Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Perilaku

a. Pengertian

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai

dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas

masing-masing. (Notoatmodjo, 2007)

Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Oleh karena itu perilaku ini menjadi terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus

organisme respons. Skinner membedakan adanya dua respon.

Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon:

1) Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini

disebut eleciting stimulalation karena menimbulkan respon-respon

yang relatif tetap.

11
12

2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer,

karena mencakup respon.

Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini

maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi

pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat

diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik

(practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.

b. Domain perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus

atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam

memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-

faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang

membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut

determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi

dua, yakni:
13

1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang

mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007, p. 139).

Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi

perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan yakni:

kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).

Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran

hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan, sikap, dan praktik

atau tindakan (Notoatmodjo, 2007, p. 139)

c. Pengukuran perilaku

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui

dua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan (obsevasi), yaitu

mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara

kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode

mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-

pertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan

berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005, p.59)


14

d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003),

perilaku diperilaku oleh 3 faktor utama, yaitu:

1) Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan,

dan sebagainya.

2) Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan

makanan bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan

seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos

obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dsb. Termasuk juga

dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga.

3) Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada

petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang peraturan-

peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yang

terkait dengan kesehatan.


15

e. Perilaku kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah

sesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila

sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit.

2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat.

3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman.

2. Praktik atau tindakan

a. Pengertian

Suatu sikap optimis terwujud dalam suatu tindakan

(overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain ada fasilitas (Notoatmodjo, 2007, p. 145)

b. Praktik mempunyai beberapa tingkat :

1) Persepsi (persection)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkatan


16

pertama. Misalnya, seseorang ibu dapat memilih makanan yang

bergizi tinggi bagi anak balitanya.

2) Responsi terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang besar dan

sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat

dua. Misalnya, seseorang ibu dapat memasak dengan benar, mulai

dari mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak,

menutup pancinya dan sebagainya.

3) Mekanisme (mecanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka

ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seseorang ibu

yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu,

tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

4) Adopsi (Adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang

bergizi tinggi berdasarkan berdasarkan bahan-bahan yang murah

dan sederhana (Notoatmodjo, 2010, p.145)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang


17

diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau

mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).

Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga

dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior) (Notoatnodjo, 2007, p.

125-131).

Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi

perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan diatas,

yakni melalui proses perubahan : pengetahuan (knowladge), sikap

(attitude), praktik (practice) atau “KAP”. Beberapa penelitian telah

membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan

bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (KAP), bahkan

didalam praktik sehari-hari terjadi sebaiknya. Artinya, seseorang telah

berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikap masih negatif.

Untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling

akurat adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat juga

dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan (recall) atau

mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden

beberapa waktu yang lalu. (Notoatmodjo, 2007)

c. Indikator dalam praktik kesehatan

1) Praktik (tindakan) sehubungan dengan penyakit

Tindakan ini mencakup: pencegahan penyakit dan penyembuhan

penyakit.
18

2) Praktik (tindakan) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

3) Praktik (tindakan) kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2007:148)

Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap dapat

dilakukan melalui wawancara terstruktur, maupun wawancara

mendalam, dan “focus group discussion” (FGD) khusus untuk

penelitian kualitatif. Sedangkan untuk memperoleh data praktik yang

paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat

dilakukan melalui wawancara melalui pendekatan “recall” atau

mengingat kembali perilaku atau tindakan yang telah dilakukan oleh

responden (Notoatmodjo, 2000:35)

3. Pengetahuan (Knowledge)

a. Pengertian

Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukun penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007. P.143)

Proses yang didasarioleh pengetahuan kesadaran dan sikap

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya

apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran maka tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka

tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,2003, p.121)


19

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang terjadi antara lain menyebutkan, menguraikan,

mengidenfikasi menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan benar tentang obyek yang diketahui, dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap obyek atau materi terus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap suatu obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan


20

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis dapat dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan,

dan sebagainya.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapat meringkas, dapat merencanakan dapat

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditemukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada. (Notoatmodjo, 2007)


21

c. Cara mengukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang obyek pengetahuan

yang mau diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap

jawaban yang benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika

salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2003)

Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : hasil presentasi 76%-100%

2) Cukup : hasil presentasi 56-75%

3) Hasil presentasi : hasil presentasi > 56%

(A. Wawan dan dewi M, 2010)

d. Proses adaptasi perilaku

Dari pengalaman dan penelitian, terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) yang

dikutip Notoatmodjo (2007: 121) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), yakni:

1) Awareness (kesadaran)

Subjek tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)

terlebih dahulu
22

2) Interest (tertarik)

Dimana subjek mulai tertarik terhadap stimulus yang sudah

diketahui dan dipahami terlebih dahulu

3) Evaluation

Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus yang sudah

dilakukan serta pengaruh terhadap dirinya

4) Trial

Dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan perilaku baru

yang sudah diketahui dan dipahami terlebih dahulu

5) Adaption

Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikap terhadap stimulus

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2003) adalah:

1) Faktor internal

a) Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam

penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu

hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya

hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.

Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula

ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan


23

seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun

pengalaman yang diperoleh dari orang lain.

b) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan,

sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur

(proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses

belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah

menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan

penting dalam menentukan kualitas manusia dianggap akan

memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi

pendidikan, hidup manusia akan membuahkan pengetahuan

yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas.

c) Pekerjaan

Bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.


24

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

f. Cara memperoleh pengetahuan

1) Cara tradisional

a) Cara coba salah (Trial dan Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran

sendiri.

c) Pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa yang lalu.

d) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi.
25

2) Cara modern

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian

ilmiah, atau metodelogi penelitian (Notoatmodjo, 2007)

4. Sikap (attitude)

a. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi

sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007)

Sikap merupakan evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap

dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu. (Pretty,1986 dalam Azwar,

2005)

b. Komponen pokok sikap

Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek

artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap obyek.


26

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang

terhadap obyek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk berperilaku terbuka

(Notoatmodjo, 2007)

c. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo,2007: 144):

1) Menerima (receiving)

Menerima di artikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek)

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap

karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau

salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain

(tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke


27

posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti

bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah segala yang mempunyai sikap yang

paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB,

meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya

sendiri. (Wawan dan Dewi, 2010)

d. Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap menurut purwanto (1998) adalah:

1) Sikap bukan dilakukan sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan

obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif

biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terhadap keadaan dan

syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,

dipelajari/berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek

tertentuyang dirumuskan dengan jelas.

4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.


28

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat

alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-

kecakapan/pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

Pernyataan sikap yang berisi hal-hal yang negatif mengenai obyek

sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek

sikap. Pertanyaan seperti ini disebut dengan pertanyaan yang tidak

favorable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri

atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang

seimbang. Dengan demikian pernyataan disajikan tidak semua positif

dan semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak/mendukung

sama sekali obyek sikap (Azwar, 2005)

e. Sifat sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif

menurut purwanto (1998):

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

2) Sikap negatif terhadap kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap

antara lain:
29

a) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi

yang melibatkan faktor emosional.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting tersebut.

c) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah

sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai

sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang

memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

asuhannya.

d) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainya, berita yang seharusnya faktual disampaikan

secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap sikap penulisnya,

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.


30

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah

mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

f) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk.

g. Pengukur sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan

bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu obyek.

Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang kegiatan posyandu,

atau juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan

menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan

obyek tertentu, dengan menggunakan skala likert (Notoatmodjo,

2005:57)

Skala likert merupakan metode sederhana dibandingkan

dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 poin

disederhanakan menjadi 2 kelompok yaitu favorable dan unfavoruble

sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi

hilangnya netral tersebut, likert menggunakan teknik konstruksi test


31

yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan agreement

dan disagreement untuk masing-masing item dalam skala yang skala

yang terdiri dari 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,

sangat tidak setuju). Semua item yang favorable kemudian diubah

nilainya dalam angka sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang

sangat tidak setuju nilainya 5. (Wawan dan Dewi, 2010:39-40).

5. Keluarga Berencana

a. Pengertian

Definisi keluarga berencana menurut WHO (World Health

Organisation) Expert Commite 1970 adalah tindakan yang membantu

individu atau pasangan suami isteri untuk :

1) Mendapatkan objektif-objektif tertentu

2) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

3) Mendapatkan kelahiran yang memang di inginkan

4) Mengatur interval diantara kehamilan

5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur

suami isteri.

6) Menentukan jumlah anak dalam keluarga

(Hanafi, 2004, p.26)

b. Macam-macam kontrasepsi

1) Metode sederhana

a) Tanpa alat
32

(1) KB alamiah

Yaitu : metode kalender (ogino-knaus), metode suhu badan

basal (termal), metode lendir serviks (billings), metode

simpto-Termal

(2) Coitus interruptus.

b) Dengan alat

(1) Mekanis (Barrier)

Yaitu : kondom pria, barier intra-vaginal (seperti diafragma,

kap serviks, spons, kondom wanita)

(2) Kimiawi

Yaitu : spermisid (seperti vaginal cream, vaginal foam,

vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, vaginal

soluble film)

2) Metode modern

a) Kontrasepsi hormonal

(1) Per-oral

Yaitu : pil oral kombinasi (POK), mini-pil, morning-after

pill.

