Anda di halaman 1dari 33

1.

1 Profil Pengembangan Wilayah Provinsi Papua


Provinsi Papua adalah provinsi dengan wilayah terluas di Indonesia dan berada di Pulau
Papua. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Papua menunjukkan Provinsi
Papua memiliki luas 316.553,07 km 2. Provinsi Papua terletak pada samudera pasifik dan laut
Arafura.Selain itu berbatasan dengan negara Papua New Guinea sehingga sangat strategis
untuk pengembangan ekonomi daerah. Batas-batas wilayah Provinsi Papua sebagai berikut:
Bagian Utara : Samudera Pasifik, Bagian Barat : Provinsi Irian Jaya Barat, Bagian Selatan :
Laut Arafura, Bagian Timur : Negara Papua New Guinea.
Kota Jayapura sebagai ibukota Provinsi Papua menjadi pusat pemerintahan dan
perekonomian di Provinsi Papua. Kabupaten Merauke menjadi kabupaten dengan wilayah
terluas di Provinsi Papua yang menempati 14,98 persen wilayah Provinsi Papua atau seluas
47.406,90 km2. Sebaliknya Kabupaten Supiori menjadi kabupaten dengan wilayah terkecil di
Provinsi Papua dengan luas 634,24 km2 atau menempati 0,20 persen wilayah Provinsi Papua.
Kota Jayapura menempati 0,30 persen wilayah Provinsi Papua atau memiliki luas 950,38 km 2.
1.1.1 Kondisi Kependudukan
Provinsi Papua memiliki total jumlah penduduk pada tahun 2016 sebesar 3,2 juta jiwa.
Kepadatan penduduk pada tahun 2016 berkisar antara 1 jiwa/km2 hingga 344 jiwa/km 2.
Daerah otonom dengan tingkat kepadatan tertinggi adalah Kota Jayapura dengan kepadatan
penduduk sebesar 344 jiwa/km 2, sedangkan daerah otonom dengan kepadatan penduduk
terendah adalah Kabupaten Mamberamo Raya dengan angka kepadatan penduduk sebesar
1 jiwa/km2.
Pertumbuhan penduduk pada kedua wilayah relatif lambat dengan kisaran laju pertumbuhan
penduduk adalah 1,7% per tahun. Dengan laju pertumbuhan sebesar 1,7% maka diperkirakan
pada tahun 2038 jumlah penduduk di Pulau Papua akan mencapai 6 juta jiwa dengan
perincian prakiraan penduduk di Provinsi Papua akan mencapai 4,6 juta jiwa dan prakiraan
penduduk di Provinsi Papua Barat akan mencapai 1,4 juta jiwa.
Tabel Perkembangan Penduduk di Provinsi Papua
Kabupaten/Kota Luas 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Wilayah
(Km2)
1 Merauke 47406.9 155783 164583 168513 172478 176466 195716 201800 205900 209980 213484 217038 223389
2 Jayawijaya 13925.31 210654 220937 224572 228187 100867 196085 199200 201100 203085 204112 205717 212811
3 Jayapura 14390.16 91990 96462 98028 99586 101128 111943 114500 116500 118789 119383 120871 125975
4 Nabire 12075 161519 169027 171422 173793 104531 129893 132300 134600 137283 137776 139353 145101
5 Yapen Waropen 2432.49 70744 74566 76168 77778 79390 82951 85000 86600 88187 89994 91403 95007
6 Biak Namfor 2601.99 99798 105409 107351 109292 111224 126798 130100 132400 135080 135831 137638 144697
7 Paniai 20686.54 112881 118532 120622 122708 124780 153432 155500 158100 161324 162489 164300 170193
8 Puncak Jaya 2446.5 111711 117762 120307 122866 75314 101148 104900 107800 112010 113280 115706 123591
9 Mimika 2300.37 126430 134679 139036 143486 148019 182001 187800 191600 196401 199311 202773 210413
10 Boven Digoel 24665.98 31443 33211 33995 34786 35581 55784 58000 59300 60403 61283 62383 66209
11 Mappi 23178.45 66228 69225 70123 71009 71877 81658 84400 86400 88006 89790 91416 94671
12 Asmat 31983.6 62002 65266 66580 67898 69214 76577 81400 83300 85000 86614 88621 92909
13 Yahukimo 15057.9 137260 144750 147935 151139 154351 164512 168700 171600 175086 178193 180929 187021
14 Pegunungan Bintang 14655.36 88529 93049 94780 96511 98234 65434 66900 67900 69304 70697 71750 73473
15 Tolikara 6149.67 44180 46788 48021 49270 50531 114427 119400 122900 125326 127526 130146 136576
16 Sarmi 13965.58 31593 33451 34326 35212 23746 32971 34100 34800 35508 35787 36350 38210
17 Keerom 9015.03 37927 40822 42582 44402 46282 48536 49900 50700 51772 53002 53895 55018
18 Waropen 5381.47 21647 22677 23022 23365 15720 24639 25800 26400 26905 27723 28340 29480
19 Supiori 634.24 12709 12607 12624 12642 12660 15874 16300 16700 16976 17288 17571 19104
20 Membramo Raya 28034.87 NA NA NA NA 20340 18365 19000 19500 19776 20514 20944 22313
21 Nduga 5825.22 NA NA NA NA 28699 79053 82100 84300 85894 92530 95225 97012
22 Lanny Jaya 3439.79 NA NA NA NA 59015 148522 153900 157900 161077 170589 175002 176687
23 Mamberamo Tengah 3384.14 NA NA NA NA 24382 39537 40800 41900 42687 45398 46570 47487
Kabupaten/Kota Luas 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Wilayah
(Km2)
24 Yalimo 3658.76 NA NA NA NA 18806 50763 52600 53800 54911 57585 58949 60822
25 Puncak 5618.84 NA NA NA NA 50115 93218 96200 98000 99926 101515 103174 107822
26 Dogiyai 4522.15 NA NA NA NA 71595 84230 86100 87700 89327 90822 92140 94997
27 Intan Jaya 9336.6 NA NA NA NA NA 40490 41800 42600 43405 44812 45676 48318
28 Deiyai 2325.88 NA NA NA NA NA 62119 64200 65200 66516 68025 69206 72206
29 Kota Jayapura 950.38 200360 211129 215609 220109 224615 256705 262600 268300 272544 275694 279492 293690
Papua 316553.07 1875388 1974932 2015616 2056517 2097482 2833381 2915300 2973800 3032488 3091047 3142578 3265202
Kesejahteraan dapat diukur dengan berbagai macam parameter antara lain tingkat
pendidikan, angka harapan hidup, pendapatan per kapita dan sebagainya. Salah satu alat
ukur yang paling umum digunakan dalam penilaian kesejahteraan masyarakat adalah dengan
menggunakan indikator indeks pembangunan manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas
hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar.
Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang
layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor.
Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya
untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator
kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-
rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili
capaian pembangunan untuk hidup layak.
Berdasarkan pada hasil perhitungan BPS Papua, IPM di Provinsi Papua dikategorikan dalam
IPM rendah karena masih dibawah rata-rata IPM Nasional yaitu 70.18. Pada 2016 terdapat
satu peningkatan kesejahteraan masyarakat di masing-masing kabupaten. Peningkatan
kesejahteraan ini dapat diindikasikan dengan naiknya nilai IPM hampir pada seluruh wilayah
kabupaten/kota di Pulau Papua. Wilayah Kabupaten dengan nilai IPM terendah adalah
Kabupaten Nduga di Provinsi Papua (IPM 26.56). Gambaran lebih rinci IPM di Provinsi Papua
dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel Perkembangan IPM Provinsi Papua
No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Merauke 65.58 66.03 66.28 66.88 67.33 67.75 68.09
2 Jayawijaya 50.79 51.66 52.27 52.94 53.37 54.18 54.96
3 Jayapura 67.15 68.04 68.85 69.21 69.55 70.04 70.5
4 Nabire 64.49 64.96 65.28 65.45 66.25 66.49 66.64
5 Kepulauan Yapen 63.5 63.82 64.11 64.34 64.89 65.28 65.55
6 Biak Numfor 68.22 68.8 69.05 69.35 70.32 70.85 71.13
7 Paniai 52.57 53.02 53.34 53.7 53.93 54.2 54.34
8 Puncak Jaya 38.83 40.36 41.85 43.36 44.32 44.87 45.49
9 Mimika 67.96 68.74 68.95 69.5 70.4 70.89 71.64
10 Boven Digoel 56.15 56.89 57.45 57.96 58.21 59.02 59.35
11 Mappi 54.09 54.61 55.09 55.51 55.74 56.11 56.54
12 Asmat 43.69 44.58 45.08 45.54 45.91 46.62 47.13
13 Yahukimo 40.63 41.72 43.82 45.63 46.36 46.63 47.13
14 Pegunungan Bintang 35.45 36.61 37.82 38.94 39.68 40.91 41.90
15 Tolikara 43.44 44.41 44.86 45.68 46.16 46.38 47.11
16 Sarmi 56.98 57.96 59.03 59.51 60.48 60.99 61.27
No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
17 Keerom 60 60.65 61.13 62.49 62.73 63.43 64.10
18 Waropen 59.98 60.94 61.32 61.68 61.97 62.35 63.10
19 Supiori 57.71 58.31 58.86 59.4 59.7 60.09 60.59
20 Mamberamo Raya 44.89 45.82 46.62 47.28 47.88 48.29 49.00
21 Nduga 19.62 21.12 23.07 24.42 25.38 25.47 26.56
22 Lanny Jaya 41.49 41.9 42.53 43.05 43.28 44.18 45.16
23 Mamberamo Tengah 39.37 40.17 41.39 42.43 43.19 43.55 44.15
24 Yalimo 38.47 40.45 41.84 43.33 44.21 44.32 44.95
25 Puncak 33.44 35.08 36.85 37.73 38.05 39.41 39.16
26 Dogiyai 47.48 48.48 50.59 51.46 52.25 52.78 53.32
27 Intan Jaya - 40.07 41.89 42.69 43.51 44.35 44.82
28 Deiyai - 46.12 46.94 47.74 48.12 48.28 48.50
29 Kota Jayapura 76.69 76.97 77.25 77.46 77.86 78.05 78.56
Provinsi Papua 54.45 55.01 55.55 56.25 56.75 57.25 58.05
Nasional 66.53 67.09 67.7 68.31 68.9 69.55 70.18
Sumber: BPS Papua, 2018
Pada wilayah Provinsi Papua, daerah otonom dengan tingkat kesejahteraan yang baik adalah
wilayah Kota Jayapura, Kabupaten Mimika, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Biak Numfor
yang notabene merupakan simpul aktivitas ekonomi utama di Provinsi Papua. Sedangkan jika
dilihat dari pola geografis, wilayah dengan tingkat kesejahteraan baik adalah wilayah dengan
karakter geografis berupa daerah pesisir, sedangkan pada daerah pegunungan relatif
memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih rendah. Koridor tengah Papua yang notabene
merupakan daerah dengan tingkat aksesibilitas rendah dan ketersediaan infrastruktur dasar
terbatas memiliki nilai IPM yang rendah, bahkan lebih rendah dari nilai IPM provinsi. Kondisi
ini mengindikasikan ketimpangan yang tinggi pada wilayah koridor tengah jika dibandingkan
dengan wilayah sekitar atau wilayah lain di Indonesia. Upaya untuk meningkatkan IPM salah
satunya adalah dengan meningkatkan akses masyarakat pada koridor tengah Pulau Papua
terhadap infrastruktur dasar dan infrastruktur ekonomi.
Selain melihat dari nilai indeks pembangunan manusia, indikator lain yang mampu
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah angka kemiskinan. Berdasarkan
pada data BPS Papua dan Papua Barat, angka kemiskinan pada kabupaten/kota di Provinsi
Papua dan Papua Barat dalam kategori tinggi dan diatas rata-rata angka kemiskinan nasional.
Kabupaten dan Kota yang memiliki nilai persentase kemiskinan paling rendah atau sama
dengan angka kemiskinan nasional adalah Kabupaten Merauke (Provinsi Papua) dan Kota
Sorong (Provinsi Papua Barat). Gambaran lebih rinci tingkat kemiskinan di masing-masing
kabupaten/kota di Provinsi Papua dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel Perkembangan Penduduk Miskin di Provinsi Papua

