087)
2021
1. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN
A. Definisi metode pembelajaran
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hados”. Meta berarti
“melalui” dan hodos “jalan”. Dengan demikian metode bisa berarti cara atau jalan yang harus
ditempuh untuk mencapi tujuan tertentu.
Metode Pembelajaran adalah Cara – cara untuk menajikan bahan – bahan Pembelajaran
kepada Siswa – siswi untuk tercapainyatujuan yang telah ditetapkan.
Metode Pembelajaran adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu
kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang elah ditentuakan.
Metode Pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara – cara untuk melakukan
aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta
didik untuk saling beriteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar
berjalan dengan baik dalam artian tujuan pengajaran tercapai.
Metode Pembelajaran ialah sebuah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
Sehingga berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajran berarti suatu prosedur, urutan langkah-langkah
dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan
bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat
dijabarkan kedalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode
adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah
belajar siswa.
2. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
3. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mewujudkan hasil karya.
4. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian
siswa.
5. Metode yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan
cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai
dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
B. MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN
Perkembangan mental siswa di sekolah, antara lain, meliputi kemampuan untuk bekerja
secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan
pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi. Pembelajaran harus
memperhatikan minat dan kemampuan siswa.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
Pembelajaran matematika perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang
berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode
yang bervariasi akan sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
matematika.
Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tingkah laku, serta perlu menekankan
pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan kearah kedewasaan. Sesuai
dengan pendekatan seperti telah dibahas pada bahasan sebelumnya, pembelajaran harus
dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Tiap metode
tidak berdiri sendiri tanpa terlibatnya metode lain.
Berikut dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru, yaitu:
1) Metode ceramah
Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang
kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan
komunikasi terjadi searah dari pembicara kepada pendengar. Metode ceramah merupakan
metode mengajar yang paling banyak dipakai, hal ini mungkin dianggap sebagai metode yang
paling mudah dilaksanakan. Jika bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan urutan
penyampaiannya, guru tinggal menyajikan di depan kelas.
2) Metode ekspositori
Metode ini sama dengan metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada guru
sebagai pemberi informasi. Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang.
Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, pada waktu yang
diperlukan saja. Siswa tidak hanya mencatat, tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya.
Guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual. Pada metode ini siswa belajar lebih aktif
daripada metode ceramah. Kalau dibandingkan dominasi guru dalam kegiatan belajar
mengajar,metode ceramah lebih terpusat pada guru daripada metode ekspositori. Pada metode
ekspositori siswa belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Murid mengerjakan latihan
soal sendiri, mungkin juga dilakukan sambil bertanya dan mengerjakannya bersama dengan
temannya, atau mengerjakan tugas dipapan tulis.
3) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah dan ekspositori. Tetapi pada
metode demonstrasi aktivitas siswa lebih banyak lagi, dengan demikian dominasi guru lebih
banyak berkurang. Metode ini dapat menghilangkan verbalisme, sehingga siswa semakin
memahami materi pelajaran.
Ciri khas metode ini terlihat dari adanya penonjolan mengenai suatu kemampuan (guru
maupun siswa), misal kemmapuan guru membuktikan dalil, menurunkan rumus, atau
memecahkan soal cerita. Sedangkan yang berhubungan dengan alat, misalnya pemakaian
sepasang segitiga untuk menggambarkan dua buah garis sejajar atau saling tegak lurus,
penggunaan daftar atau kalkulator untuk perhitungan merupakan kemampuan siswa.
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode berlangsung secara efektif dan efisien, ada
beberapa yang dapat dilakukan, yaitu :
Kemampuan yang dipelukan untuk menyelesaikan soal dengan cepat dan cermat tidak
dapat diperoleh dengan metode drill. Keculi hafal fakta-fakta dasar berhitung, diperlukan
pula hafal dan terampil menggunakan algoritma berhitung, dan jika dilakukan tanpa
kesalahan akan menghasilkan jawaban yang benar untuk sebuah soal.
