Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
METODOLOGI PENELITIAN
1. MAKSUD PENELITIAN
Penelitian adalah usaha yang secara sadar diarahkan untuk mengetahui atau
mempelajari fakta-fakta baru. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian adalah
peenyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Manusia selalu ingin
mencari tahu sebab musabab dari suatu rentetan akhibat. Hasrat ingin tahu manusia
yang tak pernah padam inilah yang mendorong kegiatan penelitian.
Mengadakan penelitian tidak lain adalah mempertanyakan suatu hal untuk
mendapatkan jawabannya. Setiap proyek penelitian selalu berisi dua bagian pokok
yaitu pertama, pertanyaan yang diajukan dan kedua, jawaban atas pertanyaan itu.
Secara keseluruhan elemen-elemen dalam setiap penelitian adalah satu persoalan,
berbagai kemungkinan jawaban dan pengumpulan dan penilaian data-data untuk
mengarahkan pada pilihan atas kemungkinan-kemungkinan jawaban diatas.
Kemajuan umat manusia bahkan eksistensi manusia itu sendiri tergantung pada
tekat manusia untuk menghadapi tantangan-tantangan masalah yang sangat
kompleks yang dihadapinya. Dengan demikian penelitian memegang peranan sangat
penting dalam membantu manusia memperoleh pengetahuan baru atau memperoleh
jawaban atas suatu pertanyaan atau pemecahan atas suatu masalah. Dengan
perkataan lain fungsi penelitian adalah membantu manusia meningkatkan
kemampuannya untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena masyarakat yang
kompleks dan kait mengait.
Mengapa mahasiswa perlu menguasai metodologi penelitian atau ilmu
mengenai metode-metode penelitian ? Pertama, sebagai calon sarjana mahasiswa
berlatih berfikir ilmiah yaitu bersikap skeptik, analitik, dan kritik. Sikap serta cara
berpikir yang demikian dapat dikembangkan dengan penelitian yang merupakan
kegiatan yang teratur, terncana dan sistimatis.
Berfikir skeptik apabila kita selalu menanyakan bukti atau fakta yang mendukung
setiap pernyataan ; kita selalu berfikir analitik apabilakita selalu menganalisa setiap
pernyataan atau persoalan, mana yang relevan dan mana yang tidak relevan, mana
yang utama dan mana yang tidak utama; dan berpikir kritik (kritis) apabila kita selalu
mendasarkan pikiran dan pendapat kita pada logika dan kita mampu menimbang
berbagai hal secara objektif berdasarkan data dan analisa akal sehat (common
sense).
Apabila mahasiswa Ekonomi sebagai calon sarjana dan ahli-ahli Ekonomi sudah
terlatih cara berpikir skeptik, analitik dan kritik maka akan lebih mudalah
1
menumbuhkan cara berfikir Ekonomi dengan pendalaman teori-teori ekonomi yang
sudah ada baik secara langsung dari buku-buku ekonomi, jurnal ilmiah maupun
dengan melalui penerapannya pada masalah-masalah konkrit yang dihadapi dalam
masyarakat.
Universitas yang dianggap merupakan tempat orang-orang muda mempelajari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu, dan mencari jawaban atas pertanyaan
pertanyaan lainnya yang barangkali dianggap lebih penting. Tugas lain itu adalah
melatih mahasiswa membuat dan merumuskan berbagai pertanyaan secara tepat.
2. JENIS-JENIS PENELITIAN
a. Berdasarkan Bidang :
1. Penelitian Akademis
2. Penelitian Profesional
3. Penelitian Institusional
b. Berdasarkan Tujuan
1. Penelitian Murni
2. Penelitian Terapan
c. Berdasarkan Metode
1. Penelitian Survey
2. Penelitian Expostfacto
3. Penelitian Eksperimen
4. Penelitian Naturalistik
5. Policy Research
6. Action Research
7. Penelitian Evaluasi
8. Penelitian Sejarah
9. R&D
d. Berdasarkan Tingkat Explanasi
1. Deskriptif
2. Komparatif
3. Asosiatif
e. Berdasarkan Waktu
1. Cross Sectional
2. Longitudinal
2
3. MACAM METODE PENELITIAN
3
rancangan penelitian yang mantap sehingga keseriusan penellitian meningkat
pula. Untuk itu penelitian harus didasarkan pada jumlah sampel yang cukup yang
dipilih dengan metode yang benar, dan daftar pertanyaan harus disusun secara
tepat.
c. Dapat diuji. Suatu penlitian sebaiknya menampilkan hipotesis yang dapat diuji
dengan menggunakan metode statistik tertentu. Pengujian ini didaarkan atas
pengalaman-pengalaman lembaga lain dan juga atas dasar hasil penelitian
sebelumnya. Dari hasil uji hipotesis itu dapat ditemukan apakah hipotesis ditolak
atau tid k ditolak.
d. Dapat direplikasikan. Hasil dari suatu penelitian tercermin dari hasil uji hipotesis.
Hasil uji hipotesis yang merupakan penemuan pelitian itu harus berkali-kali
didukung dengan kejadian yang sama, apabila penelitian itu dilakukan berulang-
ulang dalam kond idi yang sama. Kalau hal itu terjadi (penemuan yang sama
berulang kali terjadi), maka kita mempunyai keyakinan bahwa penelitian kita itu
bersifat ilmiah. Dengan kata lain hipotesis kita itu tidak ditolak bukan karena
kebetulan.
e. Presisi dan Keyakinan. Dalam penelitian sosial ,ekonomi dan manajemen jarang
sekali kita menemukan kesimpulan yang pasti atas dasar data yang kita
kumpulkan, karena tidak mungkin mempelajari hal-hal yang bersifat keseluruhan
(populasi) yang ada di dalam masyarakat kita ini. Kita hanya mempelajari sebagian
dari keseluruhan itu (sampel) dan menarik kesimpulan atas dasar sampel tersebut.
Kemungkinan besar sampel yang kita ambil tidak mencerminkan sifat-sifat yang
pastti dari gejala-gejala yang kita pelajari. Namun demikian kita ingin merancang
suatu penelitian sedemikian rupa sehingga penemuannya mendekati kebenaran
(presisi tinggi) dan kita dpat memiliki keyakinan (confidence) terhadap penemuan
tersebut.
Persisi menunjukan seberapa dekat penemuan kita terhadap gejala yang kita
pelajari. Sebagai contoh kalau kita memperkirakan jumlah rata-rata hari yang
hilang karena tidak hadir kerja berkisar antara 35 dan 45 hari. Dan terbukti angka
ketidakhadiran kerja yang sebenarnya adalah 35 hari, maka perkiraan kita akan
lebih tepat (precise) dibandingkan perkiraan rata-rata hari hilang karena
ketidakhadiran antara 20 dan 50 hari per tahun. Angka perkiraan ini disebut
dengan confidence interval, dan inilah yang dimaksud dengan presisi.
Selanjutnya keyakinan (confidence) menunjukan kemungkinan dari
kebenaran estimasi kita. Hasil estimasi kita tidak hanya tepat tetapi perlu juga
dikatakan bahwa 95% dari seluruh kesemppatan yang ada, akan kita temukan
bahwa hasil penelitian kita benar dan hanya 5% dari seluruh kesempatan itu salah.
Inilah yang disebut derajat keyakinan (confidence level).
Semakin tepat penemuan dan semakin besar keyakinan kita terhadap hasil
penelitian, semkiin berguna dan semakin tinggi kadar keilmiahan penemuan
tersebut. Dalam penelitiansosial, derajat keyakinan 95% berarti bahwa hanya 5%
dari kemungkinan menyatakan bahwa penemuan kita tidak benaar. Pada
umumnya penemuan itu diterima dan biasanya dinyatakan sebagai derajat
kepastian (significande level) sebesar 5%. Semakin tepat dan meyakinkan sasaran
penelitian kita, akan semakin ilmiah penyelidikan yang dilakukan semakin berguna
pula penelitian itu.
f. Objektivitas. Kesimpulan yang dilakukan oleh suatu penelitian harus bersifat
objektif, artinya harus berdasarkan pda fakta yang diperoleh dari data aktual dan
4
bukan atas dasar penilaian subjektif dan emosional. Kalau kesimpulan hanya
didasarkan pada apa yang dipercaya peneliti maka penelitian itu sendiri tidak
diperlukan lagi, tetapi hal ini tidak dapat dibenarkan.
g. Berlaku umum. Hasil penelitian berllaku umum menunjuk pada cakupan dari data
atau tidaknya hasil penelitian itu diterapkan dalam berbagai keadaan. Semakin
luas cakupan penerapan yang dapat ditimbulkan oleh hasil penelitian itu akan
semakin berguna penelitian tersebut bagi mereka yang ingin menggunakannya.
h. Efisien. Kesederhanaan daam menjelaskan gejala-gejala yang terjadi dan aplikasi
pemecahan masalahnya seringkali lebih disukai dari pada kerangka penelitian
yang kompleks yang menunjukan sejumlah variabel yang sulit untuk dikelola. Jadi
efisiensi dapat dicapai bila kita dapat membangun kerangka penelitian yang
melibatkan sedikit variabel yang dapat menjelaskan suatu kejadian dari pada
dengan banyak variabel tetapi hanya sedikit menjelaskan variasi atau variabel atau
gejala yang ingin dijelaskan.
5. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Secara umum suatu penelitian dapat dalam tujuh tahap yang satu sama lain saling
bergantung dan berhubungan atau saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
tahapan-tahapan yang lain. Kesadaran terhadap keadaan ini membuat seorang
peneliti lebih bijaksana dalam mengambil setiap keputusan pada setiap tahap
penelitian. Ketujuh tahapan itu antara lain :
a. Perencanaan. Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh
suatu penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dan
menganalisis data bagi penelitian itu. Hal ini harus dimulai dengan memberikan
perhatian khusus terhadap konsep dan hipotesis yang akan mengarahkan peneliti
yang bersangkutan, dan penelaahan kembali literatur, termasuk penelitian
sebelumnya yang berhubungan dengan judul dan masalah penelitian yang
bersangkutan. Tahap ini merupakan tahap penyusunan “ term of reference” (TOR).
b. Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian. Tahap ini merupakan
pengemabangan dari tahap perencanaan. Di sini disajikan lagi latar belakang
penelitian, perasalahan, tujuan penelitian, hipotesis, serta metode atau
prosedur analisis dan pengumpulan data. Tahap ini meliputi pula penentuan
macam data yang diperlukan untuk mencapai tujuan pokok penlitian. Tahap ini
merupakan tahap penyusunan usulan proyek penelitian.
c. Pengambilan contoh (sampling). Ini adalah proses pemilihan sejumlah
unsur/bagian tertentu dari suatu populasi guna mewakili seluruh populasi itu.
Rencana pengambilan contoh itu terdiri dari prosedur pemilihan unsur-unsur
populasi dan prosedur menjadikan atau mengubah data dari hasil sampel untuk
memperkirakan sifat-sifat seluruh populasi.
d. Penyusunan daftar pertanyaan. Ini adalah proses penterjemahan tujuan-tujuan
studi ke dalam bentuk pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang berupa
informasi yang dibutuhkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan macam
pertanyaan serta urutan dari masing-masing pertanyaan. Tidak ketinggalan pula
adalah usaha bagaimana agar orang-orang yang diwawancarai (responden)
dengan senng hati mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan
tetap senang dalam memberikan jawaban –jawaban atas seluruh pertanyaan yang
diajukan melalui kuesioner atau langsung.
5
e. Kerja lapang. Tahap ini meliputi pemiiilihan dan latihan para pewawancara,
bimbingan dalam wawancara serta pelaksanaan wawancara. Termasuk
didalamnya adalah pemilihan lokasi sampel dan juga pretesting daftar pertanyaan.
