Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. V/No.

5/Jul/2016

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN ‰ ‰ • o óñ Ç š í ^• š] ‰ }Œ vP ]o Œ vP


ABORSI MENURUT UNDANG-UNDANG u o lµl v }Œ•] _3. Namun dikecualikan
NOMOR 36 TAHUN 20091 dalam ayat 2, yaitu :
Oleh : Meliza Cecillia Laduri2 a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi
sejak dini kehamilan baik yang mengancam
ABSTRAK nyawa ibu dan/ atau janin yang yang
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menderita cacat bawaan maupun yang tidak
mengetahui bagaimana Pengaturan Terhadap dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
Aborsi Menurut Undang-Undang Nomor 36 tersebut hidup diluar kandungan , atau
Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan bagaimana b. Kehamilan akibat perkosaan.
Sanksi Terhadap Tindakan Aborsi Menurut Perbuatan aborsi sukar sekali dibuktikan
Ketentuan Berlaku. Dengan menggunakan oleh yang berwajib. Meskipun dalam
metode penelitian yuridis normatif kenyataannya banyak yang melakukan
disimpulkan: 1. Pengaturan aborsi di dalam perbuatan ini, tetapi selalu di lakukan secara
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang sembunyi-sembunyi. Alasan yang bisa
Kesehatan diatur dalam Pasal 75 sampaidengan dikemukakan antara lain adalah kehamilan
Pasal 77 serta Pasal 194. Sedikit berbeda yang tidak diinginkan. Dalih tersebut terutama
dengan pengaturan aborsi pada KUHP, dipengaruhi oleh berbagai latar belakang
pengaturan aborsi di dalam Undang-Undang seperti kesehatan, sosial, ekonomi dan budaya.
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Mengingat perkembangan pranata hukum
memberikan ruang terjadinya aborsi dengan tentang pengguguran kandungan tidak secepat
alasan tertentu. . Pasal 75 undang-undang kemajuan yang ada didalami dunia kedokteran,
tersebut memberikan 2 alasan untuk dapat berbagai dampak negatif dialami kalangan
dilakukannya aborsi, yaitu indikasi medis wanita yang terlibat dalam praktik tersebut.
berupa cacat bawaan/genetis dan bagi korban Sebagian dari mereka bahkan menemui ajalnya
perkosaan. Selain terpenuhinya alasan dalam akibat perbuatan aborsi. Sementara itu, oknum
Pasal 75, untuk dapat dilakukan aborsi juga tertentu secara leluasa melakukan
harus terpenuhi syarat-syarat yang tertuang di pengguguran kandungan dan memanfaatkan
Pasal 76. 2. Dalam hukum pidana Indonesia kesempatan tersebut untuk memupuk
(KUHP) abortus provocatus criminalis dilarang kekayaan.
dan diancam hukuman pidana tanpa Bagi pihak yang setuju terhadap tindakan
memandang latar belakang dilakukannya dan aborsi, alasan yang dikemukakan adalah upaya
orang yang melakukan yaitu semua orang baik menghindarkan seorang ibu dari suatu
pelaku maupun penolong abortus. Sedangkan kehamilan yang diperkirakan oleh dokter dapat
Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang membahayakan atau menggangu kesehatan
Kesehatan memberikan pengecualian abortus atau nyawa sang ibu. Sedangkan bagi yang
dengan alasan medis yang dikenal dengan tidak setuju, abortus dinilai sebagai suatu
abortus provocatus medicalis. Mengenai perbuatan pembunuhan atau kejahatan
legalisasi terhadap korban perkosaan dan terhadap nyawa dan bersifat melawan hukum.
legalisasi aborsi di Indonesia masih menuai Melihat adanya dampak negatif dari
berbagai pro dan kontra dikalangan perbuatan aborsi, baik dari segi kesehatan
masyarakat. perempuan hamil, maupun dari segi hukum,
Kata kunci: Penegakan hukum, aborsi materi ini dapat dianggap sebagai suatu obyek
kajian yang menarik. Dikatakan menarik,
PENDAHULUAN terutama karena secara hukum perbuatan
A. Latar Belakang Masalah tersebut termasuk pembunuhan, tetapi masih
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun banyak dilakukan orang, Dan bahkan tidak
2009, juga mengupas masalah abortus, yaitu jarang dijadikan sebagai alternatif solusi yang
efisien. Penulis mengangkat masalah ini karena
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Gerungan, SH, MH;
dengan adanya pengaturan aborsi dalam
Imelda A. Tangkere, SH, MH
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Undang-Undang Republik Indonesia no. 36 tahun 2009
120711396 tentang Kesehatan

