Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PAKAN
PENGOLAHAN FISIK BAHAN PAKAN KE-2
Oleh:
Kelompok 9
Kelas E

Amelia Dwi Lestari 200110180001


Dini Pitriani 200110180256
Adisty Meutia Firdausi 200110180281

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

laporan praktikum mata kuliah Teknologi Pakan yang berjudul “Pengolahan Fisik

Bahan Pakan ke-2” ini dapat ditulis hingga selesai. Kami mengucapkan

terimakasih pada Deny Saefulhadjar, S.pt., M.Si. selaku dosen mata kuliah

Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang telah

membimbing kami dalam mata kuliah Teknologi Pakan .

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa banyak

kekurangan dalam laporan praktikum ini karena keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari pembaca demi pembuatan makalah yang lebih

baik. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca.

Sumedang, 6 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................ iii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................ 2
1.3 Maksud dan Tujuan ................................................................. 2
1.4 Waktu dan Tempat .................................................................. 2

II TINJAUAN PUSTAKA 3

III ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat .......................................................................................... 9


3.2 Bahan ....................................................................................... 9
3.3 Metode ..................................................................................... 9

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan .................................................................... 11
4.2 Pembahasan ............................................................................. 15

V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 19
5.2 Saran ........................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 20

iii
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berjalannya waktu, populasi ternak semakin meningkat yang
berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah pakan yang harus tersedia. Selain
itu, untuk mencapai produktivitas ternak yang tinggi, selain kualitas genetik harus
baik, kualitas pakan pun harus baik. Akan tetapi, disisi lain jumlah lahan untuk
tanaman pakan semakin menurun seiring dengan bertambahnya populasi manusia.
Pengolahan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan
tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan pakan
baru yang dihasilkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami peningkatan
kualitas. Proses pengolahan pakan ini mempunyai beberapa tujuan diantaranya
meningkatkan kualitas bahan, pengawetan, meningkatkan palatabilitas, efesiensi
pakan.
Salah satu pengolahan konsentrat adalah secara fisik. Pengolahan fisik
merupakan upaya mengubah sifat pakan melalui proses atau perlakuan perubahan
temperatur sehingga pakan pada akhir proses akan mengalami penurunan
kandungan air yang salah satunya bermanfaat untuk memperpanjang masa simpan
suatu bahan pakan.
Salah satu bahan pakan yang biasa menggunakan metode pengolahan fisik
adalah bahan pakan jenis butiran seperti jagung. Pada pelaksanaan praktikum kali
ini, diharapkan praktikan dapat mengetahui secara visual (makroskopis) yang
dihasilkan oleh proses penghancuran dengan menggunakan berbagai ukuran screen
untuk mempermudah pencampuran pada saat mixing dalam pembuatan
pakan/ransum. Selain itu, dari pengamatan yang dilakukan, praktikan dapat
menentukan ukuran partikel bahan pakan (secara visual) hasil penggilingan dengan
2

menggunakan ukuran screen yang ditentukan. Sehingga, selanjutnya praktikan


dapat mengetahui tingkat kepadatan (densitas) atau keambaan suatu bahan pakan
sehingga dapat menentukan ruang penyimpanan (penggudangan).
Pengolahan pakan juga bertujuan untuk mengawetkan bahan pakan dan
memperpanjang masa simpan bahan pakan tersebut, salah satu cara yang dapat
digunakan adalah dengan proses pengeringan bahan pakan seperti singkong.
Dimana pada pelaksanaan praktikum dilakukan pengeringan non artifisial (dengan
menggunakan cahaya matahari), dimana praktikan akan mengukur penurunan kadar
air dari proses pengeringan tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah


(1) Bagaimana produktivitas mesin hammer mill
(2) berapa persentase kehilangan bahan yang sudah disaring dengan
menggunakan screen yang berbeda.
(3) Bagaimana bentuk bahan pakan yang telah diproses dengan screen yang
berbeda.

1.3 Maksud dan Tujuan


(1) Mengetahui produktivitas mesin hummer mill.
(2) Mengetahui persentase kehilangan bahan yang telah disaring dengan
menggunakan screen yang berbeda.
(3) Mengetahui bentuk bahan pakan yang telah diproses dengan screen yang
berbeda.

