Anda di halaman 1dari 9

Lex Privatum Vol. V/No.

9/Nov/2017

PERJANJIAN LISENSI ANTARA PEMILIK HAK upaya hukum untuk menjaga persaingan usaha
TERDAFTAR DENGAN PENERIMA LISENSI yang sehat serta dapat memberikan kepastian
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 hukum terhadap hak atas merek yang
TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh
GEOGRAFIS1 negara bagi pemilik merek terdaftar. Hak
Oleh: Syeren Kasenda2 eksklusif diberikan negara kepada pemilik
merek terdaftar dimaksudkan untuk dapat
ABSTRAK menggunakan merek dagang dan merek jasa
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk dalam jangka waktu tertentu baik untuk
mengetahui bagaimanakah terjadinya digunakan sendiri atau dapat juga pemilik
pengalihan hak atas merek terdaftar dari merek terdaftar memberikan izin kepada pihak
pemilik kepada pihak lain dan bagaimanakah lain untuk menggunakannya. “Hak ekslusif (hak
pemberian hak melalui perjanjian lisensi antara khusus/hak istimewa) adalah hak yang semata-
pemilik hak terdaftar dengan penerima lisensi, mata diperuntukkan bagi pemegangnya
yang dengan menggunakan merode penelitian sehingga tidak ada pihak lain yang boleh
hukum normatif disimpulkan bahwa: 1. memanfaatkan hak tersebut tanpa izin
Pengalihan hak atas merek terdaftar terjadi pemegangnya”.3
karena pewarisan, wasiat, hibah, perjanjian,
atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh B. RUMUSAN MASALAH
ketentuan peraturan perundang-undangan. 1. Bagaimanakah terjadinya pengalihan hak
Perjanjian Lisensi bukan merupakan pengalihan atas merek terdaftar dari pemilik kepada
hak atas merek terdaftar, tetapi pemberian hak pihak lain ?
oleh pemilik merek terdaftar kepada pihak lain. 2. Bagaimanakah pemberian hak melalui
Adanya perjanjian lisensi akan memberikan perjanjian lisensi antara pemilik hak
kepastian hukum mengenai pemberian hak atas terdaftar dengan penerima lisensi ?
merek terdaftar kepada pihak lain dan dapat
dijadikan landasan hukum perikatan hak dan C. METODE PENELITIAN
kewajiban antara pemilik hak terdaftar dan Metode penelitian hukum normatif
pihak penerima lisensi. 2. Perjanjian lisensi digunakan untuk penyusunan Skripsi dengan
antara pemilik hak terdaftar dengan penerima cara melakukan studi kepustakaan untuk
lisensi akan berlaku mengikat terhadap hak dan mengumpulkan data sekunder.
kewajiban para pihak. Pemilik Merek terdaftar
yang telah memberi lisensi kepada pihak lain PEMBAHASAN
tetap dapat menggunakan sendiri atau A. Pengalihan Hak Merek Terdaftar Oleh
memberi lisensi kepada pihak ketiga lainnya Pemilik Kepada Pihak Lain
untuk menggunakan merek tersebut, kecuali Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
bila diperjanjikan lain. Dalam perjanjian lisensi tentang Merk dan Indikasi Geografis.
penerima lisensi bisa memberi lisensi lebih Pengalihan Hak Pasal 41 ayat:
lanjut kepada pihak ketiga sesuai dengan (1) Hak atas Merek terdaftar dapat beralih atau
perjanjian. Perjanjian lisensi wajib dialihkan karena:
pencatatannya oleh Menteri dan diumumkan a. pewarisan;
dalam Berita Resmi Merek. b. wasiat;
Kata kunci: merek, indikasi geografis c. wakaf;
d. hibah;
PENDAHULUAN e. perjanjian; atau
A. Latar belakang
Perlindungan hukum terhadap merek
dagang dan merek jasa merupakan bagian dari
3
Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI (Hak Atas
1
Artikel skripsi; pembimbing skripsi: Godlieb N. Mamahit, Kekayaan Intelektual) Yang Benar. Membahas Secara
SH, MH dan Harly Stanly Muaja, SH, MH Runtut dan Detail tentang Tata Cara Mengurus Hak Atas
2
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Kekayaan Intelektual, Pustaka Yustisia, Cet. l. Yogyakarta,
Manado; NIM: 14071101507 2010, hal. 49.