151
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

undang-undang nomor 36 tahun 2009 yang janin, yang menderitapenyakit genetik


memberikan ancaman berat bagi pelaku aborsi berat dan/atau cacat bawaan, maupun
ternyata tidak memberikan efek jera bagi yang tidak dapatdiperbaiki sehingga
pelaku dan faktanya tindakan aborsi makin menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
meningkat. Berdasarkan penjelasan diatas kandungan;atau
menarik untuk dibahas lebih lanjut mengenai b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat
tulisan ini maka penulis memberanikan diri menyebabkan trauma psikologisbagi
untuk melakukan penulisan skrispsi ini dengan korbanperkosaan.
iµ µo ^d]vi µ v zµŒ] ]• š vš vP }Œ•]u vµŒµš 3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat
Undang-hv vP E}u}Œ ïò š Zµv îììõX_ (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra
B. Perumusan Masalah tindakan dan diakhiridengan konseling pasca
1. Bagaimana Pengaturan Terhadap Aborsi tindakan yang dilakukan oleh konselor
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun yangkompeten dan berwenang.
2009 Tentang Kesehatan? 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi
2. Bagaimana Sanksi Terhadap Tindakan kedaruratan medis dan
Aborsi Menurut Ketentuan Berlaku? perkosaan,sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan ayat (3) diatur dengan
C Metode Penelitian PeraturanPemerintah.
Mengacu pada judul dan perumusan Pasal 76.
masalah, maka penelitian ini termasuk dalam Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
kategori penelitian hukum normatif, yaitu hanya dapat dilakukan:
penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam)
(library based) yang berfokus pada membaca minggu dihitung dari hari pertama
dan mempelajari bahan-bahan hukum primer haidterakhir, kecuali dalam hal
dan sekunder. Penelitian hukum normatif kedaruratan medis;
adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki
menemukan kebenaran berdasarkan logika keterampilan dan kewenangan
keilmuan hukum dari sisi normatifnya.4 Jenis yangmemiliki sertifikat yang ditetapkan
penelitian hukum normatif yang dipilih oleh oleh menteri;
penulis telah sesuai dengan obyek kajian atau c. Dengan persetujuan ibu hamil yang
isu hukum yang diangkat untuk menghasilkan bersangkutan;
argumentasi. d. Dengan izin suami, kecuali korban
perkosaan; dan
HASIL DAN PEMBAHASAN e. Penyedia layanan kesehatan yang
A. Pengaturan Terhadap Aborsi Menurut memenuhi syarat yang ditetapkan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 olehMenteri.
Tentang Kesehatan Pasal 77.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pemerintah wajib melindungi dan mencegah
tentang Kesehatan, masalah aborsi diatur di perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud
dalam beberapa Pasal, yaitu Pasal 75, 76, dan dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
Pasal 77. Adapun rumusan dari masing-masing bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
Pasal tersebut adalah : jawab serta bertentangan dengan norma
Pasal 75. agama dan ketentuan peraturan perundang-
1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi. undangan.5
2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat Berbeda dengan KUHP yang tidak
(1) dapat dikecualikanberdasarkan: memberikan ruang sedikit pun terhadap
a. Indikasi kedaruratan medis yang tindakan aborsi, Undang-Undang Nomor 36
dideteksi sejak usia dini kehamilan,baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau 5
Pustaka Yustisia, Undang Undang Kesehatan dan Rumah
Sakit 2009, UndangUndang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan dan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009
4
Peter Marzuki, Op Cit,. hlm 3 Tentang Rumah Sakit, Jakarta, 2010, hlm. 28.