Kabupaten Persentase Penduduk Miskin (Persen)


2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Merauke 15.4 14.5 13.2 13 12.3 10.2 11.1 11.1 10.8
Jayawijaya 46.3 41.8 39 39.1 41.8 39.6 39.5 39.7 38.6
Jayapura 20.8 18.6 17.3 17.1 17.6 14.2 14.7 13.5 13
Nabire 35.7 33.7 30.9 30.7 27.7 23.9 24.4 26 25.4
Kepulauan Yapen 36.1 33.5 30.8 30.4 29.3 26.4 27.7 27.5 26.8
Biak Numfor 36.5 33.6 30.3 29.8 30.3 27.4 27.2 27 25.4
Paniai 47.7 43.5 37.2 38.7 40.2 36.1 37.4 39.1 37.4
Puncak Jaya 46.9 43.8 40.3 38.2 39.9 36.2 37.5 37.3 36
Mimika 24.7 22.6 20.8 20.1 20.4 16.1 16.2 14.7 14.9
Boven Digoel 27 25.8 23.5 22.8 23.7 18.9 19.5 20.8 19.9
Mappi 34.9 33.1 30.1 29.3 30.4 26 27 26.6 25.8
Asmat 38.7 35.4 32.4 30.6 33.8 29.1 28.5 27.8 27.2
Yahukimo 49.6 46.2 42.5 42 43.3 39 41.3 40.6 39.3
Pegunungan Bintang 43.8 40.1 36.2 35.6 37.2 32.8 31.6 31.5 30.6
Tolikara 44.6 41.2 37.8 36.3 38 33.3 34 33.6 32.7
Sarmi 22.6 21.1 19.4 18.8 17.7 13.3 13.9 13.7 13.8
Keerom 25.6 24.1 22 21.7 23.2 19.1 15.8 17.2 16.7
Waropen 44 39.9 36.2 36.6 37.3 32.6 31.4 31.3 30.8
Supiori 50.7 45.8 42.7 41.6 41.5 36.7 39.3 38 37.4
Mamberamo Raya 44.4 40 36.4 35.2 34.3 29.9 29.7 29.5 29.9
Nduga 47.3 42.5 39.5 38.1 39.7 35.9 - 38.5 37.3
Lanny Jaya 47.7 46.6 43.7 42.3 43.8 39.3 42 41.7 39.6
Mamberamo Tengah 47.1 43.2 43.7 42.8 39.6 35.5 35.5 38.4 36.4
Yalimo 47.8 44.1 40.7 39.5 40.3 35.7 35.9 35.8 35
Puncak 49.2 44.7 40.8 39.4 42 37.9 38.7 38.6 37.5
Dogiyai 36.6 34 30.4 30.1 32.3 29.1 29.1 31.2 30.4
Intan Jaya - 47.8 41.5 40.7 42 38.2 41.3 43.7 42.2
Deiyai - 49.6 46.8 45.9 47.5 44.5 45.7 45.1 43.6
Kota Jayapura 17.9 17.3 16 15.8 16.2 12.2 12.2 12.1 11.5
Provinsi Papua 34.8 34.1 31.3 30.7 31.5 27.8 28.2 28.5 27.6
Nasional 14.2 13.3 12.5 11.7 11.5 11 11.1 10.7 10.1
Sumber: BPS Papua, 2018
Gambar Kondisi Kemiskinan Per Kabupaten di Provinsi Papua 2017
Sumber: BPS Papua, 2018

1.1.2 Perekonomian Wilayah


Perekonomian wilayah menggambarkan kondisi kemajuan pembangunan dari sisi ekonomi
yang mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Profil perekonomian wilayah dapat
diukur berdasarkan pada aspek pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian serta
komoditas unggulan yang akan mampu menggambarkan secara utuh potensi pengembangan
wilayah. Pulau Papua memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dengan
rata-rata pertumbuhan ekonomi mendekati kinerja perekonomian nasional yaitu pada kisaran
6% per tahun. Kajian perekonoian wilayah dalam pembahasan pada bagian ini akan mengacu
pada kajian ekonomi yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan Bappenas pada tahun 2015
dan awal 2016. Gambaran lebih rinci mengenai karakteristik perekonomian wilayah dan
potensi pengembangan wilayah di Pulau Papua selengkapnya dapat diikuti pada subbab
berikut.
Provinsi Papua memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah yang berasal dari hasil
hutan, perkebunan, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Sektor pertambangan telah
mampu menyumbang lebih dari 50 persen perekonomian di Papua dengan komoditas
tembaga, emas, minyak dan gas. Selain sektor pertambangan, kegiatan perekonomian
masyarakat dominan pada sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan. Pertumbuhan
ekonomi Papua terus mengalami peningkatan periode 2011 – 2013, kemudian menurun pada
tahun 2014.Selama kurun waktu 2011-2014 kinerja perekonomian Provinsi Papua memiliki
lajupertumbuhan rata-rata 2,15 persen, mengalami pertumbuhan negatif tahun 2011
danmeningkat pada tahun 2013-2016 karena pengaruh dari produksi sektor pertambangan
yangmendominasi perekonomian di wilayah ini. Kegiatan ekonomi utama masih bersifat
ekstraktif, memanfaatkan sumber daya alam secara langsung.
10,00%
8,00%
6,00%
4,00%
2,00%
0,00%
-2,00% 2011 2012 2013 2014 2015 2016
-4,00%
-6,00%
LPE PAPUA BARAT LPE PAPUA LPE NASIONAL
-8,00%

Gambar Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Papua dan Papua Barat


2011-20016.
Sumber: BPS Provinsi Papua, 2016, BPS Provinsi Papua Barat, 2016, Bank Indonesia Cabang Papua dan Papua
Barat, 2016, Bappenas, 2015
Wilayah kabupaten dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi (diatas dua digit) pada tahun
2011-2016 adalah Kabupaten Jayapura, Kabupaten Nabire, Kabupaten Waropen dan Kota
Jayapura di Provinsi Papua. Kabupaten Mimika yang merupakan penyumbang utama
pendapatan domestik brutto dengan pertambangan emasnya, justru mengalami pertumbuhan
ekonomi yang negatif. Kondisi ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk membatasi
ekspor mineral dalam wujud mentah. Gambaran secara lebih rinci pertumbuhan ekonomi
kabupaten/kota di Provinsi Papua dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Pulau Papua 2011-2016

No Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 2016


1 Merauke 6.03% 7.25% 8.24% 8.23% 7.47% 9.21%
2 Jayawijaya 6.18% 7.67% 6.15% 6.05% 6.20% 4.70%
3 Jayapura 11.46% 11.16% 10.48% 11.74% 9.95% 8.54%
4 Nabire 11.46% 11.16% 10.48% 11.74% 7.52% 6.88%
5 Yapen Waropen 6.73% 5.36% 7.07% 6.39% 6.26% 5.42%
6 Biak Numfor 4.95% 7.19% 6.36% 5.12% 6.62% 4.47%
7 Paniai 4.12% 6.33% 4.18% 2.69% 9.82% 7.54%
8 Puncak Jaya 2.05% 4.44% 4.46% 1.87% 7.39% 4.60%
9 Mimika -16.36% -5.82% 7.52% -3.04% 6.48% 12.84%
10 Boven Digoel 3.83% 4.00% 6.60% 5.32% 5.39% 4.83%
11 Mappi 4.86% 5.74% 5.54% 7.08% 6.85% 6.92%
12 Asmat 8.78% 7.13% 7.00% 6.08% 5.45% 5.73%
13 Yahukimo 11.96% 10.97% 7.03% 7.06% 7.14% 5.20%
14 Pegunungan Bintang 5.86% 6.25% 6.38% 6.07% 6.12% 8.25%
No Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 2016
15 Tolikara 7.96% 0.32% 5.93% 7.25% 4.86% 4.68%
16 Sarmi 6.11% 6.51% 6.69% 30.40% 7.14% 6.78%
17 Keerom 9.01% 8.92% 9.47% 8.61% 7.01% 5.74%
18 Waropen 10.61% 11.70% 10.11% 10.47% 9.66% 9.48%
19 Supiori 8.17% 10.16% 5.21% 7.27% 4.25% 4.43%
20 Mamberamo Raya 12.55% 11.58% 9.16% 9.67% 10.11% 8.41%
21 Nduga 13.64% 16.30% 11.19% 8.41% 7.71% 5.56%
22 Lanny Jaya 29.75% 17.02% 7.49% 5.51% 6.60% 5.81%
23 Mamberamo Tengah 11.30% 16.39% 11.31% 7.95% 6.35% 5.72%
24 Yalimo 9.89% 14.47% 10.77% 4.52% 8.88% 6.83%
25 Puncak 5.32% 7.78% 8.19% 9.05% 10.24% 7.95%
26 Dogiyai 11.05% 8.83% 8.16% 9.03% 9.15% 7.56%
27 Intan Jaya 25.28% 16.94% 11.05% 7.39% 10.09% 7.17%
28 Deiyai 19.00% 7.79% 8.32% 7.39% 12.87% 7.91%
29 Kota Jayapura 10.66% 9.84% 10.17% 10.32% 8.48% 7.23%
Papua -5.32% 1.08% 7.91% 5.25% 7.47% 9.21%
Nasional 6.16% 6.16% 5.74% 5.21% 4.88% 5.20%
Sumber: BPS Provinsi Papua, 2016, BPS Provinsi Papua Barat, 2016, Bank Indonesia Cabang Papua dan Papua
Barat, 2016, Bappenas, 2015
Struktur ekonomi utama penopang perekonomian wilayah di Provinsi Papua masih sangat
bergantung pada sektor-sektor ekonomi primer, yaitu sektor pertanian, kehutanan, perikanan
dan sektor pertambangan. Sektor ekonomi sekunder masih belum memiliki peran yang
signifikan dalam perekonomian wilayah di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat. Pada wilayah Provinsi Papua, sektor pertambangan dan
penggalian memberikan kontribusi sebesar 28,87% dalam pembentukan PDRB Provinsi
Papua, diikuti dengan sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 14,11%. Sektor lain yang
memberikan kontribusi signifikan dalam pembentukan PDRB di Provinsi Papua adalah sektor
konstruksi sebesar 13,79%, sektor pemerintahan sebesar 9,96% dan sektor perdagangan
sebesar 9,17%. Gambaran terinci struktur perekonomian di Provinsi Papua dapat diikuti pada
tabel berikut.
TabelStrukturEkonomiProvinsiPapua2010-2016