171
Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

f. sebab lain yang dibenarkan oleh dan mewujudkan kepastian hukum. Penjelasan
ketentuan peraturan perundang- Pasal 41 Ayat (8) Merek yang masih dalam
undangan. proses Permohonan dapat pula dimohonkan
(2) Pengalihan Hak atas Merek terdaftar oleh pencatatan pengalihan hak.
Pemilik Merek yang memiliki lebih dari satu Warisan, harta peninggalan berupa barang-
Merek terdaftar yang mempunyai barang atau utang-utang dari orang yang
persamaan pada pokoknya atau meninggal yang seluruhnya atau sebagian
keseluruhannya untuk barang dan/atau ditinggalkan/diberikan kepada para ahli waris
jasa yang sejenis hanya dapat dilakukan jika atau orang-orang yang telah ditetapkan
semua Merek terdaftar tersebut dialihkan menurut surat wasiat.4
kepada pihak yang sama. Hukum waris adalah hukum yang mengatur
(3) Pengalihan Hak atas Merek terdaftar tentang peralihan harta kekayaan yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ditinggalkan seseorang yang meninggal serta
ayat (2) dimohonkan pencatatannya akibatnya bagi para ahli warisnya. Pada asasnya
kepada Menteri. hanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam
(4) Permohonan pengalihan Hak atas Merek lapangan hukum kekayaan/harta benda saja
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dapat diwaris.5
disertai dengan dokumen pendukungnya. Beberapa sarjana memberikan pengertian
(5) Pengalihan Hak atas Merek terdaftar yang yang beragam mengenai hukum waris. Dari
telah dicatat sebagaimana dimaksud pada beberapa pengertian hukum waris yang
ayat (3) diumumkan dalam Berita Resmi dikemukakan oleh para sarjana tersebut pada
Merek. intinya dapat ditarik suatu benang merah
(6) Pengalihan Hak atas Merek terdaftar yang bahwa hukum waris adalah peraturan yang
tidak dicatatkan tidak berakibat hukum mengatur perpindahan kekayaan seorang yang
pada pihak ketiga. meninggal dunia kepada satu atau beberapa
(7) Pencatatan pengalihan Hak atas Merek orang lain.6 Sesuai pengertian tersebut dapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpulkan bahwa pada intinya hukum waris
dikenai biaya. adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat
(8) Pengalihan Hak atas Merek sebagaimana hukum dari kematian seseorang terhadap harta
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan kekayaan, yang berwujud: perpindahan
pada saat proses Permohonan pendaftaran kekayaan dari si pewaris dan akibat hukum
Merek. perpindahan tersebut bagi para ahli waris, baik
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan dalam hubungan antara sesama ahli waris
tata cara permohonan pencatatan maupun antara mereka dengan pihak ketiga.
pengalihan Hak atas Merek sebagaimana Oleh karena itu dalam suatu pewaris terdapat
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat tiga unsur penting, yaitu: (1) adanya orang yang
(8) diatur dengan Peraturan Menteri. meniggal dunia selaku pewaris; (2) adanya
Penjelasan Pasal 41 Huruf (f) Yang dimaksud harta kekayaan yang tinggalkan dan, (3) adanya
dengan "sebab lain yang dibenarkan oleh ahli waris.7
ketentuan peraturan perundang-undangan" Wasiat merupakan suatu hal yang tidak
adalah sepanjang tidak bertentangan dengan dapat dipisahkan dari hukum waris. Pengertian
ketentuan peraturan perundang-undangan, wasiat ialah pernyataan kehendak oleh
misalnya perubahan kepemilikan Merek karena
pembubaran badan hukum, restrukturisasi,
merger, atau akuisisi. 4
Rocky Marbun, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni dan Nusya
Penjelasan Pasal 41 Ayat (4) Dokumen yang A., Kamus Hukum Lengkap (Mencakup Istilah Hukum &
dimaksud antara lain sertifikat Merek dan bukti Perundang-Undangan Terbaru, Cetakan Pertama,
lain yang mendukung kepemilikan hak tersebut. Visimedia, Jakarta. 2012, hal. 329.
5
Penjelasan Pasal 41 Ayat (6) Penentuan Effendi Perangin, Hukum Waris, Ed. 6. Cet. 10. Rajawali
Pers. Jakarta, 2011, hal. 3.
bahwa akibat hukum tersebut baru berlaku 6
Andy Hartanto, Kedudukan Hukum dan Hak Waris Anak
setelah pengalihan Hak atas Merek dicatat, Luar Kawin Menurut “Bugerlijk Wetboek”, Cetakan III.
dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2012, hal. 7.
7
Ibid, hal. 8.