152
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

Tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan mengalami trauma berat peristiwa perkosaan
ruang terhadap terjadinya aborsi. tersebut.
Melihat rumusan Pasal 75 Undang-Undang Trauma mental yang berat juga akan
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan berdampak buruk bagi perkembangan janin
tampaklah bahwa dengan jelas Undang-Undang yang dikandung korban. Sebagaian besar
Nomor 36 Tahun 2009 melarang aborsi kecuali korban perkosaan mengalami reaksi penolakan
untuk jenis abortus provocatus medicalis terhadap kehamilannya dan menginginkan
(aborsi yang dilakukan untuk menyelamatkan untuk melakukan aborsi. Undang-Undang
jiwa si ibu dan atau janinnya). Dalam dunia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada
kedokteran aborsi provocatus dilakukan jika prinsipnya sejalan dengan ketentuan peraturan
nyawa si ibu terancam bahaya maut dan juga pidana yang ada, yaitu melarang setiap orang
dapat dilakukan jika anak yang akan lahir untuk melakukan aborsi. Negara harus
diperkirakan mengalami cacat berat dan melindungi warganya dalamhal ini perempuan
diindikasikan tidak dapat hidup di luar yang melakukan aborsi berdasarkan indikasi
kandungan, misalnya janin menderita kelainan kedaruratan medis dan akibat perkosaan, serta
EctopiaKordalis (janin yang akan dilahirkan melindungi tenaga medis yang melakukannya,
tanpa dinding dada sehingga terlihat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
jantungnya), Rakiskisis (janin yang akan lahir Tentang Kesehatan membuka pengecualian
dengan tulang punggung terbuka tanpa ditutupi untuk aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan
kulit) maupun Anensefalus (janin akan medis dan kehamilan akibat perkosaan.8
dilahirkan tanpa otak besar).6 Alasan sebagaimana diuraikan diatas
Perkosaan merupakan kejadian yang amat menjadikan aborsi hanya dapatdilakukan secara
traumatis untuk perempuan yang menjadi kasuistik dengan alasan sesuai Pasal 75 ayat (2)
korban. Banyak korban perkosaan diatas, tidak dapat suatu aborsi dilakukan
membutuhkan waktu lama untuk mengatasi dengan alasan malu, tabu, ekonomi, kegagalan
pengalaman traumatis ini, dan mungkin ada KB atau kontrasepsi dan sebagainya. Undang-
juga yang tidak pernah lagi dalam keadaan undang hanya memberikan ruang bagi aborsi
normal seperti sebelumnya. Jika perkosaan itu dengan alasan sebagaimana tersebut di atas.
ternyata mengakibatkan kehamilan, Berdasar Pasal 75 tersebut, tindakan aborsi
pengalaman traumatis itu bertambah besar tidak serta merta dapat dilakukan walaupun
lagi.7 alasan-alasannya telah terpenuhi.
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun RumusanPasal 75 ayat (3) menyatakan bahwa
2014 Tentang Kesehatan Reproduksi tindakan aborsi sebagaimana dimaksud pada
menyatakan bahwa Negara pada prinsipnya ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
melarang tindakan aborsi, larangan tersebut konseling dan/atau penasehatan pra tindakan
ditegaskan kembali dalam Undang-Undang dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. yang dilakukan oleh konselor yang kompeten
Tindaka aborsi pada beberapa kondisi medis dan berwenang. Rumusan pasal tersebut
merupakan satu-satunya jalan yang harus menegaskan bahwa sebelumdilakukan aborsi
dilakukan tenaga medis untuk menyelamatkan harus dilakukan tindakan konsultasi baik
nyawa seorang ibu yang mengalami sebelum maupun setelah tindakan yang
permasalahan kesehatan atau komplikasiyang dilakukan oleh konselor yang berkompeten dan
serius pada saat kehamilan. Pada kondisi berwenang.
beberapa akibat pemaksaan kehendak pelaku, Penjelasan Pasal 75 ayat (3) menyebutkan
seorang korban perkosaan akan menderita bahwa yang dapat menjadi konselor adalah
secara fisik, mental, dan sosial. Dan kehamilan dokter, psikolog, tokoh masyarakat, tokoh
akibat perkosaan akan memperparah kondisi agama, dan setiap orang yang mempunyai
mental korban yang sebelumnya telah
8
Peraturan Pemerintah Tentang Aborsi Banyak
6
Njowito Hamdani, Ilmu Kedokteran Kehakiman, Kelemahan, WWW. Peradi. Or. Id/ Indek.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hlm. 215. Php/Berita/Detail, Diakses Pada Tanggal 14 April 2015
7
Berlen,K., Aborsi Sebagai Masalah Etika, Gransindo,
Jakarta, 2002, hlm. 47.