Kerja lapang ini tidak diperlukan bila kita menggunakan wawancara lewat telonatau
surat.
f. Editing dan coding. Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera
dalam daftar pertanyaan dalam berbagai kelompok jawaban yang dapat disusun
dalaam angka dan tabulasi. Editing biasanya dikerjakan sebelum coding agar
pelaksanaan coding dapat sesederhana mungkin. Editing adalah meneliti lagi
daftar pertanyaan yang telah diisi apakah apa yang ditulis di situ benar atau sesuai
yang dimaksud.
g. Analisis dan laporan. Ini meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan
terpenting pula dalam suatu proyek penelitian. Suatu hasil penelitian yang tidak
dilaporkan atau dilaporkan ttetapi dengan caraa yang kurang baik tidak akan ada
gunanya. Tugas yang dikerjakan pada tahap ini ialah penyajian tabel-tabel dalam
bentuk frekwensi distribusi, tabulasi silang dan dapat pula berupa daftar yang
memerlukan metode statistik yang kompleks, dan kemudian interpretasi dari
penemuan-penemuan itu atas dasar teori yang kita ketahui.
Proses Penelitian :
1. Observasi
2. Pengumpulan data
3. Perumusan Masalah
4. Penyusunan Kerangaka Teori
5. Membentuk Hipotesis dan Tujuan Penelitian
6. Menyusun Rancangan Penelitian
7. Pengumpulan Data, Analisis dan Interpretasi
8. Kesimpulan
6
rancanganatau rencana penelitian yang berbentuk usulan proyek secara
lengkap.Langkah ke 7 adalahpelaksanaan penelitian berupa pengumpulan data,
analisis data dan interpretasi data. Langkah ini juga merupakan langkah yang sangat
menentukan apakah laporan penelitian dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktunya. Langkah ke 8 mengambil kesimpulan berupa penemuan dan saran-saran
atau implikasi kebijakan.Dari uraian di atas jelaslah bahwa langka kesatu sampai dengan
langkah keenam merupakan langkah penyusunan persiapan peneltian atau penyusunan
usul proyek penelitian, seangkan langkahh ketujuh dan kedelapan merupakan langkah
pelaksanaan dan pen yelesaian penelitian.
1.Observasi 2.Pengumpulan
dataPengumpulandata
3. Perumusan
Masalah
4. Menyusun
Penyusunan kerangka Teori
Usulan Proyek
5. Hipotesis dan
tujuan Penelt
s
6.Menyus.
Rancangan Penlt
7.Pengumpulan
Pelaksanaan data,interpretas
i
BAB
8.Kesimpulan II
USULAN PROYEK
7
Usulan proyek yang baik adalah usulan yang memiliki permasalahan yang jelas
dan dapat diteliti, yang selanjutnya dapat diinyatakan dalam bentuk hipotesis
sehingga jelas pula tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh penelitian itu.
Pengumpulan data, analisis dan interpratasi tanpa adanya usulan proyek yang
baik dan tegas akan dapat berakhibat sebagai berikut :
a) Terjadi pemborosan baik dana, waktu dan tenaga yang dapat berakhibat tidak
selesainya penelitian.
b) Kesimpulan diambil atas dasar bukti yang kurang cukup
c) Lebih banyak dana dan waktu harus dikerahkan untuk menyeselesaikan
proyek ini jika dana dan waktu tersedia.
8
Suatu masalah itu akan timbul bila ada kebutuhan yang dirasakan oleh klien atau
sponsor; bisa dari perseorangan, sekelompok orang atau suatu masyarakat. Agar
menjadi masalah penelitian, maka kebutuhan itu harus tanggap terhadap
perubahan terjadi atas informasi yang diberikan dari proses penelitian.
c. Masalah penelitian harus menyarankan adanya hipotesis yang berarti, yang dapat
diuji.
Karena perumusan masalah bertindak sebagai ppengenalan terhadap seluruh
proses penelitian, maka harus menunjukan hubungan hipotesis yang dapat diuji.
Hipotesis dirumuskan sebagai penjelasan sebagian dari hubungan yang belum
diketahui yang menimbulkan permassalahan. Hipotesis dikembangkan dari
pernyataan masalah edemikian rupa yang memungkinkan adanya pemecahan .
kalau hipootesiis yang ditimbulkan kurang menjawab kebutuhan yang sangat
dirasakan, maka pernyataan masalahnya kuurang tepat dinyatakan.
Misalnya : “ Konsumsi per kapita bahan makanan yang rendah disebabkan oleh
terlalu banyaknya penduduk. “
Hipotesis ini mungkin dihasilkan dari permasalahan yang menyatakan “ Terdapat
kelaparan dinegara ini “.
9
Fraenkel dan Wallen (1990) mengemukakan bahwa masalah penelitian yang baik
adalah :
a. Masalah harus feaseble artinya masalah tersebut harus dapat dicarikan
jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana,
tenaga dan waktu.
b. Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang sama
terhadap masalah tersebut.
c. Masalah harus signifikan artinya jawaban atas masalah itu harus
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan
masalah kehidupan manusia.
d. Masalah bersifat etis yaitu penelitian tidak berkenaan dengan hal-hal yang
bersifat etika, moral,nillai-nilai keyakinan dan agama. (ini hanya berlaku untuk
penelitian kuantitatif karena sulit mengukurnya, untuk penelitian kualitatif tidak
seperti ini)
10
c. Rumusan masalah asosiatif : suatu pertanyaan penelitian yang bersifat
Kausaltiga bentuk hubungan yaitu : hubungan simetris, hubungan kausal
dan hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik.
1) Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah suatu bentuk hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal atau interaktif.
Contoh rumusan masalahnya sebagai berikut :
a) Adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung “beo” dengan tamu yang
datang. Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu datang adalah bunyi
burung “beo”.
b) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat
manisnya buah?
c) Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan marketing?
d) Adakah hubungan antara sering datang ke gunung kaw idengan prestasi
bisnis?
e) Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan sepatu yang
dibeli.
2) Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. contoh :
a) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
b) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan manajer terhadap iklim kerja
perusahaan?
c) Seberapa besar pengaruh tata ruang toko terhadap jumlah pengunjung?
d) Seberapa besar pengaruh ruang toko yang diberi AC dan keramahtamahan
pelayan terhadap nilai penjualan?
Contoh judul penelitian :
a) Pengaruh insentif terhadap disiplin kerjakaryawan deparemen X
b) Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja di
PT. Samudra.
3) Hubungan interaktif/resiprocal/timbalik
11
b) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat
menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan
kecerdasan karena gizi terpenuhi.
c) Hubungan antara iklan dengan nilai penjualan
d) Hubungan antara iklan dengan nilai penjualan. Makin banyak biaya yang
dikeluarkan untuk iklan maka akan semakin banyak penjualan. Demikian juga
semakin banyak penjualan untuk iklan maka akan semakin banyak penjualan.
Berdasarkan uraian di atas, maka bentuk-bentuk rumusan masalah dapat
digambarkan sebagai
Gambar : 2 Bentuk-bentuk rumusan masalah
Rumusan
Masalah
Deskriptif
Rumusan
Masalah
Bentuk- Bentuk
Kmparatif
bentuk Simetris
Rumusan
masalah
Rumusan
Masalah Bentuk
Asosiatif Kausal
Bentuk
Resiprocal
BAB III
VARIABEL PENELITIAN DAN PARADIGMA PENELITIAN
12
A. VARIABEL PENELITIAN
Macam-macam Variabel
a. Variabel bebas:variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel variabel dependen.
b. Variabel dependen atau variabel terikat atau sering disebut dengan variabel
output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut dengan
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Intensitas Jumlah
S Iklan Penjualan
(variabel (Variabel
Independen
c. Variabel Dependen)
Moderator : variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah)
) hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen ke dua.
Hubungan perilaku suami dan isteri akan semakin baik (kuat) kalau
13
mempunyai anak dan akan semakin renggang kalau ada pihak ketiga ikut
mencampuri. Di sini anak adalah sebagai variabel moderator yang
memperkuat hubungan dan pihak ketiga adalah variabel moderator yang
memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan
semakin kuat, bila peranan guru dalam menciptakan iklim belajar sangat
baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik dalam
menciptakan iklim belajar.
Jumlah Anak
(Variabel
Moderator)
Pendidikan
(Variabel Prestasi Belajar
Independen) (Variabel Dependen)
Iklim
Belajar/Lingkungan
(Variabel Moderator)
d. Variabel Intervening :
Tuckman (1998) menyatakan “An intervening variable is that factor that
theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen,
measure, or manipulate”. Variabel Intervening adalah variabel yang secara
14
teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan
dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan
variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dengan
variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Pada contoh berikut dikemukakan bahwa tinggi rendahnya penghasilan
akan mempengaruhi secara tidak langsung harapan hidup (panjang
pendeknya umur). Dalam hal ini ada variabel antaranya, yaitu berupa gaya
hidup seseorang. Antara variabel penghasilan dengan gaya hidup, terdapat
variabel moderator, yaitu budaya lingkungan tempat tinggal.
e. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh
sipeneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan,
melalui penelitian eksperimen.
B. PARADIGMA PENELITIAN
1. Paradigma Sederhana
Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan satu variabel
dependen.
16
Gambar 6 : Paradigma Sederhana
X Y
a. Jumlah rumusan masalah ada dua, yaitu deskriptifdan asosiatif ada satu yaitu
::
b. Teori yang digunakan ada dua yaitu teori tentang alat-alat dan tentang kualitas
barang.
c. Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam yaitu : hipotesis deskriptif dan
hipotesis asosiatif ( hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).
17
2. Paradigma Sederhana Berurutan
Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel tetapi hubungan antar
variabel, masih sederhana.
Gambar 7 : Paradigma Sederhana Berurutan
X1 X2 X3 Y
r1
X1
R
Y
r3 r4
r2
X2
18
X1
r1
r4
R r2
r6 X2
Y
r5 r3
X3
r1 Y1
X r2
Y2
Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen (X 1 dan X2) dua
variabel dependen (Y1 dan Y2). Terdapat empat rumusan masalah deskriptif,
dan enam rumusan masalah hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda
juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel secara
simultan.
19
r1
X1 Y1
r2
r5 r6
r3
X2
r4 Y2
Gambar 11 : Hubungan antar variabel r1, r2, r3, r4, r5 dan r6 dapat dianalisis
dengan korelasi sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2
terhadap Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan
korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga
digunakan untuk memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan
penumpang Kereta Api.
7. Paradigma Jalur
X1 0,33
0,41
0,30
X3 0,50 Y
20
0,16
X2 0,57
Dari gambar di atas terlihat bahwa, seseorang yang berasal dari status sosial
ekonomi tertentu (X1), tidak bisa langsung mencapai prestasi bisnis Yang tinggi
Y (korelasi 0,33) tetapi harus melalui peningkatan motif berprestasinya X2(r =
0,41) dan baru dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50). Tetapi bila seseorang
mempunyai “IQ” yang tinggi (X2) maka mereka dapat langsung mencapai
prestasi bisnis (Y) dengan nilai r = 0,57. (Contoh tersebut dikembangkan dari
buku Kerlinger).
Sofia Yustiani Suryandari (2006) dalam penelitia tesis yang berjudul : “ Analisis
Pengaruh Merk, Country of Design dan Country of Manufacture terhadap
persepsi kualitas dan niat beli “mengemukakan paradigma penelitian
sebagaimana gambar di berikut ini :
Gambar 13 Paradigma Penelitian Tesis S2
Merk
(X1)
Persepsi Kualitas
21 (Y1)
Country of
Design (X2)
X2
Niat Beli
Country of Y2
Manufacture
(X3)
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
22
dalam benuk diskusi (discussion) yang membentuk sebuah cerita (story) bukan
kliping informasi. Hal ini bertujuannya antara lain :
a) Untuk membangun hipotesis.
b) Untuk mendukung hipotesis yang dirumuskan secara konsistten dengan
tujuan penelitian.
c) Untuk mendukung expected results penelitian tersebut.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Teori
a. Teori yang deduktif : memberi keterangan mulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
b. Teori yang induktif : adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. dalam
ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist
c. Teori yang fungsional : di sini nampak suatu interaksi pengaruh antara data
dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
2. Deskripsi Teori
24
Teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian
dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan
konteks yang diteliti atau tidak. Variabel –variabel penelitian yang tidak
dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan
dan hubungan antar variabel yang diteliti, menunjukan bahwa peneliti tidak
menguasai teori dan konteks penelitian.
Untuk menguasai teori peneliti harus membaca dan terus membaca dan
menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat menegakan
landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca merupakan
keterampilan yang perlu dikembangkan dan dipupuk (Sumadi Suryabrata
1996).
