Anda di halaman 1dari 11

JUDUL MAKALAH

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kebebasan Berserikat dan Berkumpul”
dengan tepat waktu tanpa kekurangan suatu apapun. Segala permohonan doa selalu kami
panjatkan kepada nama-Mu yang selalu kami junjung tinggi.

Adapun penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Makalah ini membahas mengenai kebebasan berserikat dan
berkumpul serta mengutarakan pendapat yang ada di lingkungan organisasi masyarakat.

Penulis berharap dengan adanya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi setiap
pembacanya. Terlepas dari itu semua, kami menyadari dalam laporan ini masih banyak
kekurangan baik dalam kalimat maupun pemaparan data. Oleh karena itu, dengan penuh
sukacita kami membuka kritik serta.saran pembaca agar dapat merevisi makalah.

Surakarta, 24 Maret 2021

Penulis

Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Negara Indonesia menganut prinsip negara yang didasarkan pada hukum (Rechtstaats)
bukan pada kekuasaan (Machstaats) sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat (3)
Undang-undang dasar 1945.1 Konsep yang termuat dalam pasal ini menunjukan bahwa
negara dalam melakukan tindakannya didasarkan atas suatu aturan hukum yang tidak
bertentangan dengan aturan hukum di atasnya atau aturan hukum lain, hal ini tentunya
dimaksudkan agar pemerintah tidak mengeluarkan suatu keputusan yang dianggap sebagai
(abouse of power).
Negara hukum atau disebut Rechsstaat dalam bahasa Belanda,2 lahir dari sistem hukum
Eropa Kontinental yang memiliki karakteristik kekuasaan yang didelegasikan kepada
pejabat yang dipilih melalui sistem pemilu. Maka dari itu secara otomatis negara melalui
alat kelengkapanya mempunyai tugas dan fungsi nya yaitu :
1. Melaksanakan penertiban (law and order)
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya
3. Pertahanan
4. Menegakan keadilan
Selain itu juga untuk melindungi Hak asasi manuisa yang dimiliki oleh rakyat nya dengan
bijaksana. Falsafah negara Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-undnag dasar 1945 (UUD
1945) yang mengatur secara general kehidupan berbangsa dan bernegara, salah satu yang
diatur dan dijamin oleh UUD 1945 ialah tentang hak asasi manusia, dalam konvenan
internasional hak sipil dan politik (1966), menyebutkan bahwa hak-hak ini berasal dari
harkat dan martabat yang melekat pada manusia.4 Artinya bahwa hak ini sangat
fundamental sifatnya sehingga pemerintah selaku instrumen negara harus menjamin
semua itu dengan bijaksana.
1.2Rumusan Masalah

1. apakah undang-undang tentang organisasi masyarakat relevan dengan ketentuan


pasal 28 E ayat 3 UUD 1945?
2. Bagaimana dampak hukum dari Undang-Undang No.2 Tahun 2017 terhadap
eksistensi organisasi masyarakat di Indonesia?

1.3Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah UU No.2 tahun 2017 tentang organisasi masyarakat
sudah selaras dengan ketentuan Pasal E ayat 3 UUD 1945
2. Untuk mengetahui dampak dari UU No.2 Tahun 2017 terhadap eksistensi organisasi
masyarakat di Indonesia

1.4Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
 Diharapkan menjadi bahan literatur khususnya dalam memahami konteks
undang-undang tentang organisasi masyarakat yang berkaitan dengan Hak Asasi
Manusia
 Dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat agar tidak menimbulkan
polemic pro dan kontra dalam lingkungan masyarakat
BAB II

