Anda di halaman 1dari 5

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI D III FARMASI


MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Nama : Eltia Putri

NIM : 20630120006
Kelas/Semester : A/1

TOPIK 7. ANTIBIOTIK PADA TBC

Kasus 1 :
Pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke Puskesmas Kecamatan Indihiang kontrol TB
Paru yang sudah diderita kira-kira empat bulan yang lalu dan minum obat hanya 2 bulan pertama.
Saat ini pasien mengeluh terasa lemas, nafsu makan berkurang. Pasien mengatakan awalnya
berobat ke puskesmas dikarenakan batuk berdahak selama satu bulan dan dada terasa sakit ketika
batuk. Dahak berwarna kuning dan kental tanpa disertai darah. Pasien mengalami demam selama
tujuh hari dan selalu keringat dingin pada malam hari. Hal ini menyebakan pasien sulit untuk
tidur. Pasien memiliki kebiasaan buruk yaitu merokok, satu bungkus untuk satu sampai dua hari.
Di keluarga tidak ada yang memiliki sakit yang sama dengan pasien. Hasil dari pemeriksaan
sputum yaitu BTA (+,+), sehingga dokter mendiagnosa pasien menderita TB Paru. Dokter
menjelaskan dan menganjurkan pasien untuk mendapat pengobatan selama 6 bulan dan harus
kontrol setiap bulan untuk melihat perkembangan pengobatannya. Obat yang diterima pasien
yaitu 2HRZES.
Pertanyaan :

1. Tentukanlah Subjektif dari kasus diatas !


2. Tentukanlah Objektif dari kasus di atas !
3. Apakah tujuan terapi pada kasus di atas?
4. Apakah tipe penderita TBC pada kasus diatas? dan sebutkan alasannya!
5. Bagaimakah mekanisme kerja masing2 obat di atas ?
6. Berapakah dosis lazim dan aturan pakai masing-masing obat ?
7. Jelaskan terapi non-farmakologi
8. Jelaskan informasi obat yang harus diterima pasien

Jawaban
1. Subjektif kasus :
Pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke Puskesmas Kecamatan
Indihiang kontrol TB Paru yang sudah diderita kira-kira empat bulan yang lalu
dan minum obat hanya 2 bulan pertama. Saat ini pasien mengeluh terasa lemas,
nafsu makan berkurang. Pasien mengatakan awalnya berobat ke puskesmas
dikarenakan batuk berdahak selama satu bulan dan dada terasa sakit ketika batuk.
Dahak berwarna kuning dan kental tanpa disertai darah. Pasien mengalami
demam selama tujuh hari dan selalu keringat dingin pada malam hari. Hal ini
menyebakan pasien sulit untuk tidur.

2. Objektif kasus : Hasil dari pemeriksaan sputum yaitu BTA (+,+), sehingga
dokter mendiagnosa pasien menderita TB Paru
3. Tujuan terapi :
Tujuan terapi pasien adalah :
1) Untuk menyembuhkan penderita
2) Untuk mencegah kekambuhan
3) Untuk mencegah penularan
4) Untuk mencegah kekambuhan

4. Tipe TBC : Tipe penderita lalai, dikarenakan sebelumnya pasien telah melakukan
pengobatan selama 2 bulan dan telah berhenti selama 2 bulan. Kemudian
penderita datang kembali dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan adalah BTA
(+,+)
5. Mekanisme masing-masing obat :
2HRZES = Isoniazid, Rifampisin, Tiramiazid, Etambutol, Sttreptomisin
a. Isoniazid : Menghambat sintesis asam mikolat, komponen terpenting pada
dinding sel bakteri.
b. Rifampisin : menghambat aktivitas polymerase RNA yang tergantung DNA
pada sel-sel-sel yang rentan.
c. Pirazinamid : analog parazin dari mikotinamid yang bersifat bakteriostatik
atau bakterisid terhadap Mycobacterium tuberculosis tergantung pada dosis
pemberian. Mekanisme kerja pirazinamid belum diketahui secara pasti
d. Etambutol : menghambat sintesis minimal 1 metabolit yang menyebabkan
kerusakan pada metabolism sel, menghambat multipikasi, dan kematian sel
e. Streptomisin : mempengaruhi sintesis protein.