172
Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

seseorang mengenai apa yang dilakukan apabila di kemudian hari terjadi sengketa
terhadap hartanya setelah meninggal dunia.8 hukum.
Testamen atau wasiat adalah pernyataan
kehendak terakhir dari si pewaris mengenai apa 1. Perjanjian Lisensi Atas Merek
yang dikehendaki akan terjadi dengan harta Hukum melindungi kepentingan seseorang
kekayaannya sesudah ia meninggal dunia. dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan
Penunjukkan seseorang sebagai ahli waris di kepadanya untuk bertindak dalam rangka
dalam suatu testamen atau wasiat disebut kepentingannya tersebut. Pengalokasian
erfstelling. Pemberian warisan melalui kekuasaan ini dilakukan secara teratur dalam
testamen kepada orang-orang tertentu atas arti ditentukan keluasaan dan kedalamannya.
barang-barang tertentu disebut legaat dan si Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut
penerima legaat di sebut legataris. sebagai “hak”. Dengan demikian tidak setiap
Penunjukkan ahli waris dan pemberian legaat kekuasaan dalam masyarakat itu bisa disebut
termasuk dalam genus making. Dalam hukum sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan
waris juga dikenal istilah atau model pewarisan tertentu saja, yaitu yang diberikan oleh hukum
yang disebut legitieme portie, yaitu suatu kepada seseorang.11
bagian minimum dari warisan yang dijamin oleh Pada dasarnya perjanjian yang berbentuk
undang-undang bagi ahli waris tertentu yang tulisan sengaja dibuat oleh mereka memang
tidak boleh diganggu gugat oleh ahli waris untuk kepentingan pembuktian apabila
lainnya. Para ahli waris yang dijamin haknya dikemudian hari timbul sengketa, akan lebih
atau dijamin minimum perolehannya di dalam mudah membuktikan peristiwanya. Dengan
warisan disebut legitiemaris.9 menunjukkan surat perjanjian akan diketahui
Seperti telah diketahui bersama bahwa tentang pristiwa yang telah terjadi pada waktu
ketentuan dan pasal-pasal dalam Burgerlijk yang lalu. Mudahnya pembuktian dengan surat
Wetboek (BW) atau yang lazim diterjemahkan tersebut apabila dibadingkan dengan perjanjian
menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang dibuat secara lisan, karena
hanya berlaku bagi mereka yang tunduk atau pembuktiannya dengan saksi bukan hal yang
menundukkan diri pada Burgelijk Wetboek mudah dilakukan saksi harus orang mengetahui
tersebut. Mereka yang tunduk atau secara langsung peristiwanya, sedangkan dalam
menundukkan diri pada Burgelijk Wetboek peristiwa perdata kalau orang yang kebetulan
khususnya mengenai hukum waris adalah berada di sekitarnya pada umumnya lebih
warga negara Indonesia keturunan Tionghoa bersifat pasif karena dipandang merupakan
dan Eropa, sedangkan golongan Bumi Putera persoalan pribadi mereka.12
tunduk pada hukum Adat dan Hukum Islam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
yang sudah diresipir oleh hukum adat sehingga tentang Merk dan Indikasi Geografis, mengatur
bagi mereka berlaku hukum waris Adat.10 mengenai Lisensi, sebagaimana dinyatakan
pada Pasal 42 ayat:
B. Perjanjian lisensi antara pemilik merek (1) Pemilik Merek terdaftar dapat memberikan
terdaftar dengan penerima lisensi Lisensi kepada pihak lain untuk
Perjanjian lisensi antara pemilik hak menggunakan Merek tersebut baik
terdaftar dengan penerima lisensi merupakan sebagian maupun seluruh jenis barang
suatu perikatan yang akan memberikan dan/atau jasa.
kepastian hukum bagi para pihak untuk (2) Perjanjian Lisensi berlaku di seluruh wilayah
melaksanakan pemenuhan hak dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
pelaksanaan kewajibannya, sehingga para pihak kecuali bila diperjanjikan lain.
terikat pada perjanjian tersebut dan perjanjian (3) Perjanjian Lisensi wajib dimohonkan
tersebut dapat dijadikan bukti secara tertulis pencatatannya kepada Menteri dengan
dikenai biaya.

8 11
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Sinar M.S.Syamsuddin, Norma Perlindungan Dalam
Grafika, Jakarta, 2000, hal. 104. Hubungan Industrial, Cetakan Pertama, Sarana Bhakti
9
Ibid, hal. 19. Persada, Jakarta, 2004, hal. hal. 53-54.
10 12
Ibid, hal. 3. Gatot Supramono, Op.Cit. hal. 50-51.

