Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PERSIAPAN SUMBER DAYA

MANUSIA(SDM)YANG BERKUALITAS DAN UNGGUL

Oleh:

Dita Agustina

18.01.02.0.085-01

Ekbang VA

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS SUMBAWA (UNSA)


SUMBAWA BESAR

2020

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk

mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan

pendidikan adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia(SDM) yang

berkualitas dan unggul melalui proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Proses

pendidikan bermutu dapat dilakukan jika didukung dengan sumber daya manusia

yang bermutu pula. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa

ini tidak dapat dipungkiri telah memiliki peran yang sangat besar dalam

mempengaruhi pendidikan. Diperlukan proses pendidikan yang berkualitas

untuk menghadapi hal tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas dan

unggul diharapkan mampu menjawab tantangan dan kebutuhan peserta didik

dalam menghadapi perkembangan zaman dengan teknologi yang tidak dapat

dibendung. Menjadi tugas pemerintah dalam hal pengembangan dan

peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui proses pendidikan.

Proses pendidikan formal maupun non formal harus terus dilakukan guna
menyikapi perkembangan yang terus berjalan. Pengembangan dan peningkatan

sumber daya manusia bertujuan agar kualitas dan kuantitasnya semakin

meningkat dan mampu bersaing supaya tidak ketinggalan dengan sumber daya

manusia negara lain.

Peran pendidikan sangat menentukan peningkatan kualitas sumber daya

manusia. Seperti diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 bahwa tugas

suci untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan. Melalui pendidikan akan dapat

mengubah pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seseorang ke arah yang

progresif sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Sudah tentu bahwa pendidikan

harus menjadi komitmen utama bagi pemerintah, masyarakat dan orang tua untuk

mencapai kualitas manusia berkualitas di masa yang akan datang.

Hasil pendidikan diharapkan mampu melahirkan sumber daya manusia

yang memilki keunggulan kompetitif dalam kehidupan global dan memiliki

pondasi iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Undang-undang nomor

20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Berdasarkan tujuan pendidikan di atas, dalam pelaksanaan penyelenggaran

pendidikan khususnya pada Sekolah Menengah Pertama perlu dikembangkan

sistem nilai yang berorientasi pada peserta didik agar memiliki budaya berpikir

kritis, kreatif, inovatif dan nalar yang rasional. Selain itu, perlu ditanamkan pola

sikap dan pola tindak yang mandiri, wawasan kewiraswastaan, etos kerja yang

tinggi dan watak sesuai dengan nilai-nilai luhur agama dan budaya bangsa.

Tujuan tersebut sejalan dengan mulai diberlakukannya kurikulum 2013 bertujuan

untuk memperbaiki kurikulum sebelumnya. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

merupakan pendidikan dasar yang menjadi pondasi dalam pembentukan karakter

peserta didik secara formal. Semua pengalaman yang diperoleh pada pendidikan

dasar, merupakan pengetahuan dasar esensial bagi persiapan dan penyesuaian

diri terhadap kehidupan di masa dewasa. Sekolah Menengah Pertama sebagai

salah satu organisasi pendidikan dasar, diharapkan mampu mengakomodasikan

keinginan tersebut, sehingga pada gilirannya nanti dapat berperan sebagai

wahana untuk menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang mampu

menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Namun demikian, kenyataan

pada saat ini kualitas pendidikan nasional pada umumnya belum sesuai dengan

yang dicita-citakan oleh pembangunan. Antara lain dirasakan hasil yang dicapai

dalam pendidikan nasional masih jauh ketinggalan dari tuntutan ilmu


pengetahuan dan teknologi yang berkembang cepat dalam dunia modern dewasa

ini.Sebagai tolok ukur standar kriteria mutu pendidikan menggunakan indikator-

indikator.

Secara umum indikator kualitas pendidikan dapat dilihat dari dua segi,

yakni segi proses dan segi produk. Dari segi proses, pendidikan dapat dikatakan

berkualitas, jika kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan guru di sekolah

berlangsung produktif yaitu tujuan tercapai secara efektif dan peserta didik

mengalami proses pembelajaran yang bermakna, ditunjang oleh sumber daya

yang wajar dan memadai.Logikanya, proses pendidikan yang baik akan

memberikan jaminan kualitas yang baik pula. Sedangkan dari segi produk,

pendidikan dapat berkualitas jika memiliki beberapa ciri, yakni : 1) Peserta didik

menunjukan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap materi-materi pembelajaran

sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada nilai-nilai ujian (nilai

raport) sebagai gambaran prestasi akademik. 2) Hasil pendidikan sesuai dengan

kebutuhan hidup peserta didik, sehingga dengan belajar bukan hanya

“mengetahui sesuatu” (learning to know) tetapi juga “dapat melakukan sesuatu”

(learning to do) yang fungsional untuk hidupnya. 3) Hasil pendidikan yang

berupa keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan tuntutan lingkungan,

khususnya dunia kerja. Dalam kaitan ini link and matchmerupakan salah satu

aspek indikator kualitas pendidikan.