Dalam matematika terdapat banyak prosedur pengerjaan yang pasti dan tetap seperti
algoritma berhitung.mislanya dalam aljabar untuk menentukan hasil kali dan hasil
pemangkatan . Dalam geometri misalnya, melukis garis garis istimewa dalam segitiga
ditentukan oleh tiga buah unsur.
Hafal algoritma dan prosedur matematika serta cepat dengan cermat menggunakannya
merupakan tujuan dari metode latihan dalam pengajaran matematika, sedangkan tujuan daari
metode drill adalah agar siswa hafal dan cepat dalam fakta-fakta matematika.
Suatu pengajaran disajikan melalui tanya jawab jika bahan pelajaran disajikan melalui
tanya jawab. Dalam metode tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan bisa muncul dari guru, bisa
juga dari peserta didik, demikian pula halnya jawaban yang dapat muncul dari guru maupun
peserta didik. Dengan menggunakan metode ini siswa menjadi aktif dari pada belajar-
mengajar dengan menggunakan ekspositori. Sebab, pertanyaan-pertanyaan diberikan, sebagai
pengarahan diperlukan pula cara informatif. Bahan yang diajarkan masih terbatas pada hal-
hal yang dintanyakan oleh guru. Inisiatif dimulai dari guru. Sesudah pengarahan, dimulailah
dengan pengajuan pertanyaan. Pertanyaan jangan terlalu sulit, karena akan membut kelas
diam. Agar siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode tanya jawab, hendaknya
guru berlaku sebagai berikut:
6) Metode penemuan
Kata penemuan sebgai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan siswa
dalam belajarnya. Siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru, bukan berarti baru bagi
dirinya saja karena hal itu sudah dikenal oleh orang lain. Pembelajaran dengan metode
penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.
Cara belajar dengan menemukan (discovery learning) ini tidak merupakan cara
belajar yang baru. Cara belajar melalui penemuan sudah digunakan puluhan abad yang lalu
dan Socrates dianggap orang sebagai pemula yang menggunakannya.
Kemudian siswa diminta untuk mncari hasil-hasil yang sama, atau membuat kesimpulan dari
hasil pengerjaannya.
Hal baru bagi siswa yang diharapkan dapat ditemukannya itu dapat berupa konsep,
teorema, rumus, pola, aturan, dugaan, perkiraan, coba-coba, atau usaha lain dengan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya melalui cara induksi, deduksi, observasi,
ekstrapolasi. Pembelajaran dengan metode ini tidak dapat direncanakan, karena sangat
tergantung kemampuan siswa, dan bahan yang akan disajikan. Pembelajaran dengan metode
ini harus memperhatikan:
Pelaksanaan metode ini dapat dilakukan dengan dialog tanya jawab atau dengan
menggunakan lembaran kerja. Pembahasan materi dapat dengan pendekatan induktif,
deduktif atau keduanya. Metode ini mempunyai kelebihan antara lain :
1. Siswa aktif, karena siswa berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan
hasil akhir.
2. Siswa menjadi paham benar, sebab mengalami sendiri proses menemukannya.
Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih diingat.
3. Menemukan sendiri menmbulkan kepuasan. Kepuasan intrinsic ini mendorong ingin
melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat.
4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu
mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks.
Menurut J. Bruner metode ini mampu mengembangan kemampuan siswa dalam
mengorganisasikan segala sumber untuk menyelesaikan problem, menjadi lebih peka
terhadap problem solving yang dihadapinya dan motivasinya meningkat karena terlibat dalam
proses penemuan.
Davis mengatakan metode ini akan menjadikan siswa memiliki persamaan terhadap
sejarah matematika, mengerti bahwa matematika itu ditemukan, siswa dapat menilai
kemampuannya untuk menemukan dan mengabtraksi.
