Anda di halaman 1dari 125

BAB I

METODOLOGI PENELITIAN

1. MAKSUD PENELITIAN
Penelitian adalah usaha yang secara sadar diarahkan untuk mengetahui atau
mempelajari fakta-fakta baru. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian adalah
peenyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Manusia selalu ingin
mencari tahu sebab musabab dari suatu rentetan akhibat. Hasrat ingin tahu manusia
yang tak pernah padam inilah yang mendorong kegiatan penelitian.
Mengadakan penelitian tidak lain adalah mempertanyakan suatu hal untuk
mendapatkan jawabannya. Setiap proyek penelitian selalu berisi dua bagian pokok
yaitu pertama, pertanyaan yang diajukan dan kedua, jawaban atas pertanyaan itu.
Secara keseluruhan elemen-elemen dalam setiap penelitian adalah satu persoalan,
berbagai kemungkinan jawaban dan pengumpulan dan penilaian data-data untuk
mengarahkan pada pilihan atas kemungkinan-kemungkinan jawaban diatas.
Kemajuan umat manusia bahkan eksistensi manusia itu sendiri tergantung pada
tekat manusia untuk menghadapi tantangan-tantangan masalah yang sangat
kompleks yang dihadapinya. Dengan demikian penelitian memegang peranan sangat
penting dalam membantu manusia memperoleh pengetahuan baru atau memperoleh
jawaban atas suatu pertanyaan atau pemecahan atas suatu masalah. Dengan
perkataan lain fungsi penelitian adalah membantu manusia meningkatkan
kemampuannya untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena masyarakat yang
kompleks dan kait mengait.
Mengapa mahasiswa perlu menguasai metodologi penelitian atau ilmu
mengenai metode-metode penelitian ? Pertama, sebagai calon sarjana mahasiswa
berlatih berfikir ilmiah yaitu bersikap skeptik, analitik, dan kritik. Sikap serta cara
berpikir yang demikian dapat dikembangkan dengan penelitian yang merupakan
kegiatan yang teratur, terncana dan sistimatis.
Berfikir skeptik apabila kita selalu menanyakan bukti atau fakta yang mendukung
setiap pernyataan ; kita selalu berfikir analitik apabilakita selalu menganalisa setiap
pernyataan atau persoalan, mana yang relevan dan mana yang tidak relevan, mana
yang utama dan mana yang tidak utama; dan berpikir kritik (kritis) apabila kita selalu
mendasarkan pikiran dan pendapat kita pada logika dan kita mampu menimbang
berbagai hal secara objektif berdasarkan data dan analisa akal sehat (common
sense).
Apabila mahasiswa Ekonomi sebagai calon sarjana dan ahli-ahli Ekonomi sudah
terlatih cara berpikir skeptik, analitik dan kritik maka akan lebih mudalah

1
menumbuhkan cara berfikir Ekonomi dengan pendalaman teori-teori ekonomi yang
sudah ada baik secara langsung dari buku-buku ekonomi, jurnal ilmiah maupun
dengan melalui penerapannya pada masalah-masalah konkrit yang dihadapi dalam
masyarakat.
Universitas yang dianggap merupakan tempat orang-orang muda mempelajari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu, dan mencari jawaban atas pertanyaan
pertanyaan lainnya yang barangkali dianggap lebih penting. Tugas lain itu adalah
melatih mahasiswa membuat dan merumuskan berbagai pertanyaan secara tepat.

2. JENIS-JENIS PENELITIAN
a. Berdasarkan Bidang :
1. Penelitian Akademis
2. Penelitian Profesional
3. Penelitian Institusional
b. Berdasarkan Tujuan
1. Penelitian Murni
2. Penelitian Terapan
c. Berdasarkan Metode
1. Penelitian Survey
2. Penelitian Expostfacto
3. Penelitian Eksperimen
4. Penelitian Naturalistik
5. Policy Research
6. Action Research
7. Penelitian Evaluasi
8. Penelitian Sejarah
9. R&D
d. Berdasarkan Tingkat Explanasi
1. Deskriptif
2. Komparatif
3. Asosiatif
e. Berdasarkan Waktu
1. Cross Sectional
2. Longitudinal

2
3. MACAM METODE PENELITIAN

a. Berdasarkan tujuan penelitian


1. Penelitian Dasar
2. Penelitian Pengebangan (R&D)
3. Peneitian Terapan
b. Berdasarkan tempat kealamiahan tempat peneliti
1. Penelitian eksperimen
2. Penelitian Survey
3. Penelitian Naturalistik

Berdasarkan tujuannya penelitian dapat dikelompokan menjadi dua : a)


penelitian yang deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mendapatkan gambaran
yang benar mengenai sesuatu objek; b) penelitian yang bersifat analitis yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menguji kebenaran dari suatu pendapat. Setiap penelitian yang
bertujuan untuk menemukan sesuatu pengetahuan baru, selalu memrlukan pedoman.
Pedoaman yang digunakan dalam suatu penelitiann adalah semua teori yang ada
kaitannya dengan objek peneitian. Tanpa teori yang benar seorang peneliti akan keliru
dalam memilih alat analisis, melihat hubungan sebabakhibat serta dalam
mengumpulkan data. Penelitian yang baik adalah penelitian yang dapat menghasilkan
kesimpulan melalui prosedur yang sistimatis dengan mempergunakan pembuktian-
pembuktian yang cukup meyakinkan. Hasil penelitian itu tergantung pada pengalaman
dn keterampilan peneliti, tersedianya dana, dan lamanyawaktu penelitian.. Sering
suatu (hipotesis) dismpuulkan dapat diterima, hanya karna kurangnya data maka
ditolak.
Sebelum melaksanakan penelitian harus disusun usulan proyek. Usulan proyek
adalah suatu usulan tentang rencana penelitian. Usulan ini memuat secara singkat
tetapi jelas mengenai : permasalahan, latar belakang penelitian, tujuan penelitian,
hipotesis, metode/cara memecahkan permasalahan, jenis dan sumber data, rencana
pelaksanaan, pembiayaan, personalia danlain-lain. Dengan membaca usulan proyek
itu, pihak-pihak yang berkepentingan dengan proyek penelitian tersebut dapat
mengerti dan paham akan persoalan yang dihadapi. Sebelum menyusun usulan
proyek penelitian yang sesungguhnya, biasanya dibuat terlebih dahulu usulan pokok-
pokok penelitian yang sering disebut baby project proposal atau Term of Reference
(TOR).

4. KARAKTERISTIK PENELITIAN ILMIAH


Penelitian ilmiah mempunyai 8 (delapan) karakteristik utama yaitu : ada tujuan, ada
keseriusan, dapat diuji, dapat dreplikasikan, mengandung presisi dan keyakinan,
objektif, berlaku umum dan efisien.
a. Ada Tujuan. Penelitian harus mempunyai tujuan yang pasti. Sebagai contoh,
suatu penelitian dimaksudkan untuk dapat meningkatkan komitmenkaryawan
suatu perusahaan . Peningkatan komitmen karyawan berarti sedikit jumlah
karyawan keluar masuk perusahaan, frekwensi ketidakhadiran yang rendah,
kinerja karyawan meningkat, yang semuanya akan menguntungkan perusahaan.
Jadi penelitian yang bersangkutan mempunyai fokus yang jelas dan terarah.
b. Keseriusan. Keseriusan dalam penelitian berarti ada kehati-hatian, ada ketelitian,
dan ada kepastian. Untuk itu diperlukan adanya dasarr teori yang bagus dan

3
rancangan penelitian yang mantap sehingga keseriusan penellitian meningkat
pula. Untuk itu penelitian harus didasarkan pada jumlah sampel yang cukup yang
dipilih dengan metode yang benar, dan daftar pertanyaan harus disusun secara
tepat.
c. Dapat diuji. Suatu penlitian sebaiknya menampilkan hipotesis yang dapat diuji
dengan menggunakan metode statistik tertentu. Pengujian ini didaarkan atas
pengalaman-pengalaman lembaga lain dan juga atas dasar hasil penelitian
sebelumnya. Dari hasil uji hipotesis itu dapat ditemukan apakah hipotesis ditolak
atau tid k ditolak.
d. Dapat direplikasikan. Hasil dari suatu penelitian tercermin dari hasil uji hipotesis.
Hasil uji hipotesis yang merupakan penemuan pelitian itu harus berkali-kali
didukung dengan kejadian yang sama, apabila penelitian itu dilakukan berulang-
ulang dalam kond idi yang sama. Kalau hal itu terjadi (penemuan yang sama
berulang kali terjadi), maka kita mempunyai keyakinan bahwa penelitian kita itu
bersifat ilmiah. Dengan kata lain hipotesis kita itu tidak ditolak bukan karena
kebetulan.
e. Presisi dan Keyakinan. Dalam penelitian sosial ,ekonomi dan manajemen jarang
sekali kita menemukan kesimpulan yang pasti atas dasar data yang kita
kumpulkan, karena tidak mungkin mempelajari hal-hal yang bersifat keseluruhan
(populasi) yang ada di dalam masyarakat kita ini. Kita hanya mempelajari sebagian
dari keseluruhan itu (sampel) dan menarik kesimpulan atas dasar sampel tersebut.
Kemungkinan besar sampel yang kita ambil tidak mencerminkan sifat-sifat yang
pastti dari gejala-gejala yang kita pelajari. Namun demikian kita ingin merancang
suatu penelitian sedemikian rupa sehingga penemuannya mendekati kebenaran
(presisi tinggi) dan kita dpat memiliki keyakinan (confidence) terhadap penemuan
tersebut.
Persisi menunjukan seberapa dekat penemuan kita terhadap gejala yang kita
pelajari. Sebagai contoh kalau kita memperkirakan jumlah rata-rata hari yang
hilang karena tidak hadir kerja berkisar antara 35 dan 45 hari. Dan terbukti angka
ketidakhadiran kerja yang sebenarnya adalah 35 hari, maka perkiraan kita akan
lebih tepat (precise) dibandingkan perkiraan rata-rata hari hilang karena
ketidakhadiran antara 20 dan 50 hari per tahun. Angka perkiraan ini disebut
dengan confidence interval, dan inilah yang dimaksud dengan presisi.
Selanjutnya keyakinan (confidence) menunjukan kemungkinan dari
kebenaran estimasi kita. Hasil estimasi kita tidak hanya tepat tetapi perlu juga
dikatakan bahwa 95% dari seluruh kesemppatan yang ada, akan kita temukan
bahwa hasil penelitian kita benar dan hanya 5% dari seluruh kesempatan itu salah.
Inilah yang disebut derajat keyakinan (confidence level).
Semakin tepat penemuan dan semakin besar keyakinan kita terhadap hasil
penelitian, semkiin berguna dan semakin tinggi kadar keilmiahan penemuan
tersebut. Dalam penelitiansosial, derajat keyakinan 95% berarti bahwa hanya 5%
dari kemungkinan menyatakan bahwa penemuan kita tidak benaar. Pada
umumnya penemuan itu diterima dan biasanya dinyatakan sebagai derajat
kepastian (significande level) sebesar 5%. Semakin tepat dan meyakinkan sasaran
penelitian kita, akan semakin ilmiah penyelidikan yang dilakukan semakin berguna
pula penelitian itu.
f. Objektivitas. Kesimpulan yang dilakukan oleh suatu penelitian harus bersifat
objektif, artinya harus berdasarkan pda fakta yang diperoleh dari data aktual dan

4
bukan atas dasar penilaian subjektif dan emosional. Kalau kesimpulan hanya
didasarkan pada apa yang dipercaya peneliti maka penelitian itu sendiri tidak
diperlukan lagi, tetapi hal ini tidak dapat dibenarkan.
g. Berlaku umum. Hasil penelitian berllaku umum menunjuk pada cakupan dari data
atau tidaknya hasil penelitian itu diterapkan dalam berbagai keadaan. Semakin
luas cakupan penerapan yang dapat ditimbulkan oleh hasil penelitian itu akan
semakin berguna penelitian tersebut bagi mereka yang ingin menggunakannya.
h. Efisien. Kesederhanaan daam menjelaskan gejala-gejala yang terjadi dan aplikasi
pemecahan masalahnya seringkali lebih disukai dari pada kerangka penelitian
yang kompleks yang menunjukan sejumlah variabel yang sulit untuk dikelola. Jadi
efisiensi dapat dicapai bila kita dapat membangun kerangka penelitian yang
melibatkan sedikit variabel yang dapat menjelaskan suatu kejadian dari pada
dengan banyak variabel tetapi hanya sedikit menjelaskan variasi atau variabel atau
gejala yang ingin dijelaskan.

5. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Secara umum suatu penelitian dapat dalam tujuh tahap yang satu sama lain saling
bergantung dan berhubungan atau saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
tahapan-tahapan yang lain. Kesadaran terhadap keadaan ini membuat seorang
peneliti lebih bijaksana dalam mengambil setiap keputusan pada setiap tahap
penelitian. Ketujuh tahapan itu antara lain :
a. Perencanaan. Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh
suatu penelitian dan merencanakan strategi umum untuk memperoleh dan
menganalisis data bagi penelitian itu. Hal ini harus dimulai dengan memberikan
perhatian khusus terhadap konsep dan hipotesis yang akan mengarahkan peneliti
yang bersangkutan, dan penelaahan kembali literatur, termasuk penelitian
sebelumnya yang berhubungan dengan judul dan masalah penelitian yang
bersangkutan. Tahap ini merupakan tahap penyusunan “ term of reference” (TOR).
b. Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian. Tahap ini merupakan
pengemabangan dari tahap perencanaan. Di sini disajikan lagi latar belakang
penelitian, perasalahan, tujuan penelitian, hipotesis, serta metode atau
prosedur analisis dan pengumpulan data. Tahap ini meliputi pula penentuan
macam data yang diperlukan untuk mencapai tujuan pokok penlitian. Tahap ini
merupakan tahap penyusunan usulan proyek penelitian.
c. Pengambilan contoh (sampling). Ini adalah proses pemilihan sejumlah
unsur/bagian tertentu dari suatu populasi guna mewakili seluruh populasi itu.
Rencana pengambilan contoh itu terdiri dari prosedur pemilihan unsur-unsur
populasi dan prosedur menjadikan atau mengubah data dari hasil sampel untuk
memperkirakan sifat-sifat seluruh populasi.
d. Penyusunan daftar pertanyaan. Ini adalah proses penterjemahan tujuan-tujuan
studi ke dalam bentuk pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang berupa
informasi yang dibutuhkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan macam
pertanyaan serta urutan dari masing-masing pertanyaan. Tidak ketinggalan pula
adalah usaha bagaimana agar orang-orang yang diwawancarai (responden)
dengan senng hati mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan
tetap senang dalam memberikan jawaban –jawaban atas seluruh pertanyaan yang
diajukan melalui kuesioner atau langsung.

5
e. Kerja lapang. Tahap ini meliputi pemiiilihan dan latihan para pewawancara,
bimbingan dalam wawancara serta pelaksanaan wawancara. Termasuk
didalamnya adalah pemilihan lokasi sampel dan juga pretesting daftar pertanyaan.
Kerja lapang ini tidak diperlukan bila kita menggunakan wawancara lewat telonatau
surat.
f. Editing dan coding. Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera
dalam daftar pertanyaan dalam berbagai kelompok jawaban yang dapat disusun
dalaam angka dan tabulasi. Editing biasanya dikerjakan sebelum coding agar
pelaksanaan coding dapat sesederhana mungkin. Editing adalah meneliti lagi
daftar pertanyaan yang telah diisi apakah apa yang ditulis di situ benar atau sesuai
yang dimaksud.
g. Analisis dan laporan. Ini meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan
terpenting pula dalam suatu proyek penelitian. Suatu hasil penelitian yang tidak
dilaporkan atau dilaporkan ttetapi dengan caraa yang kurang baik tidak akan ada
gunanya. Tugas yang dikerjakan pada tahap ini ialah penyajian tabel-tabel dalam
bentuk frekwensi distribusi, tabulasi silang dan dapat pula berupa daftar yang
memerlukan metode statistik yang kompleks, dan kemudian interpretasi dari
penemuan-penemuan itu atas dasar teori yang kita ketahui.

Proses Penelitian :

1. Observasi
2. Pengumpulan data
3. Perumusan Masalah
4. Penyusunan Kerangaka Teori
5. Membentuk Hipotesis dan Tujuan Penelitian
6. Menyusun Rancangan Penelitian
7. Pengumpulan Data, Analisis dan Interpretasi
8. Kesimpulan

Langkah pertama Observasi : Peneliti membuat pengamatan dan mengenali


(mengidentifikasi) bidang apa yang menjadi bidang penelitiannya. Langkah ke 2
adalahPengumpulan data yang sifatnya pendahuluan ini, calon peneliti sudah mulai
memahami situasi dan kondisi dari bidang yang diteliti. Langkah ke 3
adalahmerumuskan masalah dengan menyatakannya dalam tulisan. selanjutnya
langkah ke 4disusunlah kerangka teori yang mendeskripsikan tentang pendapat para
ahli atau penelitian sebelumnya yang dielaborasi dengan pendapat kita sebagai peneliti
sebagai rambu- rambu dalam merumuskan hipotesis. Langkah ke
5Hipotesismerupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dinyatakan.
Biasanya hipotesis dikembangkan dengan mengajukan pertanyaan mengapa timbul
masalah seperti yang dinyatakan dalam perumusan masalah. Jawaban itulah yang
menjadi hipotesis penelitian, dari hipotesi dapat dirumuskan tujuan penelitian. Perumusan
tujuan penelitian tidak sama dengan merumuskan tujuan perusahaan atau tujuan lembaga
yang meminta diselenggarakanya penelitian. Misalnya tujuan perusahaan adalah
mendapatkan laba atau keuntungan sebesar-besarnya, tetapi tujuan penelitian dapat
berupa mencari sebab-sebab mengapa perusahaan tidak dapat mencapai laba maksimal
itu. Jadi tujuan penelitian sebenarnya adalah menguji pernyataan dalam hipotesis apakah
nantinya hipotesis itu ditolak atau tidak ditolak.Langkah ke 6 penyusunan

6
rancanganatau rencana penelitian yang berbentuk usulan proyek secara
lengkap.Langkah ke 7 adalahpelaksanaan penelitian berupa pengumpulan data,
analisis data dan interpretasi data. Langkah ini juga merupakan langkah yang sangat
menentukan apakah laporan penelitian dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktunya. Langkah ke 8 mengambil kesimpulan berupa penemuan dan saran-saran
atau implikasi kebijakan.Dari uraian di atas jelaslah bahwa langka kesatu sampai dengan
langkah keenam merupakan langkah penyusunan persiapan peneltian atau penyusunan
usul proyek penelitian, seangkan langkahh ketujuh dan kedelapan merupakan langkah
pelaksanaan dan pen yelesaian penelitian.

Gambar : 1.Proses Penelitian

1.Observasi 2.Pengumpulan
dataPengumpulandata

3. Perumusan
Masalah

4. Menyusun
Penyusunan kerangka Teori
Usulan Proyek

5. Hipotesis dan
tujuan Penelt
s

6.Menyus.
Rancangan Penlt

7.Pengumpulan
Pelaksanaan data,interpretas
i

BAB
8.Kesimpulan II
USULAN PROYEK

7
Usulan proyek yang baik adalah usulan yang memiliki permasalahan yang jelas
dan dapat diteliti, yang selanjutnya dapat diinyatakan dalam bentuk hipotesis
sehingga jelas pula tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh penelitian itu.
Pengumpulan data, analisis dan interpratasi tanpa adanya usulan proyek yang
baik dan tegas akan dapat berakhibat sebagai berikut :
a) Terjadi pemborosan baik dana, waktu dan tenaga yang dapat berakhibat tidak
selesainya penelitian.
b) Kesimpulan diambil atas dasar bukti yang kurang cukup
c) Lebih banyak dana dan waktu harus dikerahkan untuk menyeselesaikan
proyek ini jika dana dan waktu tersedia.

1. ARAH DARI PROYEK

Guna melaksanakan proyek penelitian dengan hhasil baik diperlukan definisi


yang jelas tentang tujuan yang harus dicapai melalui proyek tersebut. Kita harus ingat
bahwa dan sadar bahwa “ Jika seseorang tidak mengerti untuk apa ia bekerja keras
maka jangan diharapkan ia dapat bekerja secara efektif dalam menunaikan tugasnya.

Perhatikan kita harus dipusatkan pada :
a. Spesifikasi masalah yang harus diteliti
b. Formulasi hipotesis
c. Formulasi tujuan-tujuan pokok yang harus dicapai oleh proyek tiu.

2. MEMPERSEMPIT MASALAH YANG LUAS

Permasalahan umum dalam penelitian harus dipersempit agar dapat dilakukan


penelitian. Dari beberapa permasalahan yang ditampilkan kita harus memilih salah
satu yang dianggap sesuai dengan bidang tugas. Dengan demikian pemilihan akan
masalah sama artinya dengan mempertajam fokus permasalahan ke arah aspek yang
lebih khusus dan lebih spesifik. Permasalahan yang hendaak diteliti mestinya
berdasarkan fakta.
Perumusan hipotesis berperan mempersempit masalah dalam bentuk
hubungan-hubungan tentatif yang nantinya akan diuji/ditest dalam proses penelitian.
Akhirnya tujuan penelitian memperjelas batas-batas dalam mana penelitian itu akan
dilaksanakan dan melukiskan hasil yang akan dicapai serta kegunaannya.