153
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

minat dan memiliki keterampilan untuk itu, kematian bagi anak atau janintersebut. Dengan
yang telah memiliki sertifikat sebagai konselor demikian, setiap tindakan yang merupakan
melalui pendidikan dan pelatihan. kekerasan terhadap anak terlebih jika
Penjelasanayat ini menerangkan betapa kekerasan tersebut menyebabkan anak itu
pentingnya seorang konselor yang akan mati, maka pelaku dipidana dengan pidana
memberikan penasehatan sebelum ataupun penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
sesudah dilakukan tindakan. Hal ini penting dan/atau denda paling banyak
mengingat aborsi adalah tindakan yang sangat Rp.3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Tidak
berbahaya yang jika tidak dilakukan dengan dapat dipungkiri meskipun didalam pengaturan
benar akan membawa dampak kematian serta hukum di Indonesia pengguguran kandungan
beban mental yang sangat berat bagi si wanita. adalah merupakan bentuk kejahatan dan dapat
Aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan dipidana, tetapi kebutuhan untuk dilakukannya
medis dan kehamilan akibat perkosaan harus praktik aborsi tetap tinggi sehingga praktik
dilakukan dengan aman, bermutu, dan aborsi tetap dilakukan secara ilegal atau diam-
bertanggung jawab, demikian bunyi Pasal 35 diam. Jasa pengguguran kandungan secara
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun ilegal dapat dengan mudah dijumpai diperoleh
2014. Praktik aborsi yang dilakukan dengan di kota-kota besar maupun di dunia maya
aman, bermutu dan bertanggung jawab itu, sehingga membuat tingginya angka kematian
menurut Peraturan Pemerintah ini, meliputi ibu hamil akibat komplikasi aborsi yang tidak
dilakukan oleh dokter sesuai dengan standar; aman. Khususnya di Indonesia sekitar 750.000
dilakukan di fasilitasi kesehatan yang (tujuh ratus lima puluh ribu) hingga 1.000.000
memenuhi syarat yang ditetapkan menteri (satu juta) pertahun dilakukanunsafe abortion
kesehatan; atas permintaan atau persetujuan (aborsi tidak aman), 2.500 (dua ribu lima ratus)
perempuan hamil yang bersangkutan; dengan diantaranya menyebabkan
41
izin suami, kecuali korban perkosaan; tidak kematian. Perbuatan aborsi atau pengguguran
diskriminatif; dan tidak mengutamakan imbalan kandungan didalam KUHP adalah
materi.9 perbuatanyang dilarang atau delik. Topik
mengenai aborsi terhadap wanita korban
B. Sanksi Terhadap Tindakan Aborsi Menurut perkosaan belum di atur didalam kitab ini
Ketentuan Berlaku sehingga tidak terdapat dalam KUHP, yang di
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 atur hanya mengenai aborsi secara umum yaitu
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang dalam Buku Kedua KUHPtentang kejahatan
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan terhadap jiwa manusia Pasal 299, 346, 347,
Anak, menyatakan : Pasal 76C Setiap Orang 348, dan 349. Pasal tersebut menyatakan
dilarang menempatkan, membiarkan, bahwa perbuatan pengguguran kandungan itu
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut merupakan perbuatan kejahatan yang dapat
serta melakukan kekerasan terhadap Anak dipidana. Berikut penjabaran Pasal-Pasal
Pasal 80 ayat (1), Setiap Orang yang melanggar mengenai aborsi dalam KUHP : (1) Barangsiapa
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal dengan sengaja mengobati seorang perempuan
76C, dipidana dengan pidana penjara paling atau mengerjakan sesuatu perbuatan terhadap
lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau seorang perempuan dengan memberitahukan
denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh atau menimbulkan pengharapan, bahwa oleh
puluh dua juta rupiah). Pasal 80 ayat (3), Dalam karena itu dapat gugur kandungannya, dihukum
hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) penjara selama-lamanya empat tahun atau
mati, maka pelaku dipidana dengan pidana denda sebanyak-banyaknya empat puluh lima
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun ribu rupiah. (2) Kalau sitersalah mengerjakan
dan/atau denda paling banyak itu karena mengharapkan keuntungan, dari
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). pekerjaannya atau kebiasaannya dalam
Pengguguran anak atau janin mengakibatkan melakukan kejahatan itu, atau kalau ia seorang
tabib, dukun beranak (bidan) atau tukang
9
Sabrina Asril,Pemerintah Anggap Aborsi Solusi Untuk
Atasi Trauma Korban Perkosaan, Kompas.Com, Jakarta,
41
Diakses Pada Tanggal 14 April 2015. Ibid.

