Pengeakan Hukum Tindakan Pidana Aborsi
Pengeakan Hukum Tindakan Pidana Aborsi
5/Jul/2016
151
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
152
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
Tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan mengalami trauma berat peristiwa perkosaan
ruang terhadap terjadinya aborsi. tersebut.
Melihat rumusan Pasal 75 Undang-Undang Trauma mental yang berat juga akan
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan berdampak buruk bagi perkembangan janin
tampaklah bahwa dengan jelas Undang-Undang yang dikandung korban. Sebagaian besar
Nomor 36 Tahun 2009 melarang aborsi kecuali korban perkosaan mengalami reaksi penolakan
untuk jenis abortus provocatus medicalis terhadap kehamilannya dan menginginkan
(aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan untuk melakukan aborsi. Undang-Undang
jiwa si ibu dan atau janinnya). Dalam dunia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada
kedokteran aborsi provocatus dilakukan jika prinsipnya sejalan dengan ketentuan peraturan
nyawa si ibu terancam bahaya maut dan juga pidana yang ada, yaitu melarang setiap orang
dapat dilakukan jika anak yang akan lahir untuk melakukan aborsi. Negara harus
diperkirakan mengalami cacat berat dan melindungi warganya dalamhal ini perempuan
diindikasikan tidak dapat hidup di luar yang melakukan aborsi berdasarkan indikasi
kandungan, misalnya janin menderita kelainan kedaruratan medis dan akibat perkosaan, serta
EctopiaKordalis (janin yang akan dilahirkan melindungi tenaga medis yang melakukannya,
tanpa dinding dada sehingga terlihat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
jantungnya), Rakiskisis (janin yang akan lahir Tentang Kesehatan membuka pengecualian
dengan tulang punggung terbuka tanpa ditutupi untuk aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan
kulit) maupun Anensefalus (janin akan medis dan kehamilan akibat perkosaan.8
dilahirkan tanpa otak besar).6 Alasan sebagaimana diuraikan diatas
Perkosaan merupakan kejadian yang amat menjadikan aborsi hanya dapatdilakukan secara
traumatis untuk perempuan yang menjadi kasuistik dengan alasan sesuai Pasal 75 ayat (2)
korban. Banyak korban perkosaan diatas, tidak dapat suatu aborsi dilakukan
membutuhkan waktu lama untuk mengatasi dengan alasan malu, tabu, ekonomi, kegagalan
pengalaman traumatis ini, dan mungkin ada KB atau kontrasepsi dan sebagainya. Undang-
juga yang tidak pernah lagi dalam keadaan undang hanya memberikan ruang bagi aborsi
normal seperti sebelumnya. Jika perkosaan itu dengan alasan sebagaimana tersebut di atas.
ternyata mengakibatkan kehamilan, Berdasar Pasal 75 tersebut, tindakan aborsi
pengalaman traumatis itu bertambah besar tidak serta merta dapat dilakukan walaupun
lagi.7 alasan-alasannya telah terpenuhi.
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun RumusanPasal 75 ayat (3) menyatakan bahwa
2014 Tentang Kesehatan Reproduksi tindakan aborsi sebagaimana dimaksud pada
menyatakan bahwa Negara pada prinsipnya ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
melarang tindakan aborsi, larangan tersebut konseling dan/atau penasehatan pra tindakan
ditegaskan kembali dalam Undang-Undang dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. yang dilakukan oleh konselor yang kompeten
Tindaka aborsi pada beberapa kondisi medis dan berwenang. Rumusan pasal tersebut
merupakan satu-satunya jalan yang harus menegaskan bahwa sebelumdilakukan aborsi
dilakukan tenaga medis untuk menyelamatkan harus dilakukan tindakan konsultasi baik
nyawa seorang ibu yang mengalami sebelum maupun setelah tindakan yang
permasalahan kesehatan atau komplikasiyang dilakukan oleh konselor yang berkompeten dan
serius pada saat kehamilan. Pada kondisi berwenang.
beberapa akibat pemaksaan kehendak pelaku, Penjelasan Pasal 75 ayat (3) menyebutkan
seorang korban perkosaan akan menderita bahwa yang dapat menjadi konselor adalah
secara fisik, mental, dan sosial. Dan kehamilan dokter, psikolog, tokoh masyarakat, tokoh
akibat perkosaan akan memperparah kondisi agama, dan setiap orang yang mempunyai
mental korban yang sebelumnya telah
8
Peraturan Pemerintah Tentang Aborsi Banyak
6
Njowito Hamdani, Ilmu Kedokteran Kehakiman, Kelemahan, WWW. Peradi. Or. Id/ Indek.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hlm. 215. Php/Berita/Detail, Diakses Pada Tanggal 14 April 2015
7
Berlen,K., Aborsi Sebagai Masalah Etika, Gransindo,
Jakarta, 2002, hlm. 47.