3. MENETUKAN MASALAH YANG DITELITI

Penentuan masalah adalah langkah pokok dalam penelitian. Seringkali peneliti


tidak paham apa yang akan diteliti, namun melalui diskusi dan bersama-sama
mencari maka akhirnya bisa ditemukan masalah penelitian.
Agar lebih mudah diketahui masalah penelitian,maka harus memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :Masalah penelitian harus mencerminkan kebutuhan yang dirasakan,
masalah penelitian bukanlah hipotesis tetapi fakta artinya tidak dapat diuji, masalah
penelitian dapat menyarankan adanya hipotesis yang berarti dan harus dapat diuji,
masalah penelitian harus relevan dan dapat dikuasai.

a. Masalah penelitian harus mencerminkan kebutuhan yang dirasakan.

8
Suatu masalah itu akan timbul bila ada kebutuhan yang dirasakan oleh klien atau
sponsor; bisa dari perseorangan, sekelompok orang atau suatu masyarakat. Agar
menjadi masalah penelitian, maka kebutuhan itu harus tanggap terhadap
perubahan terjadi atas informasi yang diberikan dari proses penelitian.

b. Masalah penelitian tidak boleh bersifat hipotesis.


Suatu masalah “ Problem Statement “ yang dapat diteliti haruslah berdasarkan
fakta, artinya ia benar-benar terjadi. Hubungan yang dinyatakan tidak boleh masih
bersifat sementara dan masih disangsikan dalam pikiran peneliti. Peneliti harus
menggunakan penilaian pribadi dengan keterangan-keterangan yang tersedia
apakah suatu pernyataan itu sudah dapat diterima sebagai fakta atau hubungan
yang sudah terjadi dalam masyarakat atau alam ini. Hubungan nyata yang diterima
oleh klien maupun peneliti yang dinyatakan dalam perumusan masalah itu tidak
perlu lagi diuji kebenarannya. Jika suatu pernyataan tertentu tidak dapat diterima
sebagai suatu fakta, maka apabila pernyataan itu ingin tetap dipertahankan ia
hanya berkedudukan sebagai hipotesis saja.

c. Masalah penelitian harus menyarankan adanya hipotesis yang berarti, yang dapat
diuji.
Karena perumusan masalah bertindak sebagai ppengenalan terhadap seluruh
proses penelitian, maka harus menunjukan hubungan hipotesis yang dapat diuji.
Hipotesis dirumuskan sebagai penjelasan sebagian dari hubungan yang belum
diketahui yang menimbulkan permassalahan. Hipotesis dikembangkan dari
pernyataan masalah edemikian rupa yang memungkinkan adanya pemecahan .
kalau hipootesiis yang ditimbulkan kurang menjawab kebutuhan yang sangat
dirasakan, maka pernyataan masalahnya kuurang tepat dinyatakan.
Misalnya : “ Konsumsi per kapita bahan makanan yang rendah disebabkan oleh
terlalu banyaknya penduduk. “
Hipotesis ini mungkin dihasilkan dari permasalahan yang menyatakan “ Terdapat
kelaparan dinegara ini “.

d. Masalah harus gayut (relevan) dan dapat dikelola


Ada dua masalah yang perlu dibedakan yaitu :

1) masalah yang hasilnya sudah dapat diramalkan tetapinya hanya sedikit


pengaruhnya terhadap masalah yang harus dipecahkan.
2) masalah yang terlalu luas sehingga repot dalam mengelolanya.

Untuk yang pertama misalnya penelitian diadakan terhadap masalah yang


sama, hanya di daerah lain. Sebenarnya penelitian seperti ini tidak perlu diadakan
lagi karena keterangan-keterangan yang mirip sudah tersedia dan hasil penelitian
yang baru juga kira-kira akan sama hasil yang telah ada.
Kalau peneliti masih kurang pengalaman namun terlalu ambisius atau kurang
pemikiran yang serius, maka masalah yang akan dibahas akan terlalu luas. Ini
adalah masalah yang kedua tadi yang akhirnya sulit pengelolaannya.

4. RUMUSAN MASALAH YANG BAIK

9
Fraenkel dan Wallen (1990) mengemukakan bahwa masalah penelitian yang baik
adalah :
a. Masalah harus feaseble artinya masalah tersebut harus dapat dicarikan
jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana,
tenaga dan waktu.
b. Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang sama
terhadap masalah tersebut.
c. Masalah harus signifikan artinya jawaban atas masalah itu harus
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan
masalah kehidupan manusia.
d. Masalah bersifat etis yaitu penelitian tidak berkenaan dengan hal-hal yang
bersifat etika, moral,nillai-nilai keyakinan dan agama. (ini hanya berlaku untuk
penelitian kuantitatif karena sulit mengukurnya, untuk penelitian kualitatif tidak
seperti ini)

5. BENTUK-BENTUK RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Bentuk masalah dapat dikelompokan kedalam bentuk rumusan deskriptif,


komparatif dan asosiatif.
a. Rumusan masalah deskriptif : suatu rumusan masalah yang berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan vriabel mandiri, baik hanya pada
satu variabel atau lebih (variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri,
bukan variabel independen, karena kalau variabel independen selalu
dipasangkan dengan variabel dependen) Penelitian ini dinamakan penelitian
deskriptif.
Contoh :
1. Seberapa tinggi produktivitas kerja karyawan di PT. Samudra.
2. Sebeerapa baik interaksi kerja karyawan di industri A ?
3. Bagaimana sikap maasyaarakat terhadap adanya impor gula yang tanpa
dibebani bea masuk ?
4. Seberapa tinggi efektivitas perdagangan dengan sistem multylevel
b. Rumusan masalah komparatif : Suatu pertanyaan peneitian yang bersifat
membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya :
1. Adakah perbedaan produktivitas kerja antara Pegawai Negeri, BUMN
dan Swasta ? (satu variabel pada 3 sampel).
2. Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B
3. Adakakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai
Swasta Nasional, dan Perusahaan Asing (dua variabel, pada dua sampel)?
4. Adakah perbedaan kenyamanan naik Kereta Api dan Bus menurut
berbagai kelompok masyarakat ?
5. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota
dan desa, gunung (satu variabel paada tiga saampel)?
6. Adakah perbedaan jumlah penjualan antara mobil sedan dan niaga?
7. Adakah perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan Bank
Pemerintah ?
8. Adakah perbedaanloyalitas antara pelanggan Pegawai Negeri Sipil dengan
Pegawai Swasta ?

10
c. Rumusan masalah asosiatif : suatu pertanyaan penelitian yang bersifat
Kausaltiga bentuk hubungan yaitu : hubungan simetris, hubungan kausal
dan hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik.

1) Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah suatu bentuk hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal atau interaktif.
Contoh rumusan masalahnya sebagai berikut :

a) Adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung “beo” dengan tamu yang
datang. Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu datang adalah bunyi
burung “beo”.
b) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat
manisnya buah?
c) Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan marketing?
d) Adakah hubungan antara sering datang ke gunung kaw idengan prestasi
bisnis?
e) Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan sepatu yang
dibeli.

Contoh judul penelitiannya :


a) Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah sepatu yang
terjual.
b) Hubungan antara tinggi badan dan prestasi kerja di bidang pemasaran.

2) Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. contoh :
a) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
b) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan manajer terhadap iklim kerja
perusahaan?
c) Seberapa besar pengaruh tata ruang toko terhadap jumlah pengunjung?
d) Seberapa besar pengaruh ruang toko yang diberi AC dan keramahtamahan
pelayan terhadap nilai penjualan?
Contoh judul penelitian :
a) Pengaruh insentif terhadap disiplin kerjakaryawan deparemen X
b) Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja di
PT. Samudra.

3) Hubungan interaktif/resiprocal/timbalik

Hubungan interaktif atau resiprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi.


Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan mana variabel dependen
Contoh :
a) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dikatakan bahwa bahwa
motivasi mempengaruhi prestasi kerja dan juga prestasi kerja mempengaruhi
motivasi.

11
b) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat
menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan
kecerdasan karena gizi terpenuhi.
c) Hubungan antara iklan dengan nilai penjualan
d) Hubungan antara iklan dengan nilai penjualan. Makin banyak biaya yang
dikeluarkan untuk iklan maka akan semakin banyak penjualan. Demikian juga
semakin banyak penjualan untuk iklan maka akan semakin banyak penjualan.
Berdasarkan uraian di atas, maka bentuk-bentuk rumusan masalah dapat
digambarkan sebagai
Gambar : 2 Bentuk-bentuk rumusan masalah

Rumusan
Masalah
Deskriptif

Rumusan
Masalah
Bentuk- Bentuk
Kmparatif
bentuk Simetris
Rumusan
masalah

Rumusan
Masalah Bentuk
Asosiatif Kausal

Bentuk
Resiprocal

BAB III
VARIABEL PENELITIAN DAN PARADIGMA PENELITIAN

12
A. VARIABEL PENELITIAN

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau


objek yang mempunyai “variasi”antara satu orang dengan yang lain atau satu objek
dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady 1981) Variabel juga dapat merupakan
atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.
Tinggi, berat badan, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja merupakan atribut
dari setiap orang. Berat, ukuran, warna , bentuk merupakan atribut-atribut dari objek.
Bahan baku pabrik, teknologi produksi, pengendalian mutu, pemasaran, advertensi,
nilai penjualan, keuntungan adalah merupakan contoh variabel bidang keilmuan atau
kegiatan tertentu.
Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badan dikatakan
variabel, karena berat badan sekelompok orang tentu bervariasi. Jadi peneliti akan
memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki orang, objek, maupun bidang kegiatan
dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya
bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus
didasarkan pada sekelompok sumber data atau objek yang bevariasi.
Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs)
atau sifat yang akan dipelajari. Diberikan contoh : misalnya tingkat aspirasi,
penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas
,bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat
yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian
variabel itu merupakan suatu yang bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981) menyatakan
bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan
menarik kesimpulan darinya.
Berdasarkn pegertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa
variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Macam-macam Variabel
a. Variabel bebas:variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel variabel dependen.
b. Variabel dependen atau variabel terikat atau sering disebut dengan variabel
output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut dengan
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Gambar : 3. Contoh hubungan variabel independen-dependen

Intensitas Jumlah
S Iklan Penjualan
(variabel (Variabel
Independen
c. Variabel Dependen)
Moderator : variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah)
) hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen ke dua.
Hubungan perilaku suami dan isteri akan semakin baik (kuat) kalau

13
mempunyai anak dan akan semakin renggang kalau ada pihak ketiga ikut
mencampuri. Di sini anak adalah sebagai variabel moderator yang
memperkuat hubungan dan pihak ketiga adalah variabel moderator yang
memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan
semakin kuat, bila peranan guru dalam menciptakan iklim belajar sangat
baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik dalam
menciptakan iklim belajar.

Gambar 4. Contohhubungan variabel independen moderator, dependen

Perilaku Suami Perilaku Isteri


(Variabel (Variabel Dependen)
Independen)

Jumlah Anak
(Variabel
Moderator)

Gambar 5. Contoh hubungan variabel independen moderator, dependen

Pendidikan
(Variabel Prestasi Belajar
Independen) (Variabel Dependen)

Iklim
Belajar/Lingkungan
(Variabel Moderator)

d. Variabel Intervening :
Tuckman (1998) menyatakan “An intervening variable is that factor that
theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen,
measure, or manipulate”. Variabel Intervening adalah variabel yang secara

14
teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan
dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan
variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dengan
variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Pada contoh berikut dikemukakan bahwa tinggi rendahnya penghasilan
akan mempengaruhi secara tidak langsung harapan hidup (panjang
pendeknya umur). Dalam hal ini ada variabel antaranya, yaitu berupa gaya
hidup seseorang. Antara variabel penghasilan dengan gaya hidup, terdapat
variabel moderator, yaitu budaya lingkungan tempat tinggal.

Gambar 5a. Contoh hubungan variabel independen moderator intervening,


dependen

Penghasilan (Variable Gaya Hidup (variable Harapan Hidup


Independen) Intervening) (variable penden)

Lingkungan Tempat Tinggal


(Variabel Moderator)

e. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh
sipeneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan,
melalui penelitian eksperimen.

Contoh : Pengaruh jenis pendidikan terhadap keterampilan pemasaran.


Variabel independennya pendidikan (SMU dan SMK), variabel kontrol
yang ditetapkan sama misalnya, adalah produk yang dipasarkan sama,
lokasi pemasaran sama, alat-alat yang digunakan sama, ruang tempat
pemasaran sama.

Dengan adanya variabel kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh jenis


pendidikan terhadap kemampuan pemasaran dapat diketahui lebih pasti.

Gambar 5b. Contoh hubungan Variabel independen – kontrol, dependen

Pendidikan SMA dan SMK


15
(Variabel Independen)
Keteramplan Pemasaran
(Variabel Dependen)

Produk, tempat, alat sama


(Variabel Kontrol)

Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dependen,


moderator, intervening atau variabel lain, Harus dilihat konteksnya
dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari
pengamatan yang empiris di tempat penelitian. Untuk itu sebelum peneliti
memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan kajian teoritis,
dan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan
diteliti. Jangan sampai terjadi, membuat rancangan penelitian dilakukan
di belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan
yang ada di objek penelitian. Sering terjadi, rumusan masalah penelitian
dibuat tanpa melalui studi pendahuluan ke objek penelitian, sehingga
setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi masalah pada
objek penelitian. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas dan dikaji
secara teoritis, maka peneliti dapat menentukan variabel-variabel
penelitiannya.

B. PARADIGMA PENELITIAN

Dalam penelitian kuantitatif/positivistik, yang dilandasai pada suatu


asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan dihubungkan gejala
bersifat kausal, maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan
memfokuskan beberapa variabel saja. Pola hubungan anatara variabel yang
akan diteliti tersebut selanjutnya disebut sebagai paradigma atau model
penelitian.

Jadi paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola


pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang
sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu
dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan
hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknis analisis statistik yang
akan digunakan.
Berdasarkan hal ini maka bentuk-bentuk paradigma atau model
penelitian kuantitatif khususnya untuk penelitian survey seperti gambar berikut
:

1. Paradigma Sederhana
Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan satu variabel
dependen.

16
Gambar 6 : Paradigma Sederhana

X Y

X = Kualitas alat Y = Kualitas barang yang dihasilkan

Berdasarkan paradigma tersebut, maka kita dapat menentukan :

a. Jumlah rumusan masalah ada dua, yaitu deskriptifdan asosiatif ada satu yaitu
::

1) Rumusan masalah deskriptif (dua)


(a) Bagaimana X ? (kualitas alat)
(b) Bagaiaman Y ? (kualitas barang yang dhasilkan).
2) Rumusan masalah asosiatif / hubungan (satu)
“Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas
barang yang dihasilkan “ ?

b. Teori yang digunakan ada dua yaitu teori tentang alat-alat dan tentang kualitas
barang.
c. Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam yaitu : hipotesis deskriptif dan
hipotesis asosiatif ( hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).

1) Dua hipotesis deskriptif :


(a) Kualitas alat yang digunakan oleh lembaga tersebut telah mencapai 70%
baik
(b) Kualitas barang yang dihasilkan oleh lembaga tersebut telah mencapai
99% dari yang diharapkan.
2) Hipotesis asosiatif
Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas alat dengan kualitas
barang yang dihasilkan. Hal ini berarti bila kualitas alat ditingkatkan, maka
kualitas barang yang dihasilkan akan menjadi semakin tinggi (kata signifikan
hanya bisa digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke
populasi di mana sampel tersebut diambil)
d. Teknik analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan
mudah ditentukan teknik statistik yang digunakan untuk analisis data dan
menguji hipotesis.
1) Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio,
maka pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel.
2) Untuk hipotesis asosiatif, bila data kedua variabel berbentuk interval atau
ratio, maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment.

17
2. Paradigma Sederhana Berurutan
Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel tetapi hubungan antar
variabel, masih sederhana.
Gambar 7 : Paradigma Sederhana Berurutan

X1 X2 X3 Y

X1 = Kualitas input X2 = Kualitas proses X3 = Kualitas Output


Y = Kualitas Outcome
Untuk mencari hubungan antar variabel menggunakan teknik korelasi
sederhana.

3. Paradigma ganda dengan dua variabel independen


Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen dan satu variabel
dependen.
Dalam paradigma ini terdapat 3 rumusan masalah deskriptif, 4 rumusan
masalah asosiatif, 3 korelasi sederhana dan satu korelasi ganda.

Gambar 8 : Paradigma ganda dengan dua variabel independen

r1
X1
R
Y
r3 r4
r2
X2

X1 = lingkungan keluarga Y = keberhasilan usaha


X2 = Demografi

Untuk mencari hubungan X1 dengan Y, X2 dengan Y menggunakan teknik


korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-
sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

4. Paradigma Ganda Dengan Tiga Variabel Independen


Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X 1, X2, X3) dan satu
dependen (Y). Rumusan masalah deskriptif ada 4 dan rumusan masalah
asosiatif (hubungan) untuk sederhana ada 6 dan yang ganda minimal satu.

Gambar 9 : Paradigma ganda dengan tiga variabel independen

18
X1
r1

r4
R r2
r6 X2
Y
r5 r3

X3

X1 = Kualitas mesin X3 = Sistem karir


X2 = Gaya kepemimpinan Y = Produktivitas kerja

Gambar 9 adalah pardigma ganda dengan tiga variabel bebas yaitu


X1, X2 dan X3. Untuk mencari hubungan X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan
Y; X1 dengan X2, X2 dengan X3; X1 dengan X3 dapat menggunakan korelasi
sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan X1 secara bersama-sama dengan
X2 dan X3 terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

5. Paradigma Ganda Dengan dua Variabel dependen

Gambar 10 : Paradigma Ganda Dengan dua Variabel dependen

r1 Y1
X r2
Y2

X = tingkat pendidikan Y1= gaya kepemimpinan


Y2= disiplin kerja

Untuk mencari hubungan antara X dengan Y1 dan X dengan Y2; Y1 dengan Y2


digunakan teknik korelasi sederhana.

6. Paradigma Ganda Dengan dua Variabel independen dan dua Dependen

Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen (X 1 dan X2) dua
variabel dependen (Y1 dan Y2). Terdapat empat rumusan masalah deskriptif,
dan enam rumusan masalah hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda
juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel secara
simultan.

Gambar 11 : Paradigma Ganda Dengan dua Variabel independen dan dua


dependen

19
r1
X1 Y1
r2
r5 r6
r3
X2
r4 Y2

X1 = kebersihan kereta Y1 = jumlah tiket yang terjual


X2 = pelayanan Kereta Api Y2 = kepuasan Penumpang Kereta
Api

Gambar 11 : Hubungan antar variabel r1, r2, r3, r4, r5 dan r6 dapat dianalisis
dengan korelasi sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2
terhadap Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan
korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga
digunakan untuk memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan
penumpang Kereta Api.

7. Paradigma Jalur

Gambar 12 : Paradigma Jalur

X1 0,33
0,41
0,30
X3 0,50 Y

20
0,16
X2 0,57

X1 = Status Sosial Ekonomi X2 = IQ


X3 = Motivasi berprestasi Y = Prestasi bisnis (achivement)

Paradigma jalur. Teknik analisis Statistik yang digunakan dinamakan path


analysis (analisis path). Analisis jalur dengan menggunakan korelasi regresi
dan jalur, sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen
terakhir, harus lewat jalur langsung atau melalui variabel intervening. Dalam
pardigma itu terdapat 4 rumusan masalah deskriptif, dan 6 rumusan masalah
hubungan jalur.

Paradigma penelitian pada gambar 12 di atas dinamakan paradigma jalur,


karena terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan
adanya variabel antara ini, akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah
untuk mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau langsung
ke sasaran akhir.

Dari gambar di atas terlihat bahwa, seseorang yang berasal dari status sosial
ekonomi tertentu (X1), tidak bisa langsung mencapai prestasi bisnis Yang tinggi
Y (korelasi 0,33) tetapi harus melalui peningkatan motif berprestasinya X2(r =
0,41) dan baru dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50). Tetapi bila seseorang
mempunyai “IQ” yang tinggi (X2) maka mereka dapat langsung mencapai
prestasi bisnis (Y) dengan nilai r = 0,57. (Contoh tersebut dikembangkan dari
buku Kerlinger).

Bentuk-bentuk paradigma penelitian yang lain masih cukup banyak, dan


contoh-contoh yang diberikan terutama yang dikaitkan dengan teknik statistik
yang dapat digunakan. Teknik statistik yang bersifat menguji perbedaan tidak
tercermin pada paradigma telah diberikan, tetapi akan lebih nampak pada
paradigma penelitian dengan metode eksperimen. Dalam eksperimen misalnya
akan dapat diuji hipotesis yang menyatakan ada tidaknya perbedaan
produktivitas kerja antara lembaga yang dipimpin pria dengan wanita.

Sofia Yustiani Suryandari (2006) dalam penelitia tesis yang berjudul : “ Analisis
Pengaruh Merk, Country of Design dan Country of Manufacture terhadap
persepsi kualitas dan niat beli “mengemukakan paradigma penelitian
sebagaimana gambar di berikut ini :
Gambar 13 Paradigma Penelitian Tesis S2

Merk
(X1)

Persepsi Kualitas
21 (Y1)
Country of
Design (X2)
X2

Niat Beli
Country of Y2
Manufacture
(X3)

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

Secara umum “ tinjauan pustaka” berisikan 2 (dua) bagiian yakni : 1) review


informasi pendukung dan (2) review hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Review informasi pendukung dan hasil-hasil penelitian sebelumya diuraikan

22
dalam benuk diskusi (discussion) yang membentuk sebuah cerita (story) bukan
kliping informasi. Hal ini bertujuannya antara lain :
a) Untuk membangun hipotesis.
b) Untuk mendukung hipotesis yang dirumuskan secara konsistten dengan
tujuan penelitian.
c) Untuk mendukung expected results penelitian tersebut.