Untuk dapat membaca dengan baik maka peneliti harus mengetahui
sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berbentuk buku-buku
teks, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah dan hasil-hasil penelitian. Bila peneliti
tidak mempunyai sumber-sumber bacaan sendiri maka dapat melihat di
perpustakaan, baik perpustakaan lembaga formal maupun perpustakaan
pribadi.
Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria yaitu : relevansi,
kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini
justru menggunakan sumber-sumber bacaan lama). Relevansi berkenaan
dengan kecocokan antara variabel yang diteliti dengan teori yang
dikemukakan, kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang
dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu.Makin baru sumber
yang digunakan maka akan semakin mutakhir teori.
Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan
diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis hasil penelitian
yang relevan dengan apa yang akanditeliti dapat dilihat dari : permasalahan
yang diteliti, waktu penelitian, analisis dan kesimpulan. Misalnya peneliti yang
terdahulu melakukan penelitian tentang penjualan jenis kendaraan bermotor
di Jawa Timur, dan peneliti berikutnya meneliti di Jawa Barat. Jadi hanya beda
lokasi saja. Peneliti kedua ini dapat menggunakan referensi peneliti yang
pertama (Sugiono halaman 87).
Langkah-langkah untuk dapat untuk dapat melakukan
pendeskripsian teori adalah sebai berikut :
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan ( buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah,
laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan
yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yanng akan diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk laporan
penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan,
tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data,
analisis dan kesimpulan dan saran yang diberikan).
25
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain dan pilih definisi
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca buku seluruh isi topik yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti,
lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip
atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.
3. Kerangka berfikir
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992)
mengemukakan bahwa : Kerangka berfikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
atar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel
moderator dan intervening, maka perlu dijelaskan, mengapa variabel itu
ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut ,
selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena
itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada
kerangka berfikir.
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya
dirumuskan hipotesis komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam
rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun
komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka pikir.
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi
argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan
hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap
gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan. Suriasumantri (1986) kriteria
utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan
adalah alur-alur pikiran yang logis daam embangun suatu kerangka berfikir
yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.
Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar
variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang akan diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel
tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Gambar 14 Proses kerangka berfikir untuk merumuskan hipotesis
Variabel
26
X
Variabel
Y
Sintesa/kesimpulan Sintesa/kesimpulan
Kerangka Berfikir
Hipotesis
Perhatikan langkah-langkah menurut gambar 14 di atas :
27
teks, ensiklopedia dan kamus. Hasil penelitian dn kamus. Hasil penelitian yang
dapat dibaca adalah laporan penelitian, journal ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi.
4. Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalaam
penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir.
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis.
Penelitian yang bersifat eksploratif dan sering juga dalam penelitian deskriptif
tidak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara oleh karena jawaban yang
diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum
jawaban yang empirik.
28
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara atau pernyataan tentatif yang berhubungan dengan permasalahan
sehingga berguna dalam mencari/mendapatkan alat pemecahan. Setiap alat yang
disarankan untuk pemecahan masalah harus dirumuskan sehingga dapat diuji
dan hubungannya terhadap permasalahan harus nyata.
Secara logis dan fungsional suatu hipotesis harus menunjukan suatu
hubungan. Hubungan itu secara implisit atau eksplisit, membentuk suatu hipotesis
dalam bentuk pernyataan “ jika........maka.........”. Jadi hipotesis harus menunjukan
hubungan sebab akhibat. Contoh : Jika Provinsi Nusa tenggara Timur dapat
meningkatkan produksi daging sapi dengan 20 % dan mengurangi biaya produksi
dengan 10 %, maka kebutuhan daging NTT akan terpenuhi “ .
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak
merumuskan hipotesis, tetapi justeru menemukan hipotesis. Selanjutnya
hipotesis, terebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif.
Hipotesis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau kualitatif,
peneliti perlu membedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis
statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas.
Selanjutnya hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan sampel.
Jika penelitian tidak menggunakan sample maka tidak ada hipotesis
statistik.
Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian tetapi tidak
ada hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh populasi mungkin
akan terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada hipotesis statistik. Ingat
bahwa hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan
hipotesis yang akan diuji dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya
adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja disusun berdasarkan teori yang
dianggap handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena teori yang
digunakan masih diragukan kehandalannya.
Gambar 15 Penelitian populasi tidak ada hipotesis statistik
29
pembuktiannya tidak ada istilah “ signifikansi” (taraf kesalahan atau taraf
kepercayaan).
Reduksi
sampel
30
artinya bila curah hujan tinggi maka akan semakin banyak payung yang
terjual.
Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol.
Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis nol dinyatakan
dalam kalimat negatif.
Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis kerja dan
hipotesis alternatif (hipotesis alteratif tidak sama dengan hipotesis kerja). Dalam
kegiatan penelitian, yang diuji terlebih dahulu adalah hipotesis penelitian terutama
pada hipotesis kerjanya. Bila penelitian akan membuktikan apakah hasil pengujian
hipotesis itu signifikan atau tidak, maka diperlukan pengujian terhadap hipotesis
statistik. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis statistik ini
adalah inferensial. Statistik yang bekerja dengan data populasi adalah statistik
deskriptif.
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, karena peneliti
tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi atau statistik dan para
meter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, dan
statistik di sini ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
Bentuk-bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah
penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu : rumusan massalah deskriptif (variabel madiri), komparatif
(perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis
penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif/hubungan.
Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
deskriptif; hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
komparatif; hipotesis asosiatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
asosatif/hubungan.
a. Hipotesis Deskriptif
2) Hipotesis Deskriptif
31
Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam (H0). Ini merupakan hipotesis nol,
karena daya tahan lampu yang ada pada sampel yang diharapkan tidak
berbeda secara signifikan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi.
“Tidak sama dengan“ ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam
H0 : μ = 600
Ha : μ ≠ 600 atau >600 atau <600
b) Semangat kerja karyawan di PT X paling sedikit 60% dari kriteria ideal yang
ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih besar atau sama dengan ≥).
Dalam kenyataan hipotesis yang diajukan salah satu saja, dan hipotesis mana
yang dipilih tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan yang
dilakukan pada objek. Hipotesis alternatifnya masing-masing adalah :
a) H0 : ρ = 75%
Ha : ρ ≠ 75%
b) H0 : ρ ≥ 75%
Ha : ρ < 75%
c) H0 : ρ ≤ 75%
Ha : ρ > 75%
32
b. Hipotesis Komparatif
2) Hipotesis komparatif :
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga
model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut :
Hipotesis Nol :
1) H0 : Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PTX
dan PT Y ; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara PT X dan Y,
atau,
Hipotesis Alternatif :
4) Ha : Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (>)atau lebih kecil (<) dari
Karyawan PT Y.
5) Ha : Produktivitas kerja karyawan PT X lebih kecil (<) dari pada Karyawan
PT Y.
6)Ha : Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (>)
Karyawan PT Y.
1) H0 : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2
2) H0 : μ1 ≥ μ2
Ha : μ1< μ2
3) H0 : μ1 ≤ μ2
Ha : μ1> μ2
33
c. Hipotesis Asosiatif
2) Hipotesis Penelitian :
“ Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan
toko dengan barang yang terjual. “
3) Hipotesis Statistik :
BAB IV
POPULASI DAN SAMPEL
A. POPULASI
34
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki subjek atau objek itu.
Misalnya akan melakukan penelitian di perusahaan X ini merupakan populasi.
Perusahaan mempunyai sejumlah orang/subjek dan objek yang lain. Hal ini berarti
populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi perusahaan X juga mempunyai
karakteristik orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya,
kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga mempunyai
karakteristik objek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang, produk
dan jasa yang dihasilkan dan lain-lain. Yang terakhir berarti populasi dalam arti
karakteristik. Satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu
mempunyai berbagai karakteristik misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara
bergaul, kepemimppinannya dan lain-lain. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari
semua karakteristik yang dimiliki presiden Y.
Dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi. Darah
yang ada pada setiap orang adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup diambil
sebagian darah yang berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut
selanjutnya diberlakukan seluruh darah yang dimiliki orang tersebut.
B. SAMPEL
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari
sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi tu harus betul-betul representatif (mewakili).
Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan
gajah karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan
gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajajah itu sepertih, maka ia
menyimpulkan bahwa gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang
ekornya, maka ia menyimpulkan bahwa gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah
35
kalau sampel dipilih tidak representatif, maka ibarat tiga orang buta itu yang membuat
kesimpulan tentang gajah.
C. TEKNIK SAMPLING
Teknik
Sampling
1. Simple random
sampling
2. Proportionate 1. Sampling sitematis
stratified random 2. Sampling kuota
sampling 3. Sampling
3. Disproportionate insidental
stratified random 4. Purpose sampling
sampling 5. Sampling jenuh
4. Area (cluster) 6. Snowball sampling
sampling (sampling
menurut daerah)
1. Probablity Sampling
36
a. Simple random sampling
Pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota
populasi dianggap homogen.
Gambar 18
Teknik siple random sampling
Populasi
homogen/relatif Diambil secara random
Sampel yg
homogen
representatif
Gambar 19
Proportionate stratified random sampling
37
c. Disproportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata
tapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai 3
orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang
SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan , 4 orang lulusan S2 itu diambil semuanya
sebagai sampel. Karenna dua kelompok ini terlalu kecil bila dibanding dengan
kelompok lainnya (S1, SMU, SMP).
38
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap yaitu tahap
I menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya adalah menentukan orang-
orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Teknik ini dapat
digambarkan sebagai mana gambar 20 berikut ini.
Tahap I
A
AAA
B
Tahap II
E C A C
D D
F A A
G F
A I
A
H A
A
Diambil dengan randon Sampel individu
Sampel Daerah
2. Nonprobability sampling
39
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama sama bagi setiap unsur atau anggoata populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi :sampling sitematis,sampling
kuota,sampling insidental, purpose sampling, sampling jenuh,snowball sampling.
a. Sampling sitematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Missalnya anggota populasi
yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut 1 sampai
dengan nomor 100. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil nomor
ganjil, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu. Misalnya kelipatan dari
bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5,
10,15, 20 dan seterusnya sampai 100.
POPULASI
1 11 21 31
2 12 22 32
3 13 23 33
SAMPEL
4 14 24 34 3 24
5 15 25 35 6 27
Diambil secara
sistematis
9 30
6 16 26 36
12 33
7 17 27 37 15 36
8 18 28 38 18 39
21
9 19 29 39
10 20 30 40
b. Sampling kuota
40
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai
contoh : kita akan melaakukan penelitian tentang pendapat masyarakat
terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan ijin mendirikan bangunan.
Jumlah sampel yang ditentukan berjumlah 500 orang. Kalau pengumpulan data
belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum
selesai, karena belum memenuhi kuata yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5
orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat
menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat
mencari data dari 500 orang anggota sampel.
c. Sampling insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang berdasarkan kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui
itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbbangan
tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian
tentang kondisi politik di suatu daerah maka maka sumber datanya adalah
orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian
kualitatif, atau ppenelitian-peneltian yang tidak melakukan generalisasi.
e. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalaah teknik penentuan sampel biila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang (sugiyono : 123) atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
f. Snowball Sampling
41
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnyya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih
satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap
terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang
lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang
sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposive dan
snowbal. Misalnya akan meneliti siapa provokator kerusuhan, maka akan
cocok menggunakan Purposive dan snowball sampling.
B C
D E F G H I
J K L M N O
42
Jumlah anggota sampel yang digunakan, diharapkan dapat 100% mewakili
populasi adalah sasma dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jika
populasi berjumlah 1000 orang dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk
1000 orang tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah populasi tersebut sebesar 1000 orang. Makin besar sampel
yang digunakan mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi
semakin kecil dan sebaliknya.
Berapa jumlah anggota sampel paling tepat yang digunakan dalam
penelitian ? jawabnya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang
dikehendaki. Tingkat ketelitian atau kepercayaan yang dikehendaki sering
tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar
tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan dan
sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah
sampel yang diperlukan sebagai sumber data.
Untuk menentukan ukuran sampel dapat menggunakan tabel yang
dikembangkan oleh Isaac dan Mikhael untuk tingkat kesalahan 1%, 5 %, dan
10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui
jumlahnya adalah sebagai berikut.