173
Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

(4) Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud agar perjanjian tersebut dianggap sah menurut
pada ayat (3) dicatat oleh Menteri dan hukum yang berlaku yaitu memenuhi unsur-
diumumkan dalam Berita Resmi Merek. unsur: kata sepakat, kecakapan; hal tertentu;
(5) Perjanjian Lisensi yang tidak dicatatkan dan sebab yang halal.
tidak berakibat hukum pada pihak ketiga. Apabila perjanjian lisensi tidak memenuhi
(6) Perjanjian Lisensi dilarang memuat unsur-unsur kata sepakat dan kecakapan, maka
ketentuan baik yang langsung maupun maka perjanjian dapat dibatalkan, apabila salah
tidak langsung yang menimbulkan akibat satu pihak mengajukan pembatalan perjanjian,
yang merugikan perekonomian Indonesia kecuali tidak ada pihak yang membatalakan
atau memuat pembatasan yang maka perjanjian itu tetap dapat dilaksanakan.
menghambat kemampuan bangsa Apabila perjanjian lisensi tidak memenuhi
Indonesia dalam menguasai dan unsur-unsur hal tertentu dan sebab yang halal,
mengembangkan teknologi. maka perjanjian dapat perjanjian batal demi
Penjelasan Pasal 42 ayat (2) Yang dimaksud hukum, artinya dianggap perbuatannya tidak
dengan "kecuali bila diperjanjikan lain" adalah pernah ada. Perjanjian dinyatakan batal demi
perjanjian lisensi yang diberlakukan tidak hanya hukum putusan pengadilan.
mencakup wilayah Negara Kesatuan Republik Perjanjian lisensi dilarang memuat
Indonesia atau hanya mencakup sebagian ketentuan yang dapat merusak perekonomian
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia atau memuat ketentuan yang
Pasal 43. Pemilik Merek terdaftar yang telah mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat
memberikan Lisensi kepada pihak lain sebagaimana diatur dalam UU 5/1999 tentang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
tetap dapat menggunakan sendiri atau Usaha Tidak Sehat. Jika perjanjian lisensi
memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk tersebut melanggar UU 5/1999, maka pihak
menggunakan Merek tersebut, kecuali yang dirugikan dapat melaporkan hal tersebut
diperjanjikan lain. kepada Komisi Pengawas Persiangan Usaha
Pasal 44. Penggunaan Merek terdaftar di (KPPU). Di samping itu, agar dapat mempunyai
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia akibat hukum terhadap pihak ketiga, Perjanjian
oleh penerima Lisensi dianggap sama dengan Lisensi wajib dicatatkan di Ditjen HKI.13
penggunaan Merek tersebut di wilayah Negara Lahirnya perjanjian lisensi harus dilatar
Kesatuan Republik Indonesia oleh pemilik belakangi dengan peristiwa yang halal, tidak
Merek. Penjelasan Pasal 44. Dalam hal pemilik boleh keberadaannya karena untuk
Merek terdaftar tidak menggunakan sendiri kepentingan lain yang melawan hukum
Mereknya dalam perdagangan barang dan/atau misalnya untuk mencari dana bagi kelompok
jasa di wilayah Negara Kesatuan Republik teroris. Selain itu perjanjian lisensi juga tidak
Indonesia, penggunaan Merek tersebut oleh boleh bertentangan dengan peraturan hukum
penerima Lisensi sama dengan penggunaan yang berlaku baik hukum internasional, hukum
oleh pemilik Merek terdaftar yang nasional maupun hukum adat.14
bersangkutan. Hal itu berkaitan dengan Lingkup perjanjian lisensi berlangsung
ketentuan mengenai kemungkinan selama jangka waktu pemberian lisensi akan
penghapusan pendaftaran Merek yang tidak diserta dengan kewajiban pemberian royalty
digunakan dalam perdagangan barang oleh penerima lisensi kepada pemegang hak
dan/atau jasa dalam waktu 3 (tiga) tahun cipta, kecuali diperjanjikan lain. Jumlah royalty
berturut-turut. yang wajib dibayarkan berdasarkan
Pasal 45. Ketentuan lebih lanjut mengenai kesepakatan kedua belah pihak dengan
syarat dan tata cara pencatatan Lisensi berpedoman kepada kesepakatan organisasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3) profesi.15
diatur dengan Peraturan Menteri. Hak eksklusif yang diberikan oleh hukum
Pembuatan perjanjian lisensi antara pemilik merupakan reward yang sesuai bagi para
merek terdaftar dengan pihak penerima lisensi
juga harus dibuat sesuai dengan syarat-syarat 13
Iswi Hariyanti, Op.Cit, Op.Cit, hal. 73.
14
wajib yang ditetapkan Pasal 1320 KUHPerdata, Gatot Supramono, Op.Cit. hal. 50.
15
Iswi Hariyani, Op.Cit, hal. 72-73.