1. Review informasi pendukung

Informasi pendukung dalam tinjauan pustaka sering bersumber dari buku


maupun sumber ilmiah lainnya (seperti working paper). Semua sumber informasi
tersebut harus tercermin dalam bibliography skripsi/thesis/disertasi. Informasi
pendukung yang direview harus merupakan informasi yang benar-benar berkaitan
langsung atau relevan dengan topik penelitian yang akan dilakukan.
Beberapa catatan penting berdasarkan contoh penulisan “ Tinjauan Pustaka”
berkenaan dengan bagian “informasi pendukung” antara lain :
1) Pada bagian tinjauan pustaka penulis boleh memasukan sub bahasan “ Dasar
Hukum dan Kebijakan “maupun peraturan dan ketentuan lainnya yang
dianggap relevan dengan topik penelitian.
2) Penulis mampu menghubungkan berbagai informasi pendukung menjadi satu
kesatuan yang utuh.

2. Review Hasil Penelitian Sebelumnya

Tinjauan pustaka juga berisikan uraian review hasil-hasil penelitian


sebelumnya (terdahulu) untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Hasil-hasil
penelitian terdahulu yang dimaksud dapat berupa skripsi, tesis, maupun disertasi
serta jurnal-jurnal. Penelitian terdahulu yang direview harus betul-betul terkait
atau relevan dengan topik penelitian – skripsi/tesis/disertasi yang akan ditulis.
Dalam “ tinjauan pustaka ” ini perlu diuraikan tentang berbagai model,
sampel, lingkup ataupun data yang digunakan oleh para peneliti sebelumnya.
Akan lebih sempurna jika dalam tinjauan pustaka tersebut ditampilkan juga (jika
ada) tabel yang menggambarkan ringkasan penting dari hasil-hasil penelitian
sebelumnya.

B. Landasan Teori
1. Pengertian Teori

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses


penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan
teoritis untuk pelaksanaan penelitian.
Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Seperti dikemukakan oleh
Kerlinger (1978) “ Teory is a set of interrelated construct (concepts),
definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena
by specifying relations among variables, with purpose of explaining and
predicting the phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep)
23
definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik,
melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Selanjutnya Cooper and schindler (2003) mengemukakan bahwa : A
theoryis a set of systematically interrelated concepts definition, and
proposition that are advanced to explain and predict phenomena (fact). Teori
adalah seperangkat konsep, definisi, dan posisi yang tersusun secara sistimatis
sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Mark 1963, dalam Sitirahayu Hadotono (1999) membedakan adanya tiga
macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris.
Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :

a. Teori yang deduktif : memberi keterangan mulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.

b. Teori yang induktif : adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. dalam
ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist

c. Teori yang fungsional : di sini nampak suatu interaksi pengaruh antara data
dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat


konsep, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara
umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu : untuk menjelaskan
(explanation),meramalkan (prediction), pengendalian (control) suatu
gejala atau fenomena.

2. Deskripsi Teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis


tentang teori (dan bukan sekedar pendapat para pakar atau penulis buku) dan
hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah
kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan, akan tergantung
pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah
variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel
independen dan satu variabel dependen maka kelompok teori yang perlu
dideskripsikan ada empat kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel
independen dan satu dependen. Oleh karena itu semakin banyak variabel
yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-
variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan
mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan
prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas
dan terarah.

24
Teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian
dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan
konteks yang diteliti atau tidak. Variabel –variabel penelitian yang tidak
dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan
dan hubungan antar variabel yang diteliti, menunjukan bahwa peneliti tidak
menguasai teori dan konteks penelitian.
Untuk menguasai teori peneliti harus membaca dan terus membaca dan
menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat menegakan
landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca merupakan
keterampilan yang perlu dikembangkan dan dipupuk (Sumadi Suryabrata
1996).
Untuk dapat membaca dengan baik maka peneliti harus mengetahui
sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berbentuk buku-buku
teks, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah dan hasil-hasil penelitian. Bila peneliti
tidak mempunyai sumber-sumber bacaan sendiri maka dapat melihat di
perpustakaan, baik perpustakaan lembaga formal maupun perpustakaan
pribadi.
Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria yaitu : relevansi,
kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini
justru menggunakan sumber-sumber bacaan lama). Relevansi berkenaan
dengan kecocokan antara variabel yang diteliti dengan teori yang
dikemukakan, kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang
dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu.Makin baru sumber
yang digunakan maka akan semakin mutakhir teori.
Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan
diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis hasil penelitian
yang relevan dengan apa yang akanditeliti dapat dilihat dari : permasalahan
yang diteliti, waktu penelitian, analisis dan kesimpulan. Misalnya peneliti yang
terdahulu melakukan penelitian tentang penjualan jenis kendaraan bermotor
di Jawa Timur, dan peneliti berikutnya meneliti di Jawa Barat. Jadi hanya beda
lokasi saja. Peneliti kedua ini dapat menggunakan referensi peneliti yang
pertama (Sugiono halaman 87).
Langkah-langkah untuk dapat untuk dapat melakukan
pendeskripsian teori adalah sebai berikut :
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan ( buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah,
laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan
yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yanng akan diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk laporan
penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan,
tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data,
analisis dan kesimpulan dan saran yang diberikan).

25
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain dan pilih definisi
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca buku seluruh isi topik yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti,
lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip
atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.

3. Kerangka berfikir
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992)
mengemukakan bahwa : Kerangka berfikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
atar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel
moderator dan intervening, maka perlu dijelaskan, mengapa variabel itu
ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut ,
selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena
itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada
kerangka berfikir.
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya
dirumuskan hipotesis komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam
rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun
komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka pikir.
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi
argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan
hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap
gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan. Suriasumantri (1986) kriteria
utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan
adalah alur-alur pikiran yang logis daam embangun suatu kerangka berfikir
yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis.
Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar
variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang akan diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel
tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Gambar 14 Proses kerangka berfikir untuk merumuskan hipotesis

Variabel
26
X
Variabel
Y

Membaca buku Membaca buku Membaca Membaca buku &


&Hasil Penelitian &Hasil Penelitian buku&Hasil Hasil Penelitian
Penelitian

Membaca buku& Membaca


Membaca buku Membaca buku
Hasil Penelitian buku&Hasil
&Hasil Penelitian &Hasil Penelitian
Penelitian

Membaca buku & Membaca buku & Membaca Membaca


Hasil Penelitian Hasil Penelitian buku&Hasil buku&Hasil
Penelitian Penelitian

Analisis Analisis Analisis Analisis


Komparatif Komparatif Komparatif Komparatif
thdap teori- thdap teori- thdap teori- thdap teori-
teori &HP yg teori &HP yg teori &HP yg teori &HP yg
diambil diambil diambil diambil

Sintesa/kesimpulan Sintesa/kesimpulan

Kerangka Berfikir

Hipotesis
Perhatikan langkah-langkah menurut gambar 14 di atas :

1. Menetapkan variabel yang diteliti.


Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun
kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dahulu
variabel penelitiannya. Berapa jumlahh variabel yang diteliti, dan apakah nama
setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan
dikemukakan. Jika variabel penelitiannya lima, maka minimal akan menggunakan
lima teori.

2. Membaca buku dan hasil penelitian (HP)


Setelah menentukan variabel, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-
buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku yang dibaca dapat berbentuk buku

27
teks, ensiklopedia dan kamus. Hasil penelitian dn kamus. Hasil penelitian yang
dapat dibaca adalah laporan penelitian, journal ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi.

3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)


Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori berisi tentang definisi
terhadap masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup
setiap variabel, dan kedudukan antara variabel yang satu dengan yang lain dalam
konteks penelitian itu.

4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian


Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secar kritis terhadap teori-teori dan hasil
penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji
apakah teori-teori dan hasil penelitian telah ditetapkan itu betull-betul sesuai
dengan objek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal
dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.

5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian


Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu
dengan teori yang lain, dan hasil penelitiian satu dengan penelitian lain. Melalui
analisis komparatif ini, peneliti dapa memadukan antara teori satu dengan teori
yang lain atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
6. Sintesa/ kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori dan hasil penelitian yang
relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan
sintesa atau kesimpulan sementara.Perpaduan sintesa antara variabel satu
dengan variabel yang lain akan mengasilkan kerangka berfikir selanjutnya dapat
digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Kalimat terakhir kerangka berfikir adalah “


Jika............................maka.......................”

4. Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalaam
penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir.
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis.
Penelitian yang bersifat eksploratif dan sering juga dalam penelitian deskriptif
tidak perlu merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara oleh karena jawaban yang
diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum
jawaban yang empirik.
28
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara atau pernyataan tentatif yang berhubungan dengan permasalahan
sehingga berguna dalam mencari/mendapatkan alat pemecahan. Setiap alat yang
disarankan untuk pemecahan masalah harus dirumuskan sehingga dapat diuji
dan hubungannya terhadap permasalahan harus nyata.
Secara logis dan fungsional suatu hipotesis harus menunjukan suatu
hubungan. Hubungan itu secara implisit atau eksplisit, membentuk suatu hipotesis
dalam bentuk pernyataan “ jika........maka.........”. Jadi hipotesis harus menunjukan
hubungan sebab akhibat. Contoh : Jika Provinsi Nusa tenggara Timur dapat
meningkatkan produksi daging sapi dengan 20 % dan mengurangi biaya produksi
dengan 10 %, maka kebutuhan daging NTT akan terpenuhi “ .
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak
merumuskan hipotesis, tetapi justeru menemukan hipotesis. Selanjutnya
hipotesis, terebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif.
Hipotesis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau kualitatif,
peneliti perlu membedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis
statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas.
Selanjutnya hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan sampel.
Jika penelitian tidak menggunakan sample maka tidak ada hipotesis
statistik.
Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian tetapi tidak
ada hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh populasi mungkin
akan terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada hipotesis statistik. Ingat
bahwa hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan
hipotesis yang akan diuji dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya
adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja disusun berdasarkan teori yang
dianggap handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena teori yang
digunakan masih diragukan kehandalannya.
Gambar 15 Penelitian populasi tidak ada hipotesis statistik

Data dikumpulkan dari populasi,


kesimpulan berlaku untuk populasi,
jadi tidak ada hipotesis statistik.
Populasi
Penelitian
Contoh Hipotesis Penelitiannya :

1. Kemapuan daya beli masyarakat (populasi) itu rendah (hipotesis deskriptif)


2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan daya beli antara kelompok masyarakat
petani dan nelayan (dalam populasi itu / hipotesis komparatif)
3. Ada hubungan positif antara penghasilan dengan kemampuan daya beli
masyarakat (dalam populasi itu/ hipotesis asosiatif)
Dalam gambar 15 di atas yang diteliti adalah populasi sehingga hipotesis
statistiknya tidak ada. Yang ada hanya hipotesis penelitian. Dalam

29
pembuktiannya tidak ada istilah “ signifikansi” (taraf kesalahan atau taraf
kepercayaan).

Selanjutnya perhatikan gambar 16 berikut ini, yaitu penelitian dengan menggunakan


sampel. Pada penelitian ini untuk mengetahui keadaan populasi, sumber datanya
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Jadi yang dipelajari adalah
data sampel.
Dugaan apakah data sampel itu dapat diberlakukan ke populasi, dinamakan
hipotesis statistik.

Gambar 16 Penelitian bekerja dengan data sampel, terdapat hipotesis


statistik

Keadaan populasi dapat atau tidak


diketahui jumlahnya
Populasi
Penelitian

Reduksi

Data dikumpulkan dari


sampel kesimpulan
berlaku untuk populasi
Generalisasi yang
bersifat hipotetik

sampel

Pada gambar di atas terdapat hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.


Hipotesis statistik diperlukan untuk menguji apakah hipotesis penelitian yang hanya
diuji dengan data sampel itu dapat diberlakukan untuk populasi atau tidak. Dalam
pembuktian ini akaan muncul istilah signifikansi, taraf kesalahan dan kepercayaan dari
pengujian. Signifikansi artinya hipotesis penelitian yang telah terbukti pada sampel itu
( baik deskriptif, komparatif maupun asosiatif) dpat diberlakukan ke populasi.

Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik :

1. Ada perbedaan yang signifikan antara penghasilan rata-rata masyrakat


dalam sampel dengan populasi. Penghasilan masyarakat itu paling tinggi
hanya Rp 500.000/bulan (hipotesis deskriptif).
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penghasilan petani dan nelayan
(hipotesis komparatif).
3. Ada hubungan yang positif dan signifikanantara curah hujan dan jumlah
payung yang terjual (hipotesis asosiatif/hubungan). Ada hubungan positif

30
artinya bila curah hujan tinggi maka akan semakin banyak payung yang
terjual.

Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol.
Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis nol dinyatakan
dalam kalimat negatif.

Contoh hipotesis kerja :


“ Ada hubungan yang positif dan signifikan antara curah hujan dengan jumlah payung
yang terjual “ (hipotesis asosiatif, hipotesis kerja) ;

Contoh hipotesis nol :


“ Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara curah hujan dengan
jumlah payung yang terjual” (hipotesis asosiatif, hipotesis nol).

Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis kerja dan
hipotesis alternatif (hipotesis alteratif tidak sama dengan hipotesis kerja). Dalam
kegiatan penelitian, yang diuji terlebih dahulu adalah hipotesis penelitian terutama
pada hipotesis kerjanya. Bila penelitian akan membuktikan apakah hasil pengujian
hipotesis itu signifikan atau tidak, maka diperlukan pengujian terhadap hipotesis
statistik. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis statistik ini
adalah inferensial. Statistik yang bekerja dengan data populasi adalah statistik
deskriptif.
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, karena peneliti
tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi atau statistik dan para
meter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, dan
statistik di sini ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.

Bentuk-bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah
penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu : rumusan massalah deskriptif (variabel madiri), komparatif
(perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis
penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif/hubungan.
Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
deskriptif; hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
komparatif; hipotesis asosiatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
asosatif/hubungan.

a. Hipotesis Deskriptif

1) Rumusan Masalah Deskriptif


(a) Berapa daya tahan lampu pijar merk X ?
(b) Seberapa tinggi semangat kerja karyawan PT. Y ?
(c) Seberapa tinggi disiplin dan produktivitas pegawai Swasta ?

2) Hipotesis Deskriptif

31
Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam (H0). Ini merupakan hipotesis nol,
karena daya tahan lampu yang ada pada sampel yang diharapkan tidak
berbeda secara signifikan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi.

“ Daya tahan lampu pijar merk X ≠ 600 jam (Ha).

“Tidak sama dengan“ ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam

3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)

H0 : μ = 600
Ha : μ ≠ 600 atau >600 atau <600

μ : adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan/ditaksir.

Untuk rumusan masalah no 2) hipotesisnya bisa berbentuk demikian :

a) Semangat kerja karyawan PT X = 75% dari kriteria ideal yang ditetapkan.

b) Semangat kerja karyawan di PT X paling sedikit 60% dari kriteria ideal yang
ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih besar atau sama dengan ≥).

c) Semangat kerja karyawan di PT X paling banyak 60% dari kriteria ideal


yang ditetapkan (paling banyak itu berarti lebih kecil atau sama dengan
≤).

Dalam kenyataan hipotesis yang diajukan salah satu saja, dan hipotesis mana
yang dipilih tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan yang
dilakukan pada objek. Hipotesis alternatifnya masing-masing adalah :

a. Semangat kerja karyawan PT X ≠ 75%


b. Semangat kerja karyawan PT X < 75%
c. Semangat kerja karyawan PT X > 75%

Hipotesis statistik adalah (hanya ada bila berdasarkan data sampel)

a) H0 : ρ = 75%
Ha : ρ ≠ 75%

b) H0 : ρ ≥ 75%
Ha : ρ < 75%

c) H0 : ρ ≤ 75%
Ha : ρ > 75%

ρ = hipotesis yang berbentuk prosentasi

32
b. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya
yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh :
1) Rumusan masalah komparatif
Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan
dengan PT Y

2) Hipotesis komparatif :
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga
model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut :

Hipotesis Nol :
1) H0 : Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PTX
dan PT Y ; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara PT X dan Y,
atau,

2) H0 : Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (≥) PT Y


(lebih besar atau sama dengan = paling sedikit).

3) H0 : Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan (≤) PT Y


(lebih kecil atau sama dengan = paling besar).

Hipotesis Alternatif :
4) Ha : Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (>)atau lebih kecil (<) dari
Karyawan PT Y.
5) Ha : Produktivitas kerja karyawan PT X lebih kecil (<) dari pada Karyawan
PT Y.
6)Ha : Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (>)
Karyawan PT Y.

3) Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) H0 : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2

μ1 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT X


μ2= rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT Y

2) H0 : μ1 ≥ μ2
Ha : μ1< μ2

3) H0 : μ1 ≤ μ2
Ha : μ1> μ2

33
c. Hipotesis Asosiatif

Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah


asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh :
1) Rumusan Masalah Asosiatif
“ Adakah hubungan antara tinggi badan pelayan toko dengan barang yang
terjual ? ”

2) Hipotesis Penelitian :
“ Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan
toko dengan barang yang terjual. “

3) Hipotesis Statistik :

H0 : ρ = 0 berarti tidak ada hubungan

Ha : ρ ≠ 0 “ tidak sama dengan nol berarti lebih besar


atau kurang (-) dari nol berarti ada hubungan “

ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan

BAB IV
POPULASI DAN SAMPEL
A. POPULASI

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

34
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki subjek atau objek itu.
Misalnya akan melakukan penelitian di perusahaan X ini merupakan populasi.
Perusahaan mempunyai sejumlah orang/subjek dan objek yang lain. Hal ini berarti
populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi perusahaan X juga mempunyai
karakteristik orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya,
kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga mempunyai
karakteristik objek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang, produk
dan jasa yang dihasilkan dan lain-lain. Yang terakhir berarti populasi dalam arti
karakteristik. Satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu
mempunyai berbagai karakteristik misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara
bergaul, kepemimppinannya dan lain-lain. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari
semua karakteristik yang dimiliki presiden Y.
Dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi. Darah
yang ada pada setiap orang adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup diambil
sebagian darah yang berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut
selanjutnya diberlakukan seluruh darah yang dimiliki orang tersebut.

B. SAMPEL

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari
sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi tu harus betul-betul representatif (mewakili).
Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan
gajah karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan
gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajajah itu sepertih, maka ia
menyimpulkan bahwa gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang
ekornya, maka ia menyimpulkan bahwa gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah

35
kalau sampel dipilih tidak representatif, maka ibarat tiga orang buta itu yang membuat
kesimpulan tentang gajah.

C. TEKNIK SAMPLING

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk


menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan.
Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjad dua yaitu
Probablity Sampling dan Nonprobability sampling. Teknik sampling untuk
penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 17
Teknik Sampling

Teknik
Sampling

Probability Non Probability


sampling sampling

1. Simple random
sampling
2. Proportionate 1. Sampling sitematis
stratified random 2. Sampling kuota
sampling 3. Sampling
3. Disproportionate insidental
stratified random 4. Purpose sampling
sampling 5. Sampling jenuh
4. Area (cluster) 6. Snowball sampling
sampling (sampling
menurut daerah)
1. Probablity Sampling

Probablity Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang


yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggoyta
sampel. Teknik ini meliputi : simple random sampling,proportionate stratified
random sampling, disproportionate stratified random sampling, area (cluster)
sampling (sampling menurut daerah).

36
a. Simple random sampling
Pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota
populasi dianggap homogen.
Gambar 18
Teknik siple random sampling

Populasi
homogen/relatif Diambil secara random
Sampel yg
homogen
representatif

b. Proportionate stratified random sampling


Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang
mempunyai pegawai dari latar beakang pendidikan yang berstrata, maka
populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1= 45,S2
= 30, STM = 800, SMP = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang
harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut. Teknik Proportionate
Stratified Random Sampling dapat digambarkan seperti gambar 19.

Gambar 19
Proportionate stratified random sampling

37
c. Disproportionate stratified random sampling

Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata
tapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai 3
orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang
SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan , 4 orang lulusan S2 itu diambil semuanya
sebagai sampel. Karenna dua kelompok ini terlalu kecil bila dibanding dengan
kelompok lainnya (S1, SMU, SMP).

d. Cluster sampling (Areasampling)


Teknik samppling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek
yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu
negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan
dijadikan sumber data maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah
populasi yang telah ditetapkan.
Misalnya : di Indonesia terdapat 33 propinsi dan sampelnya akan
menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi, dilakukan secara
random. Tetapi perlu diingat karena propinsi-propinsi di Indonesia berstrata (tidak
sama) maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random
sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang tidak,
ada yang mempunyai hutan banyak, ada yang tidak, ada yang kaya bahan
tambang ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga
pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapt ditetapkan.

38
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap yaitu tahap
I menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya adalah menentukan orang-
orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Teknik ini dapat
digambarkan sebagai mana gambar 20 berikut ini.

Gambar 20 : Teknik Cluster Random sampling


sssPopulasi daerah

Tahap I
A
AAA
B
Tahap II
E C A C
D D
F A A
G F
A I
A
H A
A
Diambil dengan randon Sampel individu

Sampel Daerah

2. Nonprobability sampling

39
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama sama bagi setiap unsur atau anggoata populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi :sampling sitematis,sampling
kuota,sampling insidental, purpose sampling, sampling jenuh,snowball sampling.

a. Sampling sitematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Missalnya anggota populasi
yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut 1 sampai
dengan nomor 100. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil nomor
ganjil, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu. Misalnya kelipatan dari
bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5,
10,15, 20 dan seterusnya sampai 100.

Gambar 21 : Sampling sistematis dengan kelipatan 3.