𝛌𝟐 . 𝐍. 𝐏. 𝐐
𝐒=
𝐝𝟐 (𝐍 − 𝟏) + 𝛌𝟐 . 𝐏. 𝐐
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi mulai
dari 10 sampai dengan 1.000.000. (Tabel ukuran sampel dapat dilihat pada
tabel dalam buku Sugiyono tabel 5.1 halaman 125).
43
Ukuran sampel menurut tabel ini mempunyai asumsi bahwa populasi
berdidstribusi normal. Bila sampel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi
homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai. Misalnya populasi benda
katakan logam, di mana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sampel
yang diperlukan 1% saja sudah cukup bisa mewakili.
E. CONTOH MENENTUKAN UKURAN SAMPEL
Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat
terhadap pelayanan pendidikan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu.
Kelompok masyarakat itu terdiri dari 1000 orang, yang dapat dikelompokan
menurut jenjang pendidikan yaitu S1 = 50, Sarjana Muda = 300, SMK = 500, SMP
= 100, SD = 50 (populasi berstrata).
Dengan menggunakan tabel 5.1, bila jumlah populasi = 1000 dengan
tingkat kesalahan 5% maka jumlah sampelnya = 258. Karena populasi berstrata
maka sampelnya juga berstrata. Dengan demikian sampel masing-masing strata
sebagai berikut :
S1 = 50/1000 X 258 = 12,90 = 13
SM = 300/1000 X 258 = 77,40 = 78
SMK = 500/1000 X 258 = 129,00 = 129
SMP = 100/1000 X 258 = 25, 8 = 26
SD = 50/1000 X 258 = 12,90 = 13
Jumlah = 259.
Roscoe dalam buku Research Method For Busniss memberikan saran-saran
tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini :
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500
2. Bila sampelnya dibagi dalam kategori (misalnya : pria – wanita, pegawai –
negeri – swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori
minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis multivariate ( korelasi atau
regresi ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari variabel
yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen)
maka jumlah anggota sampel 10 X 5 = 50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol maka juumlah anggota sampel masing-
masingantara 10 s/d 20.
44
BAB V
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN
45
skala rasio. Skala pengukuran itu akan diperoleh data nominal, ordinal, interva
gdan rasio.
Berbagai sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi,
Pendidikan, Sosial antara lain :
1. Skala Likert
2. Skala Guttman
3. Rating Scale
4. Semantic deferential
Keempat jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan
data interval atau rasio. Hal ini akaan tergantung pada bidang yang diukur.
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena
soosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut
sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata
antara lain :
46
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya :
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk
checklist ataupun pilihan ganda.
a. Contoh bentuk checklist
Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda dengan cara
memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia.
Jawaban
No. Pertanyaan/pernyataan SS ST RG TS STS
2 .......................................................
47
Dengan teknik pengumpulan data angket/kuesioner, maka instrumen tersebut
misalnya diberikan kepada 100 orang karyawan yang diambil secara random. Dari
100 orang pegawai telah dilakukan analisis misalnya :
25 orang menjawab SS
40 orang menjawab ST
5 orang menjawab RG
20 orang menjawab TS
10 orang menjawab STS.
Berdasarkan data tersebut 65 orang (40 + 25) atau 65% karyawan menjawab setuju
dan sangat setuju. Jadi kesimpulannya mayoritas karyawan setuju dengan adanya
metode kerja yang baru.
Data interval itu juga dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban
berdasarkan skorsing setiap jawaban dari responden. Berdasarkan skor yang telah
ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut :
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (seandainya semua
menjawab SS). Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian = 350. Jadi berdasarkan
data itu maka tingkat persetujuan terhadap metode kerja baru itu = ( 350 : 500) x 100%
= 70% dari yang diharapkan 100%.
Secara kontinum dapat digambarkan seperti berikut :
STS TS RG ST SS
48
Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden maka rata-rata 350 terletak
pada daerah setuju.
b. Contoh bentuk pilihan ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan
pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban
yang tersedia.
Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu/netral
d. Setuju
e. Sangat setuju
Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakkan pada
tempat yang berbeda-beda. Untuk jawaban di atas “ sangat tidak setuju diletakan pada
jawaban nomor pertama “. Untuk item selanjutnya jawaban “sangat setuju” dapat
diletakan pada jawaban nomor terakhir.
Dalam penyusunan instrumen untuk variabel tertentu, sebaiknya butir-butir
pertanyaan dibuat dalam bentuk kalimat positif, netral atau negatif, sehingga
responden dapat menjawab dengan serius dan kosisten. Contoh :
1. Saya mencintai mobil Diesel karena hemat bahan bakar (positif)
2. Mobil Diesel banyak diproduksi di Jepang (netral)
3. Mobil Diesel sulit dihidupkan di tempat dingin (negatif).
Dengan cara demikian maka kecenderungan responden untuk menjawab pada kolom
tertentu dari bentuk checklist dapat dikurangi. Dengan model ini juga responden akan
selalu membaca pertanyaan setiap item instrumen dan juga jawabannya.
2. Skala Guttman
Skala pengukuran tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ ya – tidak” ;
“benar- salah” ; “ pernah-tidak pernah” ; “positif-negatif ” dan lain-lain. Data
yang diperoleh berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau
pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai
“sangat tidak setuju” atau “tidak setuju”. Maka pada skala Guttman hanya ada
dua interval yaitu “ setuju “ atau “ tidak setuju “. Penelitian menggunakan skala
49
Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang dipertanyakan.
Contoh :
1. Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan
ini ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Pernahkan pimpinan melakukan pemeriksaan di ruang kerja anda ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi 1 (satu) dan terendah 0 (nol).
Misalnya untuk jawaban setujuh diberi skor 1 diberi skor 0. Analisa dilakukan seperti
pada skala Likert.
Pertanyaan yang berkenaan dengan fakta benda bukan termasuk dalam skala
pengukuran interval dikotomi. Contoh :
1. Apakah tempat kerja anda dekat jalan protokol ?
a. Ya
b. Tidak
2. Anda punya ijasah sarjana ?
a. Punya
b. Tidak punya
3. Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantik defferensial dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tapi tersusun dalam suatu garis kontinum yang
jawabannya yang sangat postifnya terletak di bagian kanan garis dan jawabannya
yang sangat negatift erletak di bagian kiri garis., atau sebaliknya. Dan yang
diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
Contoh :
Beri nilai gaya kepemimpinan manajer
anda 50
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
Responden dapat memberi jawaban pada rentang jawaban yang positif sampai
dengan negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden yang dinilai.
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden
terhadap pemimpin itu sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban pada angka
3 berarti netral, dan bila memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi
responden terhadap pemimpinnya sangat negatif.
4. Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data
diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi
dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju,
pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model
rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif
yang telah disediakan . Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel, tidak
terbatas pada pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden
terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi,
kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.
Yang penting bagi penyusunan instrumen dengan rating scale adalah
harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban
pada setiap item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka
51
2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga
memilih jawaban dengan angka 2.
Contoh 1 :
Seberapa baik data ruang kerja yang ada di perusahaan A ?
Berilah jawaban dengan angka :
4 bila tata ruang itu sangat baik
3 bila tata ruang itu cukup baikl
2 bila tata ruang itu kurang baik
1 bila tata ruang itu sangat tidak baik
Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
10 Kebersihan ruangan 4 3 2 1
52
Jumlah skor hasil pengumpulan data = 818. Dengan demikian kualitas tata ruang
kantor lembaga “A” menurut persepsi 30 responden itu 818 : 1200 = 68% dari kriteria
yang ditetapkan. Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut :
300 600 900 1200
Nilai 818 termasuk dalam kategori interval “ kurang baik “ dan cukup baik. Tetapi lebih
mendekati cukup baik.
TABEL : 1
53
JAWABAN 30 RESPONDEN TENTANG TATA RUANG KANTOR
Nomor Jawaban responden untuk item nomor
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
1 4 3 3 4 3 2 1 2 3 4 29
2 3 4 4 1 3 4 4 3 2 1 29
3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 28
4 1 2 3 2 3 3 3 3 2 3 25
5 4 3 3 3 3 3 1 2 2 4 29
6 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 15
7 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 18
8 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 33
9 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 36
10 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 14
11 3 3 3 3 3 2 2 1 1 3 24
12 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 15
13 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 28
14 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 33
15 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 26
16 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38
17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
18 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 27
19 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 27
20 1 1 1 2 2 3 3 3 3 2 21
21 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 26
22 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 28
23 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 37
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
25 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 35
26 3 3 2 2 2 2 3 4 4 4 29
27 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38
28 4 3 3 2 2 3 2 2 4 2 26
29 4 3 3 2 2 2 2 1 4 2 25
30 3 3 2 2 2 3 4 4 4 2 29
Jumlah 818
Contoh 2 :
54
Seberapa tinggi pengetahuan anda terhadap mata pelajaran berikut sebelum dan
sesudah mengikuti pendidikan dan latihan. Arti setiap angka adalah sebagai berikut.
0 = bila sama sekali belum tahu
1 = telah mengetahui sampai dengan 25%
2 = telah mengetahui sampai dengan 50%
3 = telah mengetahui sampai dengan 75%
4 = telah mengetahui 100% (semuanya)
Mohon dijawab dengan cara melingkari nomor sebelum dan sesudah latihan
55
d. Berapakah jumlah computer yang dapat anda gunakan di lembaga anda
…….komputer
e. Dari mana anda mengetahui tata kerja yang baru…….
B. INSTRUMEN PENELITIAN
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena social
maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan
membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namn demikian dalam skala yang
paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk penelitian ( Emory,
1985).
Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus
ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian.
56
Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variable dalam ilmu
alam yang telah teruji validitas dan reabilitasnya antara lain : panas, instrumennya
adalah calorimeter, Variabel suhu instrumennya adalah thermometer, variable
panjang instrumennya adalah meteran, variable berat instrumennya adalah
timbangan berat (kg, gram, ons, ton, kwintal dan sebagainya).
Dalam penelitian social instrument penelitian yang digunakan sering disusun
sendiri termasuk menguji validitas dan reabilitasnya.
Jumlah instrument penelitian tergantung pada jumlah variable penelitian yang
telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang “ Pengaruh
kepemimpinan dan iklim kerja lembaga terhadap produktivitas kerja pegawai ”.
Dalam hal ini ada tiga instrument yang perlu dibuat yaitu :
1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan,
2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja,
3. Instrumen untuk mengukur produktivitas kerja pegawai.
58
maka factor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis
factor itu dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut memiliki validitas konstruksi
yang baik.
TABEL : 2
DATA PRESTASI KERJA 5 PEGAWAI
No. Skor Faktor 1 untuk Skor Faktor 2 untuk butir Jml
Res. butir nomor : Jml 1 nomor : Jml 2 Total
1 2 3 (X1) 1 2 3 4 (X2) (Y)
1 3 4 3 10 3 3 2 4 12 22
2 4 3 2 9 4 3 4 4 15 24
3 1 2 1 4 3 2 1 2 8 12
4 3 3 3 9 4 4 3 3 14 23
5 2 2 4 8 3 1 2 1 7 15
59
𝒏(∑ 𝒙𝒚)−(∑ 𝒙).(∑ 𝒚)
rhitung =
√{𝒏.(∑ 𝒙𝟐 )−(∑ 𝒙)𝟐 .(𝒏.∑ 𝒚𝟐 −(∑ 𝒚)𝟐 }
Keterangan :
rhitung = koefisien korelasi
∑ 𝑥 i = jumlah skor item
Kriteria korelasi ® :
a. r = 0 – 0,199 hubungan sangat lemah / sangat rendah/tidak valid
b. r = 0,20 – 0,399 hubungan lemah / rendah
c. r = 0,40 – 0,599 hubungan sedang / cukup tinggi
d. r = 0,60 – 0,799 hubungan kuat / tinggi
e. r = 0,80 – 1,000 hubungan sangat kuat (1 = sempurna)
Tabel 3
Hasil perhitungan validitas konstruk dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Dari tabel di atas diketahui bahwa butir nomor 3 (factor 1) tidak valid, karena korelasi
butir tersebut dengan skor total hanya 0,22 (di bawah r kritis 0,30). Butir tersebut tidak
selaras dengan butir yang lain.