174
Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

inventor dan pencipta HKI. Melalui reward bidang perdagangan barang dan/atau jasa yang
tersebut, orang-orang yang kreatif didorong dilakukan baik oleh perseorangan maupun
untuk terus mengasah kemampuan manusia. korporasi atau badan usaha. Merek barang
Tujuan utama sistem HKI adalah menjamin agar dan/atau jasa menunjukkan karakteristik
proses kreatif tersebut terus berlangsung tertentu agar dapat dibedakan dari barang
dengan menyediakan perlindungan hukum dan/atau jasa sejenis.
yang memadai dan menyediakan sanksi Berbicara masalah bisnis seringkali
terhadap pihak yang menggunakan proses dekspresikan sebagai suatu urusan atau
kreatif tersebut tanpa izin. Dalam kegiatan dagang. Kata “bisnis” itu sendiri
perkembangan selanjutnya, HKI menjadi diambil dari bahasa Inggris Business yang
komoditi ekonomi yang sangat menjanjikan berarti kegiatan usaha. Secara luas, kata bsinis
terutama bagi sejumlah negara yang menjadi sering diartikan sebagai keseluruhan kegiatan
produsen HKI (negara-negara maju). Alasan ini usaha yang dijalankan oleh orang atau badan
yang mendasari dimasukkannya HKI ke dalam secara teratur dan terus-menerus, yaitu berupa
sistem perdagangan internasional.16 kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa-
jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk
2. Perjanjian Lisensi Ditinjau Dari Aspek diperjualbelikan, dipertukarkan atau
Hukum Bisnis disewagunakan dengan tujuan mendapatkan
Perjanjian lisensi ditinjau dari aspek hukum keuntungan.19
bisnis, merupakan bagian dari kegiatan usaha Di dalam kegiatan bisnis ada pula yang
atau bisnis perdagangan barang dan/atau jasa membedakannya dalam 3 bidang usaha, yaitu
yang memerlukan pengaturan hukum untuk sebagai berikut:
memberikan hak eksklusif bagi pemililik merek a. Bisnis dalam arti kegiatan perdagangan
terdaftar dalam pengembangan kegiatan (commerce), yaitu keseluruhan kegiatan jual-
usahanya di bidang produksi barang dan/atau beli yang dilakukan oleh orang-orang atau
jasa. badan-badan, baik di dalam maupun di luar
Hukum bisnis lahir karena adanya istilah negeri ataupun antara negara untuk tujuan
bisnis. Istilah “bisnis” sendiri diambil dari kata memperoleh keuntungan. Contoh: produsen
business (bahasa Inggris) yang berarti kegiatan (pabrik), dealer, agen, grosir, toko dan lain
usaha. Karena itu, secara luas kegiatan bisnis sebagainya;
diartikan sebagai kegiatan usaha yang b. Bisnis dalam arti kegiatan industri (Industry),
dijalankan oleh orang atau badan usaha yaitu kegiatan memproduksi atau
(perusahaan) secara teratur dan terus- menghasilkan barang atau jasa yang nilainya
menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan lebih berguna dari asalnya. Contoh: industri
barang-barang atau jasa maupun fasilitas- perhutanan, perkebunan, pertambangan,
fasilitas untuk diperjualbelikan atau disewakan penggalian batu, pembuatan gedung,
dengan tujuan untuk mendapatkan jembatan, pabrik makanan, pakaian, pabrik
keuntungan.17 mesin dan sebagainya;
Berkaitan dengan kegiatan di atas, maka c. Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa (service),
dicoba untuk dirumuskan bahwa hukum bisnis yaitu kegiatan yang menyediakan jasa-jasa
adalah” ‘serangkaian peraturan yang berkaitan yang dilakukan baik oleh orang maupun
secara langsung maupun tidak langsung dengan suatu badan. Contoh: jasa perhotelan,
urusan-urusan perusahaan dalam menjalankan konsultan, asuransi, pariwisata, pengacara,
roda perekonomian”.18 (Lawyer) akuntan dan lain-lain.20
Merek merupakan bagian dari Hak Kekayaan Perjanjian lisensi merupakan hak eksklusif
Intelektual (HKI) dan menjadi salah satu bagian yang diberikan negara kepada pemilik merek
atau ruang lingkup hukum bisnis khususnya di terdaftar untuk dapat mengembangkan
usahanya dengan cara memberikan hak kepada
16
pihak lain untuk menggunakan merek dagang
Tomi Suryo Utomo, Op. Cit, hal. 2.
17
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan
19
Pelaksanaannya di Indonesia, Edisi Revisi. Cet. 5. PT. Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis,
RajaGrafindo Persada. 2011, hal. 31. Cetakan Kedua. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2007, hal.1.
18 20
Ibid, hal. 32. Ibid, hal. 2.