Kategori Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

A Pertanian, Kehutanan, danPerikanan 11,681,131.90 12,133,258.36 12,883,697.45 13,661,800.76 14,432,993.60 15,303,259.55 15,640,798.09 11.57% 12.81% 13.53% 13.24% 13.62% 13.48% 12.62%
1. Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa
5,340,215.55 5,612,859.00 5,946,889.63 6,275,830.10 6,668,905.25 6,949,155.83 7,026,899.69 5.29% 5.93% 6.25% 6.08% 6.29% 6.12% 5.67%
Pertanian
a. TanamanPangan 2,664,902.76 2,766,933.76 2,910,390.31 3,119,761.43 3,316,050.45 3,420,242.85 3,324,632.68 2.64% 2.92% 3.06% 3.02% 3.13% 3.01% 2.68%
b. TanamanHortikulturaSemusim 515,218.04 536,361.76 558,897.36 564,167.35 573,129.78 594,807.43 620,430.81 0.51% 0.57% 0.59% 0.55% 0.54% 0.52% 0.50%
c. PerkebunanSemusim 297.09 337.06 380.90 401.94 406.04 421.26 443.63 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
d. TanamanHortikulturaTahunandanLainnya 550,479.09 572,339.10 589,806.12 600,803.28 613,442.62 642,548.94 666,750.24 0.55% 0.60% 0.62% 0.58% 0.58% 0.57% 0.54%
e. PerkebunanTahunan 735,274.83 797,865.13 873,451.54 941,624.91 1,021,750.44 1,071,602.89 1,129,973.62 0.73% 0.84% 0.92% 0.91% 0.96% 0.94% 0.91%
f. Peternakan 773,486.44 837,374.13 905,985.15 939,761.57 1,032,780.06 1,103,784.04 1,167,658.64 0.77% 0.88% 0.95% 0.91% 0.97% 0.97% 0.94%
g. JasaPertaniandanPerburuan 100,557.31 101,648.05 107,978.23 109,309.62 111,345.88 115,748.41 117,010.07 0.10% 0.11% 0.11% 0.11% 0.11% 0.10% 0.09%
2. KehutanandanPenebanganKayu 1,625,584.14 1,628,170.33 1,614,811.34 1,726,838.27 1,853,847.53 1,984,221.45 2,025,706.25 1.61% 1.72% 1.70% 1.67% 1.75% 1.75% 1.63%
3. Perikanan 4,715,332.21 4,892,229.03 5,321,996.48 5,659,132.39 5,910,240.81 6,369,882.27 6,588,192.15 4.67% 5.16% 5.59% 5.48% 5.58% 5.61% 5.31%
B PertambangandanPenggalian 59,693,872.12 50,008,938.40 46,801,234.20 51,011,146.42 49,579,812.96 52,947,681.07 59,910,194.48 59.14% 52.79% 49.15% 49.42% 46.77% 46.64% 48.33%
1. PertambanganMinyak,GasdanPanasBumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
2. PertambanganBatubaradanLignit 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
3. PertambanganBijihLogam 56,770,936.67 47,713,052.31 43,650,578.63 47,052,876.61 45,114,066.06 47,850,542.06 54,386,821.81 56.24% 50.37% 45.84% 45.58% 42.56% 42.15% 43.87%
4. PertambangandanPenggalianLainnya 2,922,935.45 2,295,886.09 3,150,655.57 3,958,269.81 4,465,746.90 5,097,139.00 5,523,372.67 2.90% 2.42% 3.31% 3.83% 4.21% 4.49% 4.46%
C Industri Pengolahan 2,097,503.31 2,209,178.53 2,251,707.67 2,299,670.68 2,500,125.12 2,594,318.94 2,711,386.41 2.08% 2.33% 2.36% 2.23% 2.36% 2.29% 2.19%
1. IndustriBatubaradanPengilanganMigas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
a. IndustriBatuBara 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
b. IndustriPengilanganMigas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
2. IndustriMakanandanMinuman 801,530.04 865,931.59 892,624.21 926,517.08 1,006,270.65 1,036,739.82 1,092,203.39 0.79% 0.91% 0.94% 0.90% 0.95% 0.91% 0.88%
3. PengolahanTembakau 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
4. IndustriTekstil danPakaianJadi 29,465.37 31,538.22 33,331.24 42,628.52 46,500.98 51,195.38 55,939.30 0.03% 0.03% 0.04% 0.04% 0.04% 0.05% 0.05%
5. IndustriKulit, BarangdariKulit danAlasKaki 3,027.01 3,118.72 3,450.56 3,693.95 4,173.85 4,423.68 4,321.16 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan
961,149.09 992,144.51 1,004,364.24 996,668.61 1,078,377.18 1,117,944.53 1,142,445.68 0.95% 1.05% 1.05% 0.97% 1.02% 0.98% 0.92%
BarangAnyamandariBambu,RotandanSejenisnya
7. Industri Kertas danBarangdari Kertas, Percetakan
55,196.57 57,864.18 59,290.58 60,732.10 66,520.37 69,841.64 82,796.31 0.05% 0.06% 0.06% 0.06% 0.06% 0.06% 0.07%
danReproduksiMediaRekaman
8. IndustriKimia, Farmasi danObat Tradisional 2,156.01 2,272.38 2,222.14 2,397.45 2,678.05 2,897.55 3,087.18 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
9. IndustriKaret, BarangdariKaret danPlastik 27,992.03 30,239.45 30,842.76 32,016.69 35,062.70 36,719.92 38,181.85 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03%
10. IndustriBarangGalianbukanLogam 75,691.70 78,415.36 77,474.59 78,972.40 86,539.05 90,091.93 101,779.40 0.07% 0.08% 0.08% 0.08% 0.08% 0.08% 0.08%
11. Industri LogamDasar 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
12. IndustriBarangdari Logam,Komputer,Barang13.
32,123.62 33,649.26 34,330.85 32,523.29 35,715.93 37,156.03 37,584.83 0.03% 0.04% 0.04% 0.03% 0.03% 0.03% 0.03%
Elektronik,OptikdanPeralatanListrik
13. IndustriMesindanPerlengkapanYTDL 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Kategori Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