Sekolah adalah lembaga pendidikan yang bersifat kompleks dan unik.

Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi didalamnya terdapat saling

berkaitan yang satu dengan yang lain. Sedang sifat unik, menunjukkan bahwa

sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh

organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter sendiri,

dimana tradisi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan

kehidupan manusia. Sehingga efektivitas kerja guru merupakan hal yang sangat

penting karena keberhasilan organisasi diukur dengan konsep efektivitas

tersebut.Namun, Prestasi belajar siswa secara umum masih tergolong rendah,

dilihat dari Human Development Indexs (HDI), Indonesia masih terpuruk. Hal

ini menunjukan kualitas pendidikan kita menurun.Masih rendahnya kualitas

pendidikan, termasuk pada Sekolah Menengah Pertama ini, disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:

1) Proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru tidak didukung oleh faktor

profesionalitas kesempatan promosi, ruang kelas, bahan dan sarana yang

kurang memadai.

2) Sistem pendanaan yang tidak merata antar berbagai daerah.

3) Kebijakan dan program kerja pemerintah kurang tidak dituangkan dalam

lembaga pendidikan pelaksana, kebijakannya tidak menghasilkan kualitas

kependidikan yang baik.


Sedangan faktor-faktor tersebut berperan penting. Hal-hal yang dapat

mempengaruhi kualitas pendidikan, yaitu terdiridari guru, sarana-prasarana,

kurikulum dan proses belajar mengajar serta sistem penilaian. Guru merupakan

sumber daya manusia yang menggerakkan dan mendayagunakan faktor-faktor

lainnya, sehingga tercipta proses pembelajaran yang bermakna dan

berkualitas.Sedangkan hal yang paling menentukan dalam sistem pendidikan

secara keseluruhan adalah keberadaan guru. Guru menjadi sebuah hal yang harus

mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Sosok seorang guru akan

senantiasa menjadi sorotan ketika membicarakan masalah pendidikan.Pada

jenjang pendidikan formal, guru memegang peran utama dalam pembangunan

pendidikan. Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh

keprofesionalitasan guru.

Upaya terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas

dab unggul harus senantiasa dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Guru yang professional dan berkualitas akan berpengaruh secara signifikan

terhadap hasil pembelajaran siswa. Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun

2008 tentang Guru sebutan guru mencakup: (1) guru itu sendiri, baik guru kelas,

guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan konseling atau guru bimbingan

karir; (2) gurudengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; (3) guru dalam

jabatan pengawas. Sebagai pendidik profesional, seorang guru dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan


mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Seluruh tugas utama itu

akan terlaksana dengan baik jika profesionalitas dimiliki guru yang tercermin

dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi

standar mutu atau norma tertentu. Guru profesional harus mampu memenuhi

kualifikasi akademik minimum dan memiliki sertifikat pendidik. Guru yang

mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas sehari-hari bisa

dinamakan profesional. Teori motivasi menyebutkanbahwa seseorang akan

bekerja secara profesional bilamana orang tersebut secara profesional jika

memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan

dengan baik. Demikian juga dengan profesi guru. Guru disebut profesional bila

memiliki kemampuan dan motivasi tinggi dalam bekerja.Jika guru memiliki

profesional dan kualitas yang baik, maka akan berhasil dalam melaksanakan

segala tugasnya. Guru yang professional memiliki komitmen yang tinggi dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, yakni membimbing, mengarahkan

dan juga menjadi teladan yang baik bagi para peserta didiknya Guru menjadi

salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Untuk itu setiap

ada perubahan kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan

dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru.