154
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

membuat obat, hukuman itu, dapat ditambah ditujukan untuk melanggar hukum, melainkan
dengan sepertiganya. (3) Kalau yang bersalah untuk melindungi kandungan itu.
melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, Pada perbuatan menyuruh mengobati, si
maka dapat dicabut haknya melakukan pembuat tidak melakukannya sendiri
pekerjaan itu. pengobatan itu, tetapi menyuruh orang lain
Adami Chazawi menjabarkan unsur-unsur untuk melakukan pengobatan terhadap
kejahatan yang dirumuskan pada Pasal 299 perempuan itu, atau menyuruh perempuan itu
KUHP ayat (1) sebagai berikut42: Adami Chazawi sendiri untuk melakukan pengobatan dengan
menjelaskan dalam bukunya berjudul Tindak petunjuk dan saran maupun keterangan-
Pidana Mengenai Kesopanan mengenai unsur keterangan.43 Perkataan menyuruh mengobati,
objektif pertama yaitu perbuatan mengobati. tidak sama artinya dengan menyuruh lakukan
Perbuatan mengobati (in behandeling nemen) (doonplegen) dalam Pasal 55 ayat (1) butir 1,
yang dihubungkan dengan unsur-unsur lain karena menyuruh lakukan pada Pasal 55 ayat
dalam Pasal ini adalah melakukan perbuatan (1) terdapat syarat bahwa orang yang disuruh
mengobati seorang perempuan dengan cara melakukan tidak dapat dipertanggungjawabkan
bagaimanapun misalnya denganmemberi obat, kepadanya, karena itu dia tidak boleh dipidana,
memijat-mijat bagian tubuh korban dengan tetapi orang yang disuruh mengobati dalam
terlebih dahulu memberitahukan kepada pengertian kejahatan ini adalah orang yang
korban bahwa dengan demikian janin yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat
dikandungnya dapat menjadi gugur, atau dipidana kecuali apabila dalam menyuruh
memberikan harapan pada korban bahwa mengobati itu dilakukan sedemikan rupa
kehamilannya dapat digugurkan. Kejahatan sehingga orang yang disuruh mengobati itu
dalam Pasal 229 KUHP diatas ini menjadi menjadi tidak berdaya sehingga ia tidak dapat
selesai, segera sesudah dimulai dengan obat itu dipertanggungjawabkan, misalnya dia dipaksa
telah diberikan, pemijatan telah dilakukan, jika dengan ancaman kekerasan akan dibunuh jika
hal itu telah diberitahukan atau telah tidak mau melakukan pengobatan. Apabila
menimbulkan harapan, bahwa kandungan itu perempuan itu sendiri yang disuruh mengobati,
^ ‰ š_ ]PµPµŒl vX tidak penting apakah dengan cara demikian,
Pasal 299 KUHP menjelaskan, bahwa dalam masuk akal atau tidak, apakah benar hamilnya
Pasal ini yang juga perlu dibuktikan adalah menjadi gugur ataukah tidak. Cukup dengan
bahwa perempuan itu betul-betul diberitahukan atau ditimbulkan harapannya
mengandung, bukan mengenai masih hidup bahwa dengan pengobatan cara itu hamilnya
atau telah matinya si anak sebelum digugurkan. perempuan itu dapat menjadi gugur. Dengan
Jika dalam hal itu salah dikira, bahwa demikian, tidak diperlukan perempuan itu pada
perempuan itu hamil, maka orang yang kenyataan benar-benar hamil, asalkan dia
mengerjakannya itu tidak dapat dihukum, oleh mengira bahwa dirinya hamil. Perempuan yang
karena tidak ada kandungan yang diganggu disuruh melakukan penguguran kandungannya
(obyek yang tidak sempurna sama sekali). sendiri dengan cara demikian tidak dapat
Tetapi apabila seorang dokter berpura-pura dikenakan Pasal 299 KUHP, melainkan
memberitahukan obat untuk menggugurkan dikenakan Pasal 346 KUHP.44Pihak ketiga yang
kandungan kepada seorang wanita, namun disuruh melakukan pengobatan dikenakan
kenyataannya obat tersebut adalah vitamin W • o îõõ • P ] ^‰ u µ š ~ Œ• Ç vP
yang justru berfungsi untuk memberi nutrisi u vP} š]_X ^ vPl v ‰]Z l l µ ~Ç vP
pada kandungan wanitaitu, dalam hal ini dokter menyuruh) apabila kepada perempuan tersebut
tersebut memenuhi unsur-unsur dalam Pasal memberitahukan atau menimbulkan harapan
ini akan tetapi tidak dapat dihukum, oleh padanya itu bahwa dengan cara pengobatan
karena sifat melawan hukum yang diperlukan dukun tadi hamilnya dapat digugurkan, juga dia
bagi tiap-tiap peristiwa pidana disini tidak ada. telah melakukan kejahatan itu sebagai
Karena maksud tindakan dokter disini tidak ^‰ u µ š ~ Œ• l Œ v u vǵŒµZ
u vP} š]_X l v š š ‰]U ‰ ]o ] š] l