1.4 Waktu dan Tempat


Praktikum dilakukan dengan menonton video via Google Meeting, pada
tanggal 29 September 2020.
3

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Fisik

Pengolahan secara fisik dapat dilakukan dengan cara penjemuran,

pencacahan atau pemotongan, penggilingan, penghancuran serta pembuatan pellet.

(Wahyono dan Hardiyanto, 2004). Proses pengolahan secara fisik adalah


pengolahan bahan pakan dari bentuk fisiknya dengan menggunakan mesin atau alat

bantu yang merubah bentuk asli dari bahan pakan tersebut menjadi bahan pakan

yang mudah digunakan kembali.

Proses pengolahan secara fisik bertujuan untuk mempermudah dalam

pengolahan bahan pakan selanjutnya namun juga memiliki kelemahan yaitu jika

bahan pakan yang digiling akan mengakibatkan kerusakan pada material bahan

pakan tersebut. Dalam pengolahan mekanik secara fisik dengan pengubahan bentuk

ada dua hal yang dapat digunakan, perubahan bentuk dengan menggunakan grinder,

bentuk bahan pakan diubah menjadi serbuk halus agar memudahkan pencampuran

dengan bahan pakan lain. Serta pelleter yang digunakan untuk membuat bahan
pakan berbentuk pellet dan mempermudah untuk di berikan kepada ternak.

(Hermawan, 2014).

Pada praktikum kali ini dilakukan pengolahan secara fisik terhadap 5 kg

jagung dengan bentuk butiran utuh yang menggunakan metode penggilinan. Proses

penggilingan dilakukan untuk mendapatkan ukuran bahan pakan yang lebih kecil.

Keuntungan dari penggilingan ini yaitu bahan baku akan lebih mudah ditangani dan
4

mempermudah dalam proses pencampuran bahan pakan (Koch, 1996).

2.2 Hammer mill

Mesin hammer mill merupakan sebuah mesin yang memiliki fungsi untuk

menghancurkan material dengan cara dihantam menggunakan hammer, di dalam

chamber crusher terdapat beberapa hammer yang berputar cepat, begitu material

dimasukan ke dalamnya maka akan segera dihanntam menggunakan hammer.


Mesin hammer mill banyak digunakan pada mesin pemecah batu, daun ulang

limbah botol kaca, dll. Keuntungan dalam menggunakan mesin hammer mill yaitu

kontruksinya sederhana, dapat digunakan untuk menghasilkan hasil gilingan yang

bermacam-macam ukuran, tidak mudah rusak dengan adanya benda asing dalam

bahan dan beroperasi tanpa bahan, biaya operasi dan pemeliharaan lebih murah

dibandingkan dengan burr mill.

Mesin hammer mill terdiri dari atas martil/palu yang berputar pada porosnya

dan sebuah saringan yang terbuat dari plat baja. Hasil pertanian yang akan digiling

dimasukkan melalui sebuah corong pemasukan dan dipukul oleh suatu seri plat

baja. Bagian utama dari hammer mill adalah corong pemasukan, pemukul, corong
pengeluaran, motor penggerak, alat transmisi daya, rangka penunjang dan ayakan

Smith (1955). Dengan mesin hammer mill anda dapat bikin tepung kayu, tepung

batok kelapa, tepung untuk bahan pellet yang berbentuk cangkang kerang, tulang

ikan, biji jagung, dll.

Menurut Smith (1955), tipe hammer mill dibedakan berdasarkan sifat dari

gigi penggiling yaitu gigi penggiling dapat berayun bebas pada porosnya dan gigi
5

penggiling tidak dapat berayun bebas pada porosnya (statis). Kedua tipe hammer

mill tersebut dalam operasinya tidak mempunyai banyak perbedaan, yang penting

diperhatikan adalah jumlah ketebalan dari gigi-gigi penggiling.

• Corong pemasukan

Corong pemasukan terbuat dari plat esher 1.5 mm, bagian atas dari corong

pemasukan berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 350 mm x 350 mm dan bagian

bawahnya menyempit sampai 90 mm x 50 mm dengan kemiringan dinding corong


40o.