Pemecahan masalah merupakan tipe belajar aktif yang tingkatnya paling tinggi dan
kompleks dibanding tipe belajar yang lain. Pemecahan masalah dalam matematika dipandang
sebagai dasar aktivitas matematika. Matematika kelihatannya tidak dapat dipahami jika tanpa
masalah (Cooney, 1975: P.244). Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang
mana siswa sendiri dapat menyelesaikan tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin
(Russeffendi, 1977: P.216). Suatu persoalan menjadi masalah atau memberikan tantangan
yang sapat dipecahkan dengan prosedur rutin yang diketahui siswa (Cooney, 1975 : P.242).
Menurut Russeffendi suatu persoalan menjadi masalah, jika :
Karena suatu persoalan belum tentu menjadi masalah bagi seorang siswa maka guru harus
menyeleksi dan membuat soal yang merupakan pemecahan masalah. Pentingnya pemecahan
masalah dalam pembelajaran disebabkan oleh :
1. Pemecahan masalah membuat siswa berpikir lebih analitis dalam membuat keputusan.
2. Pemecahan masalah dapat menimbulkan jawaban yang asli, khas, beranekaragam dan
dapat menambah pengetahuan baru.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aplikasi atau penerapan dari ilmu yang
diperolehnya.
4. Pemecahan masalah dapat merangsang siswa menggunakan segala kemampuannya.
5. Pemecahan masalah dapt menimbulkan sikap ingin tahu dan motivasi kreatif.
8) Metode inkuiri
Metode inkuiri adalah proses menyelidiki dan memeriksa suatu situasi dengan
maksud mencari informasi dan kebenaran. Metode ini adalah keadaan khusus dari pemecahan
masalah dan merupakan cara belajar aktif dan mencakup proses ketrampilan. Karena proses
inkuiri adalah suatu teknik khusus untuk mengembangkan pengetahuan melalui penelitian.
Metode inkuiri adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri yang dapat dilaksanakan
secara individu atau dalam kelompok. Situai inkuiri ideal dalam kelas matematika terjadi jika
siswa-siswa merumuskan prinsip matematika baru melalui bekerja sendiri atau dalam
kelompok kecil dengan pengarahan minimal dari guru. Tujuan penggunaan metode ini adalah
agar siswa belajar metode ilmiah dan dapat menerapkan kedalam suasana lain.
Dalam metode ini guru selain berperan sebagai pengarah dan pembimbing, juga
sebagai sumber informasi data yang diperlukan. Siswa masih harus mengumpulkan informasi
tambahan, membuat hipotesis dan mengetesnya. Jasdi, peran utama guru dalam hal ini adalah
sebagai moderator. Metode ini terdiri dari empat tahap, yaitu :
Metode inkuiri merupakan metode mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan,
perbedaannya adalah:
Metode ini disebut dengan metode tugas. Tugas yang paling sering diberikan dalam
pembelajaran matematika adalah pekerjaan rumah sebagai latihan soal-soal. Metode ini
mensyaratkan adanya pemberian tugas dan adanya tanggungjawab dari siswa. Misalnya,
mencari bukti lain dari sebuah teorema , membaca sejarah perkembangan geometri,
mempelajari dulu topic yang akan dibahas. Tetapi dapat timbul atas inisiatif siswa setelah
disetujui guru. Hasilnya dapat lisan atau tulisan.
Tugas yang diberikan dapat berupa tugas membuat atau merancang model-model,
alat-alat atau permaianan yang berhubungan dengan pelajaran matematika. Misalnya,
mmbaca buku mengenai alat peraga atau permaianan matematika, merancang model dan alat,
memberikan kesempatan untuk mendemonstrasikan kepada teman-teman, menyimpan hasil
karya dilabmat. Hal tersebut akan menimbulkan kepuasan intrinsik dan selanjutnya sikap
positif terhadap pelajaran matematika.
