Anda di halaman 1dari 8

INTEGRALISTIK

No.2/Th. XXIX/2018

PENDIDIKAN KARAKTER: SUATU KEBUTUHAN BAGI MAHASISWA


DI ERA MILENIAL

Margi Wahono1

Abstrak: Pendidikan karakter kini menjadi salahsatu wacana utama dalam kebijakan
nasional di bidang karakter Pendidikan. Seluruh kegiatan belajar serta mengajar yang
ada dalam negara indonesia harus merujuk pada pelaksanaan pendidikan Karakter.
Ini juga termuat di dalam Naskah Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter yang
diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan pada tahun 2010. Dalam naskah tersebut
dinyatakan yakni pendidikan karakter menjadi unsur utama dalam pencapaian visi
dan misi pembangunan Nasional yang termasuk pada RPJP 2005-2025. Bukan hanya
itu dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang harus digunakan dalam
mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3
UU SIKDIKNAS menyebutkan: ―Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
dan membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab‖.

PENDAHULUAN sekolah bisa dijadikan program untuk


Dalam upaya menyelamatkan membangun karakter peserta didik peduli
lingkungan hidup, aplikasi pendidikan lingkungan. Karena itu langkah-langkah
karakter yang dapat diterapkan yakni; 1) pembentukan karakter bisa dilakukan
Membangun karakter peduli lingkungan semua warga sekolah dan menjadi
melalui keteladanan. Membangun karakter pembiasaan. Pembiasaan yang dapat
peduli lingkungan dalam diri seseorang dilakukan adalah: a) Masukkan konsep
tidak semudah membalikkan telapak karakter peduli lingkungan pada setiap
tangan. Keteladanan merupakan salah satu kegiatan pembelajaran dengan cara: (a)
imbauan untuk digunakan dalam Menanamkan nilai kebaikan/manfaat bagi
pengelolaan lingkungan sehingga terasa kehidupan apabila lingkungan hidup tetap
dampak yang muncul sangat dahsyat. terjaga kelestariannya.
Dalam dunia pendidikan sinergi antara Membangun karakter peduli
rumah dan sekolah sangat membantu untuk lingkungan di sekolah memerlukan tiga
membangun kepedulian lingkungan. Orang pilar. Pilar yang dipakai untuk
tua menjadi tempat pendidikan awal mewujudkan sekolah berkarakter peduli
sebelum anak-anak mendapatkan lingkungan meliputi tiga hal. Pertama,
pendidikan di tempat lain. Orang tua harus membangun watak, kepribadian dan moral.
menanamkan kebiasaan peduli lingkungan Kedua, membangun kecerdasan
dalam kehidupan sehari-hari. 2) majemuk. Ketiga, kebermaknaan
Membangun karakter peduli lingkungan pembelajaran. Agar ketiga pilar itu tetap
melalui pembiasaan. Berbagai program di pada landasan yang kokoh, maka