• Pemukul

Pemukul terbuat dari stainless steel. Pada bagian ini terdapat lima pasang

pemukul yang juga terbuat dari bahan stainless steel. Ukuran pemukul adalah antara

100 mm x 25 mm x 5 mm dan pada kedua sisi pemukul dibuat tajam, hal ini

bertujuan agar sisi pemukul yang satu dapat menggantikan sisi pemukul yang sudah

tumpul dengan cara membalik posisi. Pemukul dipasang dengan posisi horizontal

dengan jumlah lima pasang yang disatukan oleh empat buah poros yang terbuat dari

stainless steel dengan berdiameter 10 mm dipasang vertical.

• Saringan
Saringan yang digunakan pada hammer mill terbuat dari plat baja. Pada

hammer mill saringan memegang peranan penting dalam menentukan besar ukuran

butir biji-bijian, saringan dapat diganti-ganti tergantung dati besar ukuran butir hasil

gilingan yang dikehendaki.

• Corong pengeluaran

Corong pengeluaran terbuat dari plat esher 1.5 mm yang berbentuk kerucut
6

terpancung pada posisi terbalik. Diameter corong adalah 550 mm dan diameter

bawahnya adalah 120 mm.

• Ayakan

Alat ini berukuran 600 mm x 600 mm yang mana konstruksinya terbuat dari

kayu dengan bentuk seperti trapezium dan kostruksi penyangga terbuat dari plat

siku 25 mm x 25 mm x 2.5 mm dengan ukurannya sama dengan ukuran ayakan.

Posisi ayakan ini adalah miring dengan kemiringan 10 °C, ini bertujuan untuk
memudahkan gerak dari transmisi yang menggerakkan ayakan dan mempercepat

proses pengayakan.

• Motor penggerak

Motor penggerak yang digunakan adalah motor listrik dengan daya dan

kecepatan putaran berturut-turut 1 hp dan 148 rpm. Motor tersebut dipasang pada

dudukan yang terbuat dari baja plat 8 mm yang berukuran 250 mm x 147 mm yang

dipasang dengan sebuah engsel. Fungsi engsel adalah jarak antara poros terhadap

motor dengan poros utama dapat diatur untuk memperoleh tegangan sabuk yang

diinginkan.

2.3 Penyaringan

Proses penyaringan bahan pakan memiliki prinsip yaitu menghomogenkan

bahan pakan yang telah digiling dengan menggunakan Hammer mill. Dalam

menentukan berapa banyak alat penggiling yang akan dioperasikan untuk proses

penggilingan jagung harus dipertimbangkan jumlah produksi jagung, energi yang

dibutuhkan dan yang tersedia untuk proses penggilingan serta jumlah produksi
7

jagung yang diinginkan tergiling. Alat penggiling jagung ini dibuat untuk

meningkatkan nilai tambah jagung dan untuk mempertahankan serta meningkatkan

daya simpan jagung (Mutiara,2012).

Penghomogenan yang dilakukan saat penyaringan bertujuan untuk

mempermudah dalam pembuatan ransum. Pada praktikum kali ini menggunakan

sampel tepung jagung ada 2, yang dihaluskan dengan screen 2 dan screen 3.

Penyaringan bahan yang dilakukan menggunakan 4 saringan yaitu saringan 10, 14,
18, dan 30.

2.4 Pengukuran Kadar Air

Kadar air dalam suatu bahan pakan sangat diperlukan untuk menentukan

mutu jagung, semakin tinggi kadar air maka kualitas jagung akan semakin rendah

dan akan berakibat pada kerusakan jagung. Perbedan kadar air pada bahan pakan

dapat dipengaruhi oleh kondisi ketika panen dan pengolahan pasca panen (Kamal,

1994), sedangkan menurut Sutardi (2006) faktor yang mempengaruhi kadar air

yaitu pengeringan dan kandungan air dari suatu bahan pakan. Berdasarkan standar

SNI 01-4483-1998 tentang jagung bahan baku pakan, persyaratan mutu yang harus
dipenuhi oleh jagung adalah memiliki kadar air sebesar 14%.