60
Pengujian seluruh butir instrument dalam suatu variable dapat juga dilakukan
dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan
jawaban tinggi dan jawaban rendah (Masrun (1979). Misalnya jumlah kelompok yang
tinggi diambi 27% dan kelompok yang rendah diambil 27% dari sampel uji coba.
Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test .
Contoh :
Suatu instrument penelitian akan digunakan untuk mengukur kinerja karyawan
pemasaran. Instrumen tersebut telah dikonsultasikan dengan para ahli pemasaran
dan dinyatakan siap untuk diujicoba. Uji coba diberlakukan terhadap sampel 25
responden yang tahu masalah pemasaran. Berdasarkan 25 responden tersebut dapat
dikelompokan 27 responden yang memberikan skor tinggi dan 27% skor rendah ( 27%
responden berarti 0,27 x 25 = 7)
Tabel : 4
KELOMPOK SKOR TINGGI DAN RENDAH PADA INSTRUMEN UNTUK
MENGUKUR KINERJA APARATUR NEGARA
Skor-skor kelompok Skor-skor kelompok
Tinggi Rendah
126 81
128 96
135 104
135 107
135 108
140 108
142 109
X = 135,1 X2 = 101,85
S1 = 6,1 S1 = 10,2
S12 = 38,1 S12 = 104,4
61
Untuk menguji daya pembeda secara signifikan digunakan rumus t-test sebagai
berikut :
𝒙𝟏−𝒙𝟐
“t“=
𝟏 𝟏
𝑺𝒈𝒂𝒃 √𝒏𝟏+𝒏𝟐
Di mana :
Berdasarkan data pada tabel di atas dan rumus tersebut, maka varian
Sgab = √(𝟕−𝟏)𝟑𝟖,𝟏+(𝟕−𝟏)𝟏𝟎𝟒,𝟒
(𝟕+𝟕)−𝟐
= 𝟖, 𝟒
𝟏𝟑𝟓,𝟏−𝟏𝟎𝟏,𝟖𝟓
“t“= = 7,37
𝟏 𝟏
𝟖,𝟖𝟒√𝟕+𝟕
Untuk mengetahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, maka harga “t”
hitung tersebut perlu diperbandingkan dengan harga “t” tabel. Bila t hitung lebih
besar dari t tabel, maka perbedaan itu signifikan sehingga instrument
dinyatakan valid.
Berdasarkan tabel “t” (tabel II dalam lampiran buku Sugiyono) dapat diketahui
dapat diketahui bahwa bila tingkat kesalahan 5%, dengan dk 12 maka harga “t”
tabel 1,78.(dk = 𝒏𝟏 + 𝒏𝟐 − 𝟐 = 12). Ternyata harga t hitung 7,37 jauh lebih besar
dari t tabel 1,78 sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan signifikan
62
antara kelompok skor tinggi (X1) dan kelompok rendah (X2). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa instrument tersebut valid.
Pengujian validitas dengan uji beda ini didasarkan asumsi bahwa kelompok
responden yang digunakan sebagai uji coba berdistribusi normal. Dengan
demikian kelompok skor tinggi dan kelompok skor rendah ara signifikan, sesuai
dengan bentuk kurva normal.
63
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument
yang ekuivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini
merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrument dilakukan
dengan mengkorelasikan dua instrument, setelah itu dikorelasikan pada
pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Hal ini dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar : 23
Instrumen ekuivalen
r6
r5
r3 r4
Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu ang berbeda, akan dapat dianalisis
enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif
dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrument tersebut reliable.
Pengujian reliabiltas instrument dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari
Spearman Brown (Split half), KR.20, KR. 21 dan Anova Hoyt. Berikut diberikan rumus-
rumusnya.
64
1. Rumus Spearman Brown
𝟐𝒓𝒃
=
𝟏 + 𝒓𝒃
Di mana :
ri = reliabilitas internal seluruh instrument
rb= korelasi producmoment antara belahan pertama dan kedua
𝒌 𝒔𝒕 𝟐 −∑ 𝒑𝒊 𝒒𝒊
𝒓𝒊 = { 𝒔𝟐 }
𝒌−𝟏 𝒕
Di mana :
k = jumlah item dalam instrument
pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
𝑞𝑖 = 1‒ pi
S2t = Varians total
𝒌 𝑴(𝒌−𝑴
𝒓𝒊 = 𝒌−𝟏 {𝟏 − } 65
𝒌𝒔𝒕 𝟐
Di mana :
k = jumlah item dalam instrument
M = Mean skor total
𝑞𝑖 = 1‒ pi
S2t = Varians total
𝑴𝑲
𝒓𝒊 = 1‒ 𝑴𝑲𝒆
𝒔
Di mana :
MKe = mean kuadrat antara subjek
MKs = Mean kuadrat kesalaha
𝑟𝑖 = reliabilitas instrumen
Contoh Pengujian validitas dan reliabilitas instrument (lihat contoh dalam buku
BAB VI
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
66
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu :
kualitas instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument
penelitian berkaitan dengan validitas dan reliabilitas instrument dan kualitas
pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpukan data. Oleh karena itu instrument yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliable apabila
instrument tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.
Beberapa teknik yang sering digunakan dalam mengumpulkan data yaitu : interview
(wawancara), angket dan observasi.
A. Interview (wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permsalahan yang harus diteliti,
dan juga pabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya kecil/sedikit. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-
tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986)
mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai
berikut :
1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang palin tahu tentang dirinya
sendiri.
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar
dan dapat dipercaya.
3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telpon.
1. Wancara Terstruktur
Dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya
pun telah disiapkan. Selain itu pewawancara bisa menggunakan tape recorder,
67
gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu memperlancar
wawancara.
69
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Contoh :
Bagaimanakah pendapat bapak/ibu terhadap kebijakan pemerintah
tentang impor gula dan beras saat ini ? Dan bagaimana dampaknya
terhadap pedagang dan petani ?
B. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan de ngan cara
member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner cocok digunakan untuk mengumpulkan data bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas sehingga lebih
efisien. Kuesioner berpa pertanyaan atau pernyataan tertutup. maupun terbuka,
dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau
internet.
Uma Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket
sebagai teknik pengumpulan data yaitu : prinsip penulisan, pengukuran dan
penampilan fisik.
1. Prinsip penulisan angket
a. Isi dan Tujuan Pertanyaan
Apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan
?. kalau berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanaan atau
pernyataan harus teliti, setiap pertanyaan harus dalam bentuk skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variable yang
diteliti.
b. Bahasa yang digunakan
70
Bahasa yang digunakan dalam kuesiner harus disesuaikan dengan
kemampuan berbahasa responden. Jika responden tidak dapat berbahasa
Indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi
bahasa yang digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang
pendidikan responden, keadaan social budaya frame of reference dari
responden.
c. Tipe dan bentuk pertanyaan
Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data
nominal, ordinal, interval dan ratio adalah bentuk pertanyaan tertutup.
d. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua, sehingga menyulitkan
responden untuk memberikan jawaban. Contoh bagaimana pendapat anda
tentang kualitas dan harga barang tersebut. Ini adalah pertanyaan mendua,
karena menanyakan dua hal sekaligus. Sebaiknya pertanyaan seperti itu
sebaiknya dibagi dua yaitu bagaimanakah kualitas barang tersebut?
Bagaimanakah harga barang tersebut ?
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Pertanyaan sebaiknya tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya
responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban
dengan berpikir berat. Contoh bagaimanakah kinerja para penguasa
Indonesia 30 tahun lalu ?. Menurut anda bagaimanakah cara mengatasi
krisis ekonomi saat ini ? Kalau misalnya umur responden baru 25 tahun,
dan pendidikannya rendah, maka akan sulit memberikan jawaban.
f. Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban
yang baik saja atau ke yang jelek saja. Misalnya : bagaimanakah kalau
bonus atas jasa pemasaran di tingkatkan ? jawaban responden tentu
cenderung setuju. Bagaimanakah prestasi kerja anda selama setahun
terakhir ? jawaban akan cenderung baik.
g. Panjang perytanyaan
Pertanyaan dalam angket sebiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variable banyak
71
sehingga memerlukan instrument yang banyak, maka instrument tersebut
dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang
digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan secara empiric jumlah
pertanyaan yang memadai adalah antara 20 s/d 30 pertanyaan.
h. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket sebaiknya dimulai dari yang umum
menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit
atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis
mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Kalau awalnya
langsung diberi pertanyaan yang sulit dan spesifik maka responden akan
patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereka terima.
2. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrument
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variable yang akan diteliti. Untuk
dapat memperoleh jawaban yang valid dan reliable maka instrument ini
sebelum diisi oleh responden sebaiknya diuji terlebih dahulu. Instrumen yang
tidak valid dan reliable bila digunakan untuk mengumpulkan data akan
mengahasilkan data yang tidak valid dan reliable pula.
3. Penampilan fisik angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat
dalam kertas buram akan mendapat respon yang kurang menarik bagi
responden, bila disbandingkan dengan angket yang dicetak dalam kertas yang
bagus dan berwarna. Tetapi angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan
berwarna akan menjadi mahal.
C. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai cirri yang spesifilk bila
dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau
wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi
tidak terbatas pada orang, tetap juga objek-objek alam yang lain.
72
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis. Dua
diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dalam melakukan observasi ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data antara lain :
1. Observasi berperanserta (Participant observation)
Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan
demikian data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan dapat
mengetahui pada tingkat makna dari setiapperilaku yang Nampak.
Dalam suatu perusahaan misalnya, peneliti dapat berperan sebagai
karyawan, ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam
berkerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan suatu
karyawan dengan kary.awan lain, hubungan karyawan dengan supervisor
dan pimpinan, keluhan dalam melaksanakan pekerjaan dan lain-lain
2. Observasi non partisan
Pengamatan ini, peneliti hanya sebagai pengamat independen tidak terlibat
dalam kegiatan sumber data. Misalnya dalam suatu pusat belanja peneliti
dapat mengamati perilaku pembeli terhadap barang-barang apa saja yang
paling diminati saat itu. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya
dapat menarik kesimpulan tentang perilaku pembeli dan barang-barang apa
saja yang paling diminati pembeli. Teknik ini peneliti tidak akan
mendapatkan data yang mendalam dan tidak sampai pada tingkat makna.
Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan
yang tertulis.
3. Observasi terstruktur
73
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis tentang apa yang akan diamati, di mana tempatnya. Jadi
observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti
tentang variable apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan
peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji validitas dan
reliabiltas. Pedoman wawancara terstruktur atau angket tertutup dapat juga
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi. Misalnya peneliti
akan melakukan pengukuran terhadap kinerja karyawan bidang pemasaran
melalui pengamatan, maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dengan
menggunakan instrument yang digunakan untuk mengukur kinerja
karyawan tersebut.
4. Observasi tidak tersruktur
Observasi tidak tersruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena
peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam
melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah
baku, tetapi hanya berpa rambu-rambu pengamatan.
Dalam suatu pameran produk insdustri dari berbagai negara, peneliti belum
tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan
pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan
kemudian membuat kesimpulan.
BAB VII
74
TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari
seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah :
a. Mengelompokan data berdasarkan variable dan jenis responden,
b. Mentabulasi data berdasarkan variable dari seluruh responden,
c. Menyajikan data dari tiap variable yang diteliti,
d. Melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah,
e. Melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Untuk penelitian yang menggunakan hipotesis, langkah terakhir tidak
dilakukan.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistic.
Terdapat dua macam statistic yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian, yaitu statistic deskriptif dan statistic inferensial. Statistik
inferensial meliputi statistic parametris dan statistic non parametris.
75
prosentasi. Dalam statistic deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya
hubungan antara variable melalui analisis korelasi, melakukan prediksi melalui
analisis regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata
data sampel atau populasi. Hanya perlu diketahui bahawa dalam analisis
koerlasi, regresi atau membandingkan dua nilai rata-rata (populasi/sampel)
atau lebih tidak perlu diuji signifikansinya. Jadi secara teknis dapat diketahui
bahwa, dalam statistic deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf
kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak
ada kesalahan generalisasi.
adalah meliputi : rata-rata (X bar = X), simpangan baku “s” dan varians s2. Jadi
parameter populasi berupa µ (mu) diuji melalui X garis (x bar), selanjutnya 𝝈 diuji
77
interval dan rasio, sedangkan statistic nonparametris kebanyakan digunakan
untuk menganalisis data nominal dan ordinal.