POPULASI
1 11 21 31
2 12 22 32
3 13 23 33
SAMPEL
4 14 24 34 3 24
5 15 25 35 6 27
Diambil secara
sistematis
9 30
6 16 26 36
12 33
7 17 27 37 15 36
8 18 28 38 18 39
21
9 19 29 39
10 20 30 40

b. Sampling kuota

40
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai
contoh : kita akan melaakukan penelitian tentang pendapat masyarakat
terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan ijin mendirikan bangunan.
Jumlah sampel yang ditentukan berjumlah 500 orang. Kalau pengumpulan data
belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum
selesai, karena belum memenuhi kuata yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5
orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat
menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat
mencari data dari 500 orang anggota sampel.

c. Sampling insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang berdasarkan kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui
itu cocok sebagai sumber data.

d. Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbbangan
tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian
tentang kondisi politik di suatu daerah maka maka sumber datanya adalah
orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian
kualitatif, atau ppenelitian-peneltian yang tidak melakukan generalisasi.

e. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalaah teknik penentuan sampel biila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang (sugiyono : 123) atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
f. Snowball Sampling
41
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnyya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih
satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap
terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang
lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang
sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposive dan
snowbal. Misalnya akan meneliti siapa provokator kerusuhan, maka akan
cocok menggunakan Purposive dan snowball sampling.

Gambar 22 : Snowball sampling

B C

D E F G H I

J K L M N O

D. MENENTUKAN UKURAN SAMPEL

42
Jumlah anggota sampel yang digunakan, diharapkan dapat 100% mewakili
populasi adalah sasma dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jika
populasi berjumlah 1000 orang dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk
1000 orang tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah populasi tersebut sebesar 1000 orang. Makin besar sampel
yang digunakan mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi
semakin kecil dan sebaliknya.
Berapa jumlah anggota sampel paling tepat yang digunakan dalam
penelitian ? jawabnya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang
dikehendaki. Tingkat ketelitian atau kepercayaan yang dikehendaki sering
tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar
tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan dan
sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah
sampel yang diperlukan sebagai sumber data.
Untuk menentukan ukuran sampel dapat menggunakan tabel yang
dikembangkan oleh Isaac dan Mikhael untuk tingkat kesalahan 1%, 5 %, dan
10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui
jumlahnya adalah sebagai berikut.

Rumus : Menentukan ukuran sampel

𝛌𝟐 . 𝐍. 𝐏. 𝐐
𝐒=
𝐝𝟐 (𝐍 − 𝟏) + 𝛌𝟐 . 𝐏. 𝐐

λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5 %, 10%.


P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel.

Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi mulai
dari 10 sampai dengan 1.000.000. (Tabel ukuran sampel dapat dilihat pada
tabel dalam buku Sugiyono tabel 5.1 halaman 125).

43
Ukuran sampel menurut tabel ini mempunyai asumsi bahwa populasi
berdidstribusi normal. Bila sampel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi
homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai. Misalnya populasi benda
katakan logam, di mana susunan molekulnya homogen, maka jumlah sampel
yang diperlukan 1% saja sudah cukup bisa mewakili.
E. CONTOH MENENTUKAN UKURAN SAMPEL
Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat
terhadap pelayanan pendidikan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu.
Kelompok masyarakat itu terdiri dari 1000 orang, yang dapat dikelompokan
menurut jenjang pendidikan yaitu S1 = 50, Sarjana Muda = 300, SMK = 500, SMP
= 100, SD = 50 (populasi berstrata).
Dengan menggunakan tabel 5.1, bila jumlah populasi = 1000 dengan
tingkat kesalahan 5% maka jumlah sampelnya = 258. Karena populasi berstrata
maka sampelnya juga berstrata. Dengan demikian sampel masing-masing strata
sebagai berikut :
S1 = 50/1000 X 258 = 12,90 = 13
SM = 300/1000 X 258 = 77,40 = 78
SMK = 500/1000 X 258 = 129,00 = 129
SMP = 100/1000 X 258 = 25, 8 = 26
SD = 50/1000 X 258 = 12,90 = 13
Jumlah = 259.
Roscoe dalam buku Research Method For Busniss memberikan saran-saran
tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini :
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500
2. Bila sampelnya dibagi dalam kategori (misalnya : pria – wanita, pegawai –
negeri – swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori
minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis multivariate ( korelasi atau
regresi ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari variabel
yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen)
maka jumlah anggota sampel 10 X 5 = 50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol maka juumlah anggota sampel masing-
masingantara 10 s/d 20.
44
BAB V
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk


mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif- naturalistik peneliti akan
menjadi lebih banyak menjadi instrumen, karrena dalam penelitian kuallitatif peneliti
merupakan key instrumments.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan
demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung
pada jumlah variabel yang diteliti. Bila variabel penelitiannya 5, maka jumlah
instrumen yang akan digunakan untuk penelitian juga 5. Instrumen-instrumen
penelitian sudah ada yang dibakukan, tetapi masih ada yang harus dibuat peneliti
sendiri. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan tujuan menghasilkan data kualitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus
mempunyai skala.

A. MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN


Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat
ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan data kuanitatif. Contoh
timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas dibuat dengan
skala miligram (mg) dan akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam
satuan mg bila digunakan untuk mengukur, meteran sebagai instrumen untuk
mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akan menghasilkan data
kuantitatif panjang dengan satuan mm.
Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diiukur dengan
instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih
akurat, efisien dan komunikatif. Misalnya berat emas 19 gram, berat besi 1000 kg,
suhu badan orang yang sehat 370Celsius, IQ seseorang 150.
Selanjutnya dalam pengukuran sikap-sikap sekelompok orang akan
diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap. Macam-macam skala
pengukuran dapat berupa : skala nominal, skala ordinal, skala interval dan

45
skala rasio. Skala pengukuran itu akan diperoleh data nominal, ordinal, interva
gdan rasio.
Berbagai sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi,
Pendidikan, Sosial antara lain :
1. Skala Likert
2. Skala Guttman
3. Rating Scale
4. Semantic deferential
Keempat jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan
data interval atau rasio. Hal ini akaan tergantung pada bidang yang diukur.

1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena
soosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut
sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata
antara lain :

a. Sangat setuju a. Selalu


b. Setuju b. Sering
c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang
d. Tidak setuju d. Tidak pernah
e. Sangat tidak setuju

a. Sangat positif a. Sangat baik


b. Positif b. Baik
c. Negatif c. Tidak baik
d. Sangat negatif d. Sangat tidak baik.

46
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya :

1. Sangat setuju/selalu/sangat positif/sangat baik diberi skor 5


2. Setuju/sering/positif/baik diberi skor 4
3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2
5. Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk
checklist ataupun pilihan ganda.
a. Contoh bentuk checklist
Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda dengan cara
memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia.

Jawaban
No. Pertanyaan/pernyataan SS ST RG TS STS

1 Prosedur kerja yang baru itu akan


segera diterapkan di perusahaan √
anda.

2 .......................................................

SS = Sangat setuju diberi skor 5


ST = Setuju diberi skor 4
RG = Ragu-ragu diberi skor 3
TS = Tidak setuju diberi skor 2
STS = Sangat tidak setuju diberi skor 1

47
Dengan teknik pengumpulan data angket/kuesioner, maka instrumen tersebut
misalnya diberikan kepada 100 orang karyawan yang diambil secara random. Dari
100 orang pegawai telah dilakukan analisis misalnya :

25 orang menjawab SS
40 orang menjawab ST
5 orang menjawab RG
20 orang menjawab TS
10 orang menjawab STS.

Berdasarkan data tersebut 65 orang (40 + 25) atau 65% karyawan menjawab setuju
dan sangat setuju. Jadi kesimpulannya mayoritas karyawan setuju dengan adanya
metode kerja yang baru.
Data interval itu juga dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban
berdasarkan skorsing setiap jawaban dari responden. Berdasarkan skor yang telah
ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut :

Jumlah skor untuk 25 orang yang menjawab SS = 25 x 5 = 125


Jumlah skor untuk 40 orang yang menjawab ST = 40 x 4 = 160
Jumlah skor untuk 5 orang yang menjawab RG =5x3 = 15
Jumlah skor untuk 20 orang yang menjawab TS = 20 x 2 = 40
Jumlah skor untuk 10 orang yang menjawab STS = 10 x 1 = 10
Jumlah total = 350

Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (seandainya semua
menjawab SS). Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian = 350. Jadi berdasarkan
data itu maka tingkat persetujuan terhadap metode kerja baru itu = ( 350 : 500) x 100%
= 70% dari yang diharapkan 100%.
Secara kontinum dapat digambarkan seperti berikut :
STS TS RG ST SS

100 200 300 350 400 500

48
Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden maka rata-rata 350 terletak
pada daerah setuju.
b. Contoh bentuk pilihan ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan
pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban
yang tersedia.
Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu/netral
d. Setuju
e. Sangat setuju

Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakkan pada
tempat yang berbeda-beda. Untuk jawaban di atas “ sangat tidak setuju diletakan pada
jawaban nomor pertama “. Untuk item selanjutnya jawaban “sangat setuju” dapat
diletakan pada jawaban nomor terakhir.
Dalam penyusunan instrumen untuk variabel tertentu, sebaiknya butir-butir
pertanyaan dibuat dalam bentuk kalimat positif, netral atau negatif, sehingga
responden dapat menjawab dengan serius dan kosisten. Contoh :
1. Saya mencintai mobil Diesel karena hemat bahan bakar (positif)
2. Mobil Diesel banyak diproduksi di Jepang (netral)
3. Mobil Diesel sulit dihidupkan di tempat dingin (negatif).
Dengan cara demikian maka kecenderungan responden untuk menjawab pada kolom
tertentu dari bentuk checklist dapat dikurangi. Dengan model ini juga responden akan
selalu membaca pertanyaan setiap item instrumen dan juga jawabannya.

2. Skala Guttman
Skala pengukuran tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ ya – tidak” ;
“benar- salah” ; “ pernah-tidak pernah” ; “positif-negatif ” dan lain-lain. Data
yang diperoleh berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau
pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai
“sangat tidak setuju” atau “tidak setuju”. Maka pada skala Guttman hanya ada
dua interval yaitu “ setuju “ atau “ tidak setuju “. Penelitian menggunakan skala

49
Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang dipertanyakan.
Contoh :
1. Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan
ini ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Pernahkan pimpinan melakukan pemeriksaan di ruang kerja anda ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi 1 (satu) dan terendah 0 (nol).
Misalnya untuk jawaban setujuh diberi skor 1 diberi skor 0. Analisa dilakukan seperti
pada skala Likert.
Pertanyaan yang berkenaan dengan fakta benda bukan termasuk dalam skala
pengukuran interval dikotomi. Contoh :
1. Apakah tempat kerja anda dekat jalan protokol ?
a. Ya
b. Tidak
2. Anda punya ijasah sarjana ?
a. Punya
b. Tidak punya

3. Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantik defferensial dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tapi tersusun dalam suatu garis kontinum yang
jawabannya yang sangat postifnya terletak di bagian kanan garis dan jawabannya
yang sangat negatift erletak di bagian kiri garis., atau sebaliknya. Dan yang
diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

Contoh :
Beri nilai gaya kepemimpinan manajer
anda 50
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi

Responden dapat memberi jawaban pada rentang jawaban yang positif sampai
dengan negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden yang dinilai.
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden
terhadap pemimpin itu sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban pada angka
3 berarti netral, dan bila memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi
responden terhadap pemimpinnya sangat negatif.

4. Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data
diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi
dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju,
pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model
rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif
yang telah disediakan . Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel, tidak
terbatas pada pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden
terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi,
kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.
Yang penting bagi penyusunan instrumen dengan rating scale adalah
harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban
pada setiap item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka

51
2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga
memilih jawaban dengan angka 2.
Contoh 1 :
Seberapa baik data ruang kerja yang ada di perusahaan A ?
Berilah jawaban dengan angka :
4 bila tata ruang itu sangat baik
3 bila tata ruang itu cukup baikl
2 bila tata ruang itu kurang baik
1 bila tata ruang itu sangat tidak baik
Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.

No. Pertanyaan tentang tata ruang kantor Interval jawaban


Item
1 Penataan meja kerja sehingga arus kerja menjadi
pendek 4 3 2 1
2 Pencahayaan alam tiap ruangan
4 3 2 1
3 Pencahayaan buatan/listrik tiap ruangan sesuai
dengan kebutuhan 4 3 2 1
4 Warna lantai sehingga menimbulkan pantulan
cahaya yang dapat menggangu pegawai 4 3 2 1
5 Sirkulasi udara setiap ruangan
4 3 2 1
6 Keserasian warna alat-alat kantor, perabot
dengan ruangan 4 3 2 1
7 Penempatan lemari arsip
4 3 2 1
8 Penempatan ruangan pimpinan
4 3 2 1
9
Meningkatkan keakraban sesama pegawai 4 3 2 1

10 Kebersihan ruangan 4 3 2 1

Bila instrumen tersebut digunakan sebagai angket dan diberikan kepada 30


responden, maka sebelum dianalisis, data ditabulasikan seperti tabel 6.1 buku
Sugiyono hal. 143.
Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) =
4 x 10 x 30 =1200. Untuk ini skor tertinggi tiap butir = 4, jumlah butir = 10 dan jumlah
responden = 30.

52
Jumlah skor hasil pengumpulan data = 818. Dengan demikian kualitas tata ruang
kantor lembaga “A” menurut persepsi 30 responden itu 818 : 1200 = 68% dari kriteria
yang ditetapkan. Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut :
300 600 900 1200

Sangat kurang 818 cukup baik sangat baik


Tidak baik
baik

Nilai 818 termasuk dalam kategori interval “ kurang baik “ dan cukup baik. Tetapi lebih
mendekati cukup baik.

TABEL : 1

53
JAWABAN 30 RESPONDEN TENTANG TATA RUANG KANTOR
Nomor Jawaban responden untuk item nomor
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
1 4 3 3 4 3 2 1 2 3 4 29
2 3 4 4 1 3 4 4 3 2 1 29
3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 28
4 1 2 3 2 3 3 3 3 2 3 25
5 4 3 3 3 3 3 1 2 2 4 29
6 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 15
7 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 18
8 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 33
9 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 36
10 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 14
11 3 3 3 3 3 2 2 1 1 3 24
12 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 15
13 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 28
14 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 33
15 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 26
16 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38
17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
18 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 27
19 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 27
20 1 1 1 2 2 3 3 3 3 2 21
21 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 26
22 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 28
23 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 37
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
25 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 35
26 3 3 2 2 2 2 3 4 4 4 29
27 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38
28 4 3 3 2 2 3 2 2 4 2 26
29 4 3 3 2 2 2 2 1 4 2 25
30 3 3 2 2 2 3 4 4 4 2 29
Jumlah 818

Contoh 2 :

54
Seberapa tinggi pengetahuan anda terhadap mata pelajaran berikut sebelum dan
sesudah mengikuti pendidikan dan latihan. Arti setiap angka adalah sebagai berikut.
0 = bila sama sekali belum tahu
1 = telah mengetahui sampai dengan 25%
2 = telah mengetahui sampai dengan 50%
3 = telah mengetahui sampai dengan 75%
4 = telah mengetahui 100% (semuanya)

Mohon dijawab dengan cara melingkari nomor sebelum dan sesudah latihan

Pengetahuan sebelum Mata Pelajaran Pengetahuan sesudah


mengikuti diklat mengikuti diklat
0 1 2 3 4 Komunikasi 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Tata ruang kantor 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Pengambilan keputusan 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Sistem pembuatan laporan 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Pemasaran 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Akuntansi 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Statistik 0 1 2 3 4

Dengan dapat diketahuinya pengetahuan sebelum dan sesudah mengikuti


diklat, maka pengaruh pendidikan dan latihan dalam menambah pengetahuan para
pegawai yang mengikuti diklat dapat dikenali.
Data dari pengukuran sikap dengan skala sikap adalah berbentuk data interval,
demikian juga dalam pengukuran tata ruang. Tetapi data hasil dari pengukuran
penambahan pengetahuan seperti tersebut di atas akan menghasilkan rasio.

1. Instrumen untuk menjaring data nominal


Contoh :
a. Berapakah jumlah pegawai di tempat anda bekerja ……pegawai
b. Berapakah orang yang dapat berbahasa Belanda ……..orang
c. Berapakah orang pemimpin yang anda sukai …….

55
d. Berapakah jumlah computer yang dapat anda gunakan di lembaga anda
…….komputer
e. Dari mana anda mengetahui tata kerja yang baru…….

2. Instrumen untuk menjaring data ordinal


Contoh :
Berilah rangking terhadap sepuluh pegawai di bidang pelayanan rumah sakit
sebagai berikut :
Nama Pegawai Rangking nomor
A ……………..
B ……………..
C ……………..
D ……………..
E 1.
F ……………..
G ……………..
H ……………..
I ……………..
J ……………..

Misalnya pegawai E adalah yang paling baik kinerjanya, maka pegawai


tersebut diberi rangking 1.

B. INSTRUMEN PENELITIAN
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena social
maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan
membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namn demikian dalam skala yang
paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk penelitian ( Emory,
1985).
Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus
ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian.
56
Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variable dalam ilmu
alam yang telah teruji validitas dan reabilitasnya antara lain : panas, instrumennya
adalah calorimeter, Variabel suhu instrumennya adalah thermometer, variable
panjang instrumennya adalah meteran, variable berat instrumennya adalah
timbangan berat (kg, gram, ons, ton, kwintal dan sebagainya).
Dalam penelitian social instrument penelitian yang digunakan sering disusun
sendiri termasuk menguji validitas dan reabilitasnya.
Jumlah instrument penelitian tergantung pada jumlah variable penelitian yang
telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang “ Pengaruh
kepemimpinan dan iklim kerja lembaga terhadap produktivitas kerja pegawai ”.
Dalam hal ini ada tiga instrument yang perlu dibuat yaitu :
1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan,
2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja,
3. Instrumen untuk mengukur produktivitas kerja pegawai.

C. CARA MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN


Titik tolak dari penyusuna instrument adalah variable-variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Dari variable tersebut diberikan definisi operasionalnya,
dan selanjutnya ditentukan indicator yang akan diukur. Dari indicator ini
kemudian dijabarkan menjadi btir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk
memudahkan penyusunan instrumen maka perlu digunakan matrik untuk
pengembangan instrumen.
Contoh misalnya variable penelitiannya “ tingkat kekayaan “. Indikator
kekayaan misalnya : rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan
yang sering dimakan, jenis olahraga yang dilakukan dan sebagainya. Untuk
indicator rumah, bentuk pertanyaannya misalnya : 1) berapa jumlah rumah, 2) di
,mana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah, 4) bagaimana kualitas
bangunan rumah dan sebagainya.
Untuk bisa menetapkan indicator-indikator dari setiap variable yang diteliti,
maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variable yang diteliti.,
dan teori2 yang mendukunnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrument
harus secermat mungkin agar diperoleh indicator yang valid. Caranya adalah
dengan membaca buku referensi, membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
sejenis dan konsultasi kepada orang yang dipandang ahli.
57
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Pengujian validitas instrument


a. Pengujian validitas konstrak (Construct Validity)
Untuk menguji validitas kostruksi, dapat digunakan pendapat dari para ahli
(judgment expert). Dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-
aspek yang dapat diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya
dapat dikonsultasikan dengan para ahli. Mungkin para ahli akan member keputusan
: instrument dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin
dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang ang bergelar
doctor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di
lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrument. Instrumen tersebut
dicobakan dengan pada sampel dari mana populasi diambil. (pengujian
pengalaman empiris ditunjukan pada pengujian validitas eksternal) jumlah anggota
sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka
pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis factor, yaitu dengan
mengkorelasikan antar skor item instrument dalam suatu factor, dan
mengkorelasikan skor factor dengan skor total.
Contoh :
Misalnya akan dilakukan pengujian construct validity melalui analisis factor
terhadap instrument untuk mengukur prestasi kerja pegawai. Jadi dalam hal ini
variable penelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan teori dan hasil
konsultasi ahli, indicator prestasi kerja pegawai meliputi dua factor yaitu : kualitas
hasil kerja dan kecepatan kerja. Selanjutnya indicator (factor) kecepatan kerja
dikembangkan menjadi 3 pertanyaan, dan kualitas hasil kerja dikembangkan
menjadi 4 pertanyaan. Instrumen yang terdiri dari 7 butir pertanyaan tersebut
selanjutnya dibwerikan kepada 5 pegawai sebagai responden untuk menjawabnya.
(Dalam prakteknya menggunakan sekitar 30 responden) Jawaban 5 responden
ditunjukan pada tabel berikut ini. Arti angka : 4 berarti sangat tinggi, 3 berarti tinggi,
2 berarti rendah, 1 berarti sangat rendah prestasinya. Seperti telah dikemukakan
bahwa, analisis factor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor
dengan skor total. Bila korelasi tiap factor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas

58
maka factor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis
factor itu dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut memiliki validitas konstruksi
yang baik.

TABEL : 2
DATA PRESTASI KERJA 5 PEGAWAI
No. Skor Faktor 1 untuk Skor Faktor 2 untuk butir Jml
Res. butir nomor : Jml 1 nomor : Jml 2 Total
1 2 3 (X1) 1 2 3 4 (X2) (Y)

1 3 4 3 10 3 3 2 4 12 22
2 4 3 2 9 4 3 4 4 15 24
3 1 2 1 4 3 2 1 2 8 12
4 3 3 3 9 4 4 3 3 14 23
5 2 2 4 8 3 1 2 1 7 15

Berdasarkan tabel di atas dengan rumus Pearson Product Moment telah


dihitung bahwa korelasi antara jumlah factor 1 (X 1) dengan skor total (Y) = 0,85 dan
korelasi antara jumlah factor 2 (X2) dengan skor total (Y) = 0,94. Karena skor total
kedua factor tersebut di atas 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kerja
dan kecepatan kerja merupakan konstruksi (construct) yang valid untuk variable
prestasi kerja pegawai.
Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrument itu valid atau tidak, dapat
diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total (Y). Jadi
untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila harga korelasi
di bawah 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrument tersebut tidak valid
sehingga harus diperbaiki atau dibuang.