(2) Injeksi atau suntikan (DMPA, NET-EN)

(3) Sub-kutis (implant)

(4) Intra uterine devices (IUD, AKDR)

(5) Kontrasepsi mantap (MOW, MOP)

(Hanafi, 2004, p.42)


33

6. Kontrasepsi suntik

a. Pengertian kontrasepsi suntik

Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang disuntikkan

kedalam tubuh dalam jangka waktu tertentu kemudian masuk kedalam

pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang berguna

untuk mencegah kemungkinan timbulnya kehamilan ( Baziad, 2002).

b. Macam-macam kontrasepsi suntik

1) Golongan progestin

a) Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntik yang hanya mengandung

progestin, yaitu :

(1) Depo provera (Depo Medroxyprogesterone Asetat) yang

mengandung 150 mg depo medroxyprogesteron asetat,

yang diberikan setiap 3 bulan dengan disuntik secara

intramuskular.

(2) Depo Noristerat (Depo Noretisteron Enantat) mengandung

200 mg norethindrone enanthate, yang diberikan setiap 2

bulan dengan cara disuntik intramuskular (Saifudin, 2006,

p.MK-41).

b) Cara kerja

(1) Mencegah ovulasi

(2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma


34

(3) Perubahan pada endometrium sehingga implantasi

terganggu

(4) Menghambat transportasi garnet oleh tuba.

(Saifudin, 2006).

c) Efektivitas

Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektifitas tinggi yaitu

0,3 kehamilan per 100 perempuan pertahun, asal

penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang

telah ditentukan (Saifudin, 2006)

d) Keuntungan

(1) Sangat efektif

(2) Pencegahan kehamilan jangka panjang

(3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri

(4) Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan

darah

(5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

(6) Klien tidak perlu menyimpan pil

(7) Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai

perimenopause

(8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik
35

(9) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

(10) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul

(11) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

e) Keterbatasan

(1) Sering ditemukan gangguan haid

(2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan (harus kembali untuk suntikan)

(3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikutnya

(4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping

tersering

(5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis b, maupun HIV

(6) Terlambatnya kesuburan setelah penghentian pemakaian

(7) Terlambatnya kembalinya kesuburan bukan karena

terjadinya kerusakan/kelainan pada organ melainkan

karena belum habisnya pelepasan obat suntikan

(8) Terjadinya perubahan pada lipid serum pada gangguan

jangka panjang

(9) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, sakit kepala,

nervositas, dan jerawat


36

f) Efek samping

(1) Ganguan haid (ini yang paling sering terjadi)

(a) Amenorea yaitu tidak datang haid selama setiap

bulan selama menggunakan alat kontrasepsi.

(b) Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid

yang terjadi selama menggunakan kontrasepsi suntik

(c) Metroragia yaitu perdarahan yang jumlahnya

berlebihan

(2) Sakit kepala

Rasa putar/sakit kepala yang dapat terjadi pada satu sisi,

kedua sisi, atau keseluruhan dari bagian kepala. Ini

biasanya bersifat sementara dan akan hilang setelah suntik

pertama dan kedua.

(3) Berat badan yang bertambah

Berat badan bertambah beberapa kilo gram dalam

beberapa bulan setelah menggunakan alat kontrasepsi

suntik.

(4) Keputihan

Adanya cairan putih yang keluar berlebihan dari jalan lahir

dan terasa mengganggu (jarang terjadi)

(5) Pada system kardiovaskuler efeknya sangat sedikit,

mungkin ada sedikit peninggian pada kadar insulin dan

penurunan HDL kolesterol (Hartanto, 2004, p.169)


37

g) Indikasi

(1) Usia reproduksi

(2) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

(3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang

(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

(5) Perokok (kontraindikasi pada suntik kombinasi)

(6) Setelah abortus atau keguguran

(7) Telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi

(8) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

(9) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi ber-esterogen

h) Kontraindikasi

(1) Hamil atau dicurigai hamil

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

(3) Tidak dapat menerima terjadinya ganguan haid, terutama

amenorea

(4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

dan diabetes dengan komplikasi

i) Waktu mulai menggunakan kontrasepsi progestin

(1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil

(2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid

(3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan

setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil.


38

(4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan

ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan.

(5) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan

ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang

lain lagi, kontrasepsi suntikan yang diberikan dimulai pada

saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya

(6) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan

ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal yang

diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut

tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid

berikutnya datang. Bila ibu disuntikkan hari ke 7 haid, ibu

tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

(7) Ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal.

Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertana

sampai hari ke 7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap

saat setelah hari ke 7 siklus haid, asal saja yakin ibu

tersebut tidak hamil.

(8) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan teratur.

Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu

tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan

tidak boleh melakukan hubungan seksual


39

j) Cara penggunaan kontrasepsi suntik

(1) Kontrasepsi DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuscular dalam daerah pantat. Apabila

suntikan diberikan didaerah terlalu dangkal, penyuntikan

kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera

da efektifif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian

kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya

diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima

diberikan setiap 12 minggu.

