Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS

1. DEFINISI

Sinusitis adalah radang pada rongga hidung (A.K Muda Ahmad.2003)

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinusyang terkena, dapat dibagi
menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid,sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid(Soepardi
2001)

 Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung, dapat berupasinusitis maksilaris atau
frontalis sinusitis dapat berlangsung akutmaupun kronik. 

2. ETIOLOGI

1. Rinogen
Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :

Rinitis Akut (influenza)

Polip, septum deviasi

2. Dentogen Penjalaran infeksidari gigi geraham atas Kuman penyebab : 

 Streptococcus pneumoniae
 Hamophilus influenza
 Steptococcus viridans
 Staphylococcus aureus
 Branchamella catarhatis
3. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang khas dari sinusitis adalah sakit kepala yang dirsakan ketika penderita bangun tidur
pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronik memiliki gejala yang sama yaitu nyeri tekan dan
pembengkakan pada sinus yang terkena, sehingga gejala tertentu yang timbul tergantung sinus
yang terkena.
1.  Sinusitis maksilaris
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, ingus mengalir ke nasofaring,
kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.Nyeri dirasakan dibawah kelopak mata dan
kadang-kadang menyebar ke alveolus sehingga terasa nyeri pada gigi beralih ke dahi dan di
depan telinga. Sedangkan pembengkakan terjadi di pipi dan kelopak mata bawah.
2.  Sinusitis etmoidis 
Gejala : ingus kental di hidung dan nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing. Nyeri di
pangkal hidung, di bola mata atau di belakangnya dan nyeri bertambah bila bola mata
digarakkan, nyeri beralih pada pelipis, sedangkan pembangkakan jarang terjadi kecuali bila ada
komplikasi.
3. Sinusitis frontalis
Gejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah sore hari, ingus
kental dan penciuman berkurang. Nyeri dirasakan di dahi atau seluruh kepala dan pembengkakan
terjadi pada dahi dan kelopak mata atas.
4. Sinusitis sfenoidalis
Gejala : Sakit kepala, ingus di nasofaring. Nyeri di rasakan di dahi atau seluruh kepala dan
pembengkakan terjadi pada dahi dan kelopak mata atas.s
5. Sinusitis Kronis
Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu terdapat ingus
di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis,
batuk kering, dan sering demam.

Klasifikasi sinusitis

Secara klinis, sinusitis dapat dikategorikan sebagai:


1.       sinusitis akut (bila gejalanya berlangsung beberapa hari sampai 4 minggu)

Macam-macam sinusitis akut : sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal akut, sinus frontal
akut, dan sinus sphenoid akut.

 2.       sinusitis subakut (bila berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan)


 3.       sinusitis kronis (bila berlangsung lebih dari 3 bulan)

4. PATOFISIOLOGI

Timbulnya Pembengkakan di kompleks osteomeatal, selaputpermukaan yang berhadapan akan


segera menyempit hingga bertemu,sehingga silia tidak dapat bergerak untuk mengeluarkan
sekret.Gangguan penyerapan dan aliran udara di dalam sinus, menyebabkan juga silia menjadi
kurang aktif dan lendir yang diproduksi oleh selaputpermukaan sinus akan menjadi lebih kental
dan menjadi mudah untuk bakteri timbul dan berkembang biak.Bila sumbatan terus-menerus
berlangsung akan terjadi kurangnyaoksigen dan hambatan lendir, hal ini menyebabkan
tumbuhnya bakterianaerob, selanjutnya terjadi perubahan jaringan Pembengkakanmenjadi lebih
hipertrofi hingga pembentukan polip atau kista
5. PATHWAY
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.         Pemeriksaan laboratorium

Adanya peningkatan LED dan peningkatan leukosit

2.         Pemeriksaan radiologik

Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus
basar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara
cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.

3.         CT scan

CT scan sinus merupakan gold standart diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi


hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya

4.         Pemeriksaan transiluminasi

sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah
satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.

5.         Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi

dilakukan dengan mengambil sekret dari meatus medius atau superior dengan tujuan untuk
mendapat antibiotik yang tepat guna.

6.         Sinuskopi

Dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior,
dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya bisa
dilakukan irigasi sinus untuk terapi.

7.      Rinoskopi anterior

Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema.Padasinusitis maksila, sinusitis
frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan
pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.