Rumus Pearson Product Moment :

59
𝒏(∑ 𝒙𝒚)−(∑ 𝒙).(∑ 𝒚)
rhitung =
√{𝒏.(∑ 𝒙𝟐 )−(∑ 𝒙)𝟐 .(𝒏.∑ 𝒚𝟐 −(∑ 𝒚)𝟐 }

Keterangan :
rhitung = koefisien korelasi
∑ 𝑥 i = jumlah skor item

∑ 𝑦i = jumlah skor total (seluruh item)


n = jumlah responden

Kriteria korelasi ® :
a. r = 0 – 0,199 hubungan sangat lemah / sangat rendah/tidak valid
b. r = 0,20 – 0,399 hubungan lemah / rendah
c. r = 0,40 – 0,599 hubungan sedang / cukup tinggi
d. r = 0,60 – 0,799 hubungan kuat / tinggi
e. r = 0,80 – 1,000 hubungan sangat kuat (1 = sempurna)

Tabel 3
Hasil perhitungan validitas konstruk dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Nomor r hitung r kritis keputusan

r 1y 0,95 0,30 valid


r 2y 0,79 0,30 valid
r 3y 0,22 0,30 valid
r 4y 0,73 0,30 valid
r 5y 0,79 0,30 valid
r 6y 0,84 0,30 valid
r 7y 0,83 0,30 valid

Dari tabel di atas diketahui bahwa butir nomor 3 (factor 1) tidak valid, karena korelasi
butir tersebut dengan skor total hanya 0,22 (di bawah r kritis 0,30). Butir tersebut tidak
selaras dengan butir yang lain.

60
Pengujian seluruh butir instrument dalam suatu variable dapat juga dilakukan
dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan
jawaban tinggi dan jawaban rendah (Masrun (1979). Misalnya jumlah kelompok yang
tinggi diambi 27% dan kelompok yang rendah diambil 27% dari sampel uji coba.
Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test .
Contoh :
Suatu instrument penelitian akan digunakan untuk mengukur kinerja karyawan
pemasaran. Instrumen tersebut telah dikonsultasikan dengan para ahli pemasaran
dan dinyatakan siap untuk diujicoba. Uji coba diberlakukan terhadap sampel 25
responden yang tahu masalah pemasaran. Berdasarkan 25 responden tersebut dapat
dikelompokan 27 responden yang memberikan skor tinggi dan 27% skor rendah ( 27%
responden berarti 0,27 x 25 = 7)
Tabel : 4
KELOMPOK SKOR TINGGI DAN RENDAH PADA INSTRUMEN UNTUK
MENGUKUR KINERJA APARATUR NEGARA
Skor-skor kelompok Skor-skor kelompok
Tinggi Rendah
126 81
128 96
135 104
135 107
135 108
140 108
142 109

X = 135,1 X2 = 101,85
S1 = 6,1 S1 = 10,2
S12 = 38,1 S12 = 104,4

61
Untuk menguji daya pembeda secara signifikan digunakan rumus t-test sebagai
berikut :

𝒙𝟏−𝒙𝟐
“t“=
𝟏 𝟏
𝑺𝒈𝒂𝒃 √𝒏𝟏+𝒏𝟐

Di mana :

(𝑛1 −1)s1 2 +(𝑛2 −1)s2 2


Sgab= √ (𝑛1 +𝑛2 )−2

Berdasarkan data pada tabel di atas dan rumus tersebut, maka varian

gabungan (Sgab) dapat dihitung.

Sgab = √(𝟕−𝟏)𝟑𝟖,𝟏+(𝟕−𝟏)𝟏𝟎𝟒,𝟒
(𝟕+𝟕)−𝟐
= 𝟖, 𝟒

Selanjutnya dimasukan dalam rumus “t” di atas

𝟏𝟑𝟓,𝟏−𝟏𝟎𝟏,𝟖𝟓
“t“= = 7,37
𝟏 𝟏
𝟖,𝟖𝟒√𝟕+𝟕

Jadi “t” hitung = 7,37

Untuk mengetahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, maka harga “t”
hitung tersebut perlu diperbandingkan dengan harga “t” tabel. Bila t hitung lebih
besar dari t tabel, maka perbedaan itu signifikan sehingga instrument
dinyatakan valid.
Berdasarkan tabel “t” (tabel II dalam lampiran buku Sugiyono) dapat diketahui
dapat diketahui bahwa bila tingkat kesalahan 5%, dengan dk 12 maka harga “t”
tabel 1,78.(dk = 𝒏𝟏 + 𝒏𝟐 − 𝟐 = 12). Ternyata harga t hitung 7,37 jauh lebih besar
dari t tabel 1,78 sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan signifikan

62
antara kelompok skor tinggi (X1) dan kelompok rendah (X2). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa instrument tersebut valid.
Pengujian validitas dengan uji beda ini didasarkan asumsi bahwa kelompok
responden yang digunakan sebagai uji coba berdistribusi normal. Dengan
demikian kelompok skor tinggi dan kelompok skor rendah ara signifikan, sesuai
dengan bentuk kurva normal.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen


Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrument dapat
diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument
dengan teknik tertentu.
a. Test-retest
Uji realbilitas instrument penelitian dilakukan dengan cara mencobakan
instrument beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumentnya
sama, dan waktunya yang berbeda. Reabilitas diukur dari koefisien korelasi
antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi
positif dan signifikan maka instrument tersebut sudah dinyatakan reliable.
Pengujian cara ini sering juga disebut stability.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda,
tapi maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu butir saja). Berapa tahun
pengalama kerja anda di lembaga ini?. Pertanyaan tersebut dapat
ekuivalen dengan pertanyaan berikut :
Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian reabilitas instrument dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrument
berbeda. Reliabilitas instrument dihitung dengan cara mengkorelasikan antara
data instrument yang satu dengan data instrument yang dijadikan ekuivalent.
Bila korelasinya positif dan signifikan, maka instrument dapat dinyatakan
reliable.

63
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument
yang ekuivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini
merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrument dilakukan
dengan mengkorelasikan dua instrument, setelah itu dikorelasikan pada
pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Hal ini dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar : 23
Instrumen ekuivalen

Skor data Skor data


Pengujian Instrumen Pertama r1
Instrumen kedua
Ke 1

r6
r5

r3 r4

Pengujian Skor data Skor data


Instrumen Pertama Instrumen Pertama
Ke 2 r2

Gambar : Pengujian Reliabilitas Gabungan

Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu ang berbeda, akan dapat dianalisis
enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif
dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrument tersebut reliable.

Pengujian reliabiltas instrument dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari
Spearman Brown (Split half), KR.20, KR. 21 dan Anova Hoyt. Berikut diberikan rumus-
rumusnya.

64
1. Rumus Spearman Brown

𝟐𝒓𝒃
=
𝟏 + 𝒓𝒃

Di mana :
ri = reliabilitas internal seluruh instrument
rb= korelasi producmoment antara belahan pertama dan kedua

2. Rumus KR.20 (Kuder Richardson 20)

𝒌 𝒔𝒕 𝟐 −∑ 𝒑𝒊 𝒒𝒊
𝒓𝒊 = { 𝒔𝟐 }
𝒌−𝟏 𝒕

Di mana :
k = jumlah item dalam instrument
pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
𝑞𝑖 = 1‒ pi
S2t = Varians total

3. Rumus KR.21 (Kuder Richardson 21)

𝒌 𝑴(𝒌−𝑴
𝒓𝒊 = 𝒌−𝟏 {𝟏 − } 65
𝒌𝒔𝒕 𝟐
Di mana :
k = jumlah item dalam instrument
M = Mean skor total
𝑞𝑖 = 1‒ pi
S2t = Varians total

4. Analisis Varians Hoyt (Anova Hoyt)

𝑴𝑲
𝒓𝒊 = 1‒ 𝑴𝑲𝒆
𝒔

Di mana :
MKe = mean kuadrat antara subjek
MKs = Mean kuadrat kesalaha
𝑟𝑖 = reliabilitas instrumen

Contoh Pengujian validitas dan reliabilitas instrument (lihat contoh dalam buku

Metopenbisnis oleh Sugiyono halaman 187-192).

BAB VI
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

66
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu :
kualitas instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument
penelitian berkaitan dengan validitas dan reliabilitas instrument dan kualitas
pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpukan data. Oleh karena itu instrument yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliable apabila
instrument tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.
Beberapa teknik yang sering digunakan dalam mengumpulkan data yaitu : interview
(wawancara), angket dan observasi.

A. Interview (wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permsalahan yang harus diteliti,
dan juga pabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya kecil/sedikit. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-
tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986)
mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai
berikut :
1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang palin tahu tentang dirinya
sendiri.
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar
dan dapat dipercaya.
3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telpon.
1. Wancara Terstruktur
Dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya
pun telah disiapkan. Selain itu pewawancara bisa menggunakan tape recorder,
67
gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu memperlancar
wawancara.

Contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan masyarakat terhadap


mobil X. Yang diwawancarai adalah sampel yang dipilih secara random,
jumlahnya 15 orang. Pewawancara melingkari salah satu jawaban yang
diberikan responden.
1. Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap mobil merk X ?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat Tidak bagus
2. Bagaimanakah kualitas mesinnya ?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat Tidak bagus
3. Bagaimanakah suara mesinnya ?
a. Sangat kasar
b. Kasar
c. Halus
d. Sangat halus
4. Bagaimanakah kecepatan larinya ?
a. Bagus sekali
b. Bagus
c. Jelek
d. Sangat jelek

5. Bagaimanakah kenyamanan sewaktu dikendarai dngan kecepatan tinggi ?


a. Sangat nyaman
b. Nyaman
c. Tidak nyaman
68
d. Sangat tidak nyaman
6. Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap harga mobil baru tsbut ?
a. Sangat murah
b. Murah
c. Mahal
d. Sangat mahal
7. Bagaimanakah harga purna jualnya?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Jelek
d. Sangat jelek
8. Bagaimanakah perawatannya?
a. Sangat mudah
b. mudah
c. Sulit
d. Sangat sulit
9. Bagaimanakah pelayanan agen penjualan terhadap pemakai mobil ?
a. Sangat memuaskan
b. Memuaskan
c. Tidak memuaskan
d. Sangat tidak memuaskan
10. Bagaimanakah kelengkapan keamanan mobil tersebut ?
a. Sangat lengkap
b. Lengkap
c. Tidak lengkap
d. Sangat tidak lengkap

2. Wancara Tidak Terstruktur


Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas di mana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

69
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Contoh :
Bagaimanakah pendapat bapak/ibu terhadap kebijakan pemerintah
tentang impor gula dan beras saat ini ? Dan bagaimana dampaknya
terhadap pedagang dan petani ?

Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian


pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang
responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan
informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek,
sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variable
apa yang harus diteliti.

B. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan de ngan cara
member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner cocok digunakan untuk mengumpulkan data bila
jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas sehingga lebih
efisien. Kuesioner berpa pertanyaan atau pernyataan tertutup. maupun terbuka,
dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau
internet.
Uma Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket
sebagai teknik pengumpulan data yaitu : prinsip penulisan, pengukuran dan
penampilan fisik.
1. Prinsip penulisan angket
a. Isi dan Tujuan Pertanyaan
Apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan
?. kalau berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanaan atau
pernyataan harus teliti, setiap pertanyaan harus dalam bentuk skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variable yang
diteliti.
b. Bahasa yang digunakan

70
Bahasa yang digunakan dalam kuesiner harus disesuaikan dengan
kemampuan berbahasa responden. Jika responden tidak dapat berbahasa
Indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi
bahasa yang digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang
pendidikan responden, keadaan social budaya frame of reference dari
responden.
c. Tipe dan bentuk pertanyaan
Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data
nominal, ordinal, interval dan ratio adalah bentuk pertanyaan tertutup.
d. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua, sehingga menyulitkan
responden untuk memberikan jawaban. Contoh bagaimana pendapat anda
tentang kualitas dan harga barang tersebut. Ini adalah pertanyaan mendua,
karena menanyakan dua hal sekaligus. Sebaiknya pertanyaan seperti itu
sebaiknya dibagi dua yaitu bagaimanakah kualitas barang tersebut?
Bagaimanakah harga barang tersebut ?
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Pertanyaan sebaiknya tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya
responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban
dengan berpikir berat. Contoh bagaimanakah kinerja para penguasa
Indonesia 30 tahun lalu ?. Menurut anda bagaimanakah cara mengatasi
krisis ekonomi saat ini ? Kalau misalnya umur responden baru 25 tahun,
dan pendidikannya rendah, maka akan sulit memberikan jawaban.
f. Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban
yang baik saja atau ke yang jelek saja. Misalnya : bagaimanakah kalau
bonus atas jasa pemasaran di tingkatkan ? jawaban responden tentu
cenderung setuju. Bagaimanakah prestasi kerja anda selama setahun
terakhir ? jawaban akan cenderung baik.

g. Panjang perytanyaan
Pertanyaan dalam angket sebiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variable banyak

71
sehingga memerlukan instrument yang banyak, maka instrument tersebut
dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang
digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan secara empiric jumlah
pertanyaan yang memadai adalah antara 20 s/d 30 pertanyaan.
h. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket sebaiknya dimulai dari yang umum
menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit
atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis
mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Kalau awalnya
langsung diberi pertanyaan yang sulit dan spesifik maka responden akan
patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereka terima.

2. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrument
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variable yang akan diteliti. Untuk
dapat memperoleh jawaban yang valid dan reliable maka instrument ini
sebelum diisi oleh responden sebaiknya diuji terlebih dahulu. Instrumen yang
tidak valid dan reliable bila digunakan untuk mengumpulkan data akan
mengahasilkan data yang tidak valid dan reliable pula.
3. Penampilan fisik angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat
dalam kertas buram akan mendapat respon yang kurang menarik bagi
responden, bila disbandingkan dengan angket yang dicetak dalam kertas yang
bagus dan berwarna. Tetapi angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan
berwarna akan menjadi mahal.

C. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai cirri yang spesifilk bila
dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau
wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi
tidak terbatas pada orang, tetap juga objek-objek alam yang lain.

72
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis. Dua
diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dalam melakukan observasi ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data antara lain :
1. Observasi berperanserta (Participant observation)
Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan
demikian data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan dapat
mengetahui pada tingkat makna dari setiapperilaku yang Nampak.
Dalam suatu perusahaan misalnya, peneliti dapat berperan sebagai
karyawan, ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam
berkerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan suatu
karyawan dengan kary.awan lain, hubungan karyawan dengan supervisor
dan pimpinan, keluhan dalam melaksanakan pekerjaan dan lain-lain
2. Observasi non partisan
Pengamatan ini, peneliti hanya sebagai pengamat independen tidak terlibat
dalam kegiatan sumber data. Misalnya dalam suatu pusat belanja peneliti
dapat mengamati perilaku pembeli terhadap barang-barang apa saja yang
paling diminati saat itu. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya
dapat menarik kesimpulan tentang perilaku pembeli dan barang-barang apa
saja yang paling diminati pembeli. Teknik ini peneliti tidak akan
mendapatkan data yang mendalam dan tidak sampai pada tingkat makna.
Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan
yang tertulis.

3. Observasi terstruktur

73
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis tentang apa yang akan diamati, di mana tempatnya. Jadi
observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti
tentang variable apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan
peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji validitas dan
reliabiltas. Pedoman wawancara terstruktur atau angket tertutup dapat juga
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi. Misalnya peneliti
akan melakukan pengukuran terhadap kinerja karyawan bidang pemasaran
melalui pengamatan, maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dengan
menggunakan instrument yang digunakan untuk mengukur kinerja
karyawan tersebut.
4. Observasi tidak tersruktur
Observasi tidak tersruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena
peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam
melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah
baku, tetapi hanya berpa rambu-rambu pengamatan.
Dalam suatu pameran produk insdustri dari berbagai negara, peneliti belum
tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan
pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan
kemudian membuat kesimpulan.

BAB VII

74
TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari
seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah :
a. Mengelompokan data berdasarkan variable dan jenis responden,
b. Mentabulasi data berdasarkan variable dari seluruh responden,
c. Menyajikan data dari tiap variable yang diteliti,
d. Melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah,
e. Melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Untuk penelitian yang menggunakan hipotesis, langkah terakhir tidak
dilakukan.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistic.
Terdapat dua macam statistic yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian, yaitu statistic deskriptif dan statistic inferensial. Statistik
inferensial meliputi statistic parametris dan statistic non parametris.

A. Statistik Deskriptif dan Inferensial


Statistik deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi.
Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya)
jelas menggunakan statistic deskriptif dalam analisisnya ( Sugiyono hal
206). Tatapi bila penelitian dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat
menggunakan statistic deskriptif maupun inferensial. Statistik deskriptif dapat
digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin
membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi di mana sampel tersebut
diambil. Tetapi bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk
populasi, maka teknik analisis yang digunakan adalah statistic inferensial.
Termasuk dalam statistic deskriptif antara lain penyajian data melalui :
Tabel, garafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean
(pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan
penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan

75
prosentasi. Dalam statistic deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya
hubungan antara variable melalui analisis korelasi, melakukan prediksi melalui
analisis regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata
data sampel atau populasi. Hanya perlu diketahui bahawa dalam analisis
koerlasi, regresi atau membandingkan dua nilai rata-rata (populasi/sampel)
atau lebih tidak perlu diuji signifikansinya. Jadi secara teknis dapat diketahui
bahwa, dalam statistic deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf
kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak
ada kesalahan generalisasi.

Statistik inferensial (sering disebut juga statistic induktif atau statistic


probabilitas), adalah teknik statistic yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila
sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampelnya dilakukan
secara random.
Statistik ini disebut statistic probabilitas, karena kesimpulan yang diberlakukan untuk
populasi berdasarkan data sampel itu, kebenarannya bersifat peluang (probability).
Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu
mempunyai [eluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam
bentuk persentasi. Bila peluang kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, bila
peluang kesalahan 1% maka taraf kepercayaan 99%. Peluang kesalahan dan
kepercayaan disebut taraf signifikansi. Pengujian taraf signifikansi dari hasil suatu
analisis akan lebih praktis bila didasarkan pada tabel sesuai teknik analisis yang
digunakan. Misalnya uji “ t “akan digunakan tabel “t”, uji - F akan digunakan tabel F.
Pada setiap tabel sudah disediakan untuk taraf signifikansi berapa persen, suatu hasil
analisis dapat digeneralisasikan.
Contoh misalnya dari hasil analisis korelasi ditemukan koefisien korelasi 0,54
untuk signifikansi 5%. Hal itu berarti hubungan variable sebesar 0,54 dapat berlaku
pada 95 dari 100 sampel yang diambil dari suatu populasi. Contoh lain misalnya dalam
analisis uji beda ditemukan signifikansi untuk 1%. Hal ini berarti perbedaan itu berlaku
pada 99 dari 100 sampel yang diambil dari populasi.

Jadi signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan


kesalahan tertentu. Ada hubungan signifikan berarti hubungan itu dapat
76
digeneralisasikan. Ada perbedaan signifikan berarti perbedaan itu dapat
digeneralisasikan. Signifikan sering diartikan dengan bermakna, tidak dapat
diabaikan, nyata, berarti.

B. Statistik Parametris dan Nonparametris


Pada statistic inferensial terdapat statistic parametris dan nonparametris. Statistik
parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistic, atau
menguji ukuran populasi melalui sampel; (pengertian statistic di sini adalah data yang
diperoleh dari sampel). Parameter populasi itu meliputi rata-rata dengan notasi µ
(mu), simpangan baku 𝝈 (sigma), dan varians 𝝈𝟐 . Sedangkan statistiknya

adalah meliputi : rata-rata (X bar = X), simpangan baku “s” dan varians s2. Jadi
parameter populasi berupa µ (mu) diuji melalui X garis (x bar), selanjutnya 𝝈 diuji

melalui s, dan 𝝈𝟐 diuji melalui s2.