14. IndustriAlat Angkutan 19,471.50 20,174.32 21,483.45 22,319.38 24,373.10 26,034.58 27,140.00 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02%
15. Industri Furnitur 67,853.07 70,607.21 68,369.41 77,177.98 87,679.53 93,768.63 97,195.53 0.07% 0.07% 0.07% 0.07% 0.08% 0.08% 0.08%
16. Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan
21,847.30 23,223.32 23,923.66 24,023.23 26,233.73 27,505.24 28,711.76 0.02% 0.02% 0.03% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02%
pemasanganmesindanperalatan
D PengadaanListrik danGas 30,296.31 32,215.73 35,582.00 38,232.06 41,445.61 41,707.81 46,654.20 0.03% 0.03% 0.04% 0.04% 0.04% 0.04% 0.04%
1. Ketenagalistrikan 28,155.38 30,033.91 33,343.88 35,934.62 38,307.21 38,258.03 43,054.62 0.03% 0.03% 0.04% 0.03% 0.04% 0.03% 0.03%
2. PengadaanGasdanProduksiEs 2,140.93 2,181.82 2,238.12 2,297.43 3,138.39 3,449.78 3,599.58 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
E 56,754.48 58,621.28 61,333.46 65,339.22 69,423.19 72,190.82 74,626.81 0.06% 0.06% 0.06% 0.06% 0.07% 0.06% 0.06%
DaurUlang
F Konstruksi 7,973,119.02 9,252,051.87 10,546,592.78 11,790,562.10 12,800,117.19 14,169,447.50 15,417,542.10 7.90% 9.77% 11.08% 11.42% 12.08% 12.48% 12.44%
Perdagangan Besar danEceran; Reparasi Mobil dan
G 6,892,143.93 7,518,866.06 8,258,630.19 9,031,476.12 9,690,708.00 10,478,318.24 11,202,074.47 6.83% 7.94% 8.67% 8.75% 9.14% 9.23% 9.04%
SepedaMotor
1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan
1,204,898.87 1,294,466.12 1,419,829.18 1,555,446.30 1,653,766.23 1,781,152.54 1,882,675.56 1.19% 1.37% 1.49% 1.51% 1.56% 1.57% 1.52%
Reparasinya
2. PerdaganganBesar danEceran, BukanMobil dan
5,687,245.05 6,224,399.95 6,838,801.01 7,476,029.82 8,036,941.77 8,697,165.70 9,319,398.91 5.63% 6.57% 7.18% 7.24% 7.58% 7.66% 7.52%
SepedaMotor
H Transportasi danPergudangan 3,516,037.30 3,864,111.92 4,201,647.77 4,543,954.15 5,024,387.13 5,507,595.88 5,955,313.34 3.48% 4.08% 4.41% 4.40% 4.74% 4.85% 4.80%
1. AngkutanRel 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
2. AngkutanDarat 1,433,670.63 1,556,257.46 1,676,734.78 1,811,964.62 1,995,856.04 2,197,085.81 2,375,710.79 1.42% 1.64% 1.76% 1.76% 1.88% 1.94% 1.92%
3. AngkutanLaut 637,998.70 708,057.15 759,109.78 836,727.90 923,412.37 994,173.63 1,076,648.19 0.63% 0.75% 0.80% 0.81% 0.87% 0.88% 0.87%
4. AngkutanSungaiDanaudanPenyeberangan 57,974.72 61,103.73 64,728.63 68,926.48 74,918.18 80,509.60 85,990.58 0.06% 0.06% 0.07% 0.07% 0.07% 0.07% 0.07%
5. AngkutanUdara 1,246,803.99 1,383,834.92 1,528,657.86 1,636,561.48 1,821,649.96 2,007,301.77 2,170,860.10 1.24% 1.46% 1.61% 1.59% 1.72% 1.77% 1.75%
6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos
139,589.27 154,858.66 172,416.72 189,773.66 208,550.58 228,525.06 246,103.68 0.14% 0.16% 0.18% 0.18% 0.20% 0.20% 0.20%
danKurir
I PenyediaanAkomodasi danMakanMinum 557,645.95 608,694.56 656,520.78 733,106.79 825,282.01 887,315.42 945,316.85 0.55% 0.64% 0.69% 0.71% 0.78% 0.78% 0.76%
1. PenyediaanAkomodasi 315,860.55 346,229.57 375,370.85 429,596.57 492,551.08 531,768.52 567,722.54 0.31% 0.37% 0.39% 0.42% 0.46% 0.47% 0.46%
2. PenyediaanMakanMinum 241,785.40 262,464.99 281,149.92 303,510.22 332,730.94 355,546.89 377,594.30 0.24% 0.28% 0.30% 0.29% 0.31% 0.31% 0.30%
J Informasi danKomunikasi 3,103,295.91 3,434,193.60 3,785,416.58 4,269,714.66 4,552,997.32 4,789,272.94 4,952,940.92 3.07% 3.63% 3.98% 4.14% 4.30% 4.22% 4.00%
K JasaKeuangandanAsuransi 1,268,912.40 1,406,291.79 1,516,700.86 1,727,308.36 1,852,793.71 1,901,453.85 2,017,043.89 1.26% 1.48% 1.59% 1.67% 1.75% 1.67% 1.63%
1. JasaPerantaraKeuangan 1,045,093.17 1,164,639.68 1,257,472.16 1,446,897.19 1,541,480.73 1,576,601.02 1,676,479.83 1.04% 1.23% 1.32% 1.40% 1.45% 1.39% 1.35%
2. Asuransi danDanaPensiun 12,731.85 13,821.62 14,976.85 17,183.37 19,077.01 19,890.10 20,671.31 0.01% 0.01% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02%
3. JasaKeuanganLainnya 210,627.07 227,337.82 243,717.05 262,644.97 291,588.92 304,296.24 319,197.07 0.21% 0.24% 0.26% 0.25% 0.28% 0.27% 0.26%
4. JasaPenunjangKeuangan 460.31 492.67 534.80 582.82 647.05 666.48 695.68 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
L RealEstate 1,956,673.94 2,213,056.03 2,434,576.67 2,718,621.64 2,938,676.18 3,110,768.51 3,329,018.10 1.94% 2.34% 2.56% 2.63% 2.77% 2.74% 2.69%
M,N JasaPerusahaan 1,009,146.88 1,153,399.00 1,228,634.25 1,300,921.31 1,426,419.46 1,482,991.10 1,567,286.72 1.00% 1.22% 1.29% 1.26% 1.35% 1.31% 1.26%
Administrasi Pemerintahan, PertahanandanJaminan
O 7,093,285.86 7,850,247.21 8,506,340.69 8,744,145.14 10,042,357.60 11,135,948.77 12,209,755.16 7.03% 8.29% 8.93% 8.47% 9.47% 9.81% 9.85%
SosialWajib
P JasaPendidikan 1,755,962.82 1,942,752.99 2,129,574.86 2,337,126.10 2,511,182.22 2,692,623.64 2,903,515.34 1.74% 2.05% 2.24% 2.26% 2.37% 2.37% 2.34%
Q JasaKesehatandanKegiatanSosial 1,250,305.90 1,403,939.10 1,526,897.71 1,668,803.01 1,824,986.44 1,977,551.47 2,137,433.00 1.24% 1.48% 1.60% 1.62% 1.72% 1.74% 1.72%
Kategori Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