175
Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

atau merek jasa untuk jangka waktu tertentu kosensualisme, karena terjadinya perjanjiannya
dengan memberikan izin kepada pihak lain. itu dilandasi dengan sebuah konsensus atau
Dari segi bisnis pemberian lisensi dapat kata sepakat. Kemudian lahirnya perjanjian
merupakan perluasan usaha seorang produsen lisensi hak cipta mengikuti asas kebebasan
dan sekaligus untuk meningkatkan perolehan berkontrak, bahwa setiap orang dapat
keuntungan. Sejalan dengan itu Nicolas S. membuat perjanjian apa saja, kapan saja, dan
Gikkas dalam international Licensing of berisi apa saja asal tidak bertentangan dengan
Intelectual Property: The Promise and The Peril hukum, kebiasaan dan kepatutan.22
seperti yang dikutip Wijaya (2001:15), bahwa Para pihak yang membuat perjanjian lisensi
ada beberapa pertimbangan mengapa seorang yaitu pemberi lisensi dan penerima lisensi harus
penguasaha memiliki pemberian lisensi dalam ada kata sepakat satu sama lain. Mereka sama-
upaya pengembangan usahanya yaitu: sama ada kehendak untuk membuat perjanjian
1. Lisensi memperluas pasar dari produk hingga lisensi, mengetahui dengan sadar tentang
menjangkau pasar yang semua berada diluar kedudukannya masing-masing dan memahami
pangsa pasar pemberi lisensi. dan menyetujui tentang apa yang
2. Lisensi mempercepat proses pengembangan perjanjikannya. Dengan terjadinya kata sepakat
usaha bagi industri-industri padat moda;l maka berakibat perjanjian dapat dilaksanakan.
dengan menyerahkan sebagian proses Pihak pemberi lisensi maupun penerima lisensi
produksi melalui teknologi yang dilisensikan. haruslah orang yang telah berusia dewasa,
3. Melalui lisensi, penyebaran produk juga yaitu 18 tahun keatas dan masing-masing pihak
lebih mudah dan terfokus pada pasar. sebagi orang yang cakap dalam melakukan
4. Lisensi pemberikan keuntungan dalam perbuatan hukum. Mereka adalah bukan orang
bentuknama besar dan good will dari yang di bawah kuratele dan mampu bertindak
pemberi lisensi. sendiri membuat perjanjian lisensi, kecuali
5. Pemberian lisensi memungkinkan pemberi apabila mereka mengunakan orang lain sebagai
lisensi untuk sampai pada batas tertentu kuasa hukumnya.23
melakukan kontrol atas pengelolaan Apabila setelah dibuat perjanjian lisensi
jalannya kegiatan usaha yang dilisensikan antara pemilik merek terdaftar dan penerima
tampa harus mengeluarkan biaya yang lisensi kemudian terjadi sengketa hukum, maka
besar.21 perjanjian lisensi dapat dijadikan alat bukti
Perjanjian lisensi antara pemilik merek untuk penyelesaian sengketa akibat salah satu
terdaftar dengan penerima lisensi dapat pihak tidak memenuhi janjinya atau ingkar janji
menjadi landasan hukum untuk memberikan dalam melaksanakan kewajibannya.
kepastian hukum terhadap pemenuhan hak dan Hak kekayaan intelektual (selanjutnya
pelaksanaan kewajiban yang harus disingkat sebagai HKI) timbul dari kemampuan
dilaksanakan sebagaimana diatur dalam intelektual manusia. Permasalahan HKI adalah
perjanjian antara para pihak dan akan mengikat permasalahan yang terus berkembang. Pada
secara sah sebagai hukum yang harus diataati. awalnya masalah HKI adalah masalah yang
Pada dasarnya lisensi dibidang HKI tidak sangat sederhana, namun seiring perjalanan
semata-mata hanya sekadar perbuatan waktu dari tahun ke tahun permasalahan yang
pemberian izin saja, akan tetapi perbuatan ada di dalam HKI semakin bertambah
tersebut menimbulkan hak-hak dan kewajiban- kompleks.24
kewajiban yang saling bertimbal balik antara Hak atas kekayaan intelektual menjadi isu
pihak yang satu dan pihak yang lain. Dengan yang semakin menarik untuk di kaji karena
bertimbal baliknya hak-hak dan kewajiban- perannya yang semakin menentukan terhadap
kewajiban tersebut maka lisensi merupakan laju percepatan pembagunan nasional,
sebuah perjanjian yang mengikat mereka. terutama dalam era globalisasi. Dalam
Dalam ilmu hukum perjanjian yang demikian hubungan ini, era globalisasi dapat dianalisis
disebut perjanjian obligatoire. Perjanjian lisensi dari dua karakteristik dominan. Pertama, era
hak cipta juga merupakan perjanjian
22
Ibid, hal. 49.
23
Ibid, hal. 49-50
21 24
Gatot Supramono, Op.Cit. hal. 48. Hery Firmansyah, Op.Cit. hal. 1.

176
Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

globalisasi ditandai dengan terbukanya secara Tahun 1994. Diratifikasinya kovensi