Dalam statistic, pengujian parameter melalui statistic (data sampel) tersebut dinmakan
uji hipotesis statistic. Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis statistic adalah
penelitian yang menggunakan sampel. Dalam statistic hipotesis yang diuji adalah
hipotesis nol, karena tidak dikehendaki adanya perbedaan antara parameter populasi
dan statistic (data yang diperoleh dari sampel).
Contoh : nilai suatu pelajaran 1000 mahasiswa rata-rata 7,5. Selanjutnya misalnya
dari 1000 orang itu diambil sampel 50 orang, dan nilai rata-rata dari sampel 50 orang
mahasiswa itu 7,5. Hal ini berarti tidak ada perbedaan antara parameter (data
populasi) dan statistic (data sampel). Statistik nonparametris tidak menguji parameter
populasi, tetapi menguji distribusi.
Penggunaan statistic parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi
dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak
asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang dianalisis harus berdidtribusi normal.
Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data homogen, dalam
regresi harus terpenuhi asumsi linieritas. Statistik nonparametris tidak menuntuk
terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi
normal. Oleh karena itu statistic nonparametris sering disebut “ distribution free “
(bebas berdistribusi).
Penggunaan kedua statistic tersebut juga tergantung pada jenis data ang
dianalisis. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data

77
interval dan rasio, sedangkan statistic nonparametris kebanyakan digunakan
untuk menganalisis data nominal dan ordinal.
Jadi untuk menguji hipotesis dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan
statistic, ada dua hal utama yang harus diperhatikan yaitu macam data data dan
bentuk hipotesis yang diajukan.
TABEL : 5
BENTUK HIPOTESIS
Deskriptif Komparatif Komparatif
(dua sampel) (lebih dari dua sampel)
(Satu Variable Asosiatif
MACAM atau satu (hubungan)
sampel) Related Independen Related Independen
DATA
Binomial Fisher Exact
Probability
Nominal Contingency
𝒙 𝟐
satu
Mc Nemar
𝒙 𝟐
dua
Cohcran Q 𝒙𝟐 k Coefficient C
sampel sampel sampel

Sign test Median test


Media
Run Test Spearman
Ordinal Wilcoxon Mann- Extention
Rank Correlation
matched Whitney Friedman
pairs Utest Two – Way
Anova Kruskal-
Komologorov Wallis One
Kendal Tau
Smirnov Way Anova

Wald-
Woldfowitz

One – Way One – Way Korelasi Product

Inteval Anova* Anova* Moment*


t – test *
t-test of
Ratio t – test* Two – Way Two – Way
Ralated Korelasi Parsial*
Independent Anova* Anova*
Korelasi Ganda*

Regresi Sedehana
&
Ganda*

* Statistik parametris
* Deskriptif untuk para metris artinya satu variable, dan untuk non parametris artinya satu sampel

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa :

78
1. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel (unisampel) bila datanya
berbentuk nominal maka digunakan teknik statistic :
a. Binomial
b. Chi kuadrat satu sampel
2. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel bila datanya berbentuk orninal,
maka digunakan teknik statistic :
“ Run Test ”
3. Untuk menguji hipotesis deskriptif satu variabel (univariabel) bila datanya
berbentuk interval atau rasio, maka digunakan :
“ t-test satu sampel “.
4. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan bila datanya
berbentuk nominal digunakan teknik statistic :
“ McNemar “
5. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan bila datanya
berbentuk ordinal digunakan statistic :
a. Sign test
b. Wilcozon matched pairs
6. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan bila datanya
berbentuk interval atau rasio, digunakan :
“ t-test” dua sampel
7. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya
berbentuk nominal digunakan statistic :
a. Fisher exact probability
b. Chi Kuadrat Dua sampel
8. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya
berbentuk ordinal digunakan teknik statistic :
a. Median Test
b. Mann-Whitney U Test
c. Kolmogorov Smirnov
d. Wald Wolfowitz
9. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan bila datanya
berbentuk interval atau rasio digunakan “ t-test sampel berpasangan
(related).”

79
10. Untuk menguji hipotesis komparatif “k” sampel berpasangan, bila datanya
berbentuk nominal, digunakan statistic : Chorcran Q
11. Untuk menguji hipotesis komparatif “k” sampel berpasangan, bila datanya
berbentuk ordinal, digunakan statistic : Friedman Two Way Anova
12. Untuk menguji hipotesis komparatif sampel berpasangan, bila datanya
berbentuk interval atau rasio, digunakan :
Analisis varians satu jalan maupun dua jalan (One Way dan Two Way Anova)
13. Untuk menguji hipotesis komparatif K sampel independen, bila datanya
berbentuk nominal, digunakan teknik statistic :
a. Chi Kuadrat K Sampel
14. Untuk menguji hipotesis komparatif K sampel independen, bila datanya
berbentuk ordinal, digunakan teknik statistik :
a. Median Extension
b. Kruskal – Wallis One Way Anova
15. Untuk menguji hipotesis asosiatif / hubungan ( korelasi ) bila datanya berbentuk
ordinal digunakan teknik statistik :
a. Koefisien Kontingensi
16. Untuk menguji hipotesis asosiatif / hubungan ( korelasi ) bila datanya berbentuk
ordinal digunakan teknik statistik :
a. Korelasi Spearman Rank
b. Korelasi Kendal Tau
17. Untuk menguji hipotesis asosiatif / hubungan bila datanya berbentuk interval
atau ratio , digunakan :
a. Korelasi Produk Moment : untuk menguji hipotesis hubungan antara
satu variabel independen dengan satu dependen )
b. Korelasi ganda bila untuk menguji hipotesis tentang hubungan dua
variabel atau lebih secara bersama – bersama – sama dengan satu
variabel dependen.
c. Korelasi parsial digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara
dua variabel atau lebih, bila terdapat variabel yang dikendalikan.
d. Analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana
peruahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan
atau diturunkan nilainya ( dimanipulasi )

80
Hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian berkaitan erat dengan rumusan
masalah yang diajukan, tetapi perlu diketahui bahwa setiap penelitian tidak harus
berhipotesis. Tetapi setiap penelitian harus merumuskan masalahnya. Penelitian yang
harus berhipotesis adalah penelitian yang menggunakan metode eksperimen.

C. JUDUL PENELITIAN DAN STATISTIK YANG DIGUNAKAN


Contoh 1
a. Judul : Pengaruh lama penayangan iklan di TV, terhadap nilai penjualan
barang
b. Bentuk paradigmanya adalah sebagai berikut :

X Y

X = lama penayangan iklan


Y = nilai penjualan

Diasumsikan penelitian tersebut akan menggunakan sampel iklan di TV yang diambil


secara random. Selanjutnya rumusan masalah, hipotesis yang diajukan dan Teknik
statistic yang digunakan dapat dijelaskan dalam bagan berikut.
Berdasarkan bagan tersebut terlihat bahwa, untuk judul penelitian yang terdiri
atas satu variable independent, dan satu dependen, terdapat dua rumusan masalah
deskriptif, dan satu asosiatif. Dengan demikian juga terdapat dua hipotesis deskriptif
dan satu hipotesis asosiatif. (Bila terdapat kesulitan dalam merumuskan hipotesis
deskriptif, maka hipotesis itu tidak perlu dirumuskan, tetapi rumusan
masalahnya saja yang harus dijawab dengan perhitungan statistic). Dua
hipotesis deskriptif diuji dengan statistic yang sama.
Teknik statistic yang ada pada table belum lengkap, terutama Teknik statistic
yang digunakan untuk mencari pengaruh (varians) variable tertentu terhada (varians)
variable lain. Untuk mencari pengaruh varians variable dapat digunakan teknik statistic
dengan menghitung besarnya koefisien determinasi. Koefisien determinasi dihitung
dengan mengkuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan, yang
selanjutnya dikalikan dengan 100%. Koefisien determinasi (penentu) dinyatakan
dalam persen. Jadi untuk contoh di atas, besarnya pengaruh lamanya penayangan
81
iklan di TV terhadap nilai penjualan barang yang diklankan dapat dihitung dengan
mengkuadratkan koefisien korelasi antara variable lamanya penayangan iklan
(satuan menit) dengan nilai penjualan (jumlah barang yang terjual dikali dengan
harga), selanjutnya dikalikan dengan 100%.
Jadi misalnya ditemukan korelasi positif dan signifikan antara lamapenayangan
iklan dengan nilai penjualan barang sebesar 0,80, hal ini berarti koefisien
determinasinya = 0,802 = 0,64. Jadi dapat disimpulkan bahwa varians terjadi pada
variable nilai penjualan 64% dapat dijelaskan melalui varias yang terjadi pada variable
lamanya penayangan iklan. Atau dapat dinyatakan bahwa pengaruh waktu
penayangan terhadap nilai penjualan sama dengan 64% sedangkan sisanya 36%
karena factor luar lamanya penayangan iklan. Korelasi positif antara lamanya
penayangan iklan dengan nilai penjualan barang sebesar 80% artinya makin lama
iklan ditayangkan di TV maka akan semakin tinggi nilai penjualannya.

82
c. Rumusan masalah, hipotesis, dan Teknik statistic untuk analisis data
(ketiganya sangat berkaitan)
Berikut ini diberikan contoh, rumusan masalah, hipotesis dan Teknik statistic
yang digunakan untuk menguji hiotesis berdasarkan judul penelitian seperti
debutkan di atas.

Rumusan Masalah Hipotesis Statistik untuk uji


hipotesis

Teknik statistic yang


digunakan untuk menguji
Berapakah rata-rata Rata-rata penayangan hipotesis dapat dilihat
waktu penayangan iklan iklan di TV paling tinggi pada table 5.
di TV ? 120 menit Data yang terkumpul
adalah rasio.
Hipotesisnya adalah
deskriptif maka Teknik uji
untuk hipotesis no.1 dan
no.2 adalah sama yaitu :
t-test (untuk satu
sampel)

Nilai penjualan barang t-test satu sampel


Berapakan nilai yang telah diiklankan
penjualan barang yang paling rendah 700 juta
telah diiklankan ? rupiah per hari

1. Adakah hubungan 1. Terdapat hubungan Data kedua variable


yang positif dan yang positif dan adalah data rasio oleh
signifikan antara signifikan antara lama karena itu Teknik statistic
lamanya penayangan iklan di yang digunakan untuk
penayangan iklan di TV dengan nilai menguji hipotesis adalah
TV dengan nilai penjualan barang. :
penjualan barang ?
2. Bagaimanakah 2. Lama penayangan Korelasi Pearson
pengaruh lama iklan berpengaruh
Product Moment
penayangan iklan di positif terhadap nilai
TV terhadap nilai penjualan. Regresi sederhana
penjualan barang ?

83
Teknik statistic yang digunakan untuk melakukan prediksi pengaruh lama
penayangan iklan terhadap nilai penjualan adalah dengan teknik regresi tunggal
satu variable independent dan satu variable dependen).
Contoh 2
a. Judul penelitian :
Pengaruh kemampuan kerja dan motivasi karyawan terhadap produktivitas
kerja di PT. Mitra Raja.
b. Bentuk paradigmanya adalah sebagai berikut :

ryx1

X1
rX1x2 ryx1x2
Y

X2
ryx2

X1 = Kemampuan Karyawan
X2 = Motivasi kerja
Y = Produktivitas Kerja

c. Diasumsikan penelitian menggunakan sampel, yang diambil secara


stratified random sampling.
Semua instrument penelitian menggunakan skala interval, sehingga data yang
didapat adalah data interval. Oleh karena itu, statistic yang digunakan adalah
parametris, setelah asumsi yang mendasari dapat dibuktikan.
d. Rumusan masalah, hipotesis dan Teknik statistic yang digunakan untuk
menguji hipotesis pada judul penlitian “ Pengaruh Kemampuan dan
Motivasi terhadap Produktivitas Kerja “
X1 = kemampuan kerja karyawan; X2 = motivasi kerja karyawan
Y = produktivitas kerja karyawan.

84
Statistik untuk menguji
Rumusan masalah Hipotesis
hipotesis

Masalah Deskriptif Hipotesis Deskriptif

1. Seberapa tinggi 1. Kemampuan kerja 1 s/d 3 sama yaitu :

kemampuan kerja karyawan PT Mitra t-test

karyawan PT Mitra Raja masih rendah, satu sampel

Raja? paling tinggi baru


mencapai 60% dari
kriteria yang
diharapkan
2. Seberapa tinggi 2. Motivasi kerja
motivasi kerja karyawan PT Mitra t-test
karyawan PT Mitra Raja masih rendah, satu sampel
Raja ? paling tinggi baru
mencapai 65% dari
kritria yang
diharapkan
3. Seberapa tinggi 3. Produktivitas kerja
produktivitas kerja karyawan Mitra Raja t-test
karyawan PT Mitra masih rendah, paling satu sampel
Raja ? tinggi baru 70% dari
kriteria yang
diharapkan.

Masalah
4. Terdapat hubungan Korelasi Product
Asosiatif
yang positif dan Moment bisa
4. Adakah hubungan
signifikan anatara X1 dilanjutkan dengan
antara X1 dan Y ?
dan Y regresi tunggal.

5. Adakah hubungan 5. Terdapat hubungan


yang positif dan
antara X2 dan Y ? sda
signifikan antara X2
dan Y

85
6. Adakah hubungan 6. Terdapat hubungan
antara X1 dengan X2 ? yang positif dan sda
signifikan antara X1
dengan X2
7. Secara bersama- 7. Terdapat hubungan Korelasi ganda,
sama Adakah yang positif dan parsial, dilanjutkan
hubungan antara signifikan antara X1 dengan regresi ganda.
X1 dan X2 dengan Y ? dan X2 dengan Y
Masalah
Komparatif
Masalah komparatif ini Hipotesis no. 8,9,10
ada karena sampel adalah hipotesis nol.
dalam penelitian ini Lainnya hipotesis
terdiri atas kelompok kerja.
wanita dan pria. Selain
itu juga terdiri atas
golongan I, II, III.
Rumusan masalahnya
adalah :
8. Adakah perbedaan 8. Tidak terdapat
kemampuan kerja perbedaan
antara pegawai pria kemampuan kerja t-test untuk dua
dan wanita di PT antara karyawan sampel independent.
Mitra Raja ? pria dan wanita di
PT Mitra Raja.
9. Adakah perbedaan 9. Tidak terdapat
motivasi kerja antara perbedaan motivasi
sda
karyawan pria dan kerja antara
wanita di PT Mitra karyawan pria dan
Raja ? wanita di PT Mitra
Raja.
10. Adakah perbedaan 10. Tidak terdapat
produktivitas kerja perbedaan
sda
antara karyawan pria produktivitas kerja
dan wanita di PT antara karyawan
Mitra Raja ? pria dan wanita di
PT Mitra Raja.

86
11. Adakah perbedaan 11.Terdapat perbedaan Analisis varians satu
kemampuan kerja kemampuan kerja jalan.
antara karyawan antara karyawan Bila terjadi perbedaan
golongan I, II, dan III golongan I, II, dan dilanjutkan dengan t-
di PT Mitra Raja ? III di PT Mitra Raja test untuk dua sampel

12. Adakah perbedaan 12. Terdapat perbedaan


motivasi kerja antara motivasi kerja
sda
karyawan golongan I, antara karyawan
II, dan III di PT Mitra golongan I, II, dan
Raja ? III di PT Mitra Raja

13. Adakah perbedaan 13. Terdapat perbedaan


produktivitas kerja motivasi kerja
sda
antara karyawan antara karyawan
golongan I, II, dan III golongan I, II, dan
di PT Mitra Raja ? III di PT Mitra Raja

Dari 2 contoh di atas terlihat bahwa bila variable ditambah satu saja (menjadi
dua) maka rumusan masalah yang akan dicarikan jawabannya melalui
penelitian menjadi bertambah banyak, demikian juga teknis analisis datanya.

D. KONSEP DASAR PENGUJIAN HIPOTESIS


Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Kebenaran dari hipotesis harus dibuktikan melalui data yang
terkumpul. Pengertian hipotesis tersebut adalah untuk hipotesis penelitian.
Sedangkan secara statistic hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai
keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data
yang diperoleh dari sampel penelitian (statistic). Jadi maksudnya taksiran
keadaan populasi melalui sampel. Oleh karena itu dalam statistic yang diuji
adalah hipotesis nol. “ The null hypothesis is used for testing. It is statement
that no different exists between the parameter and statistic being compared
(Emory, 1985). Jadi hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanaya
perbedaan antara parameter dengan statistic (data sampel). Lawan dari
hipotesis nol adalah hipotesis alternative, yang menyatakan ada perbedaan

antara parameter dan statistic. Hipotesis nol diberi notasi H0 dan hipotesis

alternative diberi notasi Ha.

87
1. Taraf kesalahan
Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter
populasi berdasarkan data sampel. Terdapat du acara menaksir
yaitu a point estimate dan interval estimate. A point estimate (titik
taksiran) adalah suatu taksiran parameter populasi
berdasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel. Sedangkan
interval estimate (taksiran interval) suatu taksiran parameter
populasi berdasarkan nilai interval rata-rata data sampel.

Contoh 1. hipotesis point estimate :


Daya tahan kerja orang Indonesia itu 10 jam/hari.
Taksiran daya tahan kerja orang Indonesia hanya 1 nilai
yaitu 10 jam/ hari.
Contoh 2. hipotesis interval estimate :
Daya tahan kerja orang Indonesia itu antara 8 jam
sampai 12 jam/hari. Taksiran daya tahan kerja orang
Indonesia hanya 1 nilai yaitu 10 jam/ hari.
Nilai intervalnya adalah antara 8 s/d 10 jam.
Menaksir parameter populasi yang menggunakan nilai tunggal
(point estimate) akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih
tinggi disbanding dengan menggunakan interval estimate.
Menaksir daya tahan tenaga kerja orang Indonesia 10 jam/hari
akan mempunyai kesalahan yang lebih besar, bila dibandingkan
dengan nilai taksiran antara 8 s/d 12 jam/hari. Makin besar interval
taksirannya maka akan semakin kecil kesalahannya. Menaksir
daya tahan kerja orang Indonesia 6 s/d 14 jam/hari akan
mempunyai kesalahan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
interval 8 s/d 12 jam/hari. Biasanya dalam penelitian kesalahan
taksiran ditetapkan terlebih dahulu, yang digunakan adalah 5%

88
dan 1%. Daerah taksiran dan kesalahannya dapat digambarkan
seperti gambar 24 berikut ini.

Kesalahan Taksiran
Kesalahan Taksiran

10 jam
8-12 jam

6 – 14 jam

Gambar di atas ini menunjukan : Daerah Taksiran dan besarnya Kesalahan


Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Daya tahan kerja orang Indonesia ditaksir 10 jam/hari


Hipotesis ini bersifat point estimate, tidak mempunyai daerah taksiran,
kemungkinan kesalahannya tinggi, maisalnya 100%
2. Daya tahan kerja orang Indonesia 8 sampai 12 jam/hari. Terdapat daerah
taksiran.
3. Daya tahan kerja orang Indonesia antara 6 sampai dengan 14 jam/hari.
Daerah taksiran lebih besar dari nomor 2, sehingga kemungkinan kesalahan
juga lebih kecil dari nomor 2.
4. Jadi makin kecil taraf kesalahan yang ditetapkan, maka interval estimate-
nya semakin lebar, sehingga tingkat ketelitan taksiran semakin rendah.

89
2. Dua kesalahan dalam menguji hipotesis
Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel kemungkinan
akan terdapat dua kesalahan yaitu :
a. Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (H0)
yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan
dinyatakan dengan α (alpha).
b. Kesalahan Tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah
(seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan β
(betha) .
Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau
menerima hipotesis dapat digambarkan seperti gambar berikut ini.

Keadaan sebenarnya
Keputusan Hipotesis benar Hipotesis benar

Terima Tidak membuat


Kasalahan Tipe II (β)
Hipotesis kesalahan

Menolak Kesalahan Tipe I (α)


Tidak membuat
hipotesis
kesalahan

Dari table di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berari tidak membuat
kesalahan.
2. Keputusan menerima hipotesis nol yang salah, berari terjadi kesalahan
tipe II (β).
3. Membuat keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi
kesalahan Tipe I (α).
4. Keputusan menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat
kesalahan.

Bila nilai statistic (data sampel) yang diperoleh dari hasil pengumpulan data
sama dengan nila parameter populasi atau masih berada pada nilai interval
parameter populasi, maka hipotesis yang dirumuskan 100 % diterima. Jadi tidak

90
terdapat kesalahan. Tetapi bila nilai statistic di luar nilai parameter populasi akan
terdapat kesalahan. Kesalahan ini semakin besar bila nilai statistic jauh dari nilai
parameter populasi.
Tingkat kesalahan ini selanjutnya dinamakan level of significant atau
tingkat signifikansi. Dalam praktek biasanya tingkat signifikansi ditetapkan
terlebih dahulu yaitu 1% dan 5%.
Dalam pengujian hipoteis kebanyakan digunakan kesalahan Tipe I yaitu
berapa persen kesalahan untuk menolak hipotesis nol (H 0) yang benar yang
seharusnya diterima.

3. Macam pengujian hipotesis


Terdapat tiga macam bentuk pengujian hipotesis yaitu uji dua pihak (two tail), uji
pihak kanan dan uji pihak kiri (one tail). Jenis uji mana yang akan dipakai
tergantung pada bunyi kalimat hipotesis.

1) Uji Dua Pihak (two Tail Test)


Uji dua pihak digunakan bila :
Hipotesis nol (H0) berbunyi : “ sama dengan “ dan
Hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi : “ tidak sama dengan”
(H0 = ; Ha ≠)

a. Contoh hipotesis deskriptif (satu sampel) :


Hipotesis nol (H0) : Daya tahan lampu merek X = 400 jam
Hipotesis alternative ( : Daya tahan lampu merek X ≠ 400 jam

H0 : µ = 400 jam
Ha : µ ≠ 400 jam
b. Contoh hipotesis komparatif (dua sampel) :
Hipotesis nol (H0) : Daya tahan lampu merek A = merk B
Hipotesis alternative (Ha) : Daya tahan lampu merek A ≠ merk B
H0 : µ1 = µ2 (tidak beda)
Ha : µ1 ≠ µ2 (berbeda)

91
c. Contoh hipotesis asosiatif :
Hipotesis nol (H0) : Tidak ada hubungan antara X dan Y
Hipotesis alternative (Ha) : Terdapat hubungan antara X dan Y
H0 : 𝛒 = 0 (tidak ada hubungan)
Ha : 𝛒 ≠ 0 (berarti ada hubungan)

Uji dua pihak dapat digambarkan seperti gambar berikut ini :


Gambar : 25 Uji dua pihak

Daerah penolakan Daerah penolakan


H0 H0

Daerah penerimaan
½α Ho ½α

2) Uji Pihak Kiri


Uji pihak kiri digunakan apabila hipotesis nol (H0) berbunyi “ lebih besar
atau sama dengan “(≥) dan hipotesis alternatifnya berbunyi “ lebih
kecil (<), kata lebih kecil atau sama dengan sinonim “ kata paling sedikit
atau paling kecil ”.

a. Contoh hipotesis deskriptif (satu sampel) :


Hipotesis nol (H0) : Daya tahan lampu merk A paling rendah/paling
sedikit 400 jam atau lebih besar dan sama
dengan.