8.         Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip)Pemeriksaan naso-


endoskopi
9.      Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1)

7. PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi sinusitis adalah:

1.         Mempercepat penyembuhan

2.         Mencegah komplikasi

3.         Mencegah perubahan menjadi kronik

Prinsip pengobatan adalah membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan ventilasi
sinus-sinus pulih secara alami

Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bakterial untuk
menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus.

1.    Antibiotik

Antibiotika dapat diberikan secara sistemik per oral. Pada sinusitis akut diberikan antibiotika
selama 10-14 hari, meskipun gejala klinis telah hilang. Secara empiris, antibiotika yang dapat
diberikan misalnya Amoksisilin (3 x 500mg), Trimetoprim dan Sulfametoksazol (2 x 960 mg),
Amoksisilin dan Asam Klavulanat (2 x 500 mg), Klaritromisin (2 x 250 mg), dan Levofloksasin
(4 x 500 mg).

2.    Dekongestan

 Dekongestan lokal berupa tetes hidung, untuk memperlancar drainase sinus. Dekongestan ini
hanya boleh diberikan untuk waktu yang terbatas (5 sampai 10 hari), karena kalau terlalu lama
dapat menyebabkan rinitis medikamentosa.

3.    Analgetik

Untuk gejala nyeri akibat sinusitis 

4.    Pada sinusitis akut


·         Dengan pemberian steroid intra nasal antara lain: Blekometason, Flunisolid, dan triamsinolon.
Diperlukkan untuk mengurangi edema didaerah kompleks osteomeatal terutama jika dicetuskan
oleh alergi. Efektif pemberian memerlukan waktu pemakaian 1-2 minggu.

5.    Pada sinusitis subakut

·         dilakukan diatermi: dengan sinar gelombang pendek (ultra short wave diathermy) sebanyak


5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalo belum membaik
maka dilakukan pencucian sinus

·         Pungsi dan Irigasi sinus maksila dilakukan untuk mengeluarkan sekret yang terkumpul
didalam rongga sinus maksila dengan cara memakai trokar yang ditusukkan di meatus inferior
dan diarahkan disudut luar mata atau tepi atas daun telinga dan selanjutnya dilakukan dengan
NaCl untuk membantu pemindahan sekret kentak dari sinus ke rongga hidung. Jarang dikerjakan
pada anak kecuali jika terapi antibiotik tidak berhasil atau terancam komplikasi sinusitis.

·         Tindakan Pencucian (Proetz displasement therapy) dengan cara diteteskan lrutan


vasokonstriktor (HCL Evedrin 0,5-1,5%) untuk membuka osteum yang kemudian masuk
kedalam sinus. HCL evedrin akan mengurang edema mukosa yang tercampur dengan sekret
didalam rongga sinus kemudian dihisap keluar. Sementara itu pasien harus mengatakan “kak-
kak-kak” supaya palatum mole terangkat sehingga ruang antara nasofaring dan orofaring
tertutup. Dilakukan 6 kali bila sekret masih kental dilakukan tindakan pembedahan yang
diperkuat dengan hasil foto rontgen tampak penebalan dinding sinus paranasal.

6.    Terapi bedah

Pada sinusitis akut  jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi komplikasi ke orbita atau
intrakranial, atau bila ada nyeri yang hebat karena ada sekret yang tertahan oleh sumbatan dan
bila pasien tidak berespon pada terapi medis.

8. KOMPLIKASI
1.      Kelainan pada Orbita Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang
tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus
frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi
orbita juga.
Pada komplikasi ini terdapat lima tahapan :
a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan.Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis
didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada nak,karena lamina papirasea yang
memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok umur ini.
b. Selulitis orbita Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita namun
pus belum terbentuk.
c.  Abses subperiosteal
Pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.
d.  Abses orbita
Pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita. Tahap ini disertai dengan
gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot
ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita,
juga proptosis yang makin bertambah.
e.  Thrombosis sinus kavemosus
Akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk
suatu tromboflebitis septik.
2.             Kelainan intra cranial
a.       Meningitisakut
Salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut, infeksi dari sinus
paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan,
seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel
udara ethmoidalis.
b.      Abses dura
Kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali mengikuti sinusitis frontalis.
Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang
terkumpul mampu menimbulkan tekanan intra kranial
c.       Abses             subdura
Kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau permukaan otak. Gejala yang timbul sama
dengan abses dura.
d.      Abses otak
Setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat          terjadi perluasan
metastatik secara hematogen ke dalam otak.
4 .              Osteitis dan Osteomylitis.
Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah infeksi
sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik berupa malaise, demam
dan menggigil.
5 .      Mukokel
Suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini paling sering ditemukan
pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.
Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi
tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada
dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista
dapat menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.
6.       Pyokokel.
Mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun lebih akut dan lebih
berat.
7.       kelainan paru
Seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan
kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyababkan kambuhnya asma
bronkial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan.
ASUHAN KEPERAWATAN
9. PENGKAJIAN