153
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
minat dan memiliki keterampilan untuk itu, kematian bagi anak atau janintersebut. Dengan
yang telah memiliki sertifikat sebagai konselor demikian, setiap tindakan yang merupakan
melalui pendidikan dan pelatihan. kekerasan terhadap anak terlebih jika
Penjelasanayat ini menerangkan betapa kekerasan tersebut menyebabkan anak itu
pentingnya seorang konselor yang akan mati, maka pelaku dipidana dengan pidana
memberikan penasehatan sebelum ataupun penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
sesudah dilakukan tindakan. Hal ini penting dan/atau denda paling banyak
mengingat aborsi adalah tindakan yang sangat Rp.3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Tidak
berbahaya yang jika tidak dilakukan dengan dapat dipungkiri meskipun didalam pengaturan
benar akan membawa dampak kematian serta hukum di Indonesia pengguguran kandungan
beban mental yang sangat berat bagi si wanita. adalah merupakan bentuk kejahatan dan dapat
Aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan dipidana, tetapi kebutuhan untuk dilakukannya
medis dan kehamilan akibat perkosaan harus praktik aborsi tetap tinggi sehingga praktik
dilakukan dengan aman, bermutu, dan aborsi tetap dilakukan secara ilegal atau diam-
bertanggung jawab, demikian bunyi Pasal 35 diam. Jasa pengguguran kandungan secara
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun ilegal dapat dengan mudah dijumpai diperoleh
2014. Praktik aborsi yang dilakukan dengan di kota-kota besar maupun di dunia maya
aman, bermutu dan bertanggung jawab itu, sehingga membuat tingginya angka kematian
menurut Peraturan Pemerintah ini, meliputi ibu hamil akibat komplikasi aborsi yang tidak
dilakukan oleh dokter sesuai dengan standar; aman. Khususnya di Indonesia sekitar 750.000
dilakukan di fasilitasi kesehatan yang (tujuh ratus lima puluh ribu) hingga 1.000.000
memenuhi syarat yang ditetapkan menteri (satu juta) pertahun dilakukanunsafe abortion
kesehatan; atas permintaan atau persetujuan (aborsi tidak aman), 2.500 (dua ribu lima ratus)
perempuan hamil yang bersangkutan; dengan diantaranya menyebabkan
41
izin suami, kecuali korban perkosaan; tidak kematian. Perbuatan aborsi atau pengguguran
diskriminatif; dan tidak mengutamakan imbalan kandungan didalam KUHP adalah
materi.9 perbuatanyang dilarang atau delik. Topik
mengenai aborsi terhadap wanita korban
B. Sanksi Terhadap Tindakan Aborsi Menurut perkosaan belum di atur didalam kitab ini
Ketentuan Berlaku sehingga tidak terdapat dalam KUHP, yang di
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 atur hanya mengenai aborsi secara umum yaitu
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang dalam Buku Kedua KUHPtentang kejahatan
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan terhadap jiwa manusia Pasal 299, 346, 347,
Anak, menyatakan : Pasal 76C Setiap Orang 348, dan 349. Pasal tersebut menyatakan
dilarang menempatkan, membiarkan, bahwa perbuatan pengguguran kandungan itu
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut merupakan perbuatan kejahatan yang dapat
serta melakukan kekerasan terhadap Anak dipidana. Berikut penjabaran Pasal-Pasal
Pasal 80 ayat (1), Setiap Orang yang melanggar mengenai aborsi dalam KUHP : (1) Barangsiapa
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal dengan sengaja mengobati seorang perempuan
76C, dipidana dengan pidana penjara paling atau mengerjakan sesuatu perbuatan terhadap
lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau seorang perempuan dengan memberitahukan
denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh atau menimbulkan pengharapan, bahwa oleh
puluh dua juta rupiah). Pasal 80 ayat (3), Dalam karena itu dapat gugur kandungannya, dihukum
hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) penjara selama-lamanya empat tahun atau
mati, maka pelaku dipidana dengan pidana denda sebanyak-banyaknya empat puluh lima
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun ribu rupiah. (2) Kalau sitersalah mengerjakan
dan/atau denda paling banyak itu karena mengharapkan keuntungan, dari
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). pekerjaannya atau kebiasaannya dalam
Pengguguran anak atau janin mengakibatkan melakukan kejahatan itu, atau kalau ia seorang
tabib, dukun beranak (bidan) atau tukang
9
Sabrina Asril,Pemerintah Anggap Aborsi Solusi Untuk
Atasi Trauma Korban Perkosaan, Kompas.Com, Jakarta,
41
Diakses Pada Tanggal 14 April 2015. Ibid.