Jadi untuk menguji hipotesis dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan
statistic, ada dua hal utama yang harus diperhatikan yaitu macam data data dan
bentuk hipotesis yang diajukan.
TABEL : 5
BENTUK HIPOTESIS
Deskriptif Komparatif Komparatif
(dua sampel) (lebih dari dua sampel)
(Satu Variable Asosiatif
MACAM atau satu (hubungan)
sampel) Related Independen Related Independen
DATA
Binomial Fisher Exact
Probability
Nominal Contingency
𝒙 𝟐
satu
Mc Nemar
𝒙 𝟐
dua
Cohcran Q 𝒙𝟐 k Coefficient C
sampel sampel sampel
Wald-
Woldfowitz
Regresi Sedehana
&
Ganda*
* Statistik parametris
* Deskriptif untuk para metris artinya satu variable, dan untuk non parametris artinya satu sampel
78
1. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel (unisampel) bila datanya
berbentuk nominal maka digunakan teknik statistic :
a. Binomial
b. Chi kuadrat satu sampel
2. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel bila datanya berbentuk orninal,
maka digunakan teknik statistic :
“ Run Test ”
3. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu variabel (univariabel) bila datanya
berbentuk interval atau rasio, maka digunakan :
“ t-test satu sampel “.
4. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan bila datanya
berbentuk nominal digunakan teknik statistic :
“ McNemar “
5. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan bila datanya
berbentuk ordinal digunakan statistic :
a. Sign test
b. Wilcozon matched pairs
6. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan bila datanya
berbentuk interval atau rasio, digunakan :
“ t-test” dua sampel
7. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya
berbentuk nominal digunakan statistic :
a. Fisher exact probability
b. Chi Kuadrat Dua sampel
8. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya
berbentuk ordinal digunakan teknik statistic :
a. Median Test
b. Mann-Whitney U Test
c. Kolmogorov Smirnov
d. Wald Wolfowitz
9. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan bila datanya
berbentuk interval atau rasio digunakan “ t-test sampel berpasangan
(related).”
79
10. Untuk menguji hipotesis komparatif “k” sampel berpasangan, bila datanya
berbentuk nominal, digunakan statistic : Chorcran Q
11. Untuk menguji hipotesis komparatif “k” sampel berpasangan, bila datanya
berbentuk ordinal, digunakan statistic : Friedman Two Way Anova
12. Untuk menguji hipotesis komparatif sampel berpasangan, bila datanya
berbentuk interval atau rasio, digunakan :
Analisis varians satu jalan maupun dua jalan (One Way dan Two Way Anova)
13. Untuk menguji hipotesis komparatif K sampel independen, bila datanya
berbentuk nominal, digunakan teknik statistic :
a. Chi Kuadrat K Sampel
14. Untuk menguji hipotesis komparatif K sampel independen, bila datanya
berbentuk ordinal, digunakan teknik statistik :
a. Median Extension
b. Kruskal – Wallis One Way Anova
15. Untuk menguji hipotesis asosiatif / hubungan ( korelasi ) bila datanya berbentuk
ordinal digunakan teknik statistik :
a. Koefisien Kontingensi
16. Untuk menguji hipotesis asosiatif / hubungan ( korelasi ) bila datanya berbentuk
ordinal digunakan teknik statistik :
a. Korelasi Spearman Rank
b. Korelasi Kendal Tau
17. Untuk menguji hipotesis asosiatif / hubungan bila datanya berbentuk interval
atau ratio , digunakan :
a. Korelasi Produk Moment : untuk menguji hipotesis hubungan antara
satu variabel independen dengan satu dependen )
b. Korelasi ganda bila untuk menguji hipotesis tentang hubungan dua
variabel atau lebih secara bersama – bersama – sama dengan satu
variabel dependen.
c. Korelasi parsial digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara
dua variabel atau lebih, bila terdapat variabel yang dikendalikan.
d. Analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana
peruahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan
atau diturunkan nilainya ( dimanipulasi )
80
Hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian berkaitan erat dengan rumusan
masalah yang diajukan, tetapi perlu diketahui bahwa setiap penelitian tidak harus
berhipotesis. Tetapi setiap penelitian harus merumuskan masalahnya. Penelitian yang
harus berhipotesis adalah penelitian yang menggunakan metode eksperimen.
X Y
82
c. Rumusan masalah, hipotesis, dan Teknik statistic untuk analisis data
(ketiganya sangat berkaitan)
Berikut ini diberikan contoh, rumusan masalah, hipotesis dan Teknik statistic
yang digunakan untuk menguji hiotesis berdasarkan judul penelitian seperti
debutkan di atas.
83
Teknik statistic yang digunakan untuk melakukan prediksi pengaruh lama
penayangan iklan terhadap nilai penjualan adalah dengan teknik regresi tunggal
satu variable independent dan satu variable dependen).
Contoh 2
a. Judul penelitian :
Pengaruh kemampuan kerja dan motivasi karyawan terhadap produktivitas
kerja di PT. Mitra Raja.
b. Bentuk paradigmanya adalah sebagai berikut :
ryx1
X1
rX1x2 ryx1x2
Y
X2
ryx2
X1 = Kemampuan Karyawan
X2 = Motivasi kerja
Y = Produktivitas Kerja
84
Statistik untuk menguji
Rumusan masalah Hipotesis
hipotesis
Masalah
4. Terdapat hubungan Korelasi Product
Asosiatif
yang positif dan Moment bisa
4. Adakah hubungan
signifikan anatara X1 dilanjutkan dengan
antara X1 dan Y ?
dan Y regresi tunggal.
85
6. Adakah hubungan 6. Terdapat hubungan
antara X1 dengan X2 ? yang positif dan sda
signifikan antara X1
dengan X2
7. Secara bersama- 7. Terdapat hubungan Korelasi ganda,
sama Adakah yang positif dan parsial, dilanjutkan
hubungan antara signifikan antara X1 dengan regresi ganda.
X1 dan X2 dengan Y ? dan X2 dengan Y
Masalah
Komparatif
Masalah komparatif ini Hipotesis no. 8,9,10
ada karena sampel adalah hipotesis nol.
dalam penelitian ini Lainnya hipotesis
terdiri atas kelompok kerja.
wanita dan pria. Selain
itu juga terdiri atas
golongan I, II, III.
Rumusan masalahnya
adalah :
8. Adakah perbedaan 8. Tidak terdapat
kemampuan kerja perbedaan
antara pegawai pria kemampuan kerja t-test untuk dua
dan wanita di PT antara karyawan sampel independent.
Mitra Raja ? pria dan wanita di
PT Mitra Raja.
9. Adakah perbedaan 9. Tidak terdapat
motivasi kerja antara perbedaan motivasi
sda
karyawan pria dan kerja antara
wanita di PT Mitra karyawan pria dan
Raja ? wanita di PT Mitra
Raja.
10. Adakah perbedaan 10. Tidak terdapat
produktivitas kerja perbedaan
sda
antara karyawan pria produktivitas kerja
dan wanita di PT antara karyawan
Mitra Raja ? pria dan wanita di
PT Mitra Raja.
86
11. Adakah perbedaan 11.Terdapat perbedaan Analisis varians satu
kemampuan kerja kemampuan kerja jalan.
antara karyawan antara karyawan Bila terjadi perbedaan
golongan I, II, dan III golongan I, II, dan dilanjutkan dengan t-
di PT Mitra Raja ? III di PT Mitra Raja test untuk dua sampel
Dari 2 contoh di atas terlihat bahwa bila variable ditambah satu saja (menjadi
dua) maka rumusan masalah yang akan dicarikan jawabannya melalui
penelitian menjadi bertambah banyak, demikian juga teknis analisis datanya.
antara parameter dan statistic. Hipotesis nol diberi notasi H0 dan hipotesis
87
1. Taraf kesalahan
Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter
populasi berdasarkan data sampel. Terdapat du acara menaksir
yaitu a point estimate dan interval estimate. A point estimate (titik
taksiran) adalah suatu taksiran parameter populasi
berdasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel. Sedangkan
interval estimate (taksiran interval) suatu taksiran parameter
populasi berdasarkan nilai interval rata-rata data sampel.
88
dan 1%. Daerah taksiran dan kesalahannya dapat digambarkan
seperti gambar 24 berikut ini.
Kesalahan Taksiran
Kesalahan Taksiran
10 jam
8-12 jam
6 – 14 jam
89
2. Dua kesalahan dalam menguji hipotesis
Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel kemungkinan
akan terdapat dua kesalahan yaitu :
a. Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (H0)
yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan
dinyatakan dengan α (alpha).
b. Kesalahan Tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah
(seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan β
(betha) .
Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau
menerima hipotesis dapat digambarkan seperti gambar berikut ini.
Keadaan sebenarnya
Keputusan Hipotesis benar Hipotesis benar
Bila nilai statistic (data sampel) yang diperoleh dari hasil pengumpulan data
sama dengan nila parameter populasi atau masih berada pada nilai interval
parameter populasi, maka hipotesis yang dirumuskan 100 % diterima. Jadi tidak
90
terdapat kesalahan. Tetapi bila nilai statistic di luar nilai parameter populasi akan
terdapat kesalahan. Kesalahan ini semakin besar bila nilai statistic jauh dari nilai
parameter populasi.
Tingkat kesalahan ini selanjutnya dinamakan level of significant atau
tingkat signifikansi. Dalam praktek biasanya tingkat signifikansi ditetapkan
terlebih dahulu yaitu 1% dan 5%.
Dalam pengujian hipoteis kebanyakan digunakan kesalahan Tipe I yaitu
berapa persen kesalahan untuk menolak hipotesis nol (H 0) yang benar yang
seharusnya diterima.
H0 : µ = 400 jam
Ha : µ ≠ 400 jam
b. Contoh hipotesis komparatif (dua sampel) :
Hipotesis nol (H0) : Daya tahan lampu merek A = merk B
Hipotesis alternative (Ha) : Daya tahan lampu merek A ≠ merk B
H0 : µ1 = µ2 (tidak beda)
Ha : µ1 ≠ µ2 (berbeda)
91
c. Contoh hipotesis asosiatif :
Hipotesis nol (H0) : Tidak ada hubungan antara X dan Y
Hipotesis alternative (Ha) : Terdapat hubungan antara X dan Y
H0 : 𝛒 = 0 (tidak ada hubungan)
Ha : 𝛒 ≠ 0 (berarti ada hubungan)
Daerah penerimaan
½α Ho ½α
Hipotesis alternative (Ha) : Daya tahan lampu merk A lebih kecil 400
jam.
H0 : µ ≥ 400 jam
Ha : µ < 400 jam
92
Hipotesis nol (H0) : Daya tahan lampu merk A paling sedikit sama
dengan.lampu merk B.
H0 : µ1 ≥ µ2 - µ1 lampu merk A
Ha : µ1 < µ2 - µ2 lampu merk B
H0 : 𝛒 ≥ 0,65
Ha : 𝛒 < 0,65
Daerah P enolakan
(H0) Daerah penerimaan
H0
93
3. Uji Pihak Kanan
Uji pihak kanan digunakan apabila
Hipotesis nol (Ho) berbunyi “ lebih kecil atau sama dengan (≤)
Hipotesis alternative(Ha) berbunyi “ lebih besar (>). Kalimat lebih kecil atau
samadengan sinonim dengan kata “ paling besar
“.
Hipotesis nol (H0) : Daya tahan lampu merk A paling lama 400 jam.
Hipotesis alternative (Ha) : Daya tahan lampu merk A lebih besar dari
400 jam.
H0 : µ ≤ 400 jam
Ha : µ > 400 jam
Hipotesis nol (H0) : Daya tahan lampu merk A paling paling besar
(tinggi) sama dengan lampu merk B.
Hipotesis alternative (Ha) : Daya tahan lampu merk A lebih besar dari
merk B.
94
Gambar 27 uji pihak kanan
Daerah
penerimaan H0
Dari gambar 25,26,27 di atas terlihat bahwa, dalam uji dua pihak taraf
kesalahan α dibagi menjadi dua yaitu yang diletakan pada pihak kiri
95
BAB VIII
CONTOH ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
Berikut ini akan diberikan beberapa contoh penggunaan statistic parametris maupun
non parametris untuk analisis data dan pengujian hipotesis.
