TEKNOLOGI PAKAN
PENGOLAHAN FISIK BAHAN PAKAN KE-2
Oleh:
Kelompok 9
Kelas E
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
laporan praktikum mata kuliah Teknologi Pakan yang berjudul “Pengolahan Fisik
Bahan Pakan ke-2” ini dapat ditulis hingga selesai. Kami mengucapkan
terimakasih pada Deny Saefulhadjar, S.pt., M.Si. selaku dosen mata kuliah
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi pembuatan makalah yang lebih
baik. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................ 2
1.3 Maksud dan Tujuan ................................................................. 2
1.4 Waktu dan Tempat .................................................................. 2
II TINJAUAN PUSTAKA 3
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 19
5.2 Saran ........................................................................................ 19
iii
1
PENDAHULUAN
II
TINJAUAN PUSTAKA
bantu yang merubah bentuk asli dari bahan pakan tersebut menjadi bahan pakan
pengolahan bahan pakan selanjutnya namun juga memiliki kelemahan yaitu jika
bahan pakan yang digiling akan mengakibatkan kerusakan pada material bahan
pakan tersebut. Dalam pengolahan mekanik secara fisik dengan pengubahan bentuk
ada dua hal yang dapat digunakan, perubahan bentuk dengan menggunakan grinder,
bentuk bahan pakan diubah menjadi serbuk halus agar memudahkan pencampuran
dengan bahan pakan lain. Serta pelleter yang digunakan untuk membuat bahan
pakan berbentuk pellet dan mempermudah untuk di berikan kepada ternak.
(Hermawan, 2014).
jagung dengan bentuk butiran utuh yang menggunakan metode penggilinan. Proses
penggilingan dilakukan untuk mendapatkan ukuran bahan pakan yang lebih kecil.
Keuntungan dari penggilingan ini yaitu bahan baku akan lebih mudah ditangani dan
4
Mesin hammer mill merupakan sebuah mesin yang memiliki fungsi untuk
chamber crusher terdapat beberapa hammer yang berputar cepat, begitu material
limbah botol kaca, dll. Keuntungan dalam menggunakan mesin hammer mill yaitu
bermacam-macam ukuran, tidak mudah rusak dengan adanya benda asing dalam
bahan dan beroperasi tanpa bahan, biaya operasi dan pemeliharaan lebih murah
Mesin hammer mill terdiri dari atas martil/palu yang berputar pada porosnya
dan sebuah saringan yang terbuat dari plat baja. Hasil pertanian yang akan digiling
dimasukkan melalui sebuah corong pemasukan dan dipukul oleh suatu seri plat
baja. Bagian utama dari hammer mill adalah corong pemasukan, pemukul, corong
pengeluaran, motor penggerak, alat transmisi daya, rangka penunjang dan ayakan
Smith (1955). Dengan mesin hammer mill anda dapat bikin tepung kayu, tepung
batok kelapa, tepung untuk bahan pellet yang berbentuk cangkang kerang, tulang
Menurut Smith (1955), tipe hammer mill dibedakan berdasarkan sifat dari
gigi penggiling yaitu gigi penggiling dapat berayun bebas pada porosnya dan gigi
5
penggiling tidak dapat berayun bebas pada porosnya (statis). Kedua tipe hammer
mill tersebut dalam operasinya tidak mempunyai banyak perbedaan, yang penting
• Corong pemasukan
Corong pemasukan terbuat dari plat esher 1.5 mm, bagian atas dari corong
pemasukan berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 350 mm x 350 mm dan bagian
• Pemukul
Pemukul terbuat dari stainless steel. Pada bagian ini terdapat lima pasang
pemukul yang juga terbuat dari bahan stainless steel. Ukuran pemukul adalah antara
100 mm x 25 mm x 5 mm dan pada kedua sisi pemukul dibuat tajam, hal ini
bertujuan agar sisi pemukul yang satu dapat menggantikan sisi pemukul yang sudah
tumpul dengan cara membalik posisi. Pemukul dipasang dengan posisi horizontal
dengan jumlah lima pasang yang disatukan oleh empat buah poros yang terbuat dari
• Saringan
Saringan yang digunakan pada hammer mill terbuat dari plat baja. Pada
hammer mill saringan memegang peranan penting dalam menentukan besar ukuran
butir biji-bijian, saringan dapat diganti-ganti tergantung dati besar ukuran butir hasil
• Corong pengeluaran
Corong pengeluaran terbuat dari plat esher 1.5 mm yang berbentuk kerucut
6
terpancung pada posisi terbalik. Diameter corong adalah 550 mm dan diameter
• Ayakan
Alat ini berukuran 600 mm x 600 mm yang mana konstruksinya terbuat dari
kayu dengan bentuk seperti trapezium dan kostruksi penyangga terbuat dari plat
Posisi ayakan ini adalah miring dengan kemiringan 10 °C, ini bertujuan untuk
memudahkan gerak dari transmisi yang menggerakkan ayakan dan mempercepat
proses pengayakan.
