ASKEP Epilepsi 1
ASKEP Epilepsi 1
A. Pengertian
1. Epilepsi atau yang lebih sering disebut ayan atau sawan adalah
gangguan sistem saraf pusat yang terjadi karena letusan
pelepasan muatan listrik sel saraf secara berulang, dengan gejala
penurunan kesadaran, gangguan motorik, sensorik dan mental,
dengan atau tanpa kejang-kejang (Ahmad Ramali, 2005 :114).
a. Pra Lahir-genetika
b. Perinatal
c. Paska Lahir
a. Idiopatik
3
b. Faktor Herediter
c. Faktor Genetik
Atrofi, porensefali
e. Gangguan Metabolik
f. Infeksi
g. Trauma
i. Keracunan
3. Faktor Presipitasi
a. Faktor sensori
b. Faktor sistenis
c. Faktor mental
d. Haid
C. Patofisiologi
5
(jaringan komunikasi). Otak berkomunikasi dengan organ-organ tubuh
yang lain melalui sel-sel saraf (neuron). Pada kondisi normal, impuls saraf dari
otak secara elektrik akan dibawa neurotransmitter seperti GABA
(gamma- aminobutiric acid dan glutamat) melalui sel-sel saraf (neuron) ke
organ-organ tubuh lain. Faktor-faktor penyebab epilepsi di atas,
mengganggu sistem ini sehingga menyebabkan ketidakseimbangan aliran
listrik pada sel saraf dan menimbulkan kejang yang merupakan salah satu ciri
epilepsi.
Gambar : Neurotransmiter
Aki Aktivitas kejang
PetitImdiaolpatik,
oto
n Ker
lemah
netis
herediter,
Ketidak
usakan
dan me m Mylonik
orRisi
trauma
seimbangan
sa d
i ko
arkelahiran,
Resiko
aliran Is
a
Grandmal
infeksi
ol
listrik asi sel sarPsikomot
perinatal,
Sosial
pada Gangguan aftidak
Gan
respira gtHDR
uoarni gis
lang
Pen Ktonus
yea ak d
ronikt k Hi ng keasadaran
rsih a jalan
n nafas efektif
meningitis o r
, batasan
dll ses ke
Hila lu a System
r g a saraf h S puksi otot
as tg tanp
ernafasa
Gang p e u tik a
awatan,
a keter p oP k Epilepsi
si aBeeMa
Ced r n perkembang t
i t Perubah idak sadar yangme mend adak jemen
tera
Ketidakmampua tusre hgrakheobron
kese
keluarga k ia l
aimen mengambil naid
etahuan penatptidaCaepmaraaesnJatu rubahan n keluarg e nak
ejang
alaksanaan k pefe
r ktif
odak
an
gyan
ug
atep
nat
Ko
ntr
aks
it
D.
Pathwa
y
Kepera
watan
7
E. Manifestasi Klinis
f) Disertai vertigo
e) Ilusi
f) Halusinasi kompleks
9
b. Epilepsi Parsial kompleks / Psikomotor
b) Dengan automatisme
B. Epilepsi Mioklonik
C. Epilepsi Klonik
D. Epilepsi Tonik
Tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku, juga terdapat
pada anak.
E. Epilepsi Tonik-klonik
11
1. Aura
c) Nyeri kepala.
d) Telinga berdengung.
3. Fase Kronis
4. Koma
Biaanya terjadi antara umur 6 dan 39 bulan. Biasanya dicetuskan oleh nyeri,
ketakutan dan frustasi. Bayi menangis sampai semua udara dipaksa keluar
dari dadanya dan cepat mengalami sianosis. Serangan berlanjut disertai atau
tanpa konvulsi.
Seperti serangan menahan nafas, dapat dicetuskan oleh nyeri dan ketakutan.
Anak menjadi pucat, pingsan dan mungkin disertai konvulsi. Dapat
pula disertai henti jantung.
3. Anoksia Serebrum
4. Serangan Pingsan
Lazim pada pubertas dan selama adolensen, yang berhubungan erat adalah
pingsan hipotensi ortostatik.
5. Masturbasi
6. Histeria
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram (EEG)
2. Pemeriksaan Radiologis
c) Arteriografi
e) Pemeriksaan laboratorium
G. Komplikasi
1. Gangguan Memori
Lesi pada otak adalah penyebab utama gangguan memori pada epilepsi,
karena lesi pada lobus temporal mempunyai hubungan dengan fungsi
belajar.
2. Gangguan Kognitif
Pada anak, gangguan berbahasa lebih sering terjadi pada anak. Kejang
berulang pada anak berhubungan dengan penurunan fungsi intelek.
Dapat juga disebabkan oleh obat antiepilepsi.