Kadar air biji jagung yang beredar di masyarakat memiliki rata-rata kadar

air yang cukup sehingga tidak bisa melakukan eksport ke luar negri dan tidak dapat

disimpan dalam waktu yang cukup lama, terutama dalam kebutuhan industri

(Parajuli, 2016). Penurunan kadar air dan berat biji jagung menyebabkan petani

mengalami kerugian, akan tetapi kadar air yang tinggi dapat menyebabkan harga
8

jagung menurun dan cepat mengalami kerusakan. Salah satu aspek penanganan

pasca panen yaitu pemanenan pada waktu yang tepat dan dimaksudkan agar jagung

yang dipanen dapat bertahan lama, tidak mengalami kerusakan serta kandungan gizi

yang terdapat pada bahan pangan tidak banyak mengalami perubahan.

Pratomo dkk. (1982) menyatakan bahwa pada proses penggilingan kering

kadar air bahan sangat mempengaruhi terhadap kapasitas giling, rendaman hasil,

kenaikan temperatur hasil gilingan, serta mutu tepung yang dihasilkan terutama
kehalusan tepung dan kadar air tepung yang dihasilkan.
9

III

ALAT, BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat
(1) Hammer mill dengan kecepatan 1334 rpm, puli 4 kali lebih besar dari puli

yang akan menggerakkan mesin hammers mills,

(2) Saringan no 14(1,414 mm), 18(1mm) 30 (0,59 mm),

(3) Screen no. 2 dan 3,

(4) Baki,

(5) Timbangan Analitik,

(6) Karung, dan

(7) Stopwatch.

3.2 Bahan

Jagung 3 kg (Sumber Protein dengan kadar air 18-20 %).

3.3 Metode

(1) Persiapkan alat dan bahan.

(2) Jagung sebagai sampel bahan diambil dari karung dan ditimbang sebanyak

3 kg.

(3) Screen 2 dan 3 disiapkan lalu mesin hammer mill dinyalakan kemudian

dibiarkan beberapa saat sampai mesin stabil.


10

(4) Jagung sebanyak 3 kg dituangkan secara bertahap ke dalam mesin dengan

ukuran screen 3 sambil stopwatch dinyalakan.

(5) Stopwatch dimatikan apabila jagung sudah digiling secara keseluruhan

(sudah semua masuk ke dalam karung) dan catat waktunya. (tercatat 2 menit

30 detik).

(6) Jagung halus di dalam karung yang telah dihasilkan kemudian ditimbang

lalu dicatat.(berat tercatat 2,93 kg). Waktu yang dibutuhkan untuk


memperoleh jagung halus dihitung dengan satuan kg/jam.

(7) Metode yang sama dilakukan pada screen 2. Dan dihasilkan jagung yang

menggunakan screen no 3 agak besar dibanding screen no 2 sehingga screen

nomor 2 agak halus.

(8) Menyiapkan sampel bahan pakan (tepung jagung) hasil penggilingan dari

hasil penggilingan tadi, lalu menyiapkan saringan dari ukuran 14, 18 dan 30

serta baki penampung.

(9) Pertama sampel ditimbang lalu sampel mulai disaring menggunakan

penyaringan 14, dan yang tidak lolos saring ditimbag beratnya. (tercatat 545

gr).
(10) Hasil yang lolos saringan 14 kemudian disaring kembali menggunakan

saringan 18, dan yang tidak lolos saring ditimbang kembali(tercatat 200gr).

(11) Selanjutnya hasil yang lolos saringan 18 disaring kembali menggunakan

saringan 30,dan yang tidak lolos saring ditimbang kembali. (tercatat 135 gr)

Sehingga yang lolos pada saringan 30 merupakan kriteria paling

halus.(tercatat 120 gr).