A. Statistik Parametris
Contoh 1 :
Pengujian normalitas data, t-test satu sampel, Korelasi Product Moment, Korelasi
Ganda, Korelasi Parsial, t-test dua sampel dan Analisis Varians Satu Jalan.
1. Judul Penelitian :
Pengaruh kualitas pelayanan pramuniaga dan jumlah pengunjung toko terhadap
jumlah pembeli. (Studi pada 40 toko di Yogyakarta) .
2. Variabel penelitian
Pada penelitian itu variable penelitiannya adalah pelayanan pramuniaga (X1) dan
jumlah pengunjung (X2) toko sebagai variable independent dan jumlah pembeli
(Y) sebagai variable dependen.
3. Paradigma Penelitian
X1
X2
96
4. Populasi dan sampel
Populasi jumlah toko seluruhnya adalah 45. Berdasarkan tingkat kesalahan 5%,
maka ukuran sampel 40 toko (lihat table penentuan sampel pada buku Sugiyono
hal 126). Sampel toko diambil dengan Teknik stratified random sampling) dengan
proporsi sebagai berikut :
a. Toko yang mempunyai pramuniaga 25 orang ke atas, ukuran sampelnya 12
toko, untuk selanjutnya disebut kelompok A.
b. Toko yang mempunyai pramuniaga 11-24 orang ke atas, ukuran sampelnya
15 toko, untuk selanjutnya disebut kelompok B.
c. Toko yang mempunyai pramuniaga berjumlah di bawah 10 orang ukuran
sampelnya berjumlah 13 toko, untuk selanjutnya disebut kelompok C.
d. Dari 40 toko yang digunakan sebagai sampel tersebut, 21 toko di jalan protocol
dan 19 toko di luar jalan protocol.
5. Rumusan Masalah
a. Rumusan Masalah Deskriptif :
1. Seberapa baik pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta ?
2. Berapa jumlah rata-rata pengunjung toko di Yogyakarta ?
3. Berapa jumlah rata-rata pembelinya ?
b. Rumusan Masalah Asosiatif
1. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan
pramuniaga dengan jumlah pembeli ?
2. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara jumlah pengunjung
toko dengan jumlah pembeli ?
3. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan
pramuniaga dengan jumlah pengunjung toko ?
4. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan
pramuniaga dan jumlah pengunjung toko secara bersama-sama dengan
jumlah pembeli ?
5. Bila jumlah pengunjung toko sama, adakah hubungan yang positif dan
signifikan antara kualitas pelayanan pramuniaga toko dengan jumlah
pembeli ?
c. Rumusan Masalah Komparatif
97
1. Adakah pebedaan secara signifikan kualitas pelayanan pramuniaga antara
toko kelompok A, B dan C.
2. Adakah pebedaan secara signifikan jumlah pengunjung antara toko
kelompok A, B dan C.
3. Adakah pebedaan secara signifikan kualitas pelayanan pramuniaga antara
toko kelompok A, B dan C.
4. Adakah pebedaan yang signifikan kualitas pelayanan pramuniaga antara
yang berada di Jalan Protokol dan bukan Protokol.
5. Adakah pebedaan yang signifikan jumlah pengunjung antara yang berada
di Jalan Protokol dan bukan Protokol.
6. Adakah pebedaan yang signifikan jumlah pembeli antara yang berada di
Jalan Protokol dan bukan Protokol.
98
5. Bila jumlah pengunjung toko sama, tetap terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara kualitas pelayanan pramuniaga dengan jumlah
pembeli.
c. Hipotesis komparatif
1. Terdapat perbedaan kualitas pelayanan pramuniaga antara toko yang
berada di jalan protokol dan bukan protokol.
2. Terdapat perbedaan jumlah pengunjung antara toko yang berada di jalan
protokol dan bukan protokol.
3. Terdapat perbedaan jumlah pembeli antara toko yang berada di jalan
protokol dan bukan protokol.
4. Terdapat perbedaan kualitas pelayanan pramuniaga antara toko kelompok
A,B,C.
5. Terdapat perbedaan jumlah pengunjung antara toko kelompok A,B,C.
6. Terdapat perbedaan jumlah pembeli antara toko kelompok A,B,C.
a. Hipotesis Deskriptif
Bila hipotesis ini tidak dirumuskan, maka yang dianalisis adalh
rumusan masalahanya. Untuk mendapatkan informasi tentang
tingkat kualitas pelayanan pramuniaga, dapat dihitung dengan
membagi skor kriterium/skor ideal (bila setiap responden pada
setiap pertanyaan memberi jawaban tertinggi). Untuk mengetahui
rata-rata jumlah pengunjung dan pembeli toko, dihitung dengan
menjumlahkan seluruh pengunjung pada 40 toko selama 7 hari.
Contoh : jumlah pengunjung 40 toko selama 7 hari = 40.000. rata-
rata jumlah pengunjung = 40.000 : (40x7) =142,86 orang (143
orang). Bila hipotesis dirumuskan maka, perlu diuji. Berdasarkan
99
pedoman memilih teknik statistik untuk pengujian hipotesis tabel
5 maka untuk uji hipotesis deskriptif Nomor 1,2,3 digunakan “ t-
test satu sample (karena data interval atau rasio). Untuk uji
hipotesis nomor 1 digunakan uji pihak kanan, nomor 2 uji pihak
kiri, dan nomor 3 uji dua pihak.
b. Hipotesis Asosiatif (Hubungan)
Hipotesis nomor 1,2 dan 3 diuji dengan “Korelasi Product
Moment”. Hipotesis no. 4 diuji dengan korelasi ganda. Hipotesis
no.5 diuji dengan korelasi parsial. Bila ingin memprediksi
bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen maka dianalisis dengan regresi.
c. Hipotesis Komparatif
Hipotesis no. 1,2 dan 3 diuji dengan “t-test dua sample” dan
hipotesis no.4,5,dan 6 diuji dengan analisis varian satu jalan
(One wey anova).
8. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Kualitas Pelayanan Pramuniaga Toko
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan
pramuniaga toko berbentuk checklist dengan skala likert sebagai
berikut. Arti angka pada skor nilai :
4 berarti pelayanan sangat baik
3 berarti baik
2 berarti tidak baik
1 berarti sangat tidak baik
Penilai adalah pemilik toko, dan yang dinilai adalah seluruh
karyawan atau sampelnya.
Jumlah butir instrumen untuk mengukur kualitas pelayanan
pramuniaga toko adalah 10. Jadi jumlah skor ideal/kriterium
100
setiap pramuniaga = 4 x 10 = 40 (4 skor tertinggi setiap butir).
Bila salah seorang pram uniaga :
1. Butir 1 mendapat nilai 3
2. Butir 2 mendapat nilai 4
3. Butir 3 mendapat nilai 1
4. Butir 4 mendapat nilai 3
5. Butir 5 mendapat nilai 4
6. Butir 6 mendapat nilai 3
7. Butir 7 mendapat nilai 1
8. Butir 8 mendapat nilai 3
9. Butir 9 mendapat nilai 2
10. Butir 10 mendapat nilai 3
Jumlah nilai 10 butir = 3+4+1+3+4+3+1+3+2+3 =27.
Dengan demikian nilai kualitas pelayanan pramuniaga tersebut =
27 : 40 = 0,675 atau 67,5% dari kriteria yang diharapkan. Bila
penilaian menggunakan skor 100, maka nilai pramuniaga
tersebut 67,5.
b. Instrumen Pengunjung Toko
Instrumen untuk mengetahui jumlah pengunjung toko
menggunakan alat penghitung yang mampu mencatat jumlah
pengunjung toko setiap hari selama 1 minggu (7 hari). Bila alat
penghitung tidak ada maka dapat digunakan lembar isian yang
dapat digunakan peneliti/pengumpul data untuk mencatat dan
menghitung jumlah pengunjung toko.
c. Instrumen Pembeli
Jumlah pembeli di toko setiap hari dapat diketahui di bagian kasir.
Berdasarkan bukti-bukti pembayaran akan dapat dicatat berapa
jumlah pembeli setiap hari dalam seminggu tersebut.
101
9. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan data dalam penelitian ini
adalah kuesioner dan pengamatan. Kuesioner diberikan kepada
pemilik toko supaya digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan
pramuniaga (pelayan toko) toko yang bersangkutan. Bila jumlah
pelayan toko lebih dari satu, maka nilai kualitas pelayanan adalah
rata-rata dari seluruh pramuniaga yang dinilai. Jadi yang dibutuhkan
peneliti untuk keperluan ini adalah nilai rata-rata kualitas pelayanan
dari seluruh pramuniaga setiap toko. (yang menghitung rata-rata nilai
kualitas pelayanan adalah peneliti). Untuk mendapatkan data tentang
jumlah pengunjung dan pembeli toko dilakukan dengan pengamatan.
4 3 2 1
1 Sambutan pada pengunjung yang baru
datang
2 Pelayanan terhadap pengunjung yang
menanyakan barang
3 Bahasa yang digunakan dalam pelayanan
102
7 Kemampuan mendemonstrasikan barang
yang dijual
8 Kecepatan memberikan pelayanan
Kepada calon pembeli
9 Kualitas mengemas barang yang telah dibeli
pengunjung
10 Kepuasan pengunjung/calon pembeli yang
dilayani
103
Tabel 8.1
Data Rata-Rata Kualitas Pelayanan Pramuniaga 40 Toko
Skor untuk butir No.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jmlh Skor
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 12
2 1 2 1 2 1 3 1 1 1 3 16
3 3 4 4 4 3 2 4 3 4 3 34
4 3 4 3 2 3 2 3 4 2 4 30
5 2 2 2 2 3 1 2 1 2 3 20
6 2 3 2 4 3 2 3 4 3 2 28
7 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 25
8 2 1 2 3 3 2 3 2 3 2 23
9 3 4 1 2 2 3 3 3 3 2 26
10 2 3 4 2 3 2 2 2 3 2 25
11 2 3 2 2 4 4 2 2 1 2 24
12 2 2 3 3 3 1 2 3 3 1 23
13 4 3 2 3 3 3 2 1 2 2 25
14 3 2 4 3 3 2 3 3 4 2 29
15 2 2 2 1 3 3 2 1 1 3 20
16 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 24
17 3 2 3 2 3 1 3 2 2 2 23
18 1 2 3 2 1 2 2 2 1 3 19
19 2 2 3 3 2 2 2 2 3 1 22
20 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 32
21 4 2 3 3 2 2 2 2 2 1 23
22 24 2 3 2 3 1 2 2 3 3 24
23 4 2 2 2 3 1 2 1 2 1 20
24 3 4 3 2 3 1 2 3 3 4 29
25 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 24
26 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 25
27 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 21
28 2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 19
29 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 24
30 4 2 3 2 3 2 2 2 3 2 25
31 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 13
32 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 23
33 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 24
34 2 3 4 2 3 2 3 2 4 2 27
35 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 22
36 3 2 2 2 3 4 3 2 2 3 26
37 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 28
38 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 25
39 2 3 1 2 3 3 2 2 2 3 23
40 2 2 1 2 2 2 3 2 1 3 20
Jml 102 100 98 94 99 89 95 86 93 89 945
No.1 s/d 12 toko kelompok A, No.13 s/d 27 toko kelompok B, dan No,28 s/d 40 toko
kelompok C.
104
Jumlah skor yang diperoleh = 945. Jumlah skor ideal (bila semua responden
menjawab skor tertinggi pada setiap butir) = 4 x 10 x 40 = 1600 di mana (4 = skor
tertinggi ; 10 = jumlah butir instrumen ; 40 = ukuran sampel). Jadi Kualitas Pelayanan
Pramuniaga Toko = 945 : 1600 = 0,59. Atau 59% dari kriteria yang diharapkan, atau
mendapat nilai 59 (untuk skor tertinggi 100).
Untuk menjawab rumusan masalah nomor 2 dan nomor 3, maka digunakan data
yang ada pada tabel 8.2. berdasarkan tabel tersebut jumlah rata-rata pengunjung toko
tiap hari = 8520 : 40 = 21,3 orang, dan jumlah pembeli = 7000 : 40 = 17,25 orang.