• Motor penggerak
Motor penggerak yang digunakan adalah motor listrik dengan daya dan
kecepatan putaran berturut-turut 1 hp dan 148 rpm. Motor tersebut dipasang pada
dudukan yang terbuat dari baja plat 8 mm yang berukuran 250 mm x 147 mm yang
dipasang dengan sebuah engsel. Fungsi engsel adalah jarak antara poros terhadap
motor dengan poros utama dapat diatur untuk memperoleh tegangan sabuk yang
diinginkan.
2.3 Penyaringan
bahan pakan yang telah digiling dengan menggunakan Hammer mill. Dalam
menentukan berapa banyak alat penggiling yang akan dioperasikan untuk proses
dibutuhkan dan yang tersedia untuk proses penggilingan serta jumlah produksi
7
jagung yang diinginkan tergiling. Alat penggiling jagung ini dibuat untuk
sampel tepung jagung ada 2, yang dihaluskan dengan screen 2 dan screen 3.
Penyaringan bahan yang dilakukan menggunakan 4 saringan yaitu saringan 10, 14,
18, dan 30.
Kadar air dalam suatu bahan pakan sangat diperlukan untuk menentukan
mutu jagung, semakin tinggi kadar air maka kualitas jagung akan semakin rendah
dan akan berakibat pada kerusakan jagung. Perbedan kadar air pada bahan pakan
dapat dipengaruhi oleh kondisi ketika panen dan pengolahan pasca panen (Kamal,
1994), sedangkan menurut Sutardi (2006) faktor yang mempengaruhi kadar air
yaitu pengeringan dan kandungan air dari suatu bahan pakan. Berdasarkan standar
SNI 01-4483-1998 tentang jagung bahan baku pakan, persyaratan mutu yang harus
dipenuhi oleh jagung adalah memiliki kadar air sebesar 14%.
Kadar air biji jagung yang beredar di masyarakat memiliki rata-rata kadar
air yang cukup sehingga tidak bisa melakukan eksport ke luar negri dan tidak dapat
disimpan dalam waktu yang cukup lama, terutama dalam kebutuhan industri
(Parajuli, 2016). Penurunan kadar air dan berat biji jagung menyebabkan petani
mengalami kerugian, akan tetapi kadar air yang tinggi dapat menyebabkan harga
8
jagung menurun dan cepat mengalami kerusakan. Salah satu aspek penanganan
pasca panen yaitu pemanenan pada waktu yang tepat dan dimaksudkan agar jagung
yang dipanen dapat bertahan lama, tidak mengalami kerusakan serta kandungan gizi
kadar air bahan sangat mempengaruhi terhadap kapasitas giling, rendaman hasil,
kenaikan temperatur hasil gilingan, serta mutu tepung yang dihasilkan terutama
kehalusan tepung dan kadar air tepung yang dihasilkan.
9
III
3.1 Alat
(1) Hammer mill dengan kecepatan 1334 rpm, puli 4 kali lebih besar dari puli
(4) Baki,
(7) Stopwatch.
3.2 Bahan
3.3 Metode
(2) Jagung sebagai sampel bahan diambil dari karung dan ditimbang sebanyak
3 kg.
(3) Screen 2 dan 3 disiapkan lalu mesin hammer mill dinyalakan kemudian
(sudah semua masuk ke dalam karung) dan catat waktunya. (tercatat 2 menit
30 detik).
(6) Jagung halus di dalam karung yang telah dihasilkan kemudian ditimbang
(7) Metode yang sama dilakukan pada screen 2. Dan dihasilkan jagung yang
(8) Menyiapkan sampel bahan pakan (tepung jagung) hasil penggilingan dari
hasil penggilingan tadi, lalu menyiapkan saringan dari ukuran 14, 18 dan 30
penyaringan 14, dan yang tidak lolos saring ditimbag beratnya. (tercatat 545
gr).