2. PENDEKTAN DALAM PEMBELAJARAN MATIMATIKA
A. PENDEKATAN INDUKTIF
Pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof Ingris Prancis Bacon
(1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta – fakta yang
kongkrit sebanyak mungkin. Berpikir induktif ialah suatu proses berpikir yang
berlangsung dari khusus menuju ke umum. Orang mencari ciri – ciri atau sifat – sifat
tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa ciri – ciri itu
terdapat pada semua jenis fenomena. Menurut Purwanto (dalam Sagala, 2003 : 77) tepat
atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang diambil secara induktif bergantung pada
representatif atau tidaknya sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan. Makin
besar jumlah sampel yang diambil berarti refresentatif dan tingkat kepercayaan dari
kesimpulan itu makin besar, dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel yang diambil
berarti refresentatif dan tingkat kepercayaan dari kesimpulan itu semakin kecil pula.
Dalam konteks pembelajaran, pendekatan induktif berarti pengajaran yang bermula
dengan menyajikan sejumlah keadan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu
konsep, prinsip atau aturan. Pada hakikatnya matematika merupakan suatu ilmu yang
diadakan atas akal yang berhubungan dengan benda-benda dan pikiran yang abstrak. Ini
bertentangan dengan sejarah diperolehnya matematika. Menurut sejarah, matematika
ditemukan sebagai hasil pengamatan dan pengalaman yang pernah dikembangkan dengan
analogi dan coba-coba (trial dan error).
Contoh 3 :
: 1 = 1 = 1.1
1+3 = 4 = 2.2
1+3+5 = 9 = 3.3
1+3+5+7 = 16 = 4.4
1+3+5+7+9+11=36 =6.6
Dengan tanpa menjumlahkan 1+3+5+7+9+11 terlebih dahulu kita sudah dapat menduga
bahwa jumlahnya adalah 6.6 = 36 Sekarang coba gunakan pola yang kita peroleh itu untuk
mendapatkan 1+3+5+7+9+11+ ...+99. Tentukan pula bentuk umumnya? Jawabannya adalah
50.50 = 2500. Dengan demikian bentuk umum yang dapat dibuat adalah n2
Contoh : (1) Sesuatu yang sama dengan sesuatu yang lain, satu sama lain sa
(3) Keseluruhan lebih besar bagiannya. Dari ke tiga contoh aksioma tersebut dapat diperoleh
berikut ini
a. Dari aksioma (1) dan aksioma (2) dapat disusun pernyataan benar sebagai berikut. Jika x =
y maka x + a = y + a .
b. Dari aksioma (3) dapat dinyatakan sebagai berikut Jika y bagian dari x maka x > y Dengan
aksioma (3) diperoleh, jika x > y, maka x + a > y + a
Dalil-dalil yang dirumuskan itu banyak sekali. Jadi matematika itu terorganisasikan
dari unsur-unsur yang tak didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma
dan dalildalil dimana dalil-dalil itu setelah dibuktikan kebenarannya, berlaku secara umum.
Karena itu matematika sering disebut ilmu deduktif. Mungkin Anda bertanya, bukankah
dalil-dalil, dan lain-lain dalam matematika itu ditemukan secara induktif (coba-coba,
eksperimen, penelitian, dan lain-lain)? Memang Anda betul, bahwa para matematis itu
menyusun (menemukan) matematika atau bagiannya itu secara induktif, tetapi begitu suatu
pola, aturan, dalil-dalil itu ditemukan maka dalil itu harus dapat dibuktikan kebenarannya
secara umum (deduktif)
1=1X1
1+3=4=2X2
1+3+5=9=3X3
1 + 3 + 5 + 7 = 16 = 4 X 4
. . . . . . .
. . . . . . .
. . . . . . .
Secara deduktif pembuktian kebenaran pola itu adalah sebagai berikut (induksi matematika)
1 + 3 + 5 + ... + (2k-1) = k X k
Kita tambahkan 2(k+1) – 1 kepada ruas persamaan terakhir. Maka diperoleh :
Tetapi bagi kelas rendah atau kelas yang lemah, pendekatan induktif akan lebih baik,
pendekatan induktif akan lebih memudahkan murid menangkap konsep yang diajarkan.