R,S,T,U Jasa lainnya 872,088.56 976,906.96 1,065,854.65 1,176,890.39 1,277,526.21 1,367,462.41 1,455,452.01 0.86% 1.03% 1.12% 1.14% 1.21% 1.20% 1.17%
PRODUKDOMESTIKREGIONALBRUTO 100,942,967.69 94,730,568.87 95,221,776.56 103,220,672.16 106,003,843.68 113,535,357.23 123,966,016.64 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Sumber: BPS Papua, 2017
1.1.3 Potensi Pengembangan Wilayah
Sebagai salah satu provinsi dengan luas wilayah termasuk terbesar di Indonesia, Papua
memiliki potensi pengembangan wilayah yang sangat besar. Dataran yang luas serta
pegunungan dan lautan yang mengelilinginya memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi
sebagai pijakan dalam pengembangan wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kekayaan alam hayati Papua juga sangat tinggi dan dapat menjadi modal dalam
pengembangan wilayah yang berkelanjutan. Fungsi jasa ekosistem pengaturan, jasa
ekosistem penyediaan, jasa ekosistem pendukung dan jasa ekosistem budaya akan menjadi
satu pijakan dalam pembangunan pulau Papua secara berkelanjutan. Penduduk yang masih
minim memiliki peluang besar untuk dijadikan sebagai modal dasar pembangunan, penduduk
yang sedikit dan luas lahan yang tersedia akan menjadi satu modal karena rasio lahan
dibanding manusia akan sangat tinggi, apabila fokus pengembangan wilayah Pulau Papua
sebagaimana tertuang dalam kebijakan pengembangan wilayah berbasis wilayah adat maka
dengan modal rasio lahan dibanding manusia akan merupakan satu modal dasar dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya pengembangan wilayah ini tentu
harus didukung dengan ketersediaan infrastruktur yang handal yang mampu mendukung
konektivitas antar pusat kegiatan, menjamin ketersediaan air dan kualitas hidup masyarakat
di Papua. Uraian lebih rinci potensi pengembangan wilayah baik dari aspek fisik,
kependudukan dan perekonomian.
Berdasarkan pada hasil penilaian dengan menggunakan indeks LQ, sektor pertanian di Pulau
hingga 2016 masih merupakan sektor basis perekonomian pada hampir seluruh kabupaten.
Sektor pertanian memiliki peluang besar sebagai penggerak perekonomian di Pulau Papua
dengan pertimbangan pada ketersediaan lahan yang masih sangat luas. Selain itu nilai
tambah sektor pertanian akan sangat besar apabila pada masa mendatang, para petani tidak
hanya menjual hasil produksinya dalam bentuk komoditas mentah (panen langsung jual)
tetapi ada upaya untuk menambah panjang rantai produksi sehingga akan ada nilai tambah
bagi para petani dan sekaligus para pelaku usaha yang terkait dengan pengembangan sektor
pertanian. Komoditas utama sektor pertanian di Provinsi Papua mencakup komoditas
pertanian tanaman pangan seperti padi, sagu, jagung dan umbi-umbian, komoditas
perkebunan sepertikopi, kelapa dan kakao, komoditas perikanan tangkap dan budidaya.
Sektor konstruksi menjadi sektor kedua yang menjadi basis perekonomian pada masing-
masing kabupaten. Kegiatan pembangunan di Pulau Papua yang sangat masih menjadikan
nilai tambah sektor konstruksi dalam lima tahun terakhir mampu menjadi sektor basis di Pulau
Papua. Namun apabila proyek konstruksi sudah tidak lagi masih kemungkinan peranan sektor
konstruksi sebagai sektor basis akan menurun. Sektor ketiga yang potensinya merata adalah
sektor administrasi pemerintahan, belanja publik yang dikeluarkan oleh masing-masing
pemerintah kabupaten/kota mampu memberikan konstribusi signifikan terhadap nilai tambah.
Daerah otonom dengan sektor basis pertanian meliputi seluruh kabupaten kecuali Kabupaten
Teluk Bintuni, Kota Sorong (Provinsi Papua Barat), Kabupaten Mimika dan Kota Jayapura
(Provinsi Papua). Pada wilayah Kota Jayapura sektor pertanian tidak menjadi sektor basis
disebabkan karena produktivitas dan nilai tambah masih rendah. Rendahnya nilai tambah
tidak terlepas dari belum optimalnya pemanfaatan Daerah Irigasi Koya Distrik Muara Tami di
Kota Jayapura yang luasnya mencapai 5.000Ha. Saat ini pemanfaatan D.I Koya baru seluas
1000Ha dan yang dilakukan budidaya secara rutin baru sekitar 500Ha dengan produktivitas
4,4 ton per ha per tahun. (Muara Tami Dalam Angka, 2017). Apabila potensi lahan sawah
ditingkatkan dan ada upaya untuk mendorong nilai tambah sektor pertanian, bukan tidak
mungkin sektor pertanian akan menjadi sektor basis di Kota Jayapura.Sektor pertanian sangat
potensial untuk dikembangkan di Pulau Papua, salah satunya pendukungnya adalah faktor
alam yang memilki dukungan untuk penyediaan pangan yang tinggi. Pengembangan sektor
pertanian saat ini terpusat pada wilayan Kota Jayapura yang didukung dengan keberadaan
infrastruktur berupa jaringan irigasi dan bendung Muara Tami, Kabupaten Jayapura yang
didukung dengan jaringan irigasi dan Bendung Lereh, Kabupaten Nabire yang didukung
dengan Daerah Irigasi Kalibumi dan Bendung Kalibumi, Manokwari dan Manokwari Selatan,
Kabupaten Sorong.
Selain sektor pertanian sektor lain yang potensial sebagai penopang perekonomian wilayah
pada masa mendatang adalah sektor pariwisata. Pulau Papua dikaruniai daya tarik wisata
alam yang sangat luar biasa yang berbeda dari atraksi wisata lainnya di Indonesia. Pulau
Papua memiliki daya tarik wisata alam mulai dari atraksi wisata bahari dan bawah laut, atraksi
wisata alam pegunungan glasial pada wilayah pegunungan tengah Pulau Papua. Selain itu
Pulau Papua juga masih memilki atraksi budaya yang sangat tradisional yang dapat menjadi
daya tarik wisata bagi wisatawan. Lokasi yang sangat potensial untuk mengembangkan sektor
pariwisata antara lain: Kabupaten Raja Ampat (wisata alam bahari, wisata alam hutan
konservasi), Kabupaten Kaimana (wisata alam bahari), Kabupaten Teluk Wondama (wisata
alam bahari), Kabupaten Biak (wisata alam bahari dan sejarah), Kabupaten Paniai (wisata
alam tiga danau), Kabupaten Puncak dan Puncak Jaya (wisata alam pegunungan glasial),
Kabupaten Wamena (wisata alam dan budaya), Kabupaten Asmat (wisata alam hutan TN
Lorentz yang merupakan situs bentang alam warisan budaya dunia), Kabupaten Jayapura
(wisata alam danau Sentani), Kabupaten Merauke (wisata alam Taman Nasional Wasur)
Sektor pertambangan menjadi sektor basis di Kabupaten Mimika dan Kabupaten Raja Ampat.
Kendala utama pengembangan pariwisata di wilayah Pulau Papua dihadapkan pada
aksesibilitas dan amanitas yang masih sangat minim. Kondisi ini menyebabkan minat
wisatawan untuk berkunjung masih sangat sedikit. Dalam rangka mendorong pengembangan
sektor pariwisata maka dukungan Kementerian PUPR untuk meningkatkan aksesibilitas
menuju lokasi atraksi wisata dan meningkatkan amenitas pada kawasan wisata menjadi satu
kebutuhan yang mendesak.
Sektor ekonomi lainnya yang potensial sebagai pendorong perekonomian di Pulau Papua
adalah sektor pertambangan, khususnya pertambangan mineral dan batuan serta
pertambangan migas. Lokasi utama yang potensial dalam pengembangan pertambangan
adalah Kabupaten Mimika, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Sorong dan Kabupaten Raja
Ampat. Potensi migas khususnya gas bumi yang dimiliki Wilayah Papua adalah sebesar 23,91
TSCF (Trillion Square Cubic Feet) atau sebesar 23,45 persen dari potensi cadangan gas bumi
nasional. Sementara itu, cadangan minyak bumi di Wilayah Papua mencapai sekitar 66,73
MMSTB atau sebesar 0,91 persen dari cadangan minyak bumi nasional yang mencapai
7.039,57 MMSTB (Million Stock Tank Barrels/Cadangan Minyak Bumi). Cadangan gas
bumi terdapat di sekitar Teluk Bintuni. Sementara itu, cadangan migas terbesar terdapat
di sekitar Sorong, Blok Pantai Barat Sarmi, dan Semai.Emas, perak, dan tembaga juga
merupakan hasil tambang yang sangat potensial untuk dikembangkan di Wilayah Papua
karena memiliki lebih dari 45 persen cadangan tembaga nasional yang sebagian eksplorasi
dan pengolahannya terpusat di Timika (Kabupaten Mimika). Cadangan bijih tembaga di
Wilayah Papua diperkirakan sekitar 2,6 milliar ton. Sementara itu, cadangan logam tembaga
hanya sekitar 25 juta ton. Bahan tambang dan galian yang menjanjikan potensi lainnya adalah
bijih nikel, pasir besi, dan emas. Bijih nikel terdapat di daerah Tanah Merah, Jayapura.
Sebagian besar dari sumber daya tersebut masih dalam indikasi danbelum dieksploitasi.
Penambangan pasir besi, bijih tembaga, dan emas berlokasi di tempat yang sama dengan
penambangan biji tembaga di Timika. Sama halnya dengan pengembangan sektor ekonomi
yang lain hambatan utama pengembangan sektor ekonomi pertambangan adalah masalah
ketersediaan infrastruktur. Gambaran lebih rinci sektor ekonomi basis di Pulau Papua
selengkapnya dapat diikuti pada tabel berikut.
TabelRerata IndeksLQSektorEkonomiKabupaten/Kota2012-2016
Peran Arahan Sektor
Kabupaten Strategis pengembangan
A B C D E F G H I J K L M,N O P Q R,S,T,U
Kawasan fungsikawasan
Merauke PKN, PKSN, Pengembangan
WPS 34 pertanian, industri
(perbatasan berbasis sektor
negara darat), pertanian, pariwisata
KSPN, KPN, alam
KTM Muting
danBade 2.77 0.04 2.11 1.90 2.56 1.23 1.70 1.97 1.92 1.78 1.77 1.38 1.46 1.31 1.33 1.25 1.35
Jayawijaya PKW, WPS 33
(PPB Nabire-
Enarotali-
Wamena) 1.44 0.03 1.20 3.08 0.86 1.18 2.08 4.25 1.07 2.17 1.10 2.70 2.18 1.55 1.51 1.58 1.44
Jayapura KSPN 2.12 0.07 2.90 1.27 3.65 1.12 1.80 3.71 2.05 1.57 1.00 2.06 1.65 1.09 1.12 1.13 1.78
Nabire WPS 33 (PPB Pengembangan
Nabire- pertanian
Enarotali-
Wamena) 1.67 0.59 0.76 1.90 0.97 1.04 1.97 1.37 0.71 0.77 1.38 1.26 0.96 1.21 1.09 1.15 1.33
KepulauanYapen AntaraWPS Pengembangan
perikanan budidaya
dan tangkap 2.09 0.01 2.18 2.22 2.66 0.69 2.37 2.19 1.26 1.03 2.27 2.74 1.46 1.92 1.95 1.57 2.65
BiakNumfor PKSN, KSPN, Pengembangan
PKW, WPS 32 perikanan budidaya
(PPB Biak- dan tangkap
Manokwari-
Bintuni) 2.16 0.02 2.03 5.91 2.64 0.64 2.16 2.61 1.25 0.94 3.66 2.14 2.84 1.97 1.41 1.27 1.19
Paniai WPS 33 (PPB Pengembangan
Nabire- Pertanian,
Enarotali- Pertambangan dan
Wamena) Pariwisata 1.09 0.94 0.20 0.00 0.18 2.23 0.48 0.63 0.34 0.17 0.13 0.55 0.31 1.50 0.98 0.95 0.74
PuncakJaya WPS 33 (PPB
Nabire-
Enarotali-
Wamena) 2.56 0.02 0.27 0.32 0.00 2.83 1.02 0.59 0.37 0.24 0.12 0.88 0.19 2.62 1.84 2.74 1.35
Mimika PKN, WPS 33 Pengembangan
(PPB Nabire- pertambangan dan
Enarotali- pengolahan hasil
Wamena), KSN tambang
Ekonomi 0.15 1.99 0.07 0.32 0.18 0.21 0.26 0.26 0.39 0.49 0.32 0.26 0.40 0.16 0.09 0.10 0.21
BovenDigoel PKSN,WPS34 Pengembangan
(Perbatasan pertanian
darat negara) 2.29 0.03 13.88 0.00 0.05 2.39 0.69 0.47 0.36 0.09 0.56 0.59 0.17 1.03 1.09 1.03 0.74
Peran Arahan Sektor
Kabupaten Strategis pengembangan
A B C D E F G H I J K L M,N O P Q R,S,T,U
Kawasan fungsikawasan
Mappi PKW(Bade) Pengembangan
pertanian 2.62 0.01 0.38 0.32 0.00 2.92 0.94 0.58 0.37 0.18 0.44 0.78 0.11 2.73 2.01 1.71 1.00
Asmat KSPN,KSNLH, Pengembangan
WHC pariwisata 2.07 0.18 1.21 0.39 1.05 2.29 0.91 0.65 0.48 0.28 0.24 0.77 3.02 2.31 3.60 2.19 1.11
Yahukimo KPN Pengembangan
pertanian 2.40 0.02 0.30 0.32 0.00 1.87 0.84 1.17 0.57 0.29 0.22 1.54 0.25 3.59 3.03 1.69 1.22
PegununganBintang WPS 33 (PPB
Nabire-
Enarotali-
Wamena) 2.14 0.02 0.05 0.22 0.00 3.06 0.62 0.92 0.44 0.21 0.82 0.56 0.22 3.44 1.93 1.42 1.16
Tolikara WPS 33 (PPB
Nabire-
Enarotali-
Wamena) 2.68 0.01 0.13 0.46 0.00 1.56 0.99 1.37 0.52 0.34 0.09 0.97 0.19 3.36 3.11 2.72 1.22
Sarmi AntaraWPS 3.22 0.03 1.19 0.76 1.33 1.69 1.20 1.68 0.93 0.86 0.79 1.28 0.47 1.73 1.49 1.43 1.57
Keerom PKSN, PKW
WPS 34
(Perbatasan
Darat Negara),
KTMSenggi 3.07 0.03 3.01 0.99 0.00 2.74 0.94 0.27 1.48 0.31 0.89 0.66 0.05 1.68 1.37 1.44 1.23
Waropen AntaraWPS 2.93 0.02 0.62 0.30 0.34 2.45 0.79 0.49 0.32 0.14 0.43 1.98 0.23 2.44 2.66 1.09 1.79
Supiori WPS 32 (PPB
Biak-
Manokwari-
Bintuni) 2.64 0.01 0.28 1.19 0.00 2.81 0.54 0.08 0.29 0.19 0.64 1.09 0.04 2.74 2.96 2.73 2.93
MamberamoRaya AntaraWPS 2.24 0.05 0.16 0.00 0.00 1.93 1.32 0.90 1.02 0.00 0.08 0.72 0.17 3.06 3.99 2.96 2.37
Nduga AntaraWPS 2.65 0.01 0.05 0.00 0.00 2.04 1.43 0.24 0.04 0.00 0.00 1.23 0.12 2.90 3.12 3.04 2.55
LannyJaya WPS 33 (PPB
Nabire-
Enarotali-
Wamena) 2.31 0.04 0.04 0.00 0.00 2.25 1.24 0.83 0.09 0.00 0.00 1.75 0.09 2.80 3.09 3.42 1.56
MamberamoTengah WPS 33 (PPB
Nabire-
Enarotali-
Wamena) 1.70 0.03 0.04 0.00 0.00 2.25 1.25 1.27 0.03 0.00 0.03 0.91 0.12 3.87 2.80 2.64 2.38
Yalimo AntaraWPS 2.74 0.01 0.06 0.00 0.00 1.55 1.37 0.64 0.04 0.00 0.00 0.46 0.09 3.69 2.47 2.38 2.71
Puncak WPS 33 (PPB
Nabire-
Enarotali-
Wamena) 2.43 0.00 0.01 0.32 0.00 2.61 1.57 0.19 0.32 0.05 0.03 1.08 0.22 3.90 0.29 0.35 0.31
Peran Arahan Sektor
Kabupaten Strategis pengembangan
A B C D E F G H I J K L M,N O P Q R,S,T,U
Kawasan fungsikawasan
Dogiyai WPS 33 (PPB
Nabire-
Enarotali-
Wamena) 2.90 0.07 0.03 0.00 0.00 1.03 1.33 0.27 0.40 0.14 0.00 4.48 0.00 3.70 0.36 1.74 0.39
IntanJaya WPS 33 (PPB
Nabire-
Enarotali-
Wamena) 2.51 0.01 0.17 0.00 0.00 3.34 0.96 0.28 0.04 0.00 0.00 0.12 0.10 2.93 1.69 1.62 1.83
Deiyai WPS 33 (PPB
Nabire-
Enarotali-
Wamena) 2.67 0.03 0.19 0.00 0.00 2.99 1.07 0.23 0.07 0.01 0.07 0.68 0.08 2.46 2.40 2.53 1.29
KotaJayapura PKN, PKSN, Pengembangan
WPS 34 perdagangan dan
(Perbatasan jasa
Darat Negara),
KPN 0.52 0.01 1.40 1.85 3.03 1.97 2.25 1.34 3.40 3.27 3.16 2.29 3.21 1.69 2.36 2.74 2.39
Sumber:Analisis, 2017
Keterangan:
A Pertanian,Kehutanan,danPerikanan J InformasidanKomunikasi
B PertambangandanPenggalian K JasaKeuangandanAsuransi
C IndustriPengolahan L RealEstate
D PengadaanListrikdanGas M,N JasaPerusahaan
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
E Ulang O SosialWajib
F Konstruksi P JasaPendidikan
PerdaganganBesardanEceran;ReparasiMobil danSepeda
G Motor Q JasaKesehatandanKegiatanSosial
H TransportasidanPergudangan R,S,T,U Jasa lainnya
I PenyediaanAkomodasidanMakanMinum
Sektor lain yang potensial dikembangkan untuk mendukung pengembangan wilayah di Pulau
Papua adalah sektor pariwisata alam dan bahari. Sektor ini memang hingga saat ini masih
belum memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan wilayah di Provinsi Papua,
hambatan utama adalah biaya perjalanan yang sangat mahal untuk mencapai lokasi-lokasi
atraksi wisata di Provinsi Papua.
Dalam rangka mendorong pengembangan sektor pertanian dan sektor pariwisata, maka
dukungan infrastruktur untuk menunjang produksi pertanian dan aksesibilitas serta amenitas
pada kawasan wisata sangat mendesak untuk dikembangkan. Infrastruktur bendung dan
irigasi untuk mendukung pengembangan lahan pertanian baru sangat dibutuhkan pada masa
mendatang. Demikian pula jaringan jalan untuk memudahkan pengangkutan komoditas
pertanian menuju outlet pemasaran komoditas juga sangat diperlukan. Namun demikian
upaya pengembangan sektor pertanian juga perlu didukung dengan ketersediaan sumber
daya manusia. Pengembangan pertanian di Papua selama ini agak lambat dikarenakan
sumber daya manusia di Papua masih belum terbiasa dengan budidaya pertanian, mereka
masih terbiasa mengandalkan alam untuk menopang kebutuhan bahan pokok, disatu sisi
upaya mobilisasi tenaga kerja juga memiliki potensi resistensi dari penduduk lokal.
1.1.4 Profil Infrastruktur Wilayah
Upaya pembangunan infrastruktur PUPR di Pulau Papua, khususnya di Provinsi Papua
sangat masif dilakukan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Upaya ini dilakukan dalam
rangka mendorong percepatan pemerataan pembangunan dan mendukung pengembangan
wilayah di Papua. Fokus utama pembangunan infrastruktur di Papua adalah meningkatkan
konektivitas wilayah, peningkatan kualitas hidup melalui penyediaan infrastruktur dasar dan
peningkatan ketahanan pangan melalui pembangunan infrastruktur sumber daya air. Adapun
capaian dan kondisi pembangunan infrastruktur di Papua hingga 2017 sudah menunjukkan
kemajuan yang sangat berarti. Adapun uraian lebih rinci dari kondisi infrastruktur PUPR di
Papua dapat diikuti pada bagian berikut.
1. Infrastruktur Sumber Daya Air
Pengelolaan sumber daya air di Pulau Papua (termasuk infrastruktur yang terdapat
didalamnya) dilaksanakan berdasarkan pada batasan wilayah sungai (WS). Terdapat lima
wilayah sungai di Pulau Papua, dua diantaranya adalah wilayah sungai strategis nasional
yang merupakan wilayah sungai lintas negara yaitu wilayah sungai Mamberamo-Tami-
Apauvar dan wilayah sungai Einlanden-Digoel-Bikuma. Wilayah hulu dari kedua wilayah
sungai tersebut berada pada wilayah negara Papua Nugini, sedangkan hilirnya terdapat di
Kabupaten Merauke (WS Einlanden-Digoel-Bikuma) dan Kota Jayapura (WS Mamberamo-
Tami Apauvar). Wilayah sungai berikutnya adalah wilayah sungai lintas Provinsi yaitu Wilayah
Sungai Omba yang melintasi Provinsi Papua dan Papua Barat serta wilayah sungai lintas
kabupaten yaitu WS Wapoga-Mimika dan WS Kamundyan-Sebyar, gambaran lebih jelas WS
di Pulau Papua dapat diikuti pada gambar berikut. Masing-masing WS di Pulau Papua terdiri
atas beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS paling luas adalah DAS Mamberamo yang
melintasi negara Papua Nugini (hulu).
Potensi debit sungai pada masing-masing DAS di Pulau Papua sangatlah tinggi, berdasarkan
pada hasil inventarisasi sungai oleh Balai Wilayah Sungai di Papua total debit sungai (debit
normal) adalah sebesar 27.372,75 m3/detik. Jumlah ini sangat besar dan sangat potensial
untuk dimanfaatkan sebagai sumber air untuk berbagai kebutuhan baik kebutuhan rumah
tangga, kebutuhan pertanian ataupun pengembangan energi listrik.
A. Infrastruktur Pendayagunaan/Pemanfaatan Sumber Daya Air
A.1 Bendung dan Jaringan Irigasi
Dalam rangka mendukung ketahanan pangan di Pulau Papua, pemerintah mengembangkan
daerah irigasi yang dilengkapi dengan infrastruktur bendung dan jaringan irigasi. Luas daerah
irigasi di Pulau Papua berdasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No
14/PRT/M2015 adalah sebesar 103.975Ha dengan perincian 55.006Ha DI kewenangan
Pemerintah Pusat, 27895 Ha DI Kewenangan Pemerintah Provinsi dan 21.074Ha DI
Kewenangan Kabupaten. Adapun perincian daerah irigasi di Pulau Papua adalah sebagai
berikut.
A.1.1 Irigasi Kewenangan Pemerintah Pusat
Sistem irigasi di Pulau Papua, didasarkan pada sumber airnya meliputi sistem irigasi irigasi
permukaan, irigasi pompa (air tanah)dan sistem irigasi rawa dengan luas keseluruhan
sebesar 55.006 Ha (Permen PUPR No 14 Tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status
Daerah Irigasi). Luas irigasi permukaan yang merupakan kewenangan pemerintah pusat
untuk irigasi permukaan sebesar 24.266 Ha dan irigasi rawa memiliki luas 30.740 Ha.
Keterbatasan jaringan irigasi dan suplai air irigasi menjadikan tidak semua daerah irigasi
dapat dioptimalkan fungsinya (seluruh luasan daerah irigasi belum dapat dikembangkan
sebagai lahan pertanian). Di satu sisi kebutuhan akan lahan pertanian untuk mendukung
swasembada pangan sedang didorong oleh Kementerian Pertanian, termasuk di Pulau
Papua.
Sebagaimana data dari BWS Papua dan Papua Barat dapat dilihat bahwa masih terdapat
potensi irigasi yang perlu dikembangkan, sebagai contoh DI Koya yang memiliki luas sebesar
5000Ha, luas lahan efektif yang digunakan untuk kegiatan pertanian baru sebesar 1836 Ha,
demikian juga dengan DI Kalibumi yang memiliki luas 6400 Ha, baru 1500 Ha yang
dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Adapun perincian sistem irigasi di Pulau Papua
selengkapnya dapat diikuti pada tabel berikut.