JAMINAN HAK BERSERIKAT BERKUMPUL DAN MENGELUARKAN PENDAPAT DALAM


KONSTITUSI

2.1. Hubungan konstitusi dan ham di dalam negara hukum

Di dunia modern, fungsi konstitusi negara-negara demokrasi padam hakikat nya


adalah untuk menjamin bahwa para pemegang kekuasaan tidak menyalahgunakan
kekuasaan mereka. Konstitusi merupakan sebuah peraturan hukum yang mendasar, yang
mengatur tugas-tugas dan organisasi kekuasaan negara serta mengatur hubungan hukum
negara terhadap masing masing warga negara. Negara negara hukum yang berlandaskan
konstitusi juga tidak selalu terlepas dari ketegangan yang terdapat antara konstitusi
tertulis yang relatif statis dengan kemnyataan politik, ekonomi, social yang dinamis dan
kerap kali berubah ubah. Ketegangan ini hanya dapat dijaga seminim mungkin atau
dikurangi, jika aturan aturan konstitusi tertulis memiliki cakupan yang relatif luas, fleskibel
dan terbuka terhadap penyesuaian pada kenyataan politik yang selalu berubah ubah. Satu
kemungkinan terbuka untuk mencapai hal itu dengan adanya perubahan konstitusi secara
informal, yang antara lain mencakup interpretasi konstitusi melalui mahkamah konstitusi.
Perumusan ciri-ciri negara hukum yang dilakukan oleh F.J. Stahl, yang kemudian
ditinjau ulang oleh International Commision of Jurist pada konferensi yang
diselenggarakan di Bangkok 1965, yang memberikan ciri ciri sebagai berikut:
1. Perlindungan Konstitusional
2. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Pemilihan Umum yang bebas
4. Kebebasan menyatakan pendapat
5. Kebebasan berserikat/berorganisai dan beroposisi
6. Pendidikan Kewanegaraan
Seperti yang di jelaskan diatas, jelaslah bahwa sebuah negara hukum haruslah memiliki
ciri atau syarat mutlak bahwa negara itu melindungi dan menjamin Hak Asasi Manusia
setiap Warganya.
2.2. Latar belakang pengatur hak berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat dalam UUD 1945

Pasca runtuhnya rezim Orde Baru (rezim tiran) 21 Mei 1998 bangsa Indonesia

memasuki babak baru yaitu Orde Reformasi. Dalam era reformasi terjadi perubahan–

perubahan di dalam kondisi politik Indonesia. Salah satunya yaitu munculnya kembali

sistem multi partai di Indonesia yang terjadi akibat pengekangan demokratisasi pada era

Orde Baru. Munculnya multi partai di Indonesia merupakan salah satu wujud reformasi

yang menginginkan proses demokrasi yang lebih ideal sehingga dapat membawa bangsa

ini ke arah yang lebih maju.

Meskipun demikian, runtuhnya rezim Orde Baru dominasi dari rezim ini masih

terasa sampai sekarang salah satunya yaitu aturan yang terdapat dalam partai politik

yang berkaitan tentang pelarangan penyebarluasan ajaran Komunisme atau Marxisme-

Leninisme, ajaran-ajaran ini dilarang tumbuh dan berkembang di Indonesia hingga era

reformasi saat ini (Undang-undang Nomor 2 Tahun 1999, Undang-undang Nomor 31

Tahun 2002, dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008). Eforia demokrasi pada era

reformasi saat ini dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk ikut dalam berpartisipasi

mewarnai demokrasi di Indonesia. dengan mendirikan partai–partai politik baru, yang

merupakan implementasi dari kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan

pendapat yang telah di atur di dalam Pasal 28 E ayat (3) Undang-undang Dasar 1945. Jika

dilihat lebih jauh lagi kebebasan berserikat dan berkumpul yang telah di amanatkan oleh

Undang–undang Dasar 1945 tidak sepenuhnya di Implementasikan, hal ini dapat dilihat

di dalam Undang–Undang No 2 Tahun 2008 Pasal 40 ayat (5) yang berbunyi sebagai
berikut, “Partai Politik dilarang menganut dan mengembangkan serta menyebarkan

ajaran atau paham komunisme atau Marxisme-Leninisme.”.

Pasal 40 ayat (5) tersebut menyatakan dengan jelas bahwa apabila masyarakat ingin

mendirikan partai politik yang berlandaskan paham–paham Marxisme– Leninisme, partai

tersebut tentunya dilarang tumbuh dan berkembang di Indonesia, dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat

yang terdapat di dalam konsideran Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 di perjelas.

Berdasarkan konsep Demokrasi secara universal ketika suatu negara mengklaim bahwa

negaranya merupakan negara Demokrasi maka kebebasan berserikat, dan mengeluarkan

pendapat menjadi suatu kewajiban bagi negara untuk menjamin kebebasan–kebebasan

tersebut. Indonesia sebagai negara demokrasi mendukung hal tersebut yang tertuang di

UUD 1945 Pasal 28 E ayat (3). Berkaitan dengan Hal tersebut, maka salah satu larangan

bagi partai politik di Indonesia yang berkaitan dengan pengambangan ajaran atau paham

Marxisme-Leninisme perlu diperjelas, dengan menggunakan prinsip-prinsip Demokrasi

yang dianut oleh bangsa Indonesia.


BAB III

DAMPAK YURIDIS UU NO 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI MASYARAKAT


TERHADAP KEBEBASAN BERSERIKAT, BERKUMPUL DAN MENGELUARKAN
PENDAPAT

3.1. UU tentang ormas relevansinya dengan ketentuan pasal 28 E ayat 4 UUD 1945
3.2. dampak UU No.2 Tahun 2017 terhadap eksistensi organisasi masyarakat di Indonesia
BAB IV

PENUTUP

4.1. kesimpulan
4.2. saran
Daftar Pustaka
https://mediadayak.id/hubungan-konstitusi-hukum-ham-demokrasi/

Anda mungkin juga menyukai