42 43
Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan,. Ibid, hlm 125.
44
Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2005, hlm 124. Ibid, hlm 125-126

155
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

memberitahukan atau menimbulkan harapan perlu membuat perempuan itu benar-benar


pada si perempuan, karena yang percaya bahwa hamilnya dapat digugurkan,
memberitahukan dan atau menimbulkan yang penting pengobatan itu telah dilakukan.
harapan adalah si dukun, namun dia telah Menimbulkan harapan bahwa hamilnya dapat
membawa perempuan itu ke pihak ketiga digugurkan maksudnya harapan itu benar-
dengan telah menggunakan cara-cara yang benar telah timbul dari adanya pengobatan itu,
disebutkan dalam Pasal 55 ayat (1) butir 2 dan tidak penting apakah benar hamilnya dapat
KUHP, misalnya dengan membayarnya, pihak gugur atau tidak. Tindak pidana ini sangat luas,
kedua hanya berkualitas sebagai pembuat tidak perlu ada kandungan yang hidup. Bahkan,
penganjur (uitlokker) dalam hal pihak pertama tidak perlu bahwa benar-benar ada seorang
yang melakukan pengobatan itu (299 juncto 55 perempuan yang hamil cukuplah apabila pada
ayat (1) butir 2), sedangkan pihak pertama seorang perempuan ditimbulkan harapan
berkualitas sebagai pembuat pelaksananya (299 bahwa kehamilan yang mungkin ada akan
juncto 55 ayat (1) butir 1), dan bukan sebagai diberhentikan dengan pengobatan ini.
pembuat tunggal (dader). Unsur subyektifnya
adalah unsur sengaja yang ditempatkan pada PENUTUP
permulaan rumusan dengan mendahului semua A. Kesimpulan
unsur dari Pasal 299 tersebut. Oleh karena itu, 1. Pengaturan aborsi di dalam Undang-Undang
kesengajaan itu harus ditujukan pada semua Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
unsur di belakangnya. Artinya ialah: 1. Si diatur dalam Pasal 75 sampaidengan Pasal
pembuat menghendaki untuk melakukan 77 serta Pasal 194. Sedikit berbeda dengan
perbuatan mengobati atau menyuruh pengaturan aborsi pada KUHP, pengaturan
mengobati; 2. Diketahuinya bahwa yang aborsi di dalam Undang-Undang Nomor 36
diobatinya itu atau yang disuruh diobatinya itu Tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan
adalah seorang perempuan hamil, atau ruang terjadinya aborsi dengan alasan
menurut keyakinannya dia hamil; 3. tertentu. . Pasal 75 undang-undang tersebut
Disadarinya bahwa dengan pengobatan memberikan 2 alasan untuk dapat
demikian si pembuat telah memberitahukan dilakukannya aborsi, yaitu indikasi medis
atau menimbulkan harapan bahwa hamilnya berupa cacat bawaan/genetis dan bagi
dapat digugurkan. Kesengajaan seperti itulah korban perkosaan. Selain terpenuhinya
yang harus dibuktikan oleh jaksa penuntut alasan dalam Pasal 75, untuk dapat
umum di sidang pengadilan. Ayat (2) dilakukan aborsi juga harus terpenuhi syarat-
merumuskan tentang dasar-dasar pemberatan syarat yang tertuang di Pasal 76.
pidana. Penjelasan Pasal 299 KUHP 2. Dalam hukum pidana Indonesia (KUHP)
mengatakan, menurut ayat (2) maka ancaman abortus provocatus criminalis dilarang dan
hukumannya diperberat apabila perbuatan itu diancam hukuman pidana tanpa
dilakukan: memandang latar belakang dilakukannya
a. Karena mencari untung; dan orang yang melakukan yaitu semua
b. Sebagai pekerjaannya sehari-hari atau orang baik pelaku maupun penolong
sebagai kebiasaan; abortus. Sedangkan Undang-undang No 36
c. Oleh dokter, bidan atau tukang membuat Tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan
obat. pengecualian abortus dengan alasan medis
Pada ayat (3) tentang dapat dijatuhkannya yang dikenal dengan abortus provocatus
pidana tambahan pada kejahatan itu yaitu medicalis. Mengenai legalisasi terhadap
pencabutan hak menjalankan pencarian. korban perkosaan dan legalisasi aborsi di
W Œ v vš Œ ^ ] Œ]š Zµl v ZÁ Indonesia masih menuai berbagai pro dan
dengan pengobatan itu hamilnya dapat kontra dikalangan masyarakat.
]PµPµŒl v_ vP v ^ ]š]u µol v Z Œ ‰ v
ZÁ Z u]ovÇ ‰ š ]PµPµŒl v_ o Z B. Saran
bahwa pemberitahuan itu berupa perkataan 1. Perlu adanya batasan yang tegas mengenai
atau ucapan yang isinya bahwa pengobatan itu alasan untuk dapat dilakukannyaaborsi,
dapat menggugurkan kandungan sehingga tidak jangan sampai pengecualian dalam

