Anda di halaman 1dari 7

J-PAL, Vol. 6, No.

1, 2015 ISSN: 2087-3522


E-ISSN: 2338-1671

Studi Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)


Domestik Komunal di Kota Blitar, Jawa Timur

Denny Eko Prisanto1.2, Bagyo Yanuwiadi3, Soemarno4


1
Program Magister Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan, Program Pascasarjana,
Universitas Brawijaya Malang
2
Badan Lingkungan Hidup Kota Blitar
3
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Brawijaya Malang
4
Jurusan Ilmu Tanah, Fak.Pertanian, Universitas Brawijaya Malang

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis aspek-aspek kelembagaan, pembiayaan, teknis, dan kualitas
lingkungan, dalam pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) domestik komunal di Kota Blitar.
Data dan informasi dikumpulkan dari kelompok - kelompok pengelola IPAL domestik komunal,
masyarakat pengguna IPAL domestik komunal, masyarakat pengguna badan air yang menjadi tempat
pembuangan effluen IPAL dan SKPD terkait yang terdiri dari Badan Lingkungan Hidup Kota Blitar, Bappeda
Kota Blitar, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kota Blitar dan Kelurahan Sukorejo serta Kelurahan
Pakunden Kota Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipologi pengelolaan IPAL domestik komunal
adalah : Aspek kelembagaan yang memiliki 6 indikator berada pada posisi sedang dengan nilai rata – rata
50,39 %, Aspek keuangan yang memiliki 3 indikator berada pada posisi buruk dengan nilai rata – rata 36,
35 %, Aspek teknis yang memiliki 2 indikator berada pada posisi baik dengan nilai rata – rata 77,61 %,
Aspek kualitas lingkungan yang memiliki 2 indikator berada pada posisi baik dengan nilai rata – rata 62,61
%. Dari hasil tersebut aspek kelembagaan dan aspek keuangan memerlukan perhatian yang lebih serius.
Semua stakeholder menyetujui pentingnya keberadaan IPAL domestik komunal, sehingga diperlukan
upaya-upaya untuk menjamin keberlanjutan pengelolaannya. Rekomendasi yang diusulkan untuk
keberlanjutan pengelolaan IPAL domestik adalah Strategi-Stabilisasi. Strategi ini terdiri atas beberapa
program pengembangan , yaitu (1) kapasitas kelembagaan dan masyarakat pengguna IPAL, (2) inovasi
kelembagaan dan pembiayaan IPAL domestik komunal, (3) alternatif pembiayaan pengelolaan IPAL
domestik komunal dari pihak eksternal, (4) optimalisasi peran kelompok kerja sanitasi dalam pengelolaan
IPAL domestik komunal, dan (5) peran serta pengelola IPAL domestik komunal dalam kegiatan paguyuban
IPAL Kota Blitar.

Kata-kunci : IPAL domestik komunal, strategi stabilisasi, keberlanjutan

Abstract
This study was conducted to analyze the aspects of institutional, financial, technical, and environmental
quality, in the management of communal domestic WWTP (Waste Water Treatment Plant) in Blitar City.
The data and information collected from the group – a communal domestic wastewater management
group, communal domestic WWTP user community, the community of users of water bodies which
placed WWTP effluent disposal and related local government offices consisting of the Environment
Agency of Blitar city, Municipality planner department of Blitar city, General Work and Settlement of
Blitar city, and Village of Pakunden Sukorejo. The results showed that domestic wastewater
management communal typology is: institutional aspects that have six indicators are in the position being

Alamat Korespondensi Penulis:


Denny Eko Prisanto
Email : dennyprisanto@yahoo.com
Alamat : Badan Lingkungan Hidup Kota Blitar
Jl. A. Yani No.20 Kota Blitar

74
Studi Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Domestik Komunal (Prisanto et al.)

with value - average 50.39 %, the financial aspect has 3 indicators are in a bad position with value -
average 36.35 %, Aspect which technically has two indicators are in a good position with a value - average
77.61 %, aspects of environmental quality which has two indicators are in a good position with a value -
average 62.61 %. From the results of the institutional aspects and financial aspects need serious
attention. All stakeholders agreed on the importance of domestic WWTP communal existence, so that it is
necessary to ensure the sustainability of its management. Recommendations are proposed for the
sustainability of domestic wastewater management is a Strategy-Stabilization. This strategy consists of
several development programs, namely (1) the institutional and community capacity WWTP users, (2)
institutional innovation and financing domestic WWTP communal, (3) alternative financing communal
management of domestic wastewater from external parties, (4) optimizing the role of sanitation working
group in communal domestic wastewater management, and (5) the participation of communal domestic
wastewater managers in community activities WWTP Blitar.