1.    Biodata
Identitas klien seperti: nama, umur, agama, pendidikan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
2.    Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala sinus dan tenggorokan
3.    Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang sering kambuh, demam, pusing, ingus kental di
hidung, nyeri diantara dua mata, penciuman berkurang.
4.    Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma, klien mempunyai
riwayat penyakit THT, klien pernah menderita sakit gigi geraham.
5.    Riwayat penyakit keluarga
Adakah riwayat penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang ada hubungannya dengan
penyakit klien sekarang.
6.    Riwayat psiko sosial
Perasaan yang dirasakan klien (cemas atau sedih), hubungan klien dengan orang lain.
7.    Pola persepsi dan konsep diri
Klien sering flu terus menerus dan berbau yang menyebabkan konsep diri menurun
8.    Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat flu terus menerus (baik
purulen,serous maupun mukopurulen)
9.    Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing)
Hidung tersumbat, pilek terus menerus, banyak ingus yang keluar
B2 (Blood)
Irama jantung reguler, bunyi jantung normal
B3 (brain)
Pusing, sakit kepala

B4 (Bladder)
Produksi urine normal tidak ada gangguan
B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun, mukosa lembab, diare karena mukopus yang tertelan
B6 (Bone)
Nyeri pipi. Nyeri dahi, nyeri gigi, nyeri telinga

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.      Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada hidung
2.      Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat
3.      Cemas berhubungan denngan kurang pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis (irigasi / operasi)
4.      Risiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi

11. INTERVENSI
1.    Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
Tujuan: Nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien
Kriteria Hasil :
·           Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi
·           Klien tidak merasa kesakitan.
·           Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak
gelisah skala nyeri 0-1 atau teradaptasi
Intervensi dan Rasional
a.     Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4
R/ Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji menggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cidera.
b.    Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman.
R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan
c.     Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
R/ Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal
yang menyenangkan
d.    Kolaborasi analgesic
R/ Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang
e.    Observasi tingkat nyeri dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian analgesik untuk
mengkaji efektivitasnya dan setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari
R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang objektif untuk mencegah
kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat

2.    Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung tersumbat


Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria Hasil :
·       Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
·       Klien tedut 6-8 jam sehari
Intervensi dan Rasional
a.     Kaji kebutuhan tidur klien
R/ Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat atau tidur
b.    Menciptakan suasana yang nyaman
R/ supaya klien dapat tidur dengan nyaman dan tenang
c.     Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
R/ Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung

3.    Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan


prosedur tindakan medis
Tujuan : perasaan cemas klien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
·           Klien dapat menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
·           Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya
·           Perlihatkan rasa empati (datang dengan menyentuh klien)
·           Temani klien
·           Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
Intervensi dan Rasional
a.         Kaji tingkat kecemasan klien
R/ Menentukan tindakan selanjutnya
b.        Berikan kenyamanan dan ketentraman pada klien
R/ Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
c.         Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya secara perlahan
R/ Menigkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga
klien lebih kooperatif

4.    Risiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi


Tujuan : peningkatan suhu tubuh tdk terjadi
Kriteria Hasil :
·       Suhu tubuh 36,5-37,5 ⁰C
·       Kulir hangat dan lembab, membran mukosa lembab
Intervensi dan Rasional
a.     Monitoring perubahan suhu
R/ Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan dan kemajuan dari
klien
b.    Mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan pemasangan infus
R/ Cairan dalam tubuh sangat penting guna menjaga homeostasis (keseimbangan) tubuh. Apabila
suhu tubuh meningkat maka tubuh akan kehilangan cairan lebih banyak
c.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik guna mengurangi proses peradangan
(inflamasi)
R/ Antibiotik berperan penting dalam mengatasi proses peradangan (inflamasi)
d.   Anjurkan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang optimal sehingga metabolisme
dalam tubuh dapat berjalan lancar
R/ Jika metabolisme dalam tubuh berjalan sempurna maka tingkat kekebalan/ sistem imun bisa
melawan semua benda asing (antigen) yang masuk.

Anda mungkin juga menyukai