156
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

Undang-Undang Nomor 36 Tahun2009 Lilien Eka Chandra, Tanpa Indikasi Medis Ibu,
tentang Kesehatan disalahgunakan oknum Aborsi sama dengan Kriminal, Lifestyle, Mei
tertentu untuk melegalkansecara penuh 2006.
aborsi sehingga antara UU kesehatan dan Lexy J. Moleong,. Metodologi Penelitian
dalam konsep KUHPsupaya memperhatikan Kualitatif. PT. RemajaRokakarya., Bandung,
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 1993.
tentangKesehatan agar tidak saling Muhdiono, Aborsi Menurut Hukum Islam
tumpang tindih dalam prakteknya. ~W Œ v ]vP v D Ì ^Ç (][] v Hanafi,
2. Perlu dilakukan perubahan terhadap Skripsi, UIN, Yogyakarta, 2002.
ketentuan perundang-undangan yang Musdah Mulia, Muslimah Reformis:Perempuan
mengatur masalah aborsi yakni penjelasan Pembaru Keagamaan, Mizan Media Utama,
tentang apa yang dimaksud dengan abortus Bandung, 2005.
danabortus bagi korban perkosaan karena Nitibaskara Renny TB, Aborsi dan Kendala
bagaimanapun aborsi yang bersifat illegal Penegakan Hukum, Tabloid Panu, Jakarta,
dapatmembahayakan jiwa dan 1997.
keselamatan ibu melanggar hak hidup Njowito Hamdani, Ilmu Kedokteran Kehakiman,
setiap orang termasuk janin yang Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
digugurkan. Peter Mahmud Marzuki.Penelitian Hukum.
Jakarta: Kencana Prenada ediaGroup.
DAFTAR PUSTAKA Jakata, 2006.
Buku Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran
Adami chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Permasalahan Kasus Kekerasan Pada
Nyawa, PT raja grafindo persada, Jakarta, Wanita dan Penanganannya di Bidang
2001. Obstetri,. Fak. Kedokteran, UI, Jakarta, 2001.
--------------------, Tindak Pidana Mengenai Rustam Mochtar, Sinopsis Obsetetri, EGC,
Kesopanan,. Raja Grafindo Persada : Jakarta, Jakarta, 1998.
2005. Soekidjo Notoatmodjo,. Etika Dan Hukum
Alexandra Ide, Etika Hukum dalam Pelayanan Kesehatan.Rineka Cipta. Jakarta, 2010.
Kesehatan, Yogyakarta: Grasia Book Sri Setyowati, Masalah Abortus Kriminalis di
Publisher, 2012. Indonesia dan Hubungannya dengan
Barlen, K. Aborsi Sebagai Masalah Etika, PT. Keluarga Berencana Ditinjau dari Kitab
Grasindo Jakarta. 2002. Undang-Undang Hukum Pidana, TP, Jakarta,
Chrisdiono .M. Achadiat, Prosedur Tetap 2002.
Obstetri Dan Ginekologi, Buku Kedokteran Suryono Ekotama, Abortus Provokatus Bagi
EGC, Jakarta, 2004. Korban Perkosaan Perspektif WHO, Safe
Dadang Hawari, Aborsi Dimensi Psikoreligi,. Abortion : Technical and Policy Guidance for
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 2006. Health System, 2000.
Dewi Novita, Aborsi menurut Petugas Yayah Chisbiyah, dkk, Kehamilan Yang Tidak
Kesehatan, PPPK-UGM, Yogyakarta, 1997. Dikehendaki, PPPK-UGM, Yogyakarta, 1997.
Eny Kusmiran, Kejahatan Reproduksi Remaja
Dan Wanita, Selemba Medika, Jakarta, Peraturan Perundang-undangan
2011. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Jalaludin, Psikologi Agama, : Raja Grafindo Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Persada, Jakarta, 2009. Kesehatan.
Jhonny Ibrahim. Teori dan Metodologi Peraturan Pemerintah RI No. 61 Tahun 2014
Penelitian Hukum Normatif, Edisi Revisi. tentang Kesehatan Reproduksi
Malang : Bayumedia, Malang, 2006.
Kusmaryanto, CB., Kontroversi Aborsi. Cet, Ke 2, Kamus, Artikel, Makalah, Kamus, Jurnal,
Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta, Internet
2004. Echols, dan Hassan Shaddily, Kamus Inggris
Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1992.