Di era globalisasi saat ini menyebabkan masyarakat bebas menyampaikan

kritik, saat ini guru sering menjadi sorotan dari berbagai media masa, berkaitan

dengan rendahnya mutu pendidikan, dan keberhasilan suatu sekolah. Tidak dapat
dipungkiri bahwa banyak masyarakat beranggapan bahwa keberhasilan suatu

pendidikan sangat ditentukan oleh mutu guru itu sendiri. Sementara diketahui

bersama keberhasilan atau kegagalan pendidikan sebenarnya dipengaruhi oleh

banyak faktor, salah satunya yaitu kedisiplinan kerja. Sebagai penyelenggara

pendidikan formal, sekolah memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat

besar akan kelangsungan pendidikan. Hal ini bisa dibuktikan dengan mutu

lulusan yang dihasilkan memiliki kemampuan seperti yang diharapkan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penelitian ini hanya di fokuskan pada:

1.2.1 Kurangnya perhatian orang tua terhadap pentingnya pendidikan anak.

1.2.2 Lemahnya perekonimian sehingga tidak mampu menyekolahkan anak.

1.2.3 Mahalnya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan untuk mencukupi

kebutuhan sekolah.

1.3 Batasan masalah

Batasan penelitian ini mengkaji lebih dalam tentang Pengaruh Pendidikan

Terhadap Persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan unggul.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar blakng di atas,rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:
1.4.1 Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap persiapan sumber daya

manusia(SDM) yang berkualitas.

1.4.2 Bagaimana guru mempersiapkan pendidikan yang berkualitas dan unggul

dalam persiapan sumber daya manusia(SDM)?

1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap persiapan sumber

daya manusia(SDM)

yang berkualitas.

b. Untuk mengetahui cara guru untuk mempersiapkan pendidikan yang

berkualitas dan unggul dalam persiapan sumber daya manusia(SDM).

1.5.2 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

menambah Ajian pustaka mengenai Pengaruh Pendidikan

Terhadap Persiapan Sumber Daya Manusia(SDM)Yang

Berkualitas Dan Unggul,bagi peneliti selanjutnya.

2) Untuk mengetahui lebih jauh tentang Mata Kuliah Ekonomi

Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan Pengaruh

Pendidikan Terhadap Persiapan Sumber Daya Manusia(SDM)

Yang Berkulitas Dan Unggul.


b. Manfaat praktis

1) Bagi Peneliti diharapkan dapat memberikan informasi yang

bermanfaat bagi pemerintah daerah khususnya, agar dapat

memberikan wawasan baru dan dapat dipergunakan sebagai dasar

perumusan kebijakan terkait dengan pengaruh pendidikan

terhadap persiapan sumber daya manusia(SDM)yang berkualitas

unggul.

2) Bagi peneliti sebagai sarana untuk berlatih dalam perkembangan

Ilmu Pengetahuan dan sebagai tambahan untuk memperoleh

gambaran tentang pengaruh pendidikan terhadap persiapan sumber

daya manusia(SDM) yang berkualitas unggul.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian sebelumnya

1. Reddy Zaki Oktama (2013) dengan judul penelitian pengaruh tingkat

pendidikan anak terhadap kondisi sosial ekonomi di kelurahan sugihwaras

kecamatan pamalang kabupaten pamalang. Tujuan penelitian ini adalah (1)

mengetahui apakah terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap

sosial ekonomi, (2) mengatahui apakah terdapat pengaruh antara tingkat

pendidikan anak terhadap kondisi ekonomi, (3) mengatahui seberapa besar

pengaruh tingkat pendidikan anak terhadap kondisi sosial ekonomi di

kelurahan sugihwaras. Penelitian yang di gunakan adalah penelitian kuantitatif

dengan populasi seluruh kepala keluarga yang ada di kelurahan sugihwaras

yang berjumlah 852 KK. Pengambilan sample menggunakan teknik combined

sampling , ( purposive, proporsional, random sampling) yaitu pengambilan

sample dengan tujuan tertentu, seimbang dan acak, maka diperoleh sebanyak

85 KK sebagai sample dengan kriteria keluarga yang mempunyai anak usia

sekolah diambil dengan jumlah persentase sama banyak, secara acak sebanyak
10% dari keseluruhanjumlah populasi. Variabelnya adalah : (1) kondisi sosial

keluarga, (2) kondisi ekonomi keluarga, (3) tingkat pendidikan anak, teknik

analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase (DP) dan analisis

regresi berganda yang diolah menggunakan model SPSS 16. Hasil penelitian

menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan anak

dengan kondisi sosial keluarga dengan t hitung sebesar 2240, sedangkan

kondisi tingkat pendidikan anak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

ekonomi keluarga dengan t hitung sebesar 3362, jika dilihat dalam uji

hipotesis secara parsial karena t hitung lebih besar dari t tabel 1989.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2015), “Faktor-faktor Yang

Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani Bawang Merah Di Desa Ngali

Kecamatan Belo Kabupaten Bima Menurut Tinjauan Ekonomi Islam”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Variabel luas lahan memiliki dampak

yang positif dan signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah di Desa

Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Dengan asumsi variabel lainnya

tetap, peningkatan luas lahan sebesar 1 akan meningkatkan pendapatan petani

sebanyak 0,703. Sedangkan variabel tenaga kerja memiliki dampak yang

positif namun tidak signifikan terhadap pendapatan petani bawang merah di

Desa Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima. (2) Variabel penelitian yang

berpengaruh paling dominan terhadap pendapatan petani bawang merah di

Desa Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima adalah luas lahan.


2.2 Landasan Teori

Pengembangan dan pendidikan merupakan dua konsep yang berbeda,

tetapi memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam

konstelasi tulisan ini, pengembangan dapat dilakukan melalui pendidikan,

sehingga pendidikan menjadi wahana bagi pengembangan. Untuk itu, maka

pendidikan memerlukan SDM yang kompeten sebagai aset bagi proses

pengembangan dan SDM yang kompeten tersebut dicapai melalui proses

pengembangan. Dengan demikian, SDM menjadi bagian penting dalam

pengembangan dan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang

terdiri atas komponen-komponen saling yang saling terkait secara fungsional

bagi tercapainya pendidikan yang berkualitas. Setidaknya terdapat empat

komponen utama dalam pendidikan, yaitu: SDM, dana, sarana, perasarana,

dan kebijakan. Komponen SDM dapat dikatakan menjadi komponen strategis,

karena dengan SDM berkualitas dapat mendayagunakan komponen lainnya,

sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi pendidikan. Di mana SDM

berkualitas dapat dicapai dengan pengembangan SDM. Pengembangan adalah

upaya meningkatkan sesuatu agar lebih bertambah baik. Pengembangan SDM

dapat dilakukan melalui pendidikan dan latihan. Seperti dikemukakan Sikula

(1981: 38): development in reference to staffing and personnel matters, is a

long term educational process utilizing a systematic and organized procedure

by which managerial personel learn conceptual and theoetical knowledge for

general purpuses. Training is a short term educational process utilizing a


systematic and orgenized procedure by which nonmanagerial personnel learn

technical knowledge and skill for a definite purpose. Selain itu, Hasibuan

(2007: 69) mengemukakan bahwa pengembangan adalah suatu usaha untuk

meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan

sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.

Sedangkan menurut Bella, pendidikan dan latihan sama dengan

pengembangan yaitu merupakan proses peningkatan keterampilan kerja, baik

secara teknis maupun manajerial. Dimana, pendidikan berorientasi pada teori

dan berlangsung lama, sedangkan latihan berorientasi pada praktek dengan

waktu relatif singkat. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secra

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UURI

No. 20 Th. 2003: 2). Sedangkan latihan, secara implisit menjadi bagian dari

pendidikan. SDM adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik

yang dimiliki individu (Hasibuan, 2007:243). Selanjutnya dijelaskan bahwa

daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa lahir (modal dasar) sedangkan

kecakapan adalah diperoleh dari usaha pendidikan. Daya fisik adalah

kekuatan dan ketahanan seseorang untuk melakukan pekerjaan atau

melaksanakan tugas yang diembannya. Dengan demikian, SDM bidang

pendidikan adalah kompetensi fungsional yang dimiliki tenaga kependidikan


dalam melaksanakan tugasnya. Di dalam melaksanakan tugasnya, SDM

dituntut mengaktualisasikan kemampuannya, baik daya fikir maupun daya

fisik secara terintagrasi. Namun demikian, kedua kemampuan tersebut saja

tidak cukup, melainkan harus diimbangi dengan kecerdasan emosional

(Emotional Intellegence). Manakala kita memandang duni pekerjaan adalah

sebagai suatu masyarakat, maka kecerdasan emosional sangat diperlukan

untuk mengenal dan memahami diri sendiri serta rekan kerja. Menurut

Goleman (1996), kecerdasan emosional memiliki keunggulan dibandingkan

kecerdasan intelektual, jika dasar penentunya adalah keberhasilan hidup di

tengah masyarakat.