Keywords: Domestic WWTP, strategy-stabilization,sustainability

PENDAHULUAN SSK ini mengandung konsep dan


Paradigma pembangunan kesehatan teknologi IPAL (Instalasi Pengolahan Air
telah mengalami perubahan dari represif Limbah) domestik komunal untuk
kuratif menjadi promotif preventif [1]. pengelolaan air limbah rumah tangga.
Dengan kata lain telah terjadi perubahan Sistem pengelolaan IPAL domestik
dari menangani penyakit menjadi komunal telah mengalami beragam
pencegahan penyakit dan meningkatkan modifikasi. Dalam kenyataannya,
ketahanan terhadap gangguan kesehatan perkembangan tersebut menuju kepada
[2]. Sanitasi kota menjadi hal yang sangat teknologi pengelolaan air limbah yang
penting dalam penanganan kesehatan berkelanjutan, mulai dari sistem anaerob,
lingkungan kota [3]. Kualitas sanitasi kota hingga sistem aerob dengan konsep
berperan penting dalam upaya pencegahan Activated sludge (lumpur aktif) [7].
penyakit dan gangguan kesehatan Sebanyak 42 unit IPAL domestik komunal
lingkungan [4]. telah beroperasi di Kota Blitar dengan beragam
Sanitasi mengandung makna upaya kinerjanya. Jumlah IPAL domestik komunal yang
cukup banyak tersebut telah memunculkan
pencegahan penyakit menular dengan
beragam masalah dalam pengelolaannya .
memutus mata rantai dari sumbernya. Dua
Penelitian ini dilaksanakan sebagai media
hal penting dalam sanitasi kota adalah evaluasi pengelolaan IPAL domestik yang telah
pembuangan limbah rumah tangga dan ada serta memberikan rekomendasi strategi
penyediaan air bersih [5]. Hingga saat ini keberlanjutan pengelolaan IPAL domestik
pengelolaan sanitasi kota masih menghadapi komunal di Kota Blitar.
beberapa kendala, seperti keterbatasan
akses fasilitas sanitasi dasar bagi masyarakat METODE PENELITIAN
dan kualitas sanitasi lingkungan [6]. Penelitian ini merupakan penelitian
Kota Blitar mempunyai kepedulian deskriptif dengan mengambil lokasi
serius terhadap peningkatan kualitas sanitasi penelitian di seluruh Kota Blitar. Data yang
kota. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya dikumpulkan bersifat kuantitatif dan
Deklarasi Blitar (27 Maret 2007) untuk kualitatif meliputi kondisi fisik wilayah,
mempercepat pengembangan program sosial, kondisi pengelolaan IPAL domestik
sanitasi kota. Wujud lain dari kepedulian komunal serta kualitas lingkungan. Data
Kota Blitar terhadap sanitasi adalah kuantitatif diperoleh dari kuisioner yang
penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dibagikan ke seluruh kelompok pengelola
Tahun 2007 – 2012 dan telah diperbaharui IPAL domestik komunal. Data kualitatif
dengan SSK Tahun 2013 – 2017. diperoleh dari hasil observasi dan

75
Studi Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Domestik Komunal (Prisanto et al.)

wawancara dengan pejabat di instansi seringkali sistem tangki septik individual


terkait, FGD (Focus Group Discussion) tidak diterapkan sesuai dengan aturan yang
dengan masyarakat pengguna yang mewakili berlaku dengan jarak aman terhadap sumber
masing – masing strata IPAL domestik air. Masyarakat seringkali tidak mengetahui
komunal dan masyarakat pengguna badan atau memahami standar teknis
air yang menjadi pembuangan effluen IPAL pembangunan tangki septik rumah tangga
domestik komunal. baik jarak terhadap sumur atau sumber air
Teknik pengambilan sampel untuk maupun periode pengurasan tangki. Sampai
kelompok pengelola IPAL domestik komunal dengan tahun 2012 jumlah sambungan
ditentukan dengan metode sampel jenuh rumah melalui sarana prasarana Instalasi
artinya seluruh kelompok pengelola IPAL Pengolahan limbah komunal sebanyak 1.556
dometik komunal disurvey. Teknik analisa SR ( Sambungan Rumah). Sedangkan jumlah
data untuk menentukan tipologi pengelolaan pemilik jamban/kloset pribadi menurut
IPAL domestik komunal menggunakan skala Dinas Kesehatan adalah sebanyak 25.600
likert dengan gradasi 1 s/d 5. unit dari jumlah KK (Kepala keluarga) di Kota
Tipologi pengelolaan IPAL domestik Blitar