(2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol

yang dibasahi oleh alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering

sebelum disuntik. Setelah kulit kering lalu disuntik.

(3) Kocok dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-

gelembung udara.

2) Golongan suntik kombinasi

a) Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang mengandung

kombinasi antara progesterin dan esterogen, yaitu:

(1) Cyclofem berisi 25 mg DMPA dan 5 mg Estradiol sipionat

yang diberikan setiap bulan dengan cara penyuntikan

intramuscular.
40

(2) Kombinasi 50 mg noretindrone enantat dan 5 mg estradiol

Valerat yang diberikan setiap bulan (Saifudin, 2006,

p.MK-34)

b) Cara kerja

(1) Menekan ovulasi

(2) Membuat lendir servick menjadi kental sehingga penetrasi

sperma terganggu

(3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi

terganggu

(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba

c) Efektifitas

Sangat efektif (0,1 -0,4 kehamilan per 100 perempuan ) selama

tahun pertama penggunaan.

d) Keuntungan kontrasepsi

(1) Resiko terhadap kesehatan kecil

(2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri

(3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

(4) Jangka panjang

(5) Efek samping sangat kecil

(6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

e) Keuntungan non kontrasepsi

(1) Mengurangi jumlah perdarahan

(2) Mengurangi nyeri saat haid


41

(3) Mencegah anemia

(4) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker

endometrium

(5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium

(6) Mencegah kehamilan ektopik

(7) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang

panggul

(8) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia

perimenopause

f) Kerugian

(1) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur,

perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10

hari.

(2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluha

seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

(3) Ketergantungan klien terhadappelayanan kesehatan. Klien

harus kembali setiap 30 hari untuk mendapat suntikan.

(4) Efektivitasnya berkurang bila digunakan dengan obat-obat

epilepsi (feniton dan berbiturat) dan obat tuberkolosis

(Rifampisin)

(5) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan

jantung, stroke, bekuan darah pada paru dan otak, dan

kemungkinan timbulnya tumor hati.


42

(6) Penambahan berat badan.

(7) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.

(8) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah

penghentian pemakaian.

g) Indikasi

(1) Usia reproduksi

(2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum mempunyai

anak

(3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang

tinggi

(4) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan

(5) Pasca persalinan dan tidak menyusui

(6) Anemia

(7) Nyeri haid hebat

(8) Haid teratur

(9) Riwayat kehamilan ektopik

(10)Sering lupa menggunakan pil

h) Kontraindikasi

(1) Hamil atau diduga hamil

(2) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan

(3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

(4) Penyakit hati akut (virus hepatitis)


43

(5) Usia > 35 tahun yang merokok

(6) Riwayat penyakit jantung, darah tinggi dan stroke

i) Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi

(1) Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid

(2) Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah

mendapat haid, maka, maka suntikan pertama diberikan

pada siklus haid hari ke 1 dan 7

(3) Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui

suntikan kombinasi dapat di berikan

(4) Pasca keguguran suntikan kombinasi dapat segera

diberikan atau dalam waktu 7 hari.

j) Cara penggunaan

Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan

suntikan intramuscular dalam. Klien diminta datang setiap 4

minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal,

dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga

diberikan setelah 7 hari jadual yang telah ditentukan, asal saja

diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan

hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi

yang lain untuk 7 hari saja.


44

B. Kerangka teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat digambarkan kerangka teori

sebagai berikut
Faktor Predisposisi :

Predisposing Factors :

a. Peran sosial budaya


karakteristik
b. Pendidikan

c. Pengetahuan*

d. sikap *

e. ekonomi

Faktor Pemungkin :

Enabling Factors :

a. Ketersediaan fasilitas dan


petugas kesehatan

b. Keterjangkauan pelayanan
kesehatann

Perilaku kesehatan
c. Kebijakan pemerintah di
bidang kesehatan

Faktor Penguat :

Reinforcing Factors :

a. Keluarga ( Suami )

b. Tokoh masyarakat

c. Pengambil keputusan

Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori

Sumber : Green, W. 1991. Health promotion Planning An Educational and

Environmental Approach. Second Edition. Columbia: Mayfield Publishing

Company.

Keterangan : (*) yang diteliti


45

C. Kerangka konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka teori tersebut, maka disusun

kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel terikat

Pengetahuan ibu
Praktik ibu dalam
menggunakan alat
kontrasepsi suntik
Sikap ibu

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pertanyaan

penelitian, yang berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian

(Notoatmodjo, 2010).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha 1) Adakah hubungan antara pengetahuan dengan praktik ibu

dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik.

2) Adakah hubungan antara sikap dengan praktik ibu dalam

menggunakan alat kontrasepsi suntik

Anda mungkin juga menyukai