Tabel Luasan Irigasi di Pulau Papua Yang Merupakan Kewenangan Pemerintah Pusat
No Provinsi Kabupaten Nama Irigasi Irigasi Jumlah Luas Kewenangan
Daerah Permukaan Rawa (Ha) Efektif
Irigasi (Ha) (Ha) (Ha)
1 Papua Merauke Kurik 7600 7600 6500 Pemerintah
Pusat
Semangga 5500 5500 3800 Pemerintah
Pusat
Tanah 7840 7840 6700 Pemerintah
Miring Pusat
Jagebob 5400 5400 1200 Pemerintah
Pusat
Semayam 4400 4400 Pemerintah
Pusat
Nabire Kalibumi 6400 6400 1500 Pemerintah
Pusat
Yahukimo Yahukimo 3200 3200 100 Pemerintah
Pusat
Kota Koya 5000 5000 1836 Pemerintah
Jayapura Pusat
Sumber: Peraturan Menteri PUPR No 14/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan
Daerah Irigasi
Selain daerah irigasi permukaan terdapat juga daerah irigasi rawa yang sebagian besar
berada di wilayah Provinsi Papua, khususnya pada wilayah selatan Pulau Papua yaitu di
Kabupaten Merauke (terluas) dan Kabupaten Mappi. Adapun kondisi dari daerah irigasi rawa
hingga saat ini sudah termanfaatkan 60,56% dari luas rawa yang telah dikembangkan. Salah
satu kendala pengembangan daerah irigasi rawa adalah ketersediaan prasarana pendukung
untuk memastikan ketersediaan air yang memadai selama proses tanam.
A.1.2 Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Provinsi
Irigasi kewenangan pemerintah provinsi di Pulau Papua terdiri dari dua jenis yaitu irigasi
permukaan dan irigasi rawa. Luas keseluruhan daerah irigasi yang merupakan kewenangan
provinsi berdasarakan pada Peraturan Menteri PU No 14/PRT/M/2015 adalah sebesar 27.895
Ha dengan perincian irigasi permukaan dengan luas 19.435 Ha dan irigasi rawa dengan luas
8.460 Ha, uraian lebih rinci daerah irigasi yang merupakan kewenangan pemerintah provinsi
dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel Luasan Irigasi di Pulau Papua Yang Merupakan Kewenangan Pemerintah
Provinsi