Sebaliknya kelas yang kuat akan merasakan pengajaran dengan pendekatan induktif bertele-
tele. Kelas ini lebih cocok diberi pelajaran dengan pendekatan deduktif. Karena itu, guru
harus dapat memperkirakan pendekatan mana sebaiknya yang dipakai untuk mengajarkan
bahan tertentu di suatu kelas. Ada baiknya para guru matematika sewaktuwaktu bertukar
pendapat mengenai pendekatan yang lebih cocok dipakai untuk mengajarkan bahan tertentu
di suatu kelas berdasarkan pengalaman. Fakta yang diperoleh dari pengalaman merupakan
salah satu sumber pengetahuan.
C. PENDEKATAN SPIRAL
Pembelajaran dengan pendekatan spiral dapat dilukiskan seperti gambar spiral di bawah ini.
Nampak semakin keatas spiral tersebut melingkar semakin besar, yang menggambarkan
makin lama materi yang dibahas semakin tinggi tingkatannya dan
semakin luas.
a. Di kelas III SD, mula-mula dikenalkan dengan perbandingan luas permukaan benda
dengan bangun persegi atau persegipanjang, menghitung luas daerah persegi dan
persegipanjang dengan membilang petak persegi, kemudian meluas untuk permukaan
tidak teratur namun masih menggunakan cara yang sama.
e. Di SMP kelas I Catur wulan 2, mengingat kembali mengenai luas persegi dan
persegipanjang (ulangan), dilanjutkan menentukan luas bidang kubus dan balok.
f. Di SMP kelas I Catur wulan 3, mengingat kembali mengenai luas persegi dan
persegipanjang (ulangan), dilanjutkan menemukan rumusnya, kemudian menghitung
luas bangun datar lain (jajargenjang, segitiga) menggunakan luas persegipanjang, dan
dalam selang lain baru dikenalkan menemukan rumus segitiga.
g. Di SMP kelas II Catur wulan I, dikenalkan menemukan rumus luas belah ketupat,
layinglayang, dan trapezium.
C. PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
Tahap kedua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep
pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah
dirancang guru. Kemudian secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok lain. Secara
keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena alam di
sekelilingnya.
Tahap ketiga, saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada
hasil observasinya ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa membangun
pemahaman baru tentang konsep yang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu–ragu
lagi tentang konsepsinya.
D. PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Salah satu upaya untuk merubah cara mengajar guru yang sesuai dengan tuntutan
KTSP adalah merubah cara pandang guru terhadap mengajar dan belajar. Mengajar
menurut pandangan lama adalah proses pemberian pengetahuan dan prosedur kepada
siswa, dimana pandangan ini berimplikasi terhadap cara belajar siswa yang hanya dan
menghapalkan langkah-langkah pemecahan sebuah persoalan. Belajar menurut
pandangan kontemprorer adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya dengan
melibatkan fisik, mental dan emosional, hingga siswa memperoleh sejumlah pengalaman
bermakna (konstruktivisme). Menurut pandangan ini pengetahuan yang diperoleh siswa
bukan proses pemindahan dari guru ke siswa, melainkan dibentuk atau disusun sendiri
oleh siswa melalui interaksinya dengan lingkungan. Sesuatu yang diketahui siswa itu
sendiri dari pengalamannya. Pengetahuan yang dimiliki siswa menurut pandangan
konstrutivisme merupakan susunan yang diperoleh dari proses panjang hasil interaksinya
dengan lingkungan. Pengetahuan bukan sesuatu yang telah jadi dan sempurna yang harus
diberikan kepada siswa, melainkan dugaandugaan (konjectural) yang mungkin salah,
bersifat sementara dan tak pernah sempurna. Salah satu pendekatan mengajar yang sesuai
dengan pandangan ini adalah Contextual Teaching and Learning ( CTL).
1. Memahami masalah
b. Bagaimana syarat soal? Mungkinkah dinyatakan dalam bentuk persamaan atau hubungan
lainnya ?