1
INTEGRALISTIK
No.2/Th. XXIX/2018

diperlukan kontrol agar segala upaya bebas nilai. Sekolah mengajarkan nilai-
sesuai dengan skenario yang ada. nilai setiap hari melalui desain ataupun
Keteladanan dan pembiasaan merupakan tanpa desain, (7) Komitmen pada
upaya untuk menumbuhkan dan pendidikan karakter penting manakala kita
mengembangkan karakter peduli mau dan terus menjadi guru yang baik, dan
lingkungan di sekolah dan harus menjadi (8) Pendidikan karakter yang efektif
pijakan menuju pengelolaan lingkungan membuat sekolah lebih beradab, peduli
hidup yang lebih baik. Keteladanan dan pada masyarakat, dan mengacu pada
pembiasaan harus tercermin dalam performansi akademik yang meningkat.
program-program yang dicanangkan Alasan-alasan di atas menunjukkan
sekolah dan akan terlihat perwujudannya bahwa pendidikan karakter sangat perlu
dalam sikap dan kepedulian berprilaku ditanamkan sedini mungkin untuk
sehari-hari, baik di sekolah maupun di mengantisipasi persoalan di masa depan
rumah. Jika ada sinergi antara sekolah dan yang semakin kompleks seperti semakin
rumah dalam membangun kepedulian rendahnya perhatian dan kepedulian anak
terhadap lingkungan, maka anak-anak akan terhadap lingkungan sekitar, tidak
mampu menjadi agen perubahan memiliki tanggungjawab, rendahnya
lingkungan yang berkualitas di masa kepercayaan diri, dan lain-lain.
datang. Gerakan PPK menempatkan nilai
Lickona (1992) menjelaskan karakter sebagai dimensi terdalam
beberapa alasan perlunya pendidikan pendidikan yang membudayakan dan
karakter, di antaranya: (1) Banyaknya memberadabkan para pelaku pendidikan.
generasi muda saling melukai karena Ada lima nilai utama karakter yang saling
lemahnya kesadaran pada nilai-nilai moral, berkaitan membentuk jejaring nilai yang
(2) Memberikan nilai-nilai moral pada perlu dikembangkan sebagai prioritas
generasi muda merupakan salah satu fungsi Gerakan PPK (Kemdikbud). Kelima nilai
peradaban yang paling utama, (3) Peran utama karakter bangsa yang dimaksud
sekolah sebagai pendidik karakter menjadi adalah sebagai berikut:
semakin penting ketika banyak anak-anak 1. Religius
memperoleh sedikit pengajaran moral dari Nilai karakter religius
orangtua, masyarakat, atau lembaga mencerminkan keberimanan terhadap
keagamaan, (4) masih adanya nilai-nilai Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan
moral yang secara universal dalam perilaku melaksanakan ajaran
masih diterima seperti perhatian, agama dan kepercayaan yang dianut,
kepercayaan, rasa hormat, dan menghargai perbedaan agama, menjunjung
tanggungjawab, (5) Demokrasi memiliki tinggi sikap toleran terhadap
kebutuhan khusus untuk pendidikan moral pelaksanaan ibadah agama dan
karena demokrasi merupakan peraturan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai
dari, untuk dan oleh masyarakat, (6) Tidak dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter
ada sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai. religius ini meliputi tiga dimensi relasi
Sekolah mengajarkan pendidikan sekaligus, yaitu hubungan individu

2
INTEGRALISTIK
No.2/Th. XXIX/2018

dengan Tuhan, individu dengan sesama, keberanian, dan menjadi pembelajar


dan individu dengan alam semesta sepanjang hayat.
(lingkungan). Nilai karakter religius ini 4. Gotong Royong
ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan Nilai karakter gotong royong
menjaga keutuhan ciptaan. mencerminkan tindakan menghargai
Subnilai religius antara lain cinta semangat kerja sama dan bahu membahu
damai, toleransi, menghargai perbedaan menyelesaikan persoalan bersama,
agama dan kepercayaan, teguh pendirian, menjalin komunikasi dan persahabatan,
percaya diri, kerja sama antar pemeluk memberi bantuan/pertolongan pada orang-
agama dan kepercayaan, antibuli dan orang yang membutuhkan.
kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak Subnilai gotong royong antara lain
memaksakan kehendak, mencintai menghargai, kerja sama, inklusif,
lingkungan, melindungi yang kecil dan komitmen atas keputusan bersama,
tersisih. musyawarah mufakat, tolongmenolong,
2. Nasionalis solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti
Nilai karakter nasionalis kekerasan, dan sikap kerelawanan.
merupakan cara berpikir, bersikap, dan 5. Integritas
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, Nilai karakter integritas merupakan
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi nilai yang mendasari perilaku yang
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
budaya, ekonomi, dan politik bangsa, sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
menempatkan kepentingan bangsa dan dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,
negara di atas kepentingan diri dan memiliki komitmen dan kesetiaan pada
kelompoknya. nilai-nilai kemanusiaan dan moral
Subnilai nasionalis antara lain (integritas moral).
apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga Kelima hal di atas akan lebih
kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, efektif apabila pihak sekolah menerapkan
unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, budaya sekolah yang secara nyata dapat
menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin, menunjang pelaksanaan. Budaya sekolah
menghormati keragaman budaya, suku,dan yang positif akan mendorong semua warga
agama. sekolah untuk bekerjasama yang
3. Mandiri didasarkan saling percaya, mengundang
Nilai karakter mandiri merupakan partisipasi seluruh warga, mendorong
sikap dan perilaku tidak bergantung pada munculnya gagasan-gagasan baru, dan
orang lain dan mempergunakan segala memberikan kesempatan untuk
tenaga, pikiran, waktu untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang
merealisasikan harapan, mimpi dan cita- semuanya ini bermuara pada pencapaian
cita. hasil terbaik. Budaya sekolah yang baik
Subnilai mandiri antara lain etos dapat menumbuhkan iklim yang mendorong
kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, semua warga sekolah untuk belajar, yaitu
daya juang, profesional, kreatif, belajar bagaimana belajar