11

IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Penggilingan Praktikum 1

Kel. Jenis Screener Berat Awal Berat Akhir Waktu


(B0) (B1)

1. 3 3 kg 2,93 kg 1 menit 50 detik


2. 2 3 kg “tidak 2 menit 30 detik
disebut di
video”

4.1.2 Jawaban Perhitungan Praktikum 1

1. Berapa Produktivitas mesin per jam?

Produktivitas mesin per jam (1 jam = 3600 detik)

a. Jika Menggunakan screen 2

Untuk menghancurkan 3kg jagung memerlukan waktu 2 menit 30 detik (150


detik), maka

b. Jika Menggunakan screen 3

Untuk menghancurkan 3kg jagung memerlukan waktu 1 menit 50 detik (110


detik), maka

:
12

2. Bandingkan Proporsi ukuran partikel jagung dalam (%) masing-


masing hasil peghancuran dengan screen 2 dan 3!
Menggunaka screen 2
Bahan : Jagung giling 3 kg = 3000 gram
(1) Perhitungan bahan yang tidak lolos dengan saringan 14
45
B= = 3000 x100% = 1,5%

(2) Perhitungan bahan yang tidak lolos

dengan saringan 18 C =
300
= x100% = 10%
3000

(3) Perhitungan bahan yang tidak lolos

dengan saringan 30 D =
335
= x100% = 11,1667%
3000

(4) Perhitungan bahan yang lolos


dengan saringan 30 E =
330
= 3000 x100% =
11%
(5) Kehilangan bahan
%Kehilangan = 100% - A – B – C– D – E
= 100% - 1,5% - 10% - 11,1667% - 11%
= 66,33%

Menggunaka screen 3
Bahan : Jagung giling 1 kg = 1000 gram
(1) Perhitungan bahan yang tidak lolos dengan saringan 14
545
B= = 3000 x100% = 18,16%

(2) Perhitungan bahan yang tidak lolos


dengan saringan 18 C =
13

200
= 3000 x100% = 6,66%
(3) Perhitungan bahan yang tidak lolos
dengan saringan 30 D =
135
= x100% = 4,5%
3000

(4) Perhitungan bahan yang lolos


dengan saringan 30 E =
120
= x100% =
3000

4%
(5) Kehilangan bahan
%Kehilangan = 100% - A – B – C– D – E
= 100% - 18,16% - 6,66% - 4,5% - 4%
= 66,68%

4.1.3 Jawaban Perhitungan Praktikum 2

1. Berapa produktivitas mesin perjam?

Produktivitas mesin per jam (1 jam = 3600 detik)


a. Jika menggunakan screen 2
Untuk menghancurkan 3 kg jagung memerlukan waktu 45 detik, maka :
Produktivitas mesin/jam = 3 kg/45x3600 = 240 kg/jam
b. Jika menggunakan screen 3
Untuk menghancurkan 3 kg jagung memerlukan
waktu 45 detik, maka : Produktivitas mesin/jam =
3kg /45x3600 = 240 kg/jam
2. Bandingkan proporsi ukuran partikel jagung dalam (%) masing-
masing hasil penghancuran dengan screen 2 dan 3!
a. Menggunakan screen 2
Bahan : Jagung giling 3 kg = 3000 gram

(1) Perhitungan bahan yang tidak lolos


14

dengan saringan 14 B =
13
= 3000 x 100% = 0,43

%
(2) Perhitungan bahan yang tidak lolos
dengan saringan 18 C =
232
= 𝑥 100% =
3000

7,73%
(3) Perhitungan bahan yang tidak lolos
dengan saringan 30 D =
325
= 3000 𝑥 100% =

10,83%
(4) Perhitungan bahan yang lolos

dengan saringan 30 E = =
428
𝑥 100% = 14,26 %
3000
15

4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini mengamati melalui video tentang proses penggilingan bahan

pakan menggunakan screen yang berbeda. Bahan pakan yang digunakan yaitu jagung

yang memiliki kadar air 10-12%. Praktikum ini melakukan pengolahan secara fisik

terhadap 3 kg jagung berbentuk butiran, dengan metode penggilingan. Penggilingan

dilakukan untuk mendapatkan ukuran bahan pakan yang lebih kecil. Keuntungan lain

dari penggilingan ini adalah bahan baku akan menjadi mudah ditangani dan
mempermudah proses pencampuran bahan pakan (Koch, 1996). Hal ini sesuai dengan

pendapat Afrianto dan Liviawaty (2005) menerangkan bahwa tujuan utama

penghalusan bahan baku pakan adalah untuk memperoleh ukuran relatif kecil dan

seragam sehingga lebih homogen ketika dicampur untuk menjadi konsentrat.