SDM yang berkualitas yang dibutuhkan diperoleh melalui proses,

sehingga dibutuhkan suatu program pendidikan dan pelatihan untuk

mempersiapkan dan pengembangan kualitas SDM yang sesuai dengan

transformasi sosial. Menurut Tilaar (1998), terdapat tiga tuntutan terhadap

SDM bidang pendidikan dalam era globalisasi, yaitu: SDM yang unggul,

SDM yang terus belajar, dan SDM yang memiliki nilai-nilai indigeneous.

Terpenuhinya ketiga tuntutan tersebut dapat dicapai melalui pengembangan

SDM. Dalam upaya pengembangan SDM hendaknya berdasarkan kepada

prinsip peningkatan kualitas dan kemampuan kerja. Terdapat beberapa tujuan

pengembangan SDM, di antaranya adalah: (1) meningkatkan kompetensi

secara konseptual dan tehnikal; (2) meningkatkan produktivitas kerja; (3)

meningkatkan efisiensi dan efektivitas; (4) meningkatkan status dan karier


kerja; (5) meningkatkan pelayanan terhadap klient; (6) meningkatkan moral-

etis; dan (7) meningkatkan kesejahteraan. Berdasarkan penuturan Hasibuan

(2007: 72-73), terdapat dua jenis pengembangan SDM, yaitu: pengembangan

SDM secara formal dan secara informal. Pertama, pengembangan SDM secara

formal yaitu SDM yang ditugaskan oleh lembaga untuk mengikuti pendidikan

atau latihan, baik yang dilaksanakan oleh lembaga tersebut maupun lembaga

diklat. Pengembangan SDM secara formal dilakukan karena tuntutan tugas

saat ini maupun masa yang akan datang. Dengan demikian, jenis

pengembangan ini dapat memenuhi kebutuhan kompetensi SDM yang bersifat

empirical needs dan predictive needs bagi eksistensi dan keberlanjutan

lembaga. Kedua, pengembangan SDM secara informal yaitu pengembangan

kualitas SDM secara individual berdasarkan kesadaran dan keinginan sendiri

untuk meningkatkan kualitas diri sehubungan dengan tugasnya. Banyak cara

yang dapat dilakuklan SDM untuk meningkatkan kemampuannya, namun

jenis pengembangan ini memerlukan motivasi intrinsik yang kuat dan

kemampuan mengakses sumbersumber informasi sebagai sumber belajar.

Terdapat lima domain penting dalam pengembangan SDM bidang pendidikan,

yaitu: profesionalitas, daya kompetitif, kompetensi fungsional, keunggulan

partisipatif, dan kerja sama. Dimilikinya kemampuan terhadap kelima domain

tersebut merupakan modal utama bagi SDM dalam menghadapi masyarakat

ilmu (Knowledge Society) yang dinamis. Asumsi yang mendasari pentingnya

kelima domain tersebut adalah sebagai berikut.


a. Profesionalitas

Profesionalitas adalah tingkatan kualitas atau kemampuan yang dimiliki

SDM dalam melaksanakan profesinya. Sedangkan profesionalisme adalah

penyikapan terhadap profesi dan profesionalitas yang dimilikinya. SDM yang

profesional adalah mereka yang memiliki keahlian dan keterampilan melalui

proses pendidikan dan latihan. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan

teknik dan kemampuan konseptual dalam memberikan layanan formal sesuai

dengan profesi dan keahliannya. Berdasarkan kemampuan SDM dalam

melaksanakan tugasnya tersebut, maka masyarakat akan mengakui dan

menghargainya. Dengan kata lain, penghargaan dan pengakuan masyarakat

bergantung kepada keprofesionalan SDM. Pengakuan masyarakat terhadap

suatu profesi bersifat merit, sehingga menuntut SDM yang berkualitas. SDM

bidang pendidikan, mereka bekerja dalam suatu masyarakat profesional

(profesional community) yang menuntut kejujuran profesional agar dapat

memberikan layanan profesi sesuai dengan harapan masyarakat. Namun

demikian, kejujuran profesional perlu disikapi dengan upaya meningkatkan

profesionalitas. Untuk itu, pengembangan SDM ke arah profesional

merupakan langkah strategis. SDM yang melaksanakan profesinya

berlandaskan profesionalisme memiliki kemampuan untuk menyelaraskan

kemampuan dirinya dengan visi dan misi lembaga. Artinya, SDM tersebut

akan mengaktualisasikan seluruh potensi yang ada dan mendayagunakannya


dalam memberikan layanan kepada masyarakat, sehingga masyarakat

merasakan manfaat dan mengakui keberadaannya.

b. Daya Kompetitif

SDM yang memiliki daya kompetitif adalah mereka yang memiliki

kemampuan ikut serta dalam persaingan. Apabila kita memandang bahwa

melaksanakan tugas adalah suatu persaingan, maka SDM yang memiliki daya

kompetitif adalah mereka yang dapat berfikir kreatif dan produktif. SDM yang

berfikir kreatif dapat bersaing dan dapat memunculkan kreasi-kreasi baru.