154
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
membuat obat, hukuman itu, dapat ditambah ditujukan untuk melanggar hukum, melainkan
dengan sepertiganya. (3) Kalau yang bersalah untuk melindungi kandungan itu.
melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, Pada perbuatan menyuruh mengobati, si
maka dapat dicabut haknya melakukan pembuat tidak melakukannya sendiri
pekerjaan itu. pengobatan itu, tetapi menyuruh orang lain
Adami Chazawi menjabarkan unsur-unsur untuk melakukan pengobatan terhadap
kejahatan yang dirumuskan pada Pasal 299 perempuan itu, atau menyuruh perempuan itu
KUHP ayat (1) sebagai berikut42: Adami Chazawi sendiri untuk melakukan pengobatan dengan
menjelaskan dalam bukunya berjudul Tindak petunjuk dan saran maupun keterangan-
Pidana Mengenai Kesopanan mengenai unsur keterangan.43 Perkataan menyuruh mengobati,
objektif pertama yaitu perbuatan mengobati. tidak sama artinya dengan menyuruh lakukan
Perbuatan mengobati (in behandeling nemen) (doonplegen) dalam Pasal 55 ayat (1) butir 1,
yang dihubungkan dengan unsur-unsur lain karena menyuruh lakukan pada Pasal 55 ayat
dalam Pasal ini adalah melakukan perbuatan (1) terdapat syarat bahwa orang yang disuruh
mengobati seorang perempuan dengan cara melakukan tidak dapat dipertanggungjawabkan
bagaimanapun misalnya denganmemberi obat, kepadanya, karena itu dia tidak boleh dipidana,
memijat-mijat bagian tubuh korban dengan tetapi orang yang disuruh mengobati dalam
terlebih dahulu memberitahukan kepada pengertian kejahatan ini adalah orang yang
korban bahwa dengan demikian janin yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat
dikandungnya dapat menjadi gugur, atau dipidana kecuali apabila dalam menyuruh
memberikan harapan pada korban bahwa mengobati itu dilakukan sedemikan rupa
kehamilannya dapat digugurkan. Kejahatan sehingga orang yang disuruh mengobati itu
dalam Pasal 229 KUHP diatas ini menjadi menjadi tidak berdaya sehingga ia tidak dapat
selesai, segera sesudah dimulai dengan obat itu dipertanggungjawabkan, misalnya dia dipaksa
telah diberikan, pemijatan telah dilakukan, jika dengan ancaman kekerasan akan dibunuh jika
hal itu telah diberitahukan atau telah tidak mau melakukan pengobatan. Apabila
menimbulkan harapan, bahwa kandungan itu perempuan itu sendiri yang disuruh mengobati,
^ ‰ š_ ]PµPµŒl vX tidak penting apakah dengan cara demikian,
Pasal 299 KUHP menjelaskan, bahwa dalam masuk akal atau tidak, apakah benar hamilnya
Pasal ini yang juga perlu dibuktikan adalah menjadi gugur ataukah tidak. Cukup dengan
bahwa perempuan itu betul-betul diberitahukan atau ditimbulkan harapannya
mengandung, bukan mengenai masih hidup bahwa dengan pengobatan cara itu hamilnya
atau telah matinya si anak sebelum digugurkan. perempuan itu dapat menjadi gugur. Dengan
Jika dalam hal itu salah dikira, bahwa demikian, tidak diperlukan perempuan itu pada
perempuan itu hamil, maka orang yang kenyataan benar-benar hamil, asalkan dia
mengerjakannya itu tidak dapat dihukum, oleh mengira bahwa dirinya hamil. Perempuan yang
karena tidak ada kandungan yang diganggu disuruh melakukan penguguran kandungannya
(obyek yang tidak sempurna sama sekali). sendiri dengan cara demikian tidak dapat
Tetapi apabila seorang dokter berpura-pura dikenakan Pasal 299 KUHP, melainkan
memberitahukan obat untuk menggugurkan dikenakan Pasal 346 KUHP.44Pihak ketiga yang
kandungan kepada seorang wanita, namun disuruh melakukan pengobatan dikenakan
kenyataannya obat tersebut adalah vitamin W • o îõõ • P ] ^‰ u µ š ~ Œ• Ç vP
yang justru berfungsi untuk memberi nutrisi u vP} š]_X ^ vPl v ‰]Z l l µ ~Ç vP
pada kandungan wanitaitu, dalam hal ini dokter menyuruh) apabila kepada perempuan tersebut
tersebut memenuhi unsur-unsur dalam Pasal memberitahukan atau menimbulkan harapan
ini akan tetapi tidak dapat dihukum, oleh padanya itu bahwa dengan cara pengobatan
karena sifat melawan hukum yang diperlukan dukun tadi hamilnya dapat digugurkan, juga dia
bagi tiap-tiap peristiwa pidana disini tidak ada. telah melakukan kejahatan itu sebagai
Karena maksud tindakan dokter disini tidak ^‰ u µ š ~ Œ• l Œ v u vǵŒµZ
u vP} š]_X l v š š ‰]U ‰ ]o ] š] l
42 43
Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan,. Ibid, hlm 125.