Penggilingan bahan pakan juga dapat meningkatkan palatabilitas ternak. Bahan pakan

yang dilakukan penggilingan biasanya adalah biji-bijian, seperti biji jagung.

Penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin penggiling yaitu diskmill.

Penggilingan dilakukan dengan menggunakan alat hammermill. Menurut Koch dan

Waldroup (1997), terdapat 2 metode pemecahan bahan baku utama, yaitu dengan

menggunakan Hammer Mill dan Roller Mill, walaupun sebenarnya masih terdapat
metode lainnya, antara lain Burr Mill (Disk Mill). Mesin hammer mill berfungsi

merubah ukuran suatu bahan baku produksi menjadi butiran tepung yang sangat halus.

Mesin ini biasanya digunakan dalam industri dan pabrik. Penggilingan jagung pada

kegiatan praktikum, dilakukan menggunakan Hammer mill dengan menggunakan

screen 2 dan 3. Dengan mesin penggeraknya sebesar 5336 rpm. Pergerakan ini

dipengaruhi oleh dinamo serta puli yang disambungkan dengan karet yang ada di
16

mesin hammermill.

Dari hasil praktikum penggilingan tersebut, berat jagung setelah digiling

mengalami pengurangan. Semula 3 kg menjadi 2,93 kg. Hal ini terjadi karena ada

bahan hasil penggilingan tidak sengaja terbuang sehingga mengurangi berat hasil

penggilingan. Penggilingan menggunakan screen 3, memiliki waktu penggilingan 1

menit 50 detik, waktu ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan screen 2.

Perbedaan waktu yang cukup jauh dikarenakan ukuran screen 3 yang lebih besar,
sehingga ukuran partikel bahan yang dihasilkan tidak terlalu halus, otomatis waktu

yang terpakai untuk menggiling akan berkurang. Perhitungan produktivitas mesin

dilakukan untuk mengetahui kemampuan mesin menghasilkan output per jam-nya.

Untuk produktivitas mesin, didapatkan hasil dari screen 3 yaitu 98,18 kg/jam, hasil ini

sama dengan produktivitas mesin yang menggunakan screen 2 yaitu 72 kg/jam.

Menurut Pratomo, dkk. (1982) menerangkan bahwa penggilingan hasil

pertanian terutama yang berbentuk biji-bijian untuk dibuat tepung dapat dilakukan

secara kecil-kecilan (tradisional) yang dilakukan secara basah dan secara besar-

besaran (menggunakan mesin penggiling) yang dilakukan dengan proses kering. Oleh

sebab itu, perbedaan hasil dari penggilingan praktikum 2 dan praktikum 3 dalam hasil
penggilingan dapat dipengaruhi oleh tingkat kadar air bahan pakan sehingga perbedaan

kadar air dalam praktikum kedua dan ketiga tentunya akan memberikan hasil

penggilingan yang berbeda pula. Seperti yang dikatakan Pratomo, dkk. (1982) bahwa

pada proses penggilingan kering kadar air bahan sangat mempengaruhi terhadap

kapasitas giling, rendemen hasil, kenaikan temperatur hasil gilingan serta mutu tepung

yang dihasilkan terutama kehalusan tepung dan kadar air tepung yang dihasilkan.
17

Kapasitas giling dipengaruhi oleh kandungan air bahan. Oleh karena itu, penggilingan

kering baik dilakukan pada kadar air 12-14%. Pada penggilingan jika kadar airnya

terlalu tinggi, bahan mudah dipecahkan namun bahan banyak yang lengket dmesin

penggiling dan ayakan. Kadar air tepung jagung menurut SNI (2009) maksimal 10%.

Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan penurunan mutu dan kualitas bahan pakan,

tidak dapat bertahan lama bahkan cepat rusak. Kadar air maksimum yang

direkomendasikan adalah 15%. Hal ini sesuai dengan pendapat Jansen. A. H (2003),
bahwa kadar air maksimum yang direkomendasikan adalah 14-15%. Berdasarkan hasil

pengamatan praktikum didapatkan hasil gilingan jagung yang lolos saringan dengan

kadar air 16-18% lebih banyak hasilnya dan lebih halus daripada hasil saringan

gilingan jagung dengan kadar air 10-12%. Jadi, semakin tinggi kadar air maka semakin

sedikit yang lolos saringan.

Selanjutnya, bahan pakan yang sudah digiling dilakukan penyaringan. Menurut

Fellows (1990), pengayakan/penyaringan adalah suatu unit operasi dimana suatu

campuran dari berbagai jenis ukuran partikel padat dipisahkan kedalam dua atau lebih

bagian-bagian kecil dengan cara melewatkannya di atas screen (ayakan). Berdasarkan

hasil pengamatan praktikum menggunakan mesh dengan ukuran 14, 18 dan 30. Alat
Mesh ini memiliki lubang/pori-pori yang berbeda-beda tergantung dari ukuran mesh

itu sendiri semakin besar ukuran mesh, semakin kecil lubang/pori-pori dari mesh

tersebut. Pada praktikum ini didapatkan hasil bahwa semakin besar ukuran mesh

semakin sedikit partikel yang lolos dikarenakan semakin besar ukuran mesh

lubang/pori-pori saringan semakin kecil.

Hasil yang didapat pada penyaringan yang tidak lolos menggunakan screen 2
18

ialah mesh 14 = 0,43 %, mesh 18 = 7,73 %, mesh 30 = 10,83% dan partikel yang lolos

sebanyak 14,26 %. Sedangkan hasil yang didapat pada penyaringan menggunakan

screen 3 ialah mesh 14 = 11,93 %, mesh 18 = 7,03 %, mesh 30 = 6,5 % dan partikel

yang lolos sebanyak 7,73%. Hal tersebut terjadi karena human error saat menghitung

data.
19

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
(1) Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan penurunan mutu dan kualitas
bahan pakan, tidak dapat bertahan lama bahkan cepat rusak Semakin tinggi
kadar air, semakin sedikit bahan yang lolos saringan. Penggilingan kering
sebaiknya dilakukan pada kadar air 12-14%.
(2) Metode pemecahan bahan baku menggunakan alat hammer mill. Alat ini
dapat digunakan untuk penggilingan. Perhitungan produktivitas mesin
dilakukan untuk mengetahui kemampuan mesin menghasilkan output per
jam-nya.
(3) Semakin besar ukuran mesh semakin sedikit partikel yang lolos
dikarenakan semakin besar ukuran mesh lubang/pori-pori saringan semakin
kecil.

5.2. Saran
Saran dari penulis sebaiknya selama praktikum berlangsung, diharapkan ada
teks narasi dalam video sehinggga praktikan dapat selain menyimak tapi juga bisa
memahami lebih baik melalui teks.
20

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta: Kanisius.

Fellows, P. 1990. Food Processing Technology Principles and Practice. Ellis


Horwood. New York

Jansen, A. H. 2003. Dietary Nutrition Alloweances for Swine, Feed Sted Vol. 54.
Newyork

Koch, K. 1996. Hammer mills and roller mills. MF-2048 Feed Manufacturing,
Department of Grain Science and Industry, Kansas State University. 8 pp.
Parajuli, Rahim. 2016. Pengaruh Waktu Pengeringan terhadap Laju Penurunan
Kadar Air dan Berat Jagung Hibrida (Zea mays L.) Skripsi. Universitas
Ichsan Gorontalo. Gorontalo.

Pratomo, M., A.K. Irwantodan D. Pakpahan. 1982. Alat dan Mesin Pertanian.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah
Keguruan, Jakarta.

Standar Nasional Indonesia.2009. Tepung Jagung, Badan Standarisasi Nasional


Indonesia, Jakarta BPS.

Sutardi, T. 2006. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid 1. Departemen Ilmu Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Waldroup, P.W. 1997. Particle Size Reduction of Cereal Grains and its
Significance in Poultry Nutrition. Technical Bulletin PO34-1997. American
Soybean Association, Singapore. 14 pp

Anda mungkin juga menyukai