No Provinsi Kabupaten Nama Irigasi Irigasi Jumlah Luas Kewenangan


Daerah Permukaan Rawa (Ha) Efektif
Irigasi (Ha) (Ha)
Papua Merauke Gudang 1400 1400 Pemerintah
Arang-Serapu Provinsi
Merauke Kuprik- 1600 1600 Pemerintah
Sidomulyo Provinsi
Merauke Okaba 1500 1500 Pemerintah
Provinsi
Merauke Salor 2460 2460 Pemerintah
Provinsi
Merauke Wasum- 1500 1500 Pemerintah
Nasem Provinsi
Jayapura Lereh II 2200 2200 100 Pemerintah
Provinsi
Nabire Legare 1150 1150 1000 Pemerintah
Provinsi
Nabire Maidey 1075 1075 452 Pemerintah
Provinsi
Sumber: Peraturan Menteri PUPR No 14/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan
Daerah Irigasi
A.1.3 Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Kabupaten
Irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota di Pulau Papua terdiri dari tiga
jenis tipe irigasi yaitu irigasi permukaan, irigasi pompa dan irigasi rawa. Luas keseluruhan
daerah irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota di Pulau Papua adalah
sebesar 21.074 Ha dengan perincian irigasi permukaan dengan luas 11.582 Ha, irigasi air
tanah dengan luas 354 Ha dan irigasi rawa dengan luas 9.138 Ha.
Infrastruktur yang dibangun dalam rangka mendukung sistem irigasi di Pulau Papua antara
lain berupa pembangunan bendung dan pembangunan jaringan irigasi. Pemerintah juga
melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah dibangun secara rutin
untuk mempertahankan fungsi dari infrastruktur irigasi. Bendung yang saat ini sudah
beroperasi sedang dibangun untuk mendukung kinerja irigasi di Pulau Papua antara lain
sebagai berikut.
Tabel Data Prasarana Bendung di Pulau Papua

No Provinsi Nama Bendung Lokasi Kapasitas


Pengairan
(Ha)
1 Papua Bendung Lereh Kabupaten 2120
Jayapura
Bendung Tami Kota Jayapura 5000
Bendung Yahukimo Kabupaten 3200
Yahukimo
Bendung Kalibumi Kabupaten 6400
Bendung Muai Nabire 225
Sumber: BWS Papua, 2017
A.2. Jaringan Air Baku
Dalam rangka mendukung sistem penyediaan air bersih di Pulau Papua, pemerintah melalui
Balai Wilayah Sungai Papua, Balai Wilayah Sungai Papua Barat dan Balai Wilayah Sungai
Merauke Papua telah dan sedang mengembangkan sistem jaringan air baku yang meliputi
bangunan pengambil (intake) dan jaringan transmisi air baku. Pengembangan sistem air baku
dalam lima tahun terakhir sudah dikembangkan pada wilayah Kota Jayapura, Kabupaten
Jayawijaya, Kabupaten Merauke, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan Yapen,
Kabupaten Sarmi, Kabupaten Waropen, Kabupaten Keerom, Kabupaten Lanny Jaya,
Kabupaten Yalimo dan Dogiyai. Sistem air baku memanfaatkan potensi sumber air
permukaan baik berupa sungai maupun mata air dan air tanah dalam. Wilayah pegunungan
tengah di Provinsi Papua mayoritas belum dikembangkan sistem jaringan air baku.
Tabel Kegiatan Pembangunan Jaringan Air Baku di Provinsi Papua
No Provinsi Kabupaten Program Pembangunan Jaringan Air Baku (l/detik) Sumber Air Baku
2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Papua Merauke 120 94 105 Lanjutan Lanjutan kegiatan Sungai Maro, Sumur Bor (Air Tanah)
kegiatan 2015 2015 (Air Baku S.
(Air Baku S. Maro)
Maro)
2 Jayawijaya 50 20 Lanjutan Lanjutan kegiatan Sungai Balim, Sungai Wasi, Sungai Tariatu Tengah,
kegiatan 2015 2015 (ari baku S. Sungai Sobger; Sumur Bor (air tanah)
(ari baku S. Wasi 20l/s)
Wasi 20l/s)
3 Jayapura 20 10 20 Danau Sentani
4 Nabire 10 45 20 20 (lanjutan Sungai Nabire; Sungai Kurwo, Sanoba
kegiatan 2016)
5 Yapen Waropen 5 45 S. Andarwaren
6 Biak Numfor 5 40 Sungai Wier Sapap, Sungai Rampin, Sungai Son, Sumur
Bor (Air Tanah)

7 Paniai S. Siriwo, S. Yawei, S. Uta, Danau Paniai


8 Puncak Jaya S. Mamberamo
9 Mimika S. Mimika, S. Uta
10 Boven Digoel 10 5 Sumur Air Tanah
11 Mappi S. Digul, S. Miwamen, S. Mappi
12 Asmat S. Fayet
13 Yahukimo 10 Sumur Air Tanah
14 Pegunungan S. Mamberamo
Bintang
15 Tolikara Sungai Toli , Sungai Konda, Sungai Bogo, Sungai Wunin,
Sungai Kembu, Sungai Pun Sungai Kurip, Sungai Kega,
Sungai Anggok, dan Sungai Mamberamo
No Provinsi Kabupaten Program Pembangunan Jaringan Air Baku (l/detik) Sumber Air Baku
2012 2013 2014 2015 2016 2017
16 Sarmi 20 43 Danau Tieuw, Danau Piamfom, Sungai Biri, Sungai
Apawer, Mata Air Bower

17 Keerom 15 5 25 Sumur Bor (Air Tanah), Sungai Jaifuri, Sungai Skanto,


Sungai Bias, Sungai Keerom
18 Waropen 10 Sungai Wapoga, Sungai Botawa
19 Supiori
20 Membramo Raya
21 Nduga
22 Lanny Jaya 10 27 Sungai Malagai, Sungai Tiom
23 Mamberamo
Tengah
24 Yalimo 25 Mata Air Kalibiru/Hambulan; Mata Air Lek, Mata Air
Welarek, Mata Air Benawa
25 Puncak S. Mamberamo, Mata Air
26 Dogiyai 5
27 Intan Jaya
28 Deiyai
29 Kota Jayapura 10 Sungai Tami
10 Sumur Air Tanah (Skow)

S u m b e r: B W S P a p u a, 2 0 1 7
B. Infrastruktur Konservasi Sumber Daya Air
Dalam rangka mendukung ketersediaan air sepanjang waktu, pemerintah melalui Balai
Wilayah Sungai Papua, BWS Merauke Papua dan BWS Papua Barat telah membangun
beberapa prasarana tampungan air berupa embung dan long storage (pada daerah rawa).
Embung-embung tersebut diharapkan akan mampu menjadi tampungan air hujan dan dapat
dipergunakan saat musim kemarau. Pemerintah juga berencana membangunan bendungan
di Pulau Papua yang direncanakan berada pada DAS Mamberamo dan DAS Digoel. Adapun
bangunan konservasi sumber daya air di Pulau Papua yang sudah dibangun hingga 2017
selengkapnya dapat diikuti pada tabel berikut.
Tabel Prasarana Konservasi Sumber Daya Air
No Provinsi Jenis Prasarana Lokasi Keterangan
1 Papua Long Storage Kabupaten Tersebar pada
Merauke, seluruh Daerah
Kabupaten Mappi Rawa yang sudah
dan Kabupaten dikembangkan
Boven Digoel sebagai daerah
pertanian padi
Embung Girimulyo Kabupaten Nabire Mendukung suplai
air baku untuk
pertanian,
peternakan dan
kebutuhan
penduduk dengan
kapasitas daya
tampung
2773,21m3
Embung Kimi kapasitas
7524,25m3
Embung Waharia kapasitas
1319.73m3
Embung Sanoba kapasitas
8508,3m3
Embung Kaliharapan kapasitas
9720,72m3
Embung Topo kapasitas
8713,65m3
Embung Siriwini kapasitas
10840m3
Embung Kalisusu kapasitas 7200m3
Sumber: BWS Papua, 2017
C. Infrastruktur Pengendalian Daya Rusak Air
Permasalahan yang sering muncul berkaitan dengan prasarana sumber daya air biasanya
adalah yang berkaitan dengan kebencanaan dan keterpaduan dengan sektor penyediaan air
bersih. Kejadian banjir sudah menjadi satu bencana rutin tahunan yang melanda loaksi-lokasi
tertentu di wilayah Papua baik Provinsi Papua Barat maupun Provinsi Papua.Kejadian banjir
terjadi cukup merata di wilayah Papua, khususnya pada bagian utara wilayah Papua, yaitu
Jayapura, Manokwari, Fakfak, Wasior yang menyebabkan kerugian yang cukup besar.
Kejadian banjir pada wilayah utara Pulau Papua tidak terlepas dari kerusakan wilayah
pegunungan akibat pembalakan liar. Sehingga menyebabkan limpasan air yang semakin
besar dan material sedimen yang masuk ke sungai juga semakin banyak. Kejadian banjir yang
terjadi di Nimbokrang di Jayapura salah satu contoh bahwa banjir sudah menjadi bencana
tahunan. Upaya penanganan secara sipil struktur sudah dilakukan oleh pemerintah, tetapi
karena faktor kerusakan daerah tangkapan airmenyebabkan penanganan secara sipil struktur
tidak efektif menangani bencana keairan. Dibutuhkan satu upaya non-struktur berupa
rehabilitasi lahan daerah hulu untuk mengurangi debit limpasan, yang merupakan
kewenangan KLHK.