2. Merencanakan Penyelesaian
a. Pernahkah anda bertemu soal ini sebelumnya ? Atau pernahkah ada soal yang sama atau
serupa dalam bentuk lain ?
b. Tahukah anda soal yang mirip dengan soal ini ? Teori mana yang dapat digunakan dalam
masalah ini ? c. Perhatikan apa yang dinyatakan. Coba pikirkan soal yang dikenal dengan
pertanyaan yang sama atau serupa. Misalkan ada soal yang mirip dengan soal yang pernah
diselesaikan.Dapatkah pengalaman itu digunakan dalam masalah yang sekarang? Dapatkah
hasil itu dan metode yang lalu digunakan di sini?
d. Apakah harus dicari unsur lain agar dapat memanfaatkan soal semula? Dapatkah
mengulang soal tadi? Dapatkah menyatakan dalam bentuk lain? Kembalilah pada definisi.
e. Andaikan soal baru belum dapat diselesaikan, coba fikirkan soal serupa dan selesaikan.
Bagaimana bentuk soal itu?
f. Bagaimana bentuk soal yang lebih khusus? Soal yang analog? Dapatkah sebagian soal
diselesaikan?
g. Misalkan sebagian soal dibuang, sejauh mana yang ditanyakan dapat dicari? Manfaat apa
yang dapat diperoleh dari data yang ada? Perlukah dat lain itu menyelesaikan soal yang
dihadapi?
h. Dapatkah yang ditanyakan data atau keduanya diubah sehingga menajdi saling keterkaitan
satu dengan yang lainnya?
i. Apakah semua kondisi sudah digunakan? Sudakah diperhitungkan ide – ide penting yang
ada dalam soal tersebut?
3. Melaksanakan Perhitungan
b. Dapatkah diperiksa sanggahannya ? Dapatkah hasil itu dicari dengan cara yang lain?
c. Dapatkah anda melihatnya secara sekilas ? Dapatkah hasil dan atau cara itu digunakan
untuk soal-soal lainnya ?
F. PENDEKATAN REALISTIK
- Penskemaan
- Penemuan keteraturan
- Pentransferan real world problem ke dalam suatu model matematika yang diketahui.
Diberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para siswa untuk langsung merasakan dan
menghayati sendiri makna pecahan dengan mengerjakan sendiri:
Beri kesempatan kepada mereka untuk membuka dan menutup lipatan kertas masing-
masing mereka merasakan bahwa satu lembaran kertas mempunyai dua lipatan yang
sama, yaitu lipatan yang satu tepat menutup lipatan yang lain. Katakan kepada mereka
1 lipatan dari 2 lipatan yang sama disebut setengah atau seperdua, ditulis dengan
1
lambang pecahan
2
b. Mintalah setiap siswa untuk melipat kembali satu kali kertasnya,dengan jalan melipat
garais lipatan sehingga tepat berhimpitan. Kemudian mintalah mereka memotong tepi
lembaran kertas yang bukan lipatan. Beberapa bentuk lipatan antara lain adalah:
Gambar 4.5
Berilah kesempatan kepada semua siswa untuk memilih sendiri bentuk dan karton
yang disukainya, kemudian mintalah kepada masing-masing siswa untuk menjiplaknya
pada lembaran kertas yang mereka miliki. Setelah ini, mintalah kepada mereka
menggunting jiplakannya, dan melipatnya sedemikian hingga lipatan yang pertama dapat
menutup lipatan yang kedua. Berikan kesempatan sejumlah siswa untuk menceritakan
hasil lipatannya dan memberikan arsiran untuk menyatakan 1 lipatan dari 4 lipatan yang
1
sama disebut .
2
1 1 1
d. Kerjakan hal yang serupa untuk pecahan-pecahan dan, , dan . Tunjukan
4 B 3
hasilnya dipapan tulis (sesuai abstrak) dengan gambar-gambar daerah yang diarsir,
1 2 3
antara lain daerahdaerah yang terkait dengan , , ; daerah-daerah yang terkait
4 4 4
1 2 3 7 1 2
dengan , , .... ; daerahdaerah yang terkait dengan , , dan daerah-daerah
8 8 8 8 3 3
1 2 3 4 5
yang terkait dengan , , , , dan .