3
INTEGRALISTIK
No.2/Th. XXIX/2018

dan belajar bersama. Akan tumbuh suatu Suyitno (2012) menjelaskan bahwa
iklim bahwa belajar adalah menyenangkan karakter dapat diartikan sebagai bawaan,
dan merupakan kebutuhan, bukan lagi hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
keterpaksaan. Belajar yang muncul dari perilaku, personalitas, sifat,
dorongn diri sendiri, intrinsic motivation, tabiat,temperamen, dan watak. Karakter
bukan karena tekanan dari luar dalam dalam pengertian ini menandai dan
segala bentuknya. Akan tumbuh suatu memfokuskan pengaplikasian nilai
semangat di kalangan warga sekoalah kebaikan dalam bentuk tindakan atau
untuk senantiasa belajar tentang sesuatu tingkah-laku. Orang yang tidak
yang memiliki nilai-nilai kebaikan. mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan,
Budaya sekolah yang baik dapat misalnya tidak jujur, kejam, rakus, dan
memperbaiki kinerja sekolah, baik kepala perilaku jelek lainnya dikatakan orang
sekolah, guru, siswa, karyawan maupun yang berkarakter jelek, tetapi orang yang
pengguna sekolah lainnya. Situasi tersebut perilakunya sesuai dengan kaidah moral
akan terwujud ketika kualifikasi budaya disebut dengan berkarakter mulia.
tersebut bersifat sehat, solid, kuat, positif, Franz Magnis Suseno (dalam
dan professional. Dengan demikian Suyitno,2012), dalam acara Sarasehan
suasana kekeluargaan, kolaborasi, Nasional Pengembangan Pendidikan
ketahanan belajar, semangat terus maju, Budaya dan Karakter Bangsa mengatakan
dorongan untuk bekerja keras dan belajar bahwa pada era sekarang ini yang
mengajar dapat diciptakan. Selanjutnya, dibutuhkan bukan hanya generasi muda
dalam analisis tentang budaya sekolah yang berkarakter kuat,tetapi juga benar,
dikemukakan bahwa untuk mewujudkan positif, dan konstruktif. Pernyataan itu
budaya sekolah yang akrab-dinamis, dan disampaikan lebih dari 10 tahun yang lalu,
positif-aktif perlu adanya sebuah semacam artinya memang untuk saat ini pendidikan
rekayasa sosial. Dalam mengembangkan karakter menjadi suatu hal yang teramat
budaya baru, sekolah perlu diperhatikan penting untuk ditransformasikan ke anak
dua level kehidupan sekolah: yaitu level didik. Lyons (dalam Putra, 2016)
individu dan level organisasi atau level menjelaskan tentang generasi milenial, Dia
sekolah, tujuannya adalah agar budaya menyatakan generasi Y dikenal dengan
baru yang akan diterapkan agar dapat sebutan generasi millenial atau milenium.
menyatu dengan baik dengan iklim dan Ungkapan generasi Y mulai dipakai pada
suasana yang ada di sekolah tersebut. Level editorial koran besar Amerika Serikat pada
individu, merupakan perilaku siswa selaku Agustus 1993. Generasi ini banyak
individu yang tidak lepas dari budaya menggunakan teknologi komunikasi instan
sekolah yang ada. Perubahan budaya seperti email, SMS, instant messaging dan
sekolah memerlukan perubahan perilaku media sosial seperti facebook dan twitter,
individu. Perilaku individu siswa sangat dengan kata lain generasi Y adalah
terkait dengan prilaku pemimpin sekolah. generasi yang tumbuh pada era internet
booming.