Banjir di Kota
Banjir di Nabire Jayapura
Banjir Bandang
Manokwari

Banjir di Kota
Sorong

Banjir di Wasior
(Teluk Wondama)
Banjir di Fakfak

Gambar Lokasi Kejadian Banjir di Pulau Papua Pada Kurun Waktu 2010-2015

Selain penanganan kejadian banjir, Pemerintah juga melakukan upaya penanganan terhadap
bencana abrasi yang terjadi pada wilayah pesisir Pulau Papua maupun pada pulau-pulau kecil
yang berada di sekitar Pulau Papua. Kegiatan penanganan pantai dari bencana abrasi dalam
empat tahun terakhir antara lain berupa pembangunan tanggul pantai dan break water yang
tersebar di Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, Kabupaten Merauke, Kabupaten Biak,
Kabupaten Supiori di Provinsi Papua.
2. Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat
penting bagi pengembangan sistem transportasi di Tanah Air. Infrastruktur jalan menjadi
unsur sentral dalam pengembangan wilayah serta peningkatan kegiatan perekonomian
masyarakat. Jaringan transportasi yang baik akan membawa dampak pada peningkatan
kegiatan ekonomi suatu wilayah. Pembangunan, pemeliharaan dan peningkatan infrastruktur
jalan dan jembatan menjadi program prioritas seiring dengan semakin bertambahnya populasi
penduduk dan kendaraan pengguna jalan. Pulau Papua sebagai wilayah paling timur dari
NKRI juga membutuhkan penyediaan sistem jaringan jalan yang andal untuk dapat
mendukung fungsi kewilayah yang ada, baik fungsi sosial, ekonomi, budaya maupun
pertahanan dan keamanan. Sistem jaringan jalan terdiri atas Sistem Jaringan Jalan Primer
dan Sekunder. Sistem Jaringan Jalan Primer berperan untuk melayani distribusi barang dan
jasa dalam rangka pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, serta
menghubungkansemua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem
Jaringan Jalan Sekunder berfungsi untuk melayani distribusi barang dan jasa bagi masyarakat
di kawasan perkotaan.
Pada setiap kelompok jaringan jalan primer dan sekunder, jalan dibagi menurut fungsinya,
yaitu:
a. Jalan Arteri, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan utama jarak jauhdengan
kecepatan rata-rata tinggi. Jumlah jalan masuk dibatasi secaraberdaya guna.
b. Jalan Kolektor, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan pengumpulatau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedangdan jumlah jalan masuk
dibatasi.
c. Jalan Lokal, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan setempat
denganciriperjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalanmasuk
tidak dibatasi.
d. Jalan Lingkungan, jalan yang digunakan untuk melayani angkutan lingkungandengan ciri
perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Sementara menurut statusnya, jalan dibagi berdasarkan pembinaannya, yaitu :
a. Jalan Nasional, merupakan jalan Arteri dan Jalan Kolektor dalam Sistem Jaringan Jalan
Primer. Jalan ini menghubungkan ibukota provinsi, jalan strategis nasional, serta jalan tol.
Tanggung jawab pembinaannya berada pada Pemerintah Pusat (Direktorat Jenderal Bina
Marga, Kementerian Pekerjaan Umum).
b. Jalan Provinsi, merupakan Jalan Kolektor dalam Sistem Jaringan Jalan Primer. Jalan ini
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, dan
c. Jalan Kabupaten, adalah jalan yang merupakan Jalan Lokal dalam SistemJaringan Jalan
Primer yang tidak termasuk Jalan Nasional dan Jalan Provinsi.Jalan ini menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal. Jalan Umum dalam
Sistem Jaringan Jalan Sekunder diwilayah kabupaten dan jalan strategis kabupaten juga
termasuk dalam Jalan Kabupaten. Pembinaannya menjadi tanggung jawab
Bupati/Pemerintah Kabupaten.
d. Jalan Kota, adalah jalan yang merupakan Jalan Umum dalam Sistem JaringanJalan
Sekunder. Jalan ini menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, pusat pelayanan
dengan persil, antar persil, serta antar pusat permukiman di dalam kota. Pembinaannya
menjadi tanggung jawab Walikota/Pemerintah Kota.
e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
Pembangunan jalan dan jembatan di Provinsi Papua dalam kurun waktu lima tahun terakhir
terus dipacu. Upaya percepatan pembangunan jalan di Papua diinisiasi dengan program
percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat. Walaupun sudah ada upaya percepatan
tetapi kendala pembebasan lahan dan topografi menjadikan program percepatan belum
secara optimal mencapai target yang ditetapkan. Seiring dengan kebijakan pemerintah yang
ingin membangun wilayah pinggiran agar lebih berkembang dan mampu setara dengan
wilayah barat Indonesia, maka upaya percepatan pembangunan infrastruktur di Papua terus
semakin didorong, termasuk pengembangan jaringan jalan Trans Papua.
Perkembangan Jalan Trans Papua berdasarkan pada informasi terakhir yang dipublikasikan,
sudah menunjukan banyak kemajuan. Ruas jalan yang berada pada kawasan pegunungan
tengah secara perlahan mulai terbuka. Upaya ini tidak terlepas dukungan dari para pihak
terkait, khususnya pemerintah Provinsi Papua, Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi
Papua, Pemerintah yang direpresentasikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Tentara
Nasional Indonesia. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), secara keseluruhan total panjang Trans
Papua adalah 4.330,07 km, yang terdapat di Provinsi Papua Barat (1070.62 km) dan Provinsi
Papua (3259.45 km). Perkembangan terkini ruas jalan Trans Papua telah tersambung
sepanjang 4.158.29 km (Desember 2017) sehingga jika bandingkan dengan total panjang
jalan Trans Papua hingga akhir 2017 capaian pembangunan (tembus) sudah mencapai 96.
Infrastruktur Permukiman
Infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup penyediaan air minum, penyediaan sanitasi dan
persampahan, pembangunan permukiman dalam rangka penanganan kawasan kumuh dan
pembangunan pos lintas batas negara. Uraian lebih terinci kondisi infrastruktur permukiman
di Kepulauan Maluku dan Pulau Papua dapat diikuti pada subbab berikut ini.
1. Sistem Penyediaan Air Minum
Air sebagai kebutuhan esensi mahluk hidup ternyata masih belum dapat diakses secara
mudah dan murah di wilayah Pulau Papua. Masih banyak kabupaten/kota yang belum
memiliki akses air bersih yang memadai di Pulau Papua. Berdasarkan pada data BPS (2015)
Provinsi Papua dan Papua Barat yang tertuang dalam buku statistik kesejahteraan
menunjukkan akses air minum penduduk di wilayah Pulau Papua rata-rata masih dibawah
50%,dengan perincian PDAM dan Non PDAM 7.07%; sumur bor 10.97%; dan sumur gali
13.97%.Akses air minum terbesar saat ini masih dilayani oleh sumber air sumur bor dan
sumur gali. Sedangkan sumber air bersih perpipaan masih terbatas pada wilayah perkotaan
yang maju di Pulau Papua seperti Sorong, Jayapura, Fakfak, Yapen Waropen, Biak dan
Merauke baik yang dilayani oleh PDAM/UPTD aupun perusahaan swasta yang bergerak
dalam penyediaan air bersih.
Tabel Perkembangan Pembangunan SPAM

Kabupaten/Kota Kapasitas PDAM (l/s) SPAM (l/s) Sumber Air Baku


Terpasang
Kapasitas Kapasitas Kapasitas Kapasitas Kapasitas
Produksi Idle Terpasang Produksi Idle
Merauke 10 6 4 Sungai Maro, Sumur Bor (Air Tanah)
Jayawijaya 30 15 15 30 18 12 Sungai Balim, Sungai Wasi, Sungai Tariatu Tengah,
Sungai Sobger; Sumur Bor (air tanah)
Jayapura 894 715 179 0 0 0 Danau Sentani
Nabire 19 19 0 5 3 2 Sungai Nabire; Sungai Kurwo, Sanoba
Kepulauan Yapen 72 69 3 0 0 0 S. Andarwaren
Biak Numfor 50 30 20 17.5 15 2.5 Sungai Wier Sapap, Sungai Rampin, Sungai Son,
Sumur Bor (Air Tanah)
Paniai 20 12 8 S. Siriwo, S. Yawei, S. Uta, Danau Paniai

Puncak Jaya 0 0 0 S. Mamberamo


Mimika 0 0 0 S. Mimika, S. Uta
Boven Digoel 0 0 0 Sumur Air Tanah
Mappi 20 12 8 S. Digul, S. Miwamen, S. Mappi
Asmat 0 0 0 S. Fayet
Yahukimo 0 0 0 Sumur Air Tanah, S Mamberamo
Pegunungan Bintang 0 0 0 S. Mamberamo
Tolikara 0 0 0 Sungai Toli , Sungai Konda, Sungai Bogo, Sungai
Wunin, Sungai Kembu, Sungai Pun Sungai Kurip,
Sungai Kega, Sungai Anggok, dan Sungai
Mamberamo
Kabupaten/Kota Kapasitas PDAM (l/s) SPAM (l/s) Sumber Air Baku
Terpasang
Kapasitas Kapasitas Kapasitas Kapasitas Kapasitas
Produksi Idle Terpasang Produksi Idle
Sarmi 0 0 0 Danau Tieuw, Danau Piamfom, Sungai Biri, Sungai
Apawer, Mata Air Bower
Keerom 0 0 0 Sumur Bor (Air Tanah), Sungai Jaifuri, Sungai
Skanto, Sungai Bias, Sungai Keerom
Waropen 5 3 2 Sungai Wapoga, Sungai Botawa
Supiori 0 0 0 S. Rusdori, S. Waperdori
Mamberamo Raya 0 0 0 S. Mamberamo
Nduga 0 0 0 S. Nordwest
Lanny Jaya 0 0 0 Sungai Malagai, Sungai Tiom
Mamberamo Tengah 0 0 0 S. Mamberamo
Yalimo 5 3 2 Mata Air Kalibiru/Hambulan; Mata Air Lek, Mata Air
Welarek, Mata Air Benawa
Puncak 0 0 0 S. Mamberamo
Dogiyai 0 0 0 S. Siriwo, S. Yawei, S. Yara, Danau Tage

Intan Jaya 0 0 0 S. Mamberamo


Deiyai 0 0 0 S. Keakwukwa, S. Mimika, S. Ibrawea, S. Karbawea

Kota Jayapura 5 3 2 Sungai Tami


PROVINSI PAPUA 1015 818 197 100 60 40
Salah satu fokus pemerintah dalam rangka pembangunan infrastruktr bidang Cipta Karya adalah
pembangunan PLBN di Wilayah Perbatasan Negara, salah satunya di Skouw, Kota Jayapura.

Pengembangan PLBN Skouw ini dipilih karena merupakan lokasi Pos Lintas Batas Negara
dengan Papua Nugini yang diharapkan dapat menjadi sentra ekonomi. PLBN digagas tumbuh
sebagai kawasan terpadu. Artinya, di kawasan itu juga dibangun area komersil untuk
meningkatkan perekonomian. Untuk mendukung fungsi kawasan perbatasan secara etalase
negara serta sebagai satu titik pertumbuhan ekonomi, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat akan melanjutkan pembangunan kawasan PLBN sebagai kawasan ekonomi,
dengan luas lahan yang disiapkan adalah 10,7 ha.

Anda mungkin juga menyukai