Berfikir kreatif dilandasi dengan kemampuan berfikir eksponensial dan

mengeksplorasi berbagai komponen secara tekun dan ulet hingga

menghasilkan suatu inovasi. SDM yang inovatif tidak hanya terbatas pada

kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya, melainkan

kemampuan mencari dan menggunakan cara baru dalam menyelesaikan

tugasnya tersebut. Sikap tekun dan ulet dalam melaksankan tugas hanya dapat

menghasilkan prestasi temporer, sedangkan tekun dan ulet dalam berfikir

kreatif akan menghasilkan pertasi berkelanjutan. Salah satu sifat SDM yang

inovatif adalah mereka yang tidak merasa puas dengan apa yang telah

dikerjakan dan dihasilkannya, melainkan merasa penasaran atas kinerjanya.

SDM yang inovatif hanya dapat dihasilkan melalui proses pengembangan

kemampuan berfikir kreatif (creative thinking). Artinya, SDM yang memiliki

daya kompetitif harus memiliki kecerdasan intelektual agar dapat memiliki

banyak alternatif dalam memilih dan menentukan strategi yang tepat.


c. Kompetensi fungsional

Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk

melaksanakan profesinya. Sesungguhnya kompetensi tersebut merupakan

suatu sistem pengetahuan yang terdiri atas pengetahuan konseptual,

pengetahuan teknik, pengetahuan menyeleksi, dan pengetahuan

memanfaatkan. Apabila seluruh pengetahuan tersebut diaktualisasikan secara

simultan, maka manfaatnya dapat dirasakan baik oleh yang bersangkutan

maupun oleh masayarakat. Kompetensi pada tiga tataran pertama, yaitu

kemampuan: konseptual, teknik, dan memutuskan merupakan kompetensi

potensial. Sedangkan kompetensi pada tataran aplikasi tepat waktu dan tepat

sasaran, itulah kompetensi fungsional. Kompetensi fungsional akan

menunjukkan efektivitasnya manakala SDM memiliki motivasi yaitu motivasi

intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berkaitan erat dengan etos

kerja, sedangkan motivasi ekstrinsik dapat berasal dari rekan kerja, lembaga,

dan masyarakat. SDM yang memiliki kompetensi fungsional adalah mereka

yang memiliki kemampuan dalam mendayagunakan potensi diri (kompetensi

potensial) yang disumbangkan (kemampuan mengaplikasikan secara tepat)

dalam melaksanakan tugas atau profesinya. Untuk itu, pengembangan SDM

bidang pendidikan dengan memberikan motivasi merupakan salah satu

strategi yang dapat dipilih. Motivasi tersebut mungkin berupa posisi atau

salary. Menurut Tilaar ( 1996: 343), pengembangan SDM selain


meningkatkan kemampuan profesional juga meningkatkan posisi dan

pendapatan.

d. Keunggulan partisipatif SDM unggul adalah SDM berkualitas yang memiliki

kemampuan lebih dibandingkan dengan yang lainnya. Mereka dapat

mengembangkan potensi diri dan sumber daya lainnya seoptimal mungkin.

Dengan kemampuannya tersebut, SDM yang unggul dapat mencapai prestasi

untuk kemajuan dirinya, lembaga, bangsa dan negara. Mereka yang memiliki

keunggulan dapat survive dalam kehidupan yang kompetitif, karena mereka

memiliki banyak pilihan dan kecerdasan untuk mengambil keputusan yang

tepat. Terapat dua jenia SDM unggul, yaitu: keunggulan individualistik dan

keunggulan partisipatoris. SDM unggul secara individualistik adalah mereka

yang memanfaatkan kemampuan dirinya untuk kepentingan pribadi. Hal ini

sangat berbahaya, karena SDM yang unggul individualistik dapat melahirkan

manusia tipe homo homini lupus. Sedangkan SDM unggul secara

partisipatoris adalah mereka yang memiliki keunggulan dalam

mengembangkan potensi diri untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan, baik

yang bersifat kompetitif maupun kooperatif dan solidaritas sosial. Dengan

demikian, pengembangan SDM bidang pendidikan adalah upaya peningkatan

kualitas SDM yang unggul partisipatoris. Untuk itu, sangat penting

kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dikembangkan secara


terintegratif, karena akan menjadi kekuatan sinergis dalam melaksanakan

tugas.