(10) Hasil yang lolos saringan 14 kemudian disaring kembali menggunakan
saringan 18, dan yang tidak lolos saring ditimbang kembali(tercatat 200gr).
saringan 30,dan yang tidak lolos saring ditimbang kembali. (tercatat 135 gr)
IV
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Penggilingan Praktikum 1
:
12
dengan saringan 18 C =
300
= x100% = 10%
3000
dengan saringan 30 D =
335
= x100% = 11,1667%
3000
Menggunaka screen 3
Bahan : Jagung giling 1 kg = 1000 gram
(1) Perhitungan bahan yang tidak lolos dengan saringan 14
545
B= = 3000 x100% = 18,16%
200
= 3000 x100% = 6,66%
(3) Perhitungan bahan yang tidak lolos
dengan saringan 30 D =
135
= x100% = 4,5%
3000
4%
(5) Kehilangan bahan
%Kehilangan = 100% - A – B – C– D – E
= 100% - 18,16% - 6,66% - 4,5% - 4%
= 66,68%
dengan saringan 14 B =
13
= 3000 x 100% = 0,43
%
(2) Perhitungan bahan yang tidak lolos
dengan saringan 18 C =
232
= 𝑥 100% =
3000
7,73%
(3) Perhitungan bahan yang tidak lolos
dengan saringan 30 D =
325
= 3000 𝑥 100% =
10,83%
(4) Perhitungan bahan yang lolos
dengan saringan 30 E = =
428
𝑥 100% = 14,26 %
3000
15
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mengamati melalui video tentang proses penggilingan bahan
pakan menggunakan screen yang berbeda. Bahan pakan yang digunakan yaitu jagung
yang memiliki kadar air 10-12%. Praktikum ini melakukan pengolahan secara fisik
dilakukan untuk mendapatkan ukuran bahan pakan yang lebih kecil. Keuntungan lain
dari penggilingan ini adalah bahan baku akan menjadi mudah ditangani dan
mempermudah proses pencampuran bahan pakan (Koch, 1996). Hal ini sesuai dengan
penghalusan bahan baku pakan adalah untuk memperoleh ukuran relatif kecil dan
Penggilingan bahan pakan juga dapat meningkatkan palatabilitas ternak. Bahan pakan
Waldroup (1997), terdapat 2 metode pemecahan bahan baku utama, yaitu dengan
menggunakan Hammer Mill dan Roller Mill, walaupun sebenarnya masih terdapat
metode lainnya, antara lain Burr Mill (Disk Mill). Mesin hammer mill berfungsi
merubah ukuran suatu bahan baku produksi menjadi butiran tepung yang sangat halus.
Mesin ini biasanya digunakan dalam industri dan pabrik. Penggilingan jagung pada
screen 2 dan 3. Dengan mesin penggeraknya sebesar 5336 rpm. Pergerakan ini
dipengaruhi oleh dinamo serta puli yang disambungkan dengan karet yang ada di
16
mesin hammermill.
mengalami pengurangan. Semula 3 kg menjadi 2,93 kg. Hal ini terjadi karena ada
bahan hasil penggilingan tidak sengaja terbuang sehingga mengurangi berat hasil
menit 50 detik, waktu ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan screen 2.
Perbedaan waktu yang cukup jauh dikarenakan ukuran screen 3 yang lebih besar,
sehingga ukuran partikel bahan yang dihasilkan tidak terlalu halus, otomatis waktu
Untuk produktivitas mesin, didapatkan hasil dari screen 3 yaitu 98,18 kg/jam, hasil ini
pertanian terutama yang berbentuk biji-bijian untuk dibuat tepung dapat dilakukan
secara kecil-kecilan (tradisional) yang dilakukan secara basah dan secara besar-
besaran (menggunakan mesin penggiling) yang dilakukan dengan proses kering. Oleh
sebab itu, perbedaan hasil dari penggilingan praktikum 2 dan praktikum 3 dalam hasil
penggilingan dapat dipengaruhi oleh tingkat kadar air bahan pakan sehingga perbedaan
kadar air dalam praktikum kedua dan ketiga tentunya akan memberikan hasil
penggilingan yang berbeda pula. Seperti yang dikatakan Pratomo, dkk. (1982) bahwa
pada proses penggilingan kering kadar air bahan sangat mempengaruhi terhadap
kapasitas giling, rendemen hasil, kenaikan temperatur hasil gilingan serta mutu tepung
yang dihasilkan terutama kehalusan tepung dan kadar air tepung yang dihasilkan.