luas hubungan antarbangsa dan antarnegara pembentukan WTO sering kali juga di sebut
yang didukung dengan transparansi dalam sebagai mulainya sistem HKI modern di
informasi. Dalam kondisi transparansi informasi Indonesia. Ratifikasi ini diikuti dengan berbagai
yang semakin canggih dan mengalami langka penyesuaian yaitu:27
kecepatan akses ini, berbagai kejadian atau 1. Legislasi dan konvensi internasional:
penemuan di suatu belahan dunia akan dengan merevisi atau mengubah peraturan
mudah diketahui dan segera tersebar perundang-undangan yang telah ada di
kebelahan dunia lainnya. Hal ini membawa bidang HKI seperti Desain Tata Letak Sirkuit
implikasi, bahwa pada saatnya segala bentuk Terpadu, dan Rahasia Dagang dengan, juga
upaya penjiplakan, pembajakan, dan sejenisnya mempersiapkan penyertaan Indonesia
tidak lagi mendapatkan tempat dan tergusur dalam konvensi-konvensi internasional.
dari fenomena kehidupan antarbangsa.25 2. Administrasi: menyempurnakan sistem
Kedua, era globalisasi membuka peluang administrasi pengelolaan HKI dengan
semua bangsa dan negara di dunia untuk dapat memberikan perlindungan hukum dan
mengetahui potensi, kemampuan, dan menggalakkan pengembangan karya-karya
kebutuhan masing-masing. Kendati pun intelektual, upaya perbaikan peningkatan
tendensi yang mungkin terjadi dalam hubungan administrasi HKI sebagai langka strategis
antarnegara didasarkan pada upaya kedua dapat dilihat dengan tingkatkanya
pemenuhan kepentingan secara timbal balik, Dirjen Hak Cipta, Paten, dan Merek menjadi
namun justru negara yang memiliki Direktorat Jenderal HKI berdasarkan
kemampuan lebih akan mendapatkan Keputusan Presiden No.144 Tahun 1998.
keuntungan yang lebih besar. Mengacu pada Pada sahat ini Dirjen HKI berdasarkan
dua hal tersebut, upaya perlindungan terhadap Keputusan Presiden No. 189 Tahun 1998
hak atas kekayaan intelektual sudah saatnya diberi tugas untuk melaksanakan sistem HKI
menjadi perhatian, kepentingan, dan Nasional secara terpadu, termasuk
kepedulian semua pihak agar tercipta kondisi mengkoordinasikannya dengan instansi
yang kondusif bagi tumbuh dan terkait.
berkembangnya kegiatan inovatif dan kreatif 3. Kerja sama: meningkatkan kerja sama
yang menjadi syarat batas dalam terutama dengan pihak luar negeri. Langkah
menumbuhkan kemampuan penerapan kerja sama merupakan langkah strategis
pengembangan, dan penguasaan teknologi.26 yang bertujuan untuk memantapkan
Sebagai bagian dari Hak Kekayaan kebijakan dan pelaksaan sistem HKI
Intelektual (HKI) perlindungan hukum atas Nasional. Kerja sama dengan pihak luar
merek diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 negeri menjadi sangat penting jika ada kasus
Tahun 2001 tentang Merek yang merupakan yang dapat menjadi ancaman bagi sistem
bagian dari pembentukan regulasi di bidang HKI Nasional, namun dengan sama sekali
hukum bisnis untuk memberikan kepastian tidak mengurangi aspek yuridis nasional.
hukum bagi pemilik merek terdaftar dalam 4. Kesadaran masyarakat: memasyarakatkan
menjalankan kegiatan usahanya dan mencegah atau sosialisasi HKI. Program sosialisasi HKI
terjadinya pelanggaran atas hak pemilik merek di maksudkan untuk menumbuhkan sikap
terdaftar. tanggap terhadap tanda-tanda perubahan
Dalam perbincangan masyarakat awam, dan kesadaran akan mengaruh HKI pada
permasalahan HKI biasanya hanya dikaitkan kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu,
pada permasalahan merek paten, dan cipta keberhasilan sistem HKI hanya bisa
saja, padahal pengaturan masalah HKI dilakukan bersama-sama dengan anggota
sangatlah luas. Di Indonesia sendiri hal tersebut masyarakat.
mulai terjadi sejak Indonesia meratifikasi 5. Penegakan hukum: untuk membantu
Convention Establishing The WTO (World Trade penegakan hukum di bidang HKI, maka
Organization) dengan Undang-Undang No. 7 Dirjen HKI, Departemen hukum dan Hak