157
Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

Ensiklopedi Indonesia, Abortus, Ikhtiar Baru,


Jakarta, 1998.
Hartono Hadisaputro, Aborsi dan Perlindungan
Hak Reproduksi Perempuan, Makalah,
Semarang, 30 Januari 2010.
http://situs.kerespro.info, Aspek Hukum dan
Medikolegal Abortus Povocatus Criminalis,
diakses tanggal 29 November 2014.
http//:www.lbh-apik.or.id/fact-32.htm, Aborsi
Dan Hak Atas Pelayanan Kesehatan, diakses
Tanggal 28 November 2014.
Kompas.com http://scbsradio.co. kasus-aborsi-
remaja-indonesia. Diakses 13 Oktober 2015.
Lembar Fakta, Yayasan Kesehatan Perempuan,
No.1, Seri 2011.
Lukman Hakim Nainggolan, Aspek Hukum
terhadap Abortus Provocatus
dalamPerundangundangan di Indonesia,
Jurnal Equality, Vol.11 No. 2, Agustus 2006.
Peraturan Pemerintah Tentang Aborsi Banyak
Kelemahan, WWW. Peradi. Or. Id/ Indek.
Php/Berita/Detail, Diakses Pada Tanggal 14
April 2015.
Sabrina Asril, Pemerintah Anggap Aborsi Solusi
Untuk Atasi Trauma Korban Perkosaan,
Kompas.Com, Jakarta, Diakses Pada Tanggal
14 April 2015.
http://www.tubasmedia.com/berita/tentang-
aborsi-kuhp-dengan-uu-kesehatan-
berbeda/diakses., tanggal 26 Februari 2015.
www.Scribd.com/Amandemen UU Legalisasi
Aborsi Untuk Peningkatan Kualitas Hidup
Perempuan/Hayatul Islam.net diakses
tanggal 23 September 2014.
Yurika Fauzia Wardhani dan Weny Lestari.,
Gangguan Stres Pasca Trauma Pada Korban
Pelecehan Seksual Dan Perkosaan,
Surabaya: Jurnal Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Sistem Dan Kebijakan
Kesehatan, 2012.

158

Anda mungkin juga menyukai