Hipotesis alternative (Ha) : Daya tahan lampu merk A lebih kecil 400
jam.
H0 : µ ≥ 400 jam
Ha : µ < 400 jam

b. Contoh hipotesis komparatif (dua sampel) :

92
Hipotesis nol (H0) : Daya tahan lampu merk A paling sedikit sama
dengan.lampu merk B.

Hipotesis alternative(Ha) : Daya tahan lampu merk A lebih kecil dari


merk B.

H0 : µ1 ≥ µ2 - µ1 lampu merk A
Ha : µ1 < µ2 - µ2 lampu merk B

c. Contoh hipotesis asosiatif :


Hipotesis nol (H0) : Hubungan antara X dengan Y paling sedikit
(kecil) 0,65
Hipotesis alternative(Ha) : Hubungan antara X dengan Y lebih kecil
dari 0,65

H0 : 𝛒 ≥ 0,65
Ha : 𝛒 < 0,65

Gambar : 26 Uji Pihak Kiri

Daerah P enolakan
(H0) Daerah penerimaan
H0

93
3. Uji Pihak Kanan
Uji pihak kanan digunakan apabila
Hipotesis nol (Ho) berbunyi “ lebih kecil atau sama dengan (≤)
Hipotesis alternative(Ha) berbunyi “ lebih besar (>). Kalimat lebih kecil atau
samadengan sinonim dengan kata “ paling besar
“.

a. Contoh hipotesis deskriptif (satu sampel) :

Hipotesis nol (H0) : Daya tahan lampu merk A paling lama 400 jam.

Hipotesis alternative (Ha) : Daya tahan lampu merk A lebih besar dari
400 jam.

H0 : µ ≤ 400 jam
Ha : µ > 400 jam

b. Contoh hipotesis komparatif (dua sampel) :

Hipotesis nol (H0) : Daya tahan lampu merk A paling paling besar
(tinggi) sama dengan lampu merk B.

Hipotesis alternative (Ha) : Daya tahan lampu merk A lebih besar dari
merk B.

H0 : µ ≤ µ2 lampu merk A dan


Ha : µ > µ2 lampu merk B
c. Contoh hipotesis asosiatif :
Hipotesis nol (H0) : Hubungan antara X dengan Y paling sedikit
(kecil) 0,65
Hipotesis alternative(Ha) : Hubungan antara X dengan Y lebih kecil
dari 0,65
H0 : 𝛒 ≥ 0,65
Ha : 𝛒 < 0,65

94
Gambar 27 uji pihak kanan

Daerah penolakan H0 / penerimaan


Ha

Daerah
penerimaan H0

Dari gambar 25,26,27 di atas terlihat bahwa, dalam uji dua pihak taraf
kesalahan α dibagi menjadi dua yaitu yang diletakan pada pihak kiri

dan kanan. Harganya (½ α) sedangkan pada uji satu pihak (kanan


maupun kiri) harga terletak pada satu pihak saja, yaitu terletak pada
pihak kanan saja atau kiri saja, taraf kesalahannyaadalah α.

95
BAB VIII
CONTOH ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

Berikut ini akan diberikan beberapa contoh penggunaan statistic parametris maupun
non parametris untuk analisis data dan pengujian hipotesis.

A. Statistik Parametris
Contoh 1 :
Pengujian normalitas data, t-test satu sampel, Korelasi Product Moment, Korelasi
Ganda, Korelasi Parsial, t-test dua sampel dan Analisis Varians Satu Jalan.

1. Judul Penelitian :
Pengaruh kualitas pelayanan pramuniaga dan jumlah pengunjung toko terhadap
jumlah pembeli. (Studi pada 40 toko di Yogyakarta) .

2. Variabel penelitian
Pada penelitian itu variable penelitiannya adalah pelayanan pramuniaga (X1) dan
jumlah pengunjung (X2) toko sebagai variable independent dan jumlah pembeli
(Y) sebagai variable dependen.

3. Paradigma Penelitian

X1

X2

96
4. Populasi dan sampel
Populasi jumlah toko seluruhnya adalah 45. Berdasarkan tingkat kesalahan 5%,
maka ukuran sampel 40 toko (lihat table penentuan sampel pada buku Sugiyono
hal 126). Sampel toko diambil dengan Teknik stratified random sampling) dengan
proporsi sebagai berikut :
a. Toko yang mempunyai pramuniaga 25 orang ke atas, ukuran sampelnya 12
toko, untuk selanjutnya disebut kelompok A.
b. Toko yang mempunyai pramuniaga 11-24 orang ke atas, ukuran sampelnya
15 toko, untuk selanjutnya disebut kelompok B.
c. Toko yang mempunyai pramuniaga berjumlah di bawah 10 orang ukuran
sampelnya berjumlah 13 toko, untuk selanjutnya disebut kelompok C.
d. Dari 40 toko yang digunakan sebagai sampel tersebut, 21 toko di jalan protocol
dan 19 toko di luar jalan protocol.

5. Rumusan Masalah
a. Rumusan Masalah Deskriptif :
1. Seberapa baik pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta ?
2. Berapa jumlah rata-rata pengunjung toko di Yogyakarta ?
3. Berapa jumlah rata-rata pembelinya ?
b. Rumusan Masalah Asosiatif
1. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan
pramuniaga dengan jumlah pembeli ?
2. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara jumlah pengunjung
toko dengan jumlah pembeli ?
3. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan
pramuniaga dengan jumlah pengunjung toko ?
4. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan
pramuniaga dan jumlah pengunjung toko secara bersama-sama dengan
jumlah pembeli ?
5. Bila jumlah pengunjung toko sama, adakah hubungan yang positif dan
signifikan antara kualitas pelayanan pramuniaga toko dengan jumlah
pembeli ?
c. Rumusan Masalah Komparatif

97
1. Adakah pebedaan secara signifikan kualitas pelayanan pramuniaga antara
toko kelompok A, B dan C.
2. Adakah pebedaan secara signifikan jumlah pengunjung antara toko
kelompok A, B dan C.
3. Adakah pebedaan secara signifikan kualitas pelayanan pramuniaga antara
toko kelompok A, B dan C.
4. Adakah pebedaan yang signifikan kualitas pelayanan pramuniaga antara
yang berada di Jalan Protokol dan bukan Protokol.
5. Adakah pebedaan yang signifikan jumlah pengunjung antara yang berada
di Jalan Protokol dan bukan Protokol.
6. Adakah pebedaan yang signifikan jumlah pembeli antara yang berada di
Jalan Protokol dan bukan Protokol.

6. Hipotesis (jawaban sementara terhadap rumusan masalah di


atas)
a. Hipotesis Deskriptif (bisa dirumuskan bisa tidak)
1. Kualitas pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta paling tinggi 70% dari
kriteria yang diharapkan.
2. Rata-rata tiap hari jumlah pengunjung toko di Yogyakarta paling rendah
500 orang.
3. Rata-rata tiap hari jumlah pengunjung toko di Yogyakarta paling rendah
300 orang.
b. Hipotesis asosiatif (hubungan)
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayan
pramuniaga toko dengan jumlah pembelinya.
2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara jumlah pengunjung
toko dengan jumlah pembelinya.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan
pramuniaga toko dengan jumlah pembelinya.
4. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayan
pramuniaga toko dan jumlah pengunjung toko secara bersama-sama
dengan jumlah pembeli.

98
5. Bila jumlah pengunjung toko sama, tetap terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara kualitas pelayanan pramuniaga dengan jumlah
pembeli.
c. Hipotesis komparatif
1. Terdapat perbedaan kualitas pelayanan pramuniaga antara toko yang
berada di jalan protokol dan bukan protokol.
2. Terdapat perbedaan jumlah pengunjung antara toko yang berada di jalan
protokol dan bukan protokol.
3. Terdapat perbedaan jumlah pembeli antara toko yang berada di jalan
protokol dan bukan protokol.
4. Terdapat perbedaan kualitas pelayanan pramuniaga antara toko kelompok
A,B,C.
5. Terdapat perbedaan jumlah pengunjung antara toko kelompok A,B,C.
6. Terdapat perbedaan jumlah pembeli antara toko kelompok A,B,C.

7. Teknik statistik untuk pengujian hipotesis.


Berbagai teknik statistik yang akan digunakan untuk pengujian
hipotesis dapat dilihat pada tabel 5 yaitu pedoman memilih teknik
statistik untuk pengujian statistik (Bab VII).

a. Hipotesis Deskriptif
Bila hipotesis ini tidak dirumuskan, maka yang dianalisis adalh
rumusan masalahanya. Untuk mendapatkan informasi tentang
tingkat kualitas pelayanan pramuniaga, dapat dihitung dengan
membagi skor kriterium/skor ideal (bila setiap responden pada
setiap pertanyaan memberi jawaban tertinggi). Untuk mengetahui
rata-rata jumlah pengunjung dan pembeli toko, dihitung dengan
menjumlahkan seluruh pengunjung pada 40 toko selama 7 hari.
Contoh : jumlah pengunjung 40 toko selama 7 hari = 40.000. rata-
rata jumlah pengunjung = 40.000 : (40x7) =142,86 orang (143
orang). Bila hipotesis dirumuskan maka, perlu diuji. Berdasarkan

99
pedoman memilih teknik statistik untuk pengujian hipotesis tabel
5 maka untuk uji hipotesis deskriptif Nomor 1,2,3 digunakan “ t-
test satu sample (karena data interval atau rasio). Untuk uji
hipotesis nomor 1 digunakan uji pihak kanan, nomor 2 uji pihak
kiri, dan nomor 3 uji dua pihak.
b. Hipotesis Asosiatif (Hubungan)
Hipotesis nomor 1,2 dan 3 diuji dengan “Korelasi Product
Moment”. Hipotesis no. 4 diuji dengan korelasi ganda. Hipotesis
no.5 diuji dengan korelasi parsial. Bila ingin memprediksi
bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen maka dianalisis dengan regresi.
c. Hipotesis Komparatif
Hipotesis no. 1,2 dan 3 diuji dengan “t-test dua sample” dan
hipotesis no.4,5,dan 6 diuji dengan analisis varian satu jalan
(One wey anova).

8. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Kualitas Pelayanan Pramuniaga Toko
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan
pramuniaga toko berbentuk checklist dengan skala likert sebagai
berikut. Arti angka pada skor nilai :
4 berarti pelayanan sangat baik
3 berarti baik
2 berarti tidak baik
1 berarti sangat tidak baik
Penilai adalah pemilik toko, dan yang dinilai adalah seluruh
karyawan atau sampelnya.
Jumlah butir instrumen untuk mengukur kualitas pelayanan
pramuniaga toko adalah 10. Jadi jumlah skor ideal/kriterium

100
setiap pramuniaga = 4 x 10 = 40 (4 skor tertinggi setiap butir).
Bila salah seorang pram uniaga :
1. Butir 1 mendapat nilai 3
2. Butir 2 mendapat nilai 4
3. Butir 3 mendapat nilai 1
4. Butir 4 mendapat nilai 3
5. Butir 5 mendapat nilai 4
6. Butir 6 mendapat nilai 3
7. Butir 7 mendapat nilai 1
8. Butir 8 mendapat nilai 3
9. Butir 9 mendapat nilai 2
10. Butir 10 mendapat nilai 3
Jumlah nilai 10 butir = 3+4+1+3+4+3+1+3+2+3 =27.
Dengan demikian nilai kualitas pelayanan pramuniaga tersebut =
27 : 40 = 0,675 atau 67,5% dari kriteria yang diharapkan. Bila
penilaian menggunakan skor 100, maka nilai pramuniaga
tersebut 67,5.
b. Instrumen Pengunjung Toko
Instrumen untuk mengetahui jumlah pengunjung toko
menggunakan alat penghitung yang mampu mencatat jumlah
pengunjung toko setiap hari selama 1 minggu (7 hari). Bila alat
penghitung tidak ada maka dapat digunakan lembar isian yang
dapat digunakan peneliti/pengumpul data untuk mencatat dan
menghitung jumlah pengunjung toko.
c. Instrumen Pembeli
Jumlah pembeli di toko setiap hari dapat diketahui di bagian kasir.
Berdasarkan bukti-bukti pembayaran akan dapat dicatat berapa
jumlah pembeli setiap hari dalam seminggu tersebut.

101
9. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan data dalam penelitian ini
adalah kuesioner dan pengamatan. Kuesioner diberikan kepada
pemilik toko supaya digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan
pramuniaga (pelayan toko) toko yang bersangkutan. Bila jumlah
pelayan toko lebih dari satu, maka nilai kualitas pelayanan adalah
rata-rata dari seluruh pramuniaga yang dinilai. Jadi yang dibutuhkan
peneliti untuk keperluan ini adalah nilai rata-rata kualitas pelayanan
dari seluruh pramuniaga setiap toko. (yang menghitung rata-rata nilai
kualitas pelayanan adalah peneliti). Untuk mendapatkan data tentang
jumlah pengunjung dan pembeli toko dilakukan dengan pengamatan.

Mohon diberi nilai kualitas pelayanan pramuniaga di toko bapak/ibu


dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom skor nilai yang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Nama Pramuniaga yang dinilai : ……………………….

No. Aspek Pelayanan yang dinilai Skor Nilai

4 3 2 1
1 Sambutan pada pengunjung yang baru
datang
2 Pelayanan terhadap pengunjung yang
menanyakan barang
3 Bahasa yang digunakan dalam pelayanan

4 Keramatamahan kepada calon pembeli


5 Kemampuan menjelaskan terhadap barang-
barang yang dijual
6 Sikap terhadap pengunjung yang tidak
membeli barang

102
7 Kemampuan mendemonstrasikan barang
yang dijual
8 Kecepatan memberikan pelayanan
Kepada calon pembeli
9 Kualitas mengemas barang yang telah dibeli
pengunjung
10 Kepuasan pengunjung/calon pembeli yang
dilayani

10. Data Hasil Penelitian


a. Data Kualitas Pelayan Pramuniaga
Data Kualitas Pelayanan Pramuniaga (X1) 40 toko yang .
digunakansebagai sampel ditunjukan pada tabel Tabel 8.1
b. Data Jumlah Pengunjung (X2) dan Pembeli (Y)
Data rata-rata jumlah pengunjung toko tiap hari (X1) dan jumlah pembeli (Y)
dari 40 toko yang digunakan sebagai sampel ditunjukan pada tabel 8.2

11. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis


a. Analisis Data :
Analisis data di sini merupakan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah penelitian deskriptif . Rumusan masalah ada tiga yaitu :
1) Seberapa baik pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta?
2) Berapakah jumlah rata-rata pengunjung toko di Yogyakarta?
3) Berapakah jumlah rata-rata pembelinya?
Untuk menjawab rumusan masalah no.1, data yang digunakan adalah data
yang ada di tabel 8.1

103
Tabel 8.1
Data Rata-Rata Kualitas Pelayanan Pramuniaga 40 Toko
Skor untuk butir No.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jmlh Skor
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 12
2 1 2 1 2 1 3 1 1 1 3 16
3 3 4 4 4 3 2 4 3 4 3 34
4 3 4 3 2 3 2 3 4 2 4 30
5 2 2 2 2 3 1 2 1 2 3 20
6 2 3 2 4 3 2 3 4 3 2 28
7 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 25
8 2 1 2 3 3 2 3 2 3 2 23
9 3 4 1 2 2 3 3 3 3 2 26
10 2 3 4 2 3 2 2 2 3 2 25
11 2 3 2 2 4 4 2 2 1 2 24
12 2 2 3 3 3 1 2 3 3 1 23
13 4 3 2 3 3 3 2 1 2 2 25
14 3 2 4 3 3 2 3 3 4 2 29
15 2 2 2 1 3 3 2 1 1 3 20
16 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 24
17 3 2 3 2 3 1 3 2 2 2 23
18 1 2 3 2 1 2 2 2 1 3 19
19 2 2 3 3 2 2 2 2 3 1 22
20 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 32
21 4 2 3 3 2 2 2 2 2 1 23
22 24 2 3 2 3 1 2 2 3 3 24
23 4 2 2 2 3 1 2 1 2 1 20
24 3 4 3 2 3 1 2 3 3 4 29
25 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 24
26 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 25
27 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 21
28 2 2 1 2 1 3 2 1 3 2 19
29 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 24
30 4 2 3 2 3 2 2 2 3 2 25
31 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 13
32 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 23
33 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 24
34 2 3 4 2 3 2 3 2 4 2 27
35 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 22
36 3 2 2 2 3 4 3 2 2 3 26
37 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 28
38 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 25
39 2 3 1 2 3 3 2 2 2 3 23
40 2 2 1 2 2 2 3 2 1 3 20
Jml 102 100 98 94 99 89 95 86 93 89 945

No.1 s/d 12 toko kelompok A, No.13 s/d 27 toko kelompok B, dan No,28 s/d 40 toko
kelompok C.

104
Jumlah skor yang diperoleh = 945. Jumlah skor ideal (bila semua responden
menjawab skor tertinggi pada setiap butir) = 4 x 10 x 40 = 1600 di mana (4 = skor
tertinggi ; 10 = jumlah butir instrumen ; 40 = ukuran sampel). Jadi Kualitas Pelayanan
Pramuniaga Toko = 945 : 1600 = 0,59. Atau 59% dari kriteria yang diharapkan, atau
mendapat nilai 59 (untuk skor tertinggi 100).
Untuk menjawab rumusan masalah nomor 2 dan nomor 3, maka digunakan data
yang ada pada tabel 8.2. berdasarkan tabel tersebut jumlah rata-rata pengunjung toko
tiap hari = 8520 : 40 = 21,3 orang, dan jumlah pembeli = 7000 : 40 = 17,25 orang.
Tabel 8.2
Jumlah Pengunjung dan Pembeli di 40 Toko (x10)
No. Jumlah Pengunjung (x2) Jumlah Pembeli (Y)
1. 15 13
2. 19 18
3. 31 27
4. 26 19
5. 18 17
6. 29 24
7. 23 21
8. 27 21
9. 28 25
10. 20 18
11. 22 17
12. 29 15
13. 18 17
14. 29 28
15. 25 21
16. 22 16
17. 22 13
18. 33 22
19. 24 20
20. 33 29
21. 20 16
22. 19 17
23. 20 19
24. 22 21
25. 23 17
26. 15 12
27. 24 15
28. 22 18
29. 17 16
30. 16 12
31. 10 8
32. 14 12
33. 17 15
34. 10 7
35. 22 16

105
36. 12 10
37. 19 16
38. 20 15
39. 19 12
40. 18 15
̅2 = 21,3
∑ = 852 ; 𝐗 ̅= 17,25
∑ = 690 ; 𝐘

b. Pengujian Normalitas Data


Pengujian hipotesis dalam penelitian ini, menggunakan statistik parametris
karena data yang akan diuji berbentuk ratio. Karena akan menggunakan
statistik parametris, maka setiap data pada setiap variabel harus terlebih
dahulu diuji normalitasnya. Bila data setiap variabel tidak normal, maka
pengujian hipotesis tidak bisa menggunakan statistik parametris.
Karena variabel penelitiannya ada tiga, maka pengujian normalitas data
juga meliputi tiga data untuk tiga variabel tersebut untuk memudahkan
pengujian normalitas data dan analisis selanjutnya, maka ketiga kelompok
data dari tiga variabel tersebut disusun kembali pada tabel 8.3 di bawah ini.
Pengujian normalitas data dapat menggunakan Kertas Peluang Normal
atau Chi Kuadrat. Untuk contoh berikut akan menggunakan Chi Kuadrat.
Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah kelas interval. Dalam hal ini jumlah kelas intervalnya
= 6, karena luas kurva normal dibagi menjadi enam, yang masing-
masing luasnya adalah 2,7%; 13,53%; 34,13%, 34,13%, 13,53%, 2,7%.
2. Menentukan panjang kelas interval yaitu : (data terbesar – data terkecil)
dibagi dengan jumlah kelas interval (6)
3. Menyusun ke dalam disribusi frekwensi, yang sekaligus merupakan
tabel penolong untuk menghitunh harga Chi Kuadrat (lihat contoh
berikut).
4. Menghitung frekwensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan
prosentasi luas tiap bidang kurve normal dengan jumlah anggota
sampel.
5. Memasukan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus
menghitung harga-harga (fo – fh) dan menjumlahkannya.

106
(𝐟𝐨−𝐟𝐡)𝟐
Harga adalah merupakan harga Chi Kuadrat (X2)
𝐟𝐡
hitung

6. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel.


Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan Chi Kuadrat

tabel (X2h ≤ X2t), maka distribusi data dinyatakan normal.

Tabel 4.3
No Kualitas pelayanan Jumlah Pengunjung Jumlah Pembeli (Y)
Pramuniaga (X1) Toko (X2)
1 12 15 13
2 16 19 18
3 34 31 27
4 30 26 19
5 20 18 17
6 28 29 24
7 25 23 21
8 23 27 21
9 26 28 25
10 25 20 18
11 24 22 17
12 23 29 15
13 25 18 17
14 29 29 28
15 20 25 21
16 24 22 16
17 23 22 13
18 19 33 22
19 22 24 20
20 32 33 29
21 23 20 16
22 24 19 17

107
23 20 20 19
24 29 22 21
25 24 23 17
26 25 15 12
27 21 24 15
28 19 22 18
29 24 17 16
30 25 16 12
31 13 10 8
32 23 14 12
33 24 17 15
34 27 10 7
35 22 22 16
36 26 12 10
37 28 19 16
38 25 20 15
39 23 19 12
40 20 18 15

̅ 1 = 23,62;
∑= 945; 𝑿 ∑= 852; 𝒙2 = 21,3; ̅ =17,25
∑= 852; 𝒀
s = 4,43 s = 5,734 s = 4,991

1. Pengujian Normalitas Data Kualitas Pelayanan Pramugari Toko (X1)


Distribusi data kulaitas pelayanan pramuniaga 40 toko yang digunakan sebagai
sampel ditunjukan pada tabel 4.3 kolom 2 data X 1. data tersebut selanjutnya
disusun kembali pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4
Tabel Penolong Untuk Pengujian Normalitas Data
Kualitas Pelayanan Pamuniaga.