6. Berapakah dosis lazim dan aturan pakai masing-masing obat ?


a. Dosis Isoniazid : 300 mg
Dewasa: 5 mg/kgBB hingga 300 mg per hari, sekali sehari. Bisa juga diberikan 15
mg/kgBB hingga 900 mg per hari, 2–3 kali seminggu.

b. Dosis Rifampicin : 450 mg


Dewasa: 8–12 mg/kgBB per hari. Dosis maksimal bagi pasien dengan berat badan
<50 kg adalah 450 mg per hari, sedangkan bagi pasien dengan berat ≥50 kg
adalah 600 mg per hari.

c. Dosis Pirazinamid : 500 mg


Dewasa : Bagi yang memiliki berat badan <50 kg, dosis yang digunakan adalah
1,5 gram per hari. Bagi yang memiliki berat badan ≥50 kg, dosis yang digunakan
adalah 2 gram per hari.

d. Dosis Etambutol : 250 mg


Dewasa : 15 mg/kgBB 1 kali sehari. Jika pengobatan perlu diulang, dosisnya akan
ditingkatkan menjadi 25 mg/kgBB 1 kali sehari selama 60 hari. Setelah itu, dosis
dapat dikurangi menjadi 15 mg/kgBB. Dosis maksimal 1.600 mg per hari.

e. Dosis Streptomisin : 0,75 gr


Dewasa: 15 mg/kgBB, 1 kali sehari, atau 25–35 mg/kgBB, 1–3 kali seminggu.
Dosis maksimal 1,5 gram per kali pemberian.

7. Jelaskan terapi non-farmakologi


Kegiatan pemberian konseling, edukasi kesehatan, dan motivasi pada pasien TB
MDR dan anggota keluarga mereka tentang penyakit dan perlunya pengobatan teratur
sampai selesai adalah sangat penting. Dukungan psikososial kepada pasien TB MDR
untuk tercapainya keberhasilan pengobatan. Penyuluhan khusus juga diberikan kepada
pasien mengenai etika batuk / higiene respirasi (menutup mulut dengan tangan ketika
batuk atau bersin, atau lebih disarankan menggunakan masker, mencuci tangan dengan
sabun setelah batuk atau bersin). (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014b).
8. Jelaskan informasi obat yang harus diterima pasien
 Semua obat dikonsumsi dalam kurun waktu 6 bulan.
 Obat Isoniazid merupakan antibiotik yang bekerja menghambat sintesis asam mikolat,
komponen terpenting pada dinding sel bakteri. Dosis dalam sehari yaitu satu kali
sebanyak 300 mg. Obat ini memiliki efek samping yaitu mual, muntah, kesemutan
bahkan rasa terbakar di kaki, oleh karena itu dapat dilakukan penanganan dengan cara
pemberiannya disertai vit. B6/pirodixin sebanyak 100 mg perhari.
 Obat Rifampisin merupakan antibiotik yang bekerja menghambat aktivitas
polymerase RNA yang tergantung DNA pada sel-sel-sel yang rentan. Dosis dalam
sehari yaitu satu kali sebanyak 450 mg. Obat ini diminum malam hari sebelum tidur,
memiliki efek samping tidak nafsu makan mual dan sakit perut, selain itu dapat
menyebabkan kemerahan pada air seni. Rifampisin juga dapan menyebabkan purpura
dan renjatan(syok), sehingga apabila hal ini terjadi penggunaan rifampisin harus
dihentikan.
 Obat Pirazinamid merupakan analog parazin dari mikotinamid yang bersifat
bakteriostatik atau bakterisid terhadap Mycobacterium tuberculosis. Dosis
dalamseminggu yaitu 3 kali sebanyak 500 mg. Obat ini dapat menyebabkan
menyebabkan nyeri sendi sehingga jika hal ini terjadi dapat diberikan analgetik,
contohnya aspirin.
 Obat Etambutol merupakan antibiotik yang bekerja menghambat sintesis minimal 1
metabolit yang menyebabkan kerusakan pada metabolism sel, menghambat
multipikasi, dan kematian sel. Dosis dalam seminggu yaitu 3 kali sebanyak 250 mg.
Obat ini memliki efek samping gangguan penglihatan, sehingga apabila hal ini terjadi
hentikan penggunaan obat,
 Obat Streptomisin merupakan antibiotik yang bekerja mempengaruhi sintesis protein.
Dosis dalam sehari yaitu satu kali sebanyak 0,75 gram secara injeksi. Obat ini
memiliki efek samping gangguan pendengaran atau tuli dan gangguan keseimbangan,
apabila hal ini terjadi maka hentikan penggunaan streptomisin dan diganti dengan
etambutol.
 Semua OAT dapat menyebabkan gatal dan kulit kemerahan, apabila hal ini terjadi
dapat diberi antihistamin atau penghentian penggunaan OAT.
 Dikarenakan semua obat ini adalah antibiotik, maka penggunaanya harus dihabiskan.

Daftar pustaka

Prof. Dr. Elin Yulinah Sukandar. Dr. Retnosari Andrajati, Apt. Dr. Joseph I Sigit.
Apt. Dr. Iketut Adnyana, Apt. Drs. A.Adjdi Prayitno Setiadi, MS., Apt. Dr. Kusnandar,
Apt. 2008. Iso Farmakoterapi Buku 1. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan

Anda mungkin juga menyukai