e. Kerja Sama Kemampuan

kerja sama (teamwork) sangat penting di era globalisasi, karena

dengan kemampuan tersebut akan menjadi kekuatan potensial bagi suatu

organisasi atau institusi. Sesungguhnya, era globalisasi bersifat potensial yang

menuntut kemampuan menyeleksi dan mendayagunakannya agar

teraktualisasikan hingga bernilai guna. Salah satu upaya mengatualisasikan

potensi tersebut adalah melalui kerja sama. Namun demikian, aspek penting

dalam proses seleksi dan memanfaatkan potensi tersebut adalah kemampuan

menyelaraskannya dengan nilai-nilai indigeneous. Pada tataran praktis

operasional, SDM yang memiliki nilai-nilai indigeneous tersebut adalah

memahami visi dan misi lembaga, serta merefleksikannya dalam pelaksanaan

tugas. SDM yang memiliki kemampuan kerja sama harus diimbangi dengan

kemampuan untuk mengembangkan jaringan-jaringan kerja sama (network).

Pentingnya jaringan kerja sama dan kerja sama menjadi katalisator bagi

tercapainya efektivitas dan efisiensi kerja. Kemampuan yang dibutuhkan

dalam kerja sama adalah mengembangkan kemampuan untuk

mengintegrasikan kemampuan diri dengan kemampuan mitra kerja terhadap

orientasi kerja sama. Untuk itu, pengembangan pada aspek dedikasi, disiplin,

dan kejujuran sangat mutlak dalam suatu kerja sama, termasuk jujur terhadap

kemampuan diri. Pentingnya sikap jujur dalam suatu kerja sama dikemukakan
Fukuyama (1996), tanpa kejujuran tidak mungkin seseorang dapat melakukan

bekerja sama dengan baik. Pengembangan SDM bidang pendidikan pada

domain ini adalah peningkatan kemampuan mencari jaringan kerja sama dan

melaksanakan kerja sama dengan berlandasankan kepada dedikasi, disiplin,

dan jujur serta moral-etis. Dengan demikian, SDM memiliki jati diri sesuai

dengan visi dan misi lembaga.

2.3 Teori Pendidikan

1. Pengertian pendidikan

Secara bahasa pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan.” Menurut Malaya S.P Hasibuan

mengatakan pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral

karyawan. Jadi pengertian pendidikan adalah “suatu proses pengembangan

kemampuan kearah yang diinginkan organisasi yang bersangkutan.” (Soekidjo

Notoatmotjo 2010 : 69) Pendidikan merupakan sarana yang paling strategis

untuk meningkatkan kualitas manusia artinya melalui pendidikan kualitas

manusia dapat ditingkatkan. Dengan kualitas yang meningkat produktivitas

individualpun akan meningkat. Selanjutnya jika secara individual

produktivitas manusia meningkat, “maka secara komunal produktivitas

manusia akan meningkat.” Tirtarahardja (2014 : 24)

Defenisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain:


a. Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan

manusia muda. Pengangkatan manusia ketaraf insani itulah yang disebut

mendidik. Pendidikan adalah memanusiaan manusia muda.

b. Dictionary of education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses

dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk

tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial

dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan

terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat

memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

kemampuan individu yang optimum.

c. Crow and Crow menyebut pendidikan adalah proses yang berisi berbagai

macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan

membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari

generasi ke generasi.

d. Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada

tahun 1930 menyebutkan, pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk

memajukan

bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan

tubuh anak.

e. Di dalam GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa pendidikan pada hakikatnya

adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di


dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Fuad Ihsan (2012:

4).

2. Fungsi dan tujuan pendidikan

Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) ialah membantu

(secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi

pendidikan secara makro (luas) ialah sebagai alat:

a. Pengembangan pribadi

b. Pengembangan warga Negara

c. Pengembangan kebudayaan

d. Pengembangan bangsa. Fuad Ihsan (2012: 11)

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,

pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan

memiliki dua fungsi yaitu “memberikan arah kepada segenap kegiatan

pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap

kegiatan pendidikan” Tirtarahardja (2014: 37).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif,

yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau

lebih. Dimana hubungan antara variabel dalam penelitian akan dianalisis dengan

menggunakan ukuran-ukuran statistik yang relevan atas data untuk menguji hipotesis.