17
Kapasitas giling dipengaruhi oleh kandungan air bahan. Oleh karena itu, penggilingan
kering baik dilakukan pada kadar air 12-14%. Pada penggilingan jika kadar airnya
terlalu tinggi, bahan mudah dipecahkan namun bahan banyak yang lengket dmesin
penggiling dan ayakan. Kadar air tepung jagung menurut SNI (2009) maksimal 10%.
Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan penurunan mutu dan kualitas bahan pakan,
tidak dapat bertahan lama bahkan cepat rusak. Kadar air maksimum yang
direkomendasikan adalah 15%. Hal ini sesuai dengan pendapat Jansen. A. H (2003),
bahwa kadar air maksimum yang direkomendasikan adalah 14-15%. Berdasarkan hasil
pengamatan praktikum didapatkan hasil gilingan jagung yang lolos saringan dengan
kadar air 16-18% lebih banyak hasilnya dan lebih halus daripada hasil saringan
gilingan jagung dengan kadar air 10-12%. Jadi, semakin tinggi kadar air maka semakin
campuran dari berbagai jenis ukuran partikel padat dipisahkan kedalam dua atau lebih
hasil pengamatan praktikum menggunakan mesh dengan ukuran 14, 18 dan 30. Alat
Mesh ini memiliki lubang/pori-pori yang berbeda-beda tergantung dari ukuran mesh
itu sendiri semakin besar ukuran mesh, semakin kecil lubang/pori-pori dari mesh
tersebut. Pada praktikum ini didapatkan hasil bahwa semakin besar ukuran mesh
semakin sedikit partikel yang lolos dikarenakan semakin besar ukuran mesh
Hasil yang didapat pada penyaringan yang tidak lolos menggunakan screen 2
18
ialah mesh 14 = 0,43 %, mesh 18 = 7,73 %, mesh 30 = 10,83% dan partikel yang lolos
screen 3 ialah mesh 14 = 11,93 %, mesh 18 = 7,03 %, mesh 30 = 6,5 % dan partikel
yang lolos sebanyak 7,73%. Hal tersebut terjadi karena human error saat menghitung
data.
19
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
(1) Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan penurunan mutu dan kualitas
bahan pakan, tidak dapat bertahan lama bahkan cepat rusak Semakin tinggi
kadar air, semakin sedikit bahan yang lolos saringan. Penggilingan kering
sebaiknya dilakukan pada kadar air 12-14%.
(2) Metode pemecahan bahan baku menggunakan alat hammer mill. Alat ini
dapat digunakan untuk penggilingan. Perhitungan produktivitas mesin
dilakukan untuk mengetahui kemampuan mesin menghasilkan output per
jam-nya.
(3) Semakin besar ukuran mesh semakin sedikit partikel yang lolos
dikarenakan semakin besar ukuran mesh lubang/pori-pori saringan semakin
kecil.
5.2. Saran
Saran dari penulis sebaiknya selama praktikum berlangsung, diharapkan ada
teks narasi dalam video sehinggga praktikan dapat selain menyimak tapi juga bisa
memahami lebih baik melalui teks.
20
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta: Kanisius.
Jansen, A. H. 2003. Dietary Nutrition Alloweances for Swine, Feed Sted Vol. 54.
Newyork
Koch, K. 1996. Hammer mills and roller mills. MF-2048 Feed Manufacturing,
Department of Grain Science and Industry, Kansas State University. 8 pp.
Parajuli, Rahim. 2016. Pengaruh Waktu Pengeringan terhadap Laju Penurunan
Kadar Air dan Berat Jagung Hibrida (Zea mays L.) Skripsi. Universitas
Ichsan Gorontalo. Gorontalo.
Pratomo, M., A.K. Irwantodan D. Pakpahan. 1982. Alat dan Mesin Pertanian.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah
Keguruan, Jakarta.
Sutardi, T. 2006. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid 1. Departemen Ilmu Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Waldroup, P.W. 1997. Particle Size Reduction of Cereal Grains and its
Significance in Poultry Nutrition. Technical Bulletin PO34-1997. American
Soybean Association, Singapore. 14 pp