4
INTEGRALISTIK
No.2/Th. XXIX/2018

salah satu tujuan pendidikan nasional yang


terdapat pada UU No. 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional pasal 3,
Di era global seperti saat ini,
tujuan pendidikan nasional adalah
seseorang memerlukan pengendali yang
mengembangkan potensi peserta didik agar
kuat agar ia mampu memilih dan memilah
menjadi manusia yang beriman dan
nilai-nilai yang banyak sekali ditawarkan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kepadanya (Soedarsono, 1999; Djahiri,
akhlak mulia, sehat, berilmu, cerdas,
2006). Oleh karena itu, agar seseorang
kreatif, mandiri dan menjadi warga
tahan banting, maka bisa dilakukan melalui
Negara yang demoktaris serta bertanggung
pendidikan, sebab jalan terbaik dalam
jawab.
membangun seseorang ialah pendidikan.
Megawangi (2007) menyebutkan
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
bahwa Pendidikan Karakter sebagai solusi
2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
dalam menjawab permasalahan negeri ini.
terencana untuk mewujudkan suasana
Pendidikan karakter tidak hanya
belajar dan proses pembelajaran agar
mendorong pembentukan perilaku positif
peserta didik secara aktif mengembangkan
anak, tetapi juga meningkatkan kualitas
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
kognitifnya. Pengembangan karakter
spiritual keagamaan,
atau character building membutuhkan
pengendalian diri, kepribadian,
partisipasi dan sekaligus merupakan
kecerdasan, akhlak mulia, serta
tanggung jawab dari orangtua, masyarakat,
ketrampilan yang diperlukan dirinya,
dan pemerintah. Sebab dengan menjadi
masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan
dewasa secara rohani dan
Jhon Dewey (2003: 69) menjelaskan
jasmani, seseorang menjadi
bahwa ―Pendidikan adalah
berkepribadian yang bijaksana baik
proses pembentukan kecakapan-kecakapan
terhadap dirinya sendiri, keluarga, dan
fundamental secara intelektual dan
masyarakat (Illiyun, 2012)
emosional kearah alam dan sesama
Para pakar di Balitbang Pusat
manusia‖. Dunia Pendidikan mempunyai
Kurikulum Kemendikbud berhasil
peran dan tanggung jawab yang sangat
menginvetarisasi 18 karakter yang harus
penting untuk membawa perubahan dalam
menjadi acuan para pendidikan secara
diri manusia, masyarakat dan lingkungan
nasional (Satriwan, 2012). Nilai-nilai yang
sosial. Namun dalam hal ini, tidak hanya
dikembangkan dalam pendidikan budaya
pendidikan formal ataupun nonformal saja
dan karakter bangsa bersumber dari nilai-
yang dibutuhkan dari generasimillennial, di
nilai Agama, Pancasila, Budaya dan
butuhkan pula pendidikan karakter dalam
Tujuan Pendidikan Nasional, yang
membangun moral dan budipekerti pada
kemudian diidentifikasi menjadi 18
generasi ini.
karakter bangsa yaitu: religius, jujur,
Karakter merupakan watak, tabiat,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
seseorang dari yang lain. Karakter dari
semangat kebangsaan, cinta tanah air,
suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh
kultur dari bangsa itu sendiri. Pembentukan
karakter merupakan