Dalam penelitian asosiatif terdapat minimal dua variabel yang dihubungkan, Sugiyono

(2008). Dimana peneliti menggunakan bentuk hubungan sebab akibat (Kausalitas).

Dalam penelitian ini adalah pengaruh tingkat pendidikan terhadap SDM yang unggul

dan berkualitas.

3.2 Jenis data dan Sumber data

3.2.1 Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data

Kualitatif merupakan data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar

(Sugiyono, 2006). Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

tentang gambaran umum terkait dengan pengaruh pendidikan terhadap SDM yang

unggul dan berkualitas.

3.2.2 Sumber Data

a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung.

Dalam penelitian ini, data primer adalah keseluruhan jawaban yang diberikan

responden atas pertanyaan dalam bentuk kuesioner (Lungan. 2006:9).

Responden dalam hal ini terkait dengan pengaruh pendidikan terhadap

pengaruh pendidikan terhadap SDM. Contoh data primer dalam penelitian ini

adalah hasil kuisioner dari responden.


b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain seperti buku

literatur, skripsi terdahulu, situs-situs internet, dan lain-lain (Lungan. 2006:9).

Contoh data skunder dalam penelitian ini adalah terkait tingkat pendidikan dan

SDM.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda

dan sebagainya (Arikunto, 2006). Metode dokumentasi digunakan untuk

mendapatkan catatan-catatan atau data yang berhubungan penelitian ini seperti

,jumlah masyarakat dan gambaran umum tentang pengaruh pendidikan

2. Studi Kepustakan

Merupakan metode pencarian data terkait dengan teori dari buku litelatur,

jurnal dan hasil penelitian untuk memberikan data dan informasi yang dibutuhkan,

seperti data yang terkait dengan Landasan Teori dan penelitian terdahulu.

3. Angket (Kuisioner)

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membagikan selebaran

yang berisi daftar pertanyaan untuk mendapatkan keterangan dari masyarakat yang

dijadikan sampel dengan maksud untuk mengumpulkan data yang berhubungan

dengan penelitian.

Setiap variabel yang diteliti dapat diukur dengan menggunakan skor yang

mengacu pada skala likert dengan lima alternatif jawaban untuk menentukan tingkat

pertimbangan konsumen, dimana setiap variabel diukur berkisar pada 1-5 poin.

Menurut Sugiyono (2010) “skala likert digunakan dalam mengukur sikap,


pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”

Dimana penelitian, fenomena sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti,

yang selanjutnya disebut dengan variabel penelitian. Variabel-variabel yang akan

diukur, dijabarkan menjadi indikator variabel yang dijadikan titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen berupa pertanyaan atau pernyataan.

3.4 Pengujian Hipotesis

1. Uji Validitas

Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalitan tiap butir

pertanyaan dalam angket (kuesioner). Uji Validitas dilakukan terhadap seluruh

butir pertanyaan dalam instrumen, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap

butir dengan skor totalnya pada masing-masing konstruk.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen/ indikator

yang digunakan dapat dipercaya atau handal sebagai alat ukur variabel. Pengujian

(cronbach’s Alpha) digunakan untuk menguji tingkat kehandalan (reliability) dari

masing-masing angket variabel.

3. Analisis Koefesien Determinasi

Koefesien determinasi ) digunakan untuk mengetahui seberapa besar

varians dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. yang

digunakan dalam penelitian ini adalah yang mempertimbangkan jumlah variabel

independen dalam suatu model atau disebut yang telah di sesuaikan. Penelitian ini

menggunakan Adjusted- , jika jumlah variabel independen yang diteliti lebih dari

dua, lebih baik digunakan Adjusted- . Koefesien determinasi Adjusted-

menunjukkan persentas total variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan

oleh variabel independen dalam model nilai menunjukkan bahwa variasi variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Sebaliknya jika nilai

mendekati 0, maka variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh

variabel independen. Penelitian ini, penulis menggunakan alat bantu SPSS

(statistical Package for Social Science) versi 21 untuk mengelola data.

4. Uji t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel

dependen secara nyata. Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap

dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut:

H I : βI = 0 tidak berpengaruh

H I : βI > 0 tidak berpengaruh

H I : βI < 0 tidak berpengaruh

Keterangan:

βI adalah koefesien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis.

Biasanya nialai β dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap

Y bila thitung< ttabel maka H0 diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk

membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat

signifikan yang digunakan yaitu 0,5%.

Anda mungkin juga menyukai