Tabel 8.2
Jumlah Pengunjung dan Pembeli di 40 Toko (x10)
No. Jumlah Pengunjung (x2) Jumlah Pembeli (Y)
1. 15 13
2. 19 18
3. 31 27
4. 26 19
5. 18 17
6. 29 24
7. 23 21
8. 27 21
9. 28 25
10. 20 18
11. 22 17
12. 29 15
13. 18 17
14. 29 28
15. 25 21
16. 22 16
17. 22 13
18. 33 22
19. 24 20
20. 33 29
21. 20 16
22. 19 17
23. 20 19
24. 22 21
25. 23 17
26. 15 12
27. 24 15
28. 22 18
29. 17 16
30. 16 12
31. 10 8
32. 14 12
33. 17 15
34. 10 7
35. 22 16
105
36. 12 10
37. 19 16
38. 20 15
39. 19 12
40. 18 15
̅2 = 21,3
∑ = 852 ; 𝐗 ̅= 17,25
∑ = 690 ; 𝐘
106
(𝐟𝐨−𝐟𝐡)𝟐
Harga adalah merupakan harga Chi Kuadrat (X2)
𝐟𝐡
hitung
Tabel 4.3
No Kualitas pelayanan Jumlah Pengunjung Jumlah Pembeli (Y)
Pramuniaga (X1) Toko (X2)
1 12 15 13
2 16 19 18
3 34 31 27
4 30 26 19
5 20 18 17
6 28 29 24
7 25 23 21
8 23 27 21
9 26 28 25
10 25 20 18
11 24 22 17
12 23 29 15
13 25 18 17
14 29 29 28
15 20 25 21
16 24 22 16
17 23 22 13
18 19 33 22
19 22 24 20
20 32 33 29
21 23 20 16
22 24 19 17
107
23 20 20 19
24 29 22 21
25 24 23 17
26 25 15 12
27 21 24 15
28 19 22 18
29 24 17 16
30 25 16 12
31 13 10 8
32 23 14 12
33 24 17 15
34 27 10 7
35 22 22 16
36 26 12 10
37 28 19 16
38 25 20 15
39 23 19 12
40 20 18 15
̅ 1 = 23,62;
∑= 945; 𝑿 ∑= 852; 𝒙2 = 21,3; ̅ =17,25
∑= 852; 𝒀
s = 4,43 s = 5,734 s = 4,991
Tabel 4.4
Tabel Penolong Untuk Pengujian Normalitas Data
Kualitas Pelayanan Pamuniaga.
108
Interval fo fh (fo-fh) (fo-fh)2 (𝐟𝐨 − 𝐟𝐡)𝟐
𝐟𝐡
12 - 15 2 1 1 1 1
16 -19 3 5 -2 4 0,8
20 - 23 13 14 -1 1 0,0714
24 - 27 27 14 1 1 0,0714
28 - 31 31 5 0 0 0
32 - 35 35 1 1 1 1
40 40 0 8 2.94285
109
Berdasarkan hitungan yang tertera dalam tabel 4.5 tersebut harga Chi Kuadrat
hitung = 9,68. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi
Kuadrat tabel, dengan derajat kebebasan (dk) 6-1=5. Bila dk 5 dantaraf
kesalahan 5%, maka harga Chi Kuadrat tabel = 11,070. Karena harga Chi
Kuadrat hitung lebih kecil dari Chi Kuadrat tabel (9,68 < 11,070), maka distribusi
data pengunjung toko tersebut dinyatakan normal.
Berdasarkan hitungan yang tertera dalam tabel 4.6 tersebut, harga Chi Kuadrat
hitung = 10,214. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi
Kuadrat tabel, dengan derajat kebebasan (dk) 6-1= 5. Bila dk 5 dan taraf
kesalahan 5%, maka harga Chi Kuadrat tabel = 11, 070. Karena Chi Kuadrat
hitung lebih kecil dari Chi Kuadrat tabel (10,214<11,070) maka distribusi data
pembeli tersebut dinyatakan normal.
110
Distribusi data ke tiga variabel yang diteliti, setelah diuji normalitasnya, dan
semuanya ternyata berdistribusi normal, sehingga penggunaan statistik
parametris untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan.
Untuk menguji ke tiga hipotesis tersebut digunakan t-test satu sampel dengan
rumus sebagai berikut :
Rumus : 4.1
𝑥̅ −µ0
t= 𝑠
√𝑛
x̅ = rata-rata
111
Kualitas pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta paling tinggi 70% dari
yang diharapkan.
Berdasarkan data yang pada tabel 4.3 kolom 2 dpat diketahui bahwa rata-rata
kualitas pelayanan pramuniaga toko = 23,62 dan simpangan baku s = 4,43.
Dengan menggunakan rumus 4.1, harga t dpat dihitung. Pengujian menggunakan
uji pihak kiri dengan taraf kesalahan 5%. Nilai yang dihipotesiskan adalah “paling
tinggi 70%“ dari nilai ideal berarti 70% x 40 =28.
-6,,257 1,683
112
2) Pengujian Hipotesis Deskriptif Kedua
Rumusan Hipotesis : Jumlah Pengunjung Toko di Yogyakarta rata-rata tiap
hari paling rendah 250 orang.
H0 : µ ≥ 250
Ha : µ < 250
(Pengujian menggunakan uji pihak kiri)
Dengan menggunakan rumus 4.1 harga t dapat dihitung. Nilai yang dihipotesiskan
µ0 = paling rendah = 250. Paling rendah berarti lebih besar atau sama dengan 250.
𝑥̅ −µ0 213−250 − 37
t= 𝑠 = 5,73 = = – 41,1
0,90
√𝑛 √40
Selanjutnya harga t tersebut dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk = n-1 (40-
1=39) dan taraf kesalahan 𝛼 = 5%. Berdasarkan tabel nilai-nilai dalam distribusi t
maka harga t = 1,683. Ternyata harga t hitung (– 41,1) lebih kecil dari harga t tabel :
1,683 sehingga jauh didaerah penerimaan Ha (untuk uji pihak kiri). Dengan demikian
H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang mengatakan rata-rata pengunjung toko
di Yokyakarta paling rendah 250 ditolak; (Semua nilai nilai di bawah atau sama
dengan 250 ditolak). Jadi terdapat perbedaan antara yang diduga (250) dengan data
yang terkumpul (213). Berdasarkan data sampel rata-rata pengunjung toko hanya
sekitar 213 orang. Pengujian hipotesis pihak kiri dapat digambarkan seperti gambar
4.2 sebagai berikut :
-41,1 1,683
H0 : µ = 150
Ha : µ ≠ 150
(Pengujian menggunakan uji dua pihak)
Dengan menggunakan rumus 4.1 harga t dapat dihitung. Nilai yang dihipotesiskan
µo = 150 pemebeli.
𝑥̅ −µ0 172−150 22
t= 𝑠 = 4,99 = 0,78 = 28,20
√𝑛 √40
Selanjutnya t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan dk = n-I (40-1=39) dan taraf
kesalahan 𝛼 = 5%. Maka harga t tabel untuk uji dua pihak = 2,021 (dengan
interpolasi). Ternyata harga t hitung (28,20) lebih besar dari harga t tabel 2,021
sehingga jatuh di daerh penerimaan Ha (untuk uji pihak kiri). Dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang mengatakan rata-rata pembeli toko
di Yogyakarta sama dengan 150 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara yang diduga (150) dengan data yang terkumpul (172).
Berdasarkan data sampel rata-rata pembeli toko sekitar 172,25 (dibulatkan 172).
Kesimpulan dapat diberlakukan ke populasi di mana sampel tersebut diambil.
Pengujian hipotesis dua pihak dapat digambarkan seperti gambar 4.3
114
Terdapat empat hipotesis asosiatif/hubungan yang perlu diuji. Untuk menguji
hipotesis asosiatif digunakan teknik korelasi.
Terdapat bermacam-macam teknik korelasi, yaitu Korelasi Product Moment (r),
Rasio (ղ); Spearman Rank (𝛒) ; berserial (Rb); Point Berserial (Rpb), Phi ( 𝝋);
Tetrachoric (rt); Kontingency (C); dan Kendall”sTau ( 𝜏 ); Korelasi Ganda dan
Korelasi Parsial. Kapan digunakan masing-masing teknik tersebut tergantung pada
jenis data dan jumlah variabel yang akan dikorelasikan (baca buku statistik untuk
penelitian).
Data dalam contoh analisis ini ketiganya adalah data interval, dan dari sumber
yang sama. untuk itu teknik korelasi yang digunakan adalah Korelasi Pearson
Product Moment. Dalam contoh ini ada lima hipotesis asosiatif, tiga hubungan
sederhana dan 1 hubungan ganda dan satu korelasi parsial. Hipotesisnya adalah
sebagai berikut :
1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan
pramuniaga toko dengan jumlah pembeli.
2) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara jumlah pengunjung toko
dengan jumlah pembeli.
3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengunjung toko dan
pembeli.
4) Secara bersama-sama terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kualitas pelayanan pramuniaga toko dan pengunjung toko dengan jumlah
pembeli.
Rumusan 4.2. korelasi Product Moment antara lain seperti berikut ini.
∑𝒙𝒚
rxy = Rumus 4.2
√(∑𝒙𝟐 )(∑𝒚𝟐 )
115
Rumus 4.3 digunakan ila sekaligus akan menghitung persamaan regresi. Berikut ini
sebelum dilakukan pengujian hipotesis akan diberi contoh perhitungan korelasi yang
sederhana. Rumus 4.2 digunakan untuk menguji hipotesis hubungan.
Contoh :
Diduga ada hubungan antara penghasilan dan pengeluaran. Untuk keperluan itu dari
populasi 100 orang, diambil seampelnya sebanyak 10 orang, untuk ditanya tentang
penghasilan dan pengeluaran selama satu bulan. Data pengahasilan (X) dan
pengeluaran (Y), serta cara perhitungannya ditunjukan pada tabel 4.7
Tabel 4.7
Jumlah Pendapatan dan Pengeluarag Tiap Bulan 10 Orang Pegawai
No. Pendptn/bln. Pendptn/bln. 𝐱 𝐢 − 𝐱̅ ̅
𝐘𝐢 − 𝐘 𝒙𝟐 𝒚𝟐 𝒙𝒚
Res x 100.000 (𝐗) x 100.000 (Y) (𝒙) (𝒚)
1 8 3 1 1 1 1 1
2 9 3 2 1 4 1 2
3 7 2 0 0 0 0 0
4 6 2 -1 0 1 0 0
5 7 2 0 0 0 0 0
6 8 2 1 0 1 0 0
7 9 3 2 1 4 1 2
8 6 1 -1 -1 1 1 1
9 5 1 -2 -1 4 1 2
10 5 1 -2 -1 4 1 2
Jumla 70 20 0 0 20 6 10
h
̅ = 70 : 10 = 7
Rata- rata 𝑿 ∑ 𝒙𝟐 = 20 ∑𝒙𝒚 = 10
̅ = 20 : 10 = 2
Rata- rata 𝒀 ∑ 𝒚𝟐 = 6
𝟏𝟎
rxy = = 0,9129
√(𝟐𝟎)(𝟔)
116
Dari tabel 4.7 tersebut terlihat bahwa rata-rata penghasilan = 7 x 100.000 dan rata-
rata pengeluaran 2 x 100.000. Dari tabel terlihat ∑𝑥 2 = 20; ∑𝑦 2 = 6 dan ∑𝑥𝑦 = 10.
Harga-harga tersebut selanjutnya dimasukan dalam rumus 4.3
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif
sebesar 0,9129 antara penghasilan dan pengeluaran. Untuk dapat memberi
interpretasi terhadap kuatnya atau lemanya hubungan itu, maka dapat digunakan
pedoman seperti tabel 4.8
Tabel 4.8
Pedoman Untuk Memberikan
Interpretasi Koefosien Korelasi
𝑟 √𝑛−2
t= Rumus : 4.4
√1−𝑟 2
0,9129√10−2
t= = 6,33
√1−0,91292
117
harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel.untuk
kesalahan 5% uji dua fihak dan dk = n-2 = 8, maka diperoleh t tabel = 2,306. Hal ini
dapat digambarkan seperti berikut ini :
Gambar 4.4 Uji signifikansi koefisien korelasi dengan uji dua fihak.
120
121
122
123
124
125