108
Interval fo fh (fo-fh) (fo-fh)2 (𝐟𝐨 − 𝐟𝐡)𝟐
𝐟𝐡
12 - 15 2 1 1 1 1
16 -19 3 5 -2 4 0,8
20 - 23 13 14 -1 1 0,0714
24 - 27 27 14 1 1 0,0714
28 - 31 31 5 0 0 0
32 - 35 35 1 1 1 1
40 40 0 8 2.94285

Harga fh = 2,7%x40 ; 13,53%x40; 34,13%x40; 34,13%x40; 13,53%x40;


2,7%x40 * angka dibulatkan.
Jadi harga Chi Kuadrat hitung = 2,9428. Harga tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan harga Chi Kuadrat tabel, dengan derajat kebebasan (dk)
6-1 = 5. Bila dk 5 dan taraf kesalahan 5,maka harga Chi Kuadrat tabel = 11,070.
Karena harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel (2,9428
< 11,070, maka distribusi data kualitas pelayanan pramuniaga toko tersebut
normal normal.
2. Pengujian Normalitas Data Kualitas Pengunjung Toko (X2)
Distribusi data pengunjung toko ditunjukkan pada tabel 4.3 kolom 3 (X 2). Dalam
rangka pengujian normalitas data, maka data tersebut perlu disusun ke dalam
tabel 4.5
Tabel 4.5
Tabel Penolong Untuk Pengujian Normalitas Data
Pengunjung Toko
Interval fo fh (fo-fh) (fo-fh)2 (𝐟𝐨 − 𝐟𝐡)𝟐
𝐟𝐡
10 - 13 3 1 1 1 4
14 -17 6 5 -2 4 0,2
18 - 21 11 14 -1 1 0,6428
22 - 25 11 14 1 1 0,6428
26 - 29 6 5 0 0 0,2
30 - 33 3 1 1 1 4
40 40 0 8 9,6857

Harga fh = 2,7%x40 ; 13,53%x40; 34,13%x40; 34,13%x40; 13,53%x40;


2,7%x40 * angka dibulatkan.

109
Berdasarkan hitungan yang tertera dalam tabel 4.5 tersebut harga Chi Kuadrat
hitung = 9,68. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi
Kuadrat tabel, dengan derajat kebebasan (dk) 6-1=5. Bila dk 5 dantaraf
kesalahan 5%, maka harga Chi Kuadrat tabel = 11,070. Karena harga Chi
Kuadrat hitung lebih kecil dari Chi Kuadrat tabel (9,68 < 11,070), maka distribusi
data pengunjung toko tersebut dinyatakan normal.

3. Pengujian Normalitas Data Pembeli (Y)


Distribusi data pembeli ditunjukan pada tabel 4.3 kolom 4 (Y). dalam rangka
pengujian normalitas data, maka data tersebut perlu disusun ke dalam tabel 4.6
sebagai berikut :
Tabel 4.6
Tabel Penolong Untuk Pengujian Normalitas Data
Pengunjung Toko

Interval fo fh (fo-fh) (fo-fh)2 (𝐟𝐨 − 𝐟𝐡)𝟐


𝐟𝐡
7 - 10 3 1 -2 4 4
11 -13 6 5 1 1 0,2
14 - 17 15 14 1 1 0,0714
18 - 21 10 14 -4 16 1,1429
22 - 25 3 5 -2 4 0,8
26 - 29 3 1 2 4 4
40 40 0 30 10,2142

Harga fh = 2,7%x40 ; 13,53%x40; 34,13%x40; 34,13%x40; 13,53%x40;


2,7%x40 * angka dibulatkan.

Berdasarkan hitungan yang tertera dalam tabel 4.6 tersebut, harga Chi Kuadrat
hitung = 10,214. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi
Kuadrat tabel, dengan derajat kebebasan (dk) 6-1= 5. Bila dk 5 dan taraf
kesalahan 5%, maka harga Chi Kuadrat tabel = 11, 070. Karena Chi Kuadrat
hitung lebih kecil dari Chi Kuadrat tabel (10,214<11,070) maka distribusi data
pembeli tersebut dinyatakan normal.

110
Distribusi data ke tiga variabel yang diteliti, setelah diuji normalitasnya, dan
semuanya ternyata berdistribusi normal, sehingga penggunaan statistik
parametris untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan.

A. Pengujian Hipotesis Deskriptif


Terdapat tiga hipotesis deskriptif yang diuji yaitu :
1) Kualitas pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta paling tinggi 70% dari
kriteria yang diharapkan.
2) Rata-rata tiap hari jumlah pengunjung toko di Yogyakarta paling rendah 500
orang.
3) Rata-rata tiap hari jumlah pengunjung toko di Yogyakarta = 300 orang.

Untuk menguji ke tiga hipotesis tersebut digunakan t-test satu sampel dengan
rumus sebagai berikut :
Rumus : 4.1

𝑥̅ −µ0
t= 𝑠
√𝑛

t = nilai yang dihitung simpangan baku sampel

x̅ = rata-rata

µ0 = nilai yang dihipotesiskan


s = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel

1) Pengujian Hipotesis Deskriptif Pertama. Rumusan hipotesisnya adalah :

111
Kualitas pelayanan pramuniaga toko di Yogyakarta paling tinggi 70% dari
yang diharapkan.

Berdasarkan data yang pada tabel 4.3 kolom 2 dpat diketahui bahwa rata-rata
kualitas pelayanan pramuniaga toko = 23,62 dan simpangan baku s = 4,43.
Dengan menggunakan rumus 4.1, harga t dpat dihitung. Pengujian menggunakan
uji pihak kiri dengan taraf kesalahan 5%. Nilai yang dihipotesiskan adalah “paling
tinggi 70%“ dari nilai ideal berarti 70% x 40 =28.

H0 : µ ≤ 70% = 0,70 x 40 = 28 (rata-rata ideal)


Ha : µ > 70% = 0,70 x 40 = 28
𝑥̅ −µ0 23,62−28 − 4,38
t= 𝑠 4,43 = = – 6,257
0,70
√𝑛 √40

Selanjutnya harga t tersebut dibandingkan dengan harga t tabel dengan derajat


kebebasan dk = n – 1 (40-1 = 39) dan taraf kesalahan 𝛼 = 5%. Berdasarkan tabel
nilai-nilai distribusi t maka harga t tabel = 1,683 (dengan interpolasi). Ternyata
harga t hitung (-6,257) lebih kecil dari t tabel 1,683, sehingga jatuh didaerah
penerimaan H0. Dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi hipotesis
yang mengatakan kualitas pelayanan pramuniaga toko paling tinggi 70%
atau 28 diterima (semua nilai di bawah atau sama dengan 28 diterima). Jadi
tidak terdapat perbedaan antara yang diduga dengan data yang terkumpul.
Berdasarkan data sampel kualitas pelayanan hanya 23,62 yang berada di bawah
24. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.1 Uji Hipotesis pihak Kanan

Daerah penerimaan H0 Derah penerimaan Ha

-6,,257 1,683

112
2) Pengujian Hipotesis Deskriptif Kedua
Rumusan Hipotesis : Jumlah Pengunjung Toko di Yogyakarta rata-rata tiap
hari paling rendah 250 orang.

H0 : µ ≥ 250
Ha : µ < 250
(Pengujian menggunakan uji pihak kiri)
Dengan menggunakan rumus 4.1 harga t dapat dihitung. Nilai yang dihipotesiskan
µ0 = paling rendah = 250. Paling rendah berarti lebih besar atau sama dengan 250.

𝑥̅ −µ0 213−250 − 37
t= 𝑠 = 5,73 = = – 41,1
0,90
√𝑛 √40

Selanjutnya harga t tersebut dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk = n-1 (40-
1=39) dan taraf kesalahan 𝛼 = 5%. Berdasarkan tabel nilai-nilai dalam distribusi t
maka harga t = 1,683. Ternyata harga t hitung (– 41,1) lebih kecil dari harga t tabel :
1,683 sehingga jauh didaerah penerimaan Ha (untuk uji pihak kiri). Dengan demikian
H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang mengatakan rata-rata pengunjung toko
di Yokyakarta paling rendah 250 ditolak; (Semua nilai nilai di bawah atau sama
dengan 250 ditolak). Jadi terdapat perbedaan antara yang diduga (250) dengan data
yang terkumpul (213). Berdasarkan data sampel rata-rata pengunjung toko hanya
sekitar 213 orang. Pengujian hipotesis pihak kiri dapat digambarkan seperti gambar
4.2 sebagai berikut :

Gambar 4.2 Uji Hipotesis pihak Kiri

Daerah penerimaan Ha Derah penerimaan Ho

-41,1 1,683

3) Pengujian Hipotesis Deskriptif Ketiga


113
Rumusan hipotesis : Rata-rata tiap hari jumlah pembeli pada toko di
Yogyakarta sama dengan 150 orang.

H0 : µ = 150
Ha : µ ≠ 150
(Pengujian menggunakan uji dua pihak)

Dengan menggunakan rumus 4.1 harga t dapat dihitung. Nilai yang dihipotesiskan
µo = 150 pemebeli.

𝑥̅ −µ0 172−150 22
t= 𝑠 = 4,99 = 0,78 = 28,20
√𝑛 √40

Selanjutnya t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan dk = n-I (40-1=39) dan taraf
kesalahan 𝛼 = 5%. Maka harga t tabel untuk uji dua pihak = 2,021 (dengan
interpolasi). Ternyata harga t hitung (28,20) lebih besar dari harga t tabel 2,021
sehingga jatuh di daerh penerimaan Ha (untuk uji pihak kiri). Dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang mengatakan rata-rata pembeli toko
di Yogyakarta sama dengan 150 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara yang diduga (150) dengan data yang terkumpul (172).
Berdasarkan data sampel rata-rata pembeli toko sekitar 172,25 (dibulatkan 172).
Kesimpulan dapat diberlakukan ke populasi di mana sampel tersebut diambil.
Pengujian hipotesis dua pihak dapat digambarkan seperti gambar 4.3

Gambar 4.3 Uji Hipotesis dua pihak

Daerah penolakan Ho Derah penolakan Ho


Daerah Penerimaan Ho

-2,021 2,021 28,20


B. Pengujian Hipotesis Asosiatif (hubungan)

114
Terdapat empat hipotesis asosiatif/hubungan yang perlu diuji. Untuk menguji
hipotesis asosiatif digunakan teknik korelasi.
Terdapat bermacam-macam teknik korelasi, yaitu Korelasi Product Moment (r),
Rasio (ղ); Spearman Rank (𝛒) ; berserial (Rb); Point Berserial (Rpb), Phi ( 𝝋);
Tetrachoric (rt); Kontingency (C); dan Kendall”sTau ( 𝜏 ); Korelasi Ganda dan
Korelasi Parsial. Kapan digunakan masing-masing teknik tersebut tergantung pada
jenis data dan jumlah variabel yang akan dikorelasikan (baca buku statistik untuk
penelitian).
Data dalam contoh analisis ini ketiganya adalah data interval, dan dari sumber
yang sama. untuk itu teknik korelasi yang digunakan adalah Korelasi Pearson
Product Moment. Dalam contoh ini ada lima hipotesis asosiatif, tiga hubungan
sederhana dan 1 hubungan ganda dan satu korelasi parsial. Hipotesisnya adalah
sebagai berikut :
1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan
pramuniaga toko dengan jumlah pembeli.
2) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara jumlah pengunjung toko
dengan jumlah pembeli.
3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengunjung toko dan
pembeli.
4) Secara bersama-sama terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kualitas pelayanan pramuniaga toko dan pengunjung toko dengan jumlah
pembeli.
Rumusan 4.2. korelasi Product Moment antara lain seperti berikut ini.

∑𝒙𝒚
rxy = Rumus 4.2
√(∑𝒙𝟐 )(∑𝒚𝟐 )

𝒏∑𝒙𝟏−( ∑𝒙𝟏 ∑𝒚𝟏)


rxy = Rumus 4.3
√{𝒏∑𝒙𝟐𝒊 −(∑𝒙𝒊 )𝟐 }{𝒏∑𝒚𝟐𝒊 −(∑𝒚𝒊 )𝟐 }

115
Rumus 4.3 digunakan ila sekaligus akan menghitung persamaan regresi. Berikut ini
sebelum dilakukan pengujian hipotesis akan diberi contoh perhitungan korelasi yang
sederhana. Rumus 4.2 digunakan untuk menguji hipotesis hubungan.
Contoh :
Diduga ada hubungan antara penghasilan dan pengeluaran. Untuk keperluan itu dari
populasi 100 orang, diambil seampelnya sebanyak 10 orang, untuk ditanya tentang
penghasilan dan pengeluaran selama satu bulan. Data pengahasilan (X) dan
pengeluaran (Y), serta cara perhitungannya ditunjukan pada tabel 4.7

Tabel 4.7
Jumlah Pendapatan dan Pengeluarag Tiap Bulan 10 Orang Pegawai
No. Pendptn/bln. Pendptn/bln. 𝐱 𝐢 − 𝐱̅ ̅
𝐘𝐢 − 𝐘 𝒙𝟐 𝒚𝟐 𝒙𝒚
Res x 100.000 (𝐗) x 100.000 (Y) (𝒙) (𝒚)
1 8 3 1 1 1 1 1
2 9 3 2 1 4 1 2
3 7 2 0 0 0 0 0
4 6 2 -1 0 1 0 0
5 7 2 0 0 0 0 0
6 8 2 1 0 1 0 0
7 9 3 2 1 4 1 2
8 6 1 -1 -1 1 1 1
9 5 1 -2 -1 4 1 2
10 5 1 -2 -1 4 1 2
Jumla 70 20 0 0 20 6 10
h

̅ = 70 : 10 = 7
Rata- rata 𝑿 ∑ 𝒙𝟐 = 20 ∑𝒙𝒚 = 10
̅ = 20 : 10 = 2
Rata- rata 𝒀 ∑ 𝒚𝟐 = 6

𝟏𝟎
rxy = = 0,9129
√(𝟐𝟎)(𝟔)

116
Dari tabel 4.7 tersebut terlihat bahwa rata-rata penghasilan = 7 x 100.000 dan rata-
rata pengeluaran 2 x 100.000. Dari tabel terlihat ∑𝑥 2 = 20; ∑𝑦 2 = 6 dan ∑𝑥𝑦 = 10.
Harga-harga tersebut selanjutnya dimasukan dalam rumus 4.3
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif
sebesar 0,9129 antara penghasilan dan pengeluaran. Untuk dapat memberi
interpretasi terhadap kuatnya atau lemanya hubungan itu, maka dapat digunakan
pedoman seperti tabel 4.8

Tabel 4.8
Pedoman Untuk Memberikan
Interpretasi Koefosien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat KUat

Berdasarkan tabel 4.8 tersebut, maka koefisien korelasi yang ditemukan


sebesar0,9129 termasuk pada kategori “ sangat kuat “. Jadi terdapat hubungan yang
sanagt kuat antara penghasilan dan pengeluaran. Hubungan tersebut baru berlaku
untuk sampel yang 10 orang tersebut. Untuk menguji signifikansi hubungan, yaitu
apakah hubungn yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah
100 orang, maka perlu diuji signifikansinya. Rumus uji signifikansi korelasi product
moment ditunjukan pada rumus 4.4. berikut.

𝑟 √𝑛−2
t= Rumus : 4.4
√1−𝑟 2

0,9129√10−2
t= = 6,33
√1−0,91292

117
harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel.untuk
kesalahan 5% uji dua fihak dan dk = n-2 = 8, maka diperoleh t tabel = 2,306. Hal ini
dapat digambarkan seperti berikut ini :

Gambar 4.4 Uji signifikansi koefisien korelasi dengan uji dua fihak.

Daerah penolakan Ho Derah penolakan Ho


0,025 Daerah 0,025
Penerimaan Ho

-6,325 -2,306 2,306 6,325

Untuk contoh di atas berlaku hipotesis statistik sebagai berikut :


Ho : µ = 0 (tidak ada hubungan)
Ha : µ ≠ 0 (ada hubungan)

Berdasarkan perhitungan dan yang ditunjukan pada gambar 4.4maka


dinyatakan bahwa t hitung jatuh pada daerah penolakan Ho, maka dapt dinyatakan
hipotesis nol yang menyatakan tidak ada hubungan antara penghasilan dan
pengeluaran ditolak, dan hipotesis alternatif diterima. Jadi kesimpulannya koefisien
korelasi antara penghasilan dan pengeluaran sebesar 0,9129 adalah signifikan,
artinya koefisien tersebut dapat digeneralisasikan atau dapat berlaku pada populasi
dimana sampal yang 10 orang diambil.
Uji signifikansi korelasi Product Moment secara praktis, yang tidak perlu dihitung,
tetapi langsung dikonsultasikan pada tabel r product moment. Tabel nilai-nilai r
Product Moment untuk n = 10, taraf kesalahan 5% maka harga r tabel = 0,632.
Ketentuannya bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan Ha
ditolak.tetapi sebaliknya jika r hitung lebih besar r tabel (rh > r tabel) maka Ha
diterima. Ternyata rh (0,9129) lebih besar dari r tabel (0,632). Dengan demikian
koefisien korelasi 0.9129 itu signifikan. (Hasilnya sama dengan cara sebelumnya,
dengan uji t).
Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi,
dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan. Jadi koefisien determinasi
118
untuk contoh di atas adalah 0,91292 = 0,83. Hal ini berarti varian yang terjadi pada
variabel pengeluaran 83,33% ditentukan oleh varians yang terjadi pada variabel
penghasilan. Pengertian ini sering diartikan pengaruh penghasilan terhadap
pengeluaran = 83,33% dan sisanya 16,67% dipengaruhi oleh variabel lain seperti
pengeluaran tidak terduga. Misalnya karena keluarga sakit mendadak.

1. Pengujian Hipotesis Asosiatif No.1


Hipotesis 1 berbunyi :
“ Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan
pramuniaga toko dengan jumlah pembeli “.

Data yang dikorelasikan adalah data variabel kualitas pelayanan pramuniaga


toko (X1) dengan jumlah pembeli (Y). lihat tabel 4.3. data kedua variabel tersebut
selanjutnya dikorelasikan dengan rumus 4.3. caranya sebagaimana contoh yang
telah dikemukakan sebelumnya. Hasil perhitungan diperoleh korelasi antara
kualitas pelayanan pramuniaga toko dengan dengan jumlah pembeli/pengunjung
sebesar 0,445. Apakah koefisien ini signifikan atau tidak, maka perlu
dikonsultasikan pada tabel r. Dengan n 40 , dan taraf kesalah 5% maka diperoleh
r tabel = 0,312. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila r hitung lebih
besar dari r tabel maka hipotesis alternatif (Ha) diterima, dan hipotesis (Ho)
ditolak. Kalau r hitung sama persis dengan r tabel, maka Ho diterima.
Ternyata harga r hitung lebih besar dari r tabel (0,445>0,312). Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara kualitas pelayanan pramuniaga toko dengan jumlah pembeli, artinya
bila kualitas pelayanan ditingkatkan maka akan dapat meningkatkan jumlah
pembeli. Kesimpulan ini dapat digeneralisasikan ke populasi dimana sampel
diambil. Signifikan artinya kasimpulan dari sampel itu dapat digeneralisasikan
terhadap populasi.
Pengaruh kualitas pelayanan pramuniaga terhadap jumlah pembeli dapat
diketahui melalui koefisien determinasi, yaitu r2 = 0,4452= 0,198. Artinya varian
yang terjadi pada variabel jumlah pembeli 19,8% ditentukan oleh kualitas
pelayanan pramuniaga toko. Hal ini sering dinyatakan bahwa pengaruh pelayanan
pramuniaga toko 19.8% selebihnya 80,2% ditentukan oleh faktor lain, misalnya
kelengkapan barang-barang yang dijual, tempat usaha, mudahnya parkir dan lain-
lainnya.
119
Kalau kualitas pelayanan ditingkatkan sampai nilai tertinggi yaitu 40 (skor
ideal untuk instrumen ini = 4 x 10 = 40), berapa jumlah orang yang akan membeli
? Untuk mengetahui ini perlu dianalisis dengan regresi tunggal/parsial dengan
persamaan sebagai berikut :
Y’ = a + bX1, dimana
a = konstanta,
b = koefisien regresi,
x = variabel independen
Y*= nilai yang diprediksikan
Untuk itu perlu dicari harga a dan b. berdasarkan perhitungan harga telah
ditemukan a = 5,405 dan b = 0,5. Dengan demikian persamaan regresinya adalah
: Y’ = 5,405 + 0,5X1. Jadi bila kualitas pelayanan ditingkatkan sampai 100%, yaitu
28 maka jumlah pengunjung Y* = 5,405 + 0,5 x 40 = 25,405 orang. Jadi bila
kualitas pelayanan ditingkatkan maksimal, maka jumlah pengunjung = 254,05
orang.
Berdasarkan persamaan regresi tersebut bila kualitas pelayanan bernilai nol,
maka jumlah pembeli lima orang. Perhitungan analisis regresi tunggal maupun
ganda dapat dilihat pada buku Statistik Untuk Penelitian.

120
121
122
123
124
125

Anda mungkin juga menyukai