5
INTEGRALISTIK
No.2/Th. XXIX/2018

menghargai prestasi, bagi pribadinya. Dengan begitu,


bersahabat/komunikatif, cinta damai, seseorang mampu mengambil
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli keputusan dengan mandiri tanpa
sosial dan tanggung jawab (Satriwan, dipengaruhi atau desakan dari orang
2012). lain.
Dalam pendidikan karakter 4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan
Muslich Masnur (2011:75) Lickona adalah daya tahan dalam mewujudkan
(1992) ―menekankan pentingnya tiga apa yang dipandang baik dan
komponen karakter yang kesetiaan merupakan dasar
baik (components of good character), penghormatan atas komisten yang
yaitu moral knowing atau pengetahuan dipilih.
tentang moral, moral feeling atau perasaan
tentang moral, dan moral action atau Pendidikan tidak hanya membentuk
perbuatan moral‖. Hal ini diperlukan agar insan yang cerdas, namun juga berkarakter
generasi millennial memahami, merasakan dan berkepribadian yang unggul dengan
dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai harapan agar generasi bangsa kelak dapat
kebijakan. Pendidikan karakter adalah tumbuh dan berkembang dengan karakter
pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang yang berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa
melibatkan aspek pengetahuan dan agama. Dalam hal ini dapat disimpulkan
(cognitive), perasaan (feeling), dan peningkatan pendidikan karakter dapat
tindakan (action). dijadikan dasar dan perisai atau pengendali
Menurut FW Foerster terdapat 4 ciri dasar bagi generasi millennial dalam menghadapi
pendidikan karakter yaitu: perkembangan di era yang serba canggih
1. Pendidikan karakter nemenakankan atau era globalisasi. Sebagai generasi
setiap tindakan yang berpedoman millennialperlu menyadari pula betapa
terhadap nilai normatif. Dimana pentingnya pendidikan karakter sebagai
diharapkan generasi dapat sarana pembentuk perilaku dan kepribadian
menghormati norma-norma yang ada dalam berprilaku di media internet dan
dan dijadikannya berpedoman dalam dikehidupan sehari-hari. Dalam hal ini tidak
bertingkahlaku dilingkungan hanya lingkungan sekolah yang menjadi
masyarakat pusat pembelajaran dari pendidikan karakter
2. Adanya korehensi atau membangun namun keluarga, lingkungan sekitar,
rasa percaya diri dan keberanian, masyarakat dan pemerintah pula ikut
dengan begitu seseorang akan menjadi berperan aktif dalam mendukung hal
pribadi yang teguh pendirian dan tidak tersebut, sehingga
mudah terombang ambing serta tidak
takut terhadap resiko dalam situasi terbentuklah generasi millennial yang
baru. berkarakter baik dan unggul yang
3. Adanya otonomi, yaitu seseorang berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa dan
menghayati dan mengamalkan atuan agama.
dari luar sampai menjadi nilai-nilai

6
INTEGRALISTIK
No.2/Th. XXIX/2018

DAFTAR PUSTAKA Sekolah: Pengalaman Sekolah


Azra, Azyumardi. Agama, Budaya, dan Karakter, 2010.
Pendidikan Karakter Bangsa. 2006 Parkay, Forrest W. dan Stanford,Beverly
Elkind, David H. dan Sweet, Freddy. How H. 2011, Menjadi Seorang Guru, Jakarta
to Do Character Education. : PT Indeks.
Artikel yang diterbitkan pada bulan Samani, Muchlas, Hariyanto. 2011.
September/Oktober 2004. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Bandung Remaja
penelitian dan pengembangan, Pusat Rosdakarya.
kurikulum. 2011, Pengembangan Siswinarti, Putu. R. (2017). Pentingnya
pendidikan budaya dan karakter bangsa Pendidikan Karakter Untuk
pedoman sekolah. Jakarta: Pusat Membangun Bangsa Beradab.
Kurikulum Singaraja: Fakultas Ilmu
Kennedy,M. 1991, Some Surprising Pendidikan Universitas Pendidikan
Finding on How Teachers Learn to Ganesha
Teach,Educational Leadership. Indonesia.https://www.researchgat
Lickona, Thomas, Educating for e.net/publication/315100058.
Character: How Our Schools Can Suyitno, Imam. (2012). Pengembangan
Teach Respect and Responsibility. Pendidikan Karakter dan Budaya
New York: Bantam Books, 1992. Bangsa Berwawasan Kearifan
Lickona, Tom; Schaps, Eric, dan Lewis, Lokal. Jurnal Pendidikan Karakter,
Catherine. Eleven Principles of Tahun II Nomor 1, 1-13
Effective Character Education. Tilaar, HAR. 2002,Pendidikan
Character Education Partnership, Kebudayaan, dan Masyarakat
2007. Madani Indonesia, Bandung
Megawangi, Ratna. Pengembangan : PT Remaja Rosda Karya.
Program Pendidikan Karakter di

7
8

Anda mungkin juga menyukai