25
Ibid, hal. 1-2.
26 27
Ibid, hal. 2. Ibid, hal. 1-3.

177
Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

Asasi Manusia melakukan koordinasi secara merk perlu melakukan pencatatannya


intensif dengan aparat penegak hukum dan kepada Menteri agar dapat diumumkan
instansi terkait lain agar lebih tekun dalam berita resmi merk melalui
menangani penegakan hukum di bidang permohonan dan pengalihan hak atas merek
HKI.28 harus disertai dengan dokumen pendukung
Melakukan pelanggaran-pelangaran hukum yang lengkap.
seperti menggunakan merek pemilik merek 2. Perjanjian lisensi antara pemilik hak terdaftar
terdaftar tanpa izin melalui perjanjian lisensi, dengan penerima lisensi perlu dibuat
merupakan bentuk kegiatan usaha atau bisnis dengan cermat dan teliti apalagi jika ada
yang selain bertentangan dengan hukum juga kesepakatan lisensi dapat dialihkan kepada
melanggar etika dalam hubungan bisnis guna pihak ketiga baik oleh pemilik hak terdaftar
memperoleh keuntungan semaksimalnya atau penerima lisensi, agar tidak
dengan mengabaikan hak dan kepentingan menimbulkan risiko kerugian bagi para pihak
pemilik merek terdaftar. apabila terjadi sengketa. Perjanjian lisensi
perlu dicatat oleh Menteri dan diumumkan
PENUTUP dalam Berita Resmi Merek.
A. KESIMPULAN
1. Pengalihan hak atas merek terdaftar terjadi DAFTAR PUSTAKA
karena pewarisan, wasiat, hibah, perjanjian, Asyhadie Zaeni, Hukum Bisnis Prinsip dan
atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh Pelaksanaannya di Indonesia, Edisi Revisi.
ketentuan peraturan perundang-undangan. Cet. 5. PT. RajaGrafindo Persada. 2011.
Perjanjian Lisensi bukan merupakan Bintang Sanusi dan Dahlan, Pokok-Pokok
pengalihan hak atas merek terdaftar, tetapi Hukum Ekonomi dan Bisnis, PT. Citra
pemberian hak oleh pemilik merek terdaftar Aditya Bakti, Cetakan ke-l. Bandung,
kepada pihak lain. Adanya perjanjian lisensi 2000.
akan memberikan kepastian hukum Endang Purwaningsih, Hak Kekayaan
mengenai pemberian hak atas merek Intelektual (HKI) Dan Lisensi, Cetakan Ke-1.
terdaftar kepada pihak lain dan dapat CV. Mandar Maju. Bandung. 2012.
dijadikan landasan hukum perikatan hak dan Firmansyah Hery, Perlindungan Hukum
kewajiban antara pemilik hak terdaftar dan Terhadap Merek, Pustaka Yustisia, Cet. 1.
pihak penerima lisensi. Yogyakarta. 2011.
2. Perjanjian lisensi antara pemilik hak terdaftar Hartanto Andy, Kedudukan Hukum dan Hak
dengan penerima lisensi akan berlaku Waris Anak Luar Kawin Menurut “Bugerlijk
mengikat terhadap hak dan kewajiban para Wetboek”, Cetakan III. LaksBang
pihak. Pemilik Merek terdaftar yang telah PRESSindo, Yogyakarta, 2012.
memberi lisensi kepada pihak lain tetap Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI (Hak
dapat menggunakan sendiri atau memberi Atas Kekayaan Intelektual) Yang Benar.
lisensi kepada pihak ketiga lainnya untuk Membahas Secara Runtut dan Detail
menggunakan merek tersebut, kecuali bila tentang Tata Cara Mengurus Hak Atas
diperjanjikan lain. Dalam perjanjian lisensi Kekayaan Intelektual, Pustaka Yustisia, Cet.
penerima lisensi bisa memberi lisensi lebih l. Yogyakarta, 2010.
lanjut kepada pihak ketiga sesuai dengan Marbun Rocky, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni
perjanjian. Perjanjian lisensi wajib dan Nusya A., Kamus Hukum Lengkap
pencatatannya oleh Menteri dan (Mencakup Istilah Hukum & Perundang-
diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Undangan Terbaru, Cetakan Pertama,
Visimedia, Jakarta. 2012.
B. SARAN Margono Suyud, Aspek Hukum Komersialisasi
1. Untuk memberikan kepastian hukum adanya Aset Intelektual, Cetakan 1. CV. Nuansa
pengalihan hak atas merek terdaftar, maka Aulia. Bandung, 2010.
pihak yang melakukan pengalihan hak atas Nurachmad Much, Segala Tentang HAKI
Indonesia (Buku Pintar Memahami Aturan
28
Ibid, hal. 1-3.

178
Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

HAKI Kita) Cetakan Pertama. Penerbit Buku


Biru. Yogyakarta. 2012.
Perangin Effendi, Hukum Waris, Ed. 6. Cet. 10.
Rajawali Pers. Jakarta, 2011.
Rahardjo Satjipto, Ilmu Hukum, Cetakan ke- IV,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006.
Sampara Said, dkk, Buku Ajar Pengantar Ilmu
Hukum, cetakan II, Total Media,
Yogyakarta, 2011.
Simatupang Burton Richard, Aspek Hukum
Dalam Bisnis, Cetakan Kedua. PT. Rineka
Cipta. Jakarta. 2007.
Soekanto Soerjono, Penelitian Hukum Normatif
Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2009.
Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Keenam,
PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009.
Sulistiyono Adi dan Muhammad Rustamadji,
Hukum Ekonomi Sebagai Panglima,
Cetakan 1. Masmedia Buana Pustaka,
Sidoarjo. Jawa Timur, 2009.
Supramono Gatot, Hak Cipta dan Aspek-Aspek
Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta. 2010.
Syamsuddin M.S., Norma Perlindungan Dalam
Hubungan Industrial, Cetakan Pertama,
Sarana Bhakti Persada, Jakarta, 2004.
Thalib Sajuti, Hukum Kewarisan Islam di
Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.
Tutik Triwulan Titik, Pengantar Hukum Perdata
di Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta,
2006.
Utomo Suryo Tomi, Hak Kekayaan Intelektual
(HKI) Di Era Global, Graha Ilmu, Edisi
Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta.
2010.
Usman Racmadi. Hukum Kewarisan Islam,
Dalam Dimensi Kompilasi Hukum Islam,
CV. Mandar Maju. Bandung. 2009.

179

Anda mungkin juga menyukai