6 6 6 6 6
3. TEKNIK PEMBELAJARAN
Teknik adalah cara sistematis mengerjakan sesuatu. Teknik merupakan suatu kiat, atau
penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan
langsung. Teknik harus konsisten dengan metode. Oleh karena itu, teknik harus selaras dan
serasi dengan pendekatan. Kemampuan Pendidik sangat menentukan dalam memilih teknik
pembelajaran yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Jika seorang pendidik mempunyai keterbatasan pengetahuan dan penguasaan mengenai
disiplin ilmu, sudah tentu ia akan terus berkutat dengan teknik yang sama tanpa variasi.
Dengan demikian pembelajaran akan terkesan monoton dan membosankan. Oleh karena itu,
sangat penting bagi seorang pendidik untuk membuat teknik pembelajaran yang bervariasi
untuk mencegah siswa merasa bosan terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Setiap
teknik mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Oleh karenanya, dalam hal
ini seorang pendidik perlu mengkaji teknik pembelajaran yang sesuai dan memilih strategi-
strategi yang memberikan peluang-peluang paling banyak bagi peserta didik untuk terlibat
secara aktif dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu.
Matematika adalah salah satu pelajaran yang selama ini selalu dianggap sulit. Hal
tersebut karena pelajaran yang termasuk dalam ilmu eksak ini bersifat abstrak sehingga perlu
pemikiran yang lebih mendalam untuk dapat memahaminya. Karena itu seorang tenaga
pendidik memerlukan teknik atau cara yang baik ketika menyampaikan materi pembelajaran
matematika ini pada peserta didik. Ada beberapa teknik atau cara yang efektif untuk
digunakan pada pembelajaran matematika, diantaranya sebagai berikut:
1. Teknik pembelajaran langsung Seorang tenaga pendidik haruslah menyadari bahwa materi
pembelajaran yang mereka ajarkan bukanlah sesuatu yang konkret melainkan sebuah
pelajaran yang abstrak yang menuntut banyak pemahaman bagi para peserta didik. Untuk itu
maka pembelajaran pertama yang dapat diberikan adalah dengan teknik pembelajaran
langsung. Dengan teknik ini diharapkan para peserta didik akan memiliki bekal dasar
terhadap materi pembelajaran yang mereka terima.
2. Teknik problem solving Untuk memberikan pembelajaran matematika kepada para peserta
didik maka seorang tenaga pendidik dapat menggunakan teknik pembelajaran yang
berorientasi pada problem solving atau pemecahan masalah. Disini seorang tenga pendidik
dapat memberikan tugas kepada para peserta didiknya untuk memecahkan soal-soal dalam
pembelajaran matematika yang diberikan oleh tenaga pendidiknya.
3. Teknik pembelajaran kooperatif Ini merupakan sebuah teknik pembelajaran yang lebih
menekankan pada kerjasama yang terjalin antar para peserta didik yang terlibat daalm
kegiatan pembelajaran matematika. Disini seorang tenaga pendidik dapat membentuk
kelompok-kelompok peserta didik yang mana setiap kelompok tersebut diberikan tugas untuk
menyelesaikan persoalan matematika. Dengan cara ini sangat baik untuk meningkatkan
pemahaman dan keaktifan yang dimiliki oleh para peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
matematika.
4. Teknik pembelajaran kontekstual Teknik pembelajaran yang satu ini merupakan sebuah
teknik atau cara pembelajaran yang berbasis pada konteks. Artinya seorang tenaga pendidik
diharapkan agar mrnyampaikan atau memberikan pelajaran matematika yang sesuai dengan
konteks yang dialami para peserta didik. Cara semacam ini akan lebih mudah menangkap
materi pelajarn matematika yang disampaikan tenaga pendidiknya