44
Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2005, hlm 124. Ibid, hlm 125-126
155
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
156
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
Undang-Undang Nomor 36 Tahun2009 Lilien Eka Chandra, Tanpa Indikasi Medis Ibu,
tentang Kesehatan disalahgunakan oknum Aborsi sama dengan Kriminal, Lifestyle, Mei
tertentu untuk melegalkansecara penuh 2006.
aborsi sehingga antara UU kesehatan dan Lexy J. Moleong,. Metodologi Penelitian
dalam konsep KUHPsupaya memperhatikan Kualitatif. PT. RemajaRokakarya., Bandung,
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 1993.
tentangKesehatan agar tidak saling Muhdiono, Aborsi Menurut Hukum Islam
tumpang tindih dalam prakteknya. ~W Œ v ]vP v D Ì ^Ç (][] v Hanafi,
2. Perlu dilakukan perubahan terhadap Skripsi, UIN, Yogyakarta, 2002.
ketentuan perundang-undangan yang Musdah Mulia, Muslimah Reformis:Perempuan
mengatur masalah aborsi yakni penjelasan Pembaru Keagamaan, Mizan Media Utama,
tentang apa yang dimaksud dengan abortus Bandung, 2005.
danabortus bagi korban perkosaan karena Nitibaskara Renny TB, Aborsi dan Kendala
bagaimanapun aborsi yang bersifat illegal Penegakan Hukum, Tabloid Panu, Jakarta,
dapatmembahayakan jiwa dan 1997.
keselamatan ibu melanggar hak hidup Njowito Hamdani, Ilmu Kedokteran Kehakiman,
setiap orang termasuk janin yang Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
digugurkan. Peter Mahmud Marzuki.Penelitian Hukum.
Jakarta: Kencana Prenada ediaGroup.
DAFTAR PUSTAKA Jakata, 2006.
Buku Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran
Adami chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Permasalahan Kasus Kekerasan Pada
Nyawa, PT raja grafindo persada, Jakarta, Wanita dan Penanganannya di Bidang
2001. Obstetri,. Fak. Kedokteran, UI, Jakarta, 2001.
--------------------, Tindak Pidana Mengenai Rustam Mochtar, Sinopsis Obsetetri, EGC,
Kesopanan,. Raja Grafindo Persada : Jakarta, Jakarta, 1998.
2005. Soekidjo Notoatmodjo,. Etika Dan Hukum
Alexandra Ide, Etika Hukum dalam Pelayanan Kesehatan.Rineka Cipta. Jakarta, 2010.
Kesehatan, Yogyakarta: Grasia Book Sri Setyowati, Masalah Abortus Kriminalis di
Publisher, 2012. Indonesia dan Hubungannya dengan
Barlen, K. Aborsi Sebagai Masalah Etika, PT. Keluarga Berencana Ditinjau dari Kitab
Grasindo Jakarta. 2002. Undang-Undang Hukum Pidana, TP, Jakarta,
Chrisdiono .M. Achadiat, Prosedur Tetap 2002.
Obstetri Dan Ginekologi, Buku Kedokteran Suryono Ekotama, Abortus Provokatus Bagi
EGC, Jakarta, 2004. Korban Perkosaan Perspektif WHO, Safe
Dadang Hawari, Aborsi Dimensi Psikoreligi,. Abortion : Technical and Policy Guidance for
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 2006. Health System, 2000.
Dewi Novita, Aborsi menurut Petugas Yayah Chisbiyah, dkk, Kehamilan Yang Tidak
Kesehatan, PPPK-UGM, Yogyakarta, 1997. Dikehendaki, PPPK-UGM, Yogyakarta, 1997.
Eny Kusmiran, Kejahatan Reproduksi Remaja
Dan Wanita, Selemba Medika, Jakarta, Peraturan Perundang-undangan
2011. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Jalaludin, Psikologi Agama, : Raja Grafindo Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Persada, Jakarta, 2009. Kesehatan.
Jhonny Ibrahim. Teori dan Metodologi Peraturan Pemerintah RI No. 61 Tahun 2014
Penelitian Hukum Normatif, Edisi Revisi. tentang Kesehatan Reproduksi
Malang : Bayumedia, Malang, 2006.
Kusmaryanto, CB., Kontroversi Aborsi. Cet, Ke 2, Kamus, Artikel, Makalah, Kamus, Jurnal,
Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta, Internet
2004. Echols, dan Hassan Shaddily, Kamus Inggris
Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1992.
157
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
158