Hal itu terjadi pada epilepsi lobus frontal, karena peranan korteks prefrontal
yang berperan dalam fungsi emosi, perilaku hubungan
interpersonal. Apabila terganggu dapat mengakibatkan keterbatasan interaksi
sosial.
5. Status Epileptikus
6. Kematian
H. Penatalaksanaan
CLON : klonazepan
PB : fenobarbital
Diazepam 0,05-0,015 IV
17
3. Terapi Keperawatan Menurut Rosa Sachorin (1997)
Selama kejang, tujuan perawat adalah untuk mensegah cedera pada pasien.
Cakupan perawat bukan hanya mencegah atau meminimukan cedera
terhadap pasien, antara lain :
a. Selama Kejang
14) Masase
b. Setelah Kejang
19
5) Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang,
coba untuk menangani situasi dnegan pendekatan
yang
20
lembut dan member restrein yang lembut.
DENGAN EPILEPSI
1. Aktivitas/Istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
21
atau penanganan. Peka rangsangan : perasaan tidak ada harapan /
tidak berdaya. Perubahan dalam berhubungan.
4. Eliminasi
5. Makanan/Cairan
6. Neurosensori
a) Kejang umum :
23
berbicara ). Konvulsi ( kejang ) dapat mengenai seluruh tubuh
atau bagian tubuh yang mengalami gangguan yang terus
berkembang. Jika dilakukan restrein selama kejang, pasien mungkin
akan melawan dan memperlihatkan tingkah laku yang tidak kooperatif,
f) Status epileptikus :
7. Nyeri/Ketidaknyamanan
8. Pernapasan
9. Keamanan
11. Penyuluhan/Pembelajaran
2. Observasi kejang
3. Durasi kejang
25
pasien sadar kembali.
b. Awitan
1. Waktu awitan
3. Perilaku
c. Gerakan
d. Wajah
2. Keringat
e. Mata
f. Observasi paska-kejang
1. Masa paska-kejang
2. Metode terminasi
27
4. Orientasi terhadap waktu dan orang
6. Kemampuan motorik
8. Sensasi
B. Diagnosa keperawatan
C. Intervensi
29
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Mencegah Jatuh
1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misalnya
perubahan status mental, usia, pengobatan dan deficit
motorik / sensorik.
2. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan risiko jatuh.
3. Singkirkan benda-benda yang dapat menimbulkan bahaya.
4. Arahkan anak ke area aman, khususnya jauh dari jendela, tangga, alat
pemanan, atau sumber air.
5. Jangan menbuat anak teragitasi; bicara dengan suara lembut dan sikap
tenang.
6. Lindungi anak setelah kejang.
31
4. Bantu pasien untuk rileks untuk meningkatkan konsentrasi.
5. Berikan kesempatan pasien untuk konsentrasi seperti suatu
permainan pasangan kartu yang sesuai.
6. Berikan gambar pengingat memori; bila diperlukan.
Kriteria hasil :
2. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia dari orang
penting bagi pasien yang menyangkut citra tubuh.
3. Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan dan untuk berduka.
Kriteria hasil :
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
33
NIC : Peningkatan Harga Diri
35
1. Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.
2. Tentukan jenis hubungan keluarga.
3. Tentukan gangguan dalam jenis proses keluarga.
4. Ajari ketrampila merawat pasien yang diperlukan oleh keluarga.
5. Ajari keluarga perlunya kerjasama dengan sisten sekolah untuk
menjamin akses kesempatan pendidikan yang sesuai untuk penyakit
kronik.
6. Bantu keluarga berfokus pada anaknya dibanding dengan penyakitnya.
37
NOC : Keterlibatan Sosial
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan
Sosialisasi selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat berinteraksi
dengan lingkungan dan dapat diterima di lingkungan dengan
status keterlibatan sosial menunjukkan skala 3.
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan adanya interaksi dengan teman, tetangga,
aggota keluarga.
b. Berpartisipasi dalam aktifitas pengalihan
c. Mulai berhubungan dengan orang lain.
d. Mengembangkan hubungan satu sama lain.
e. Melaporkan adanya peningkatan dukungan sosial.
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Peningkatan Sosialisasi
1. Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada
perasaan isolasi sosial.
2. Kurang stigma isolasi dengan menghormasti martabat pasien.
3. Dukung hubungan dnegan orang lain yang mempunyai
ketertarikan dan tujuan sama
4. Dukung usaha-usaha yang dilakukan pasien, keluarga dan teman-
teman untuk berinteraksi.
5. Berikan uji pembatasan interpersonal.
6. Dukung pasien untuk mengubah lingkungan, seperti jalan-jalan
dan menonton film.
39
DAFTAR PUSTAKA
http--www_epilepsy_org_my-bm-images-head_gif_files\what_is.htm (diakses
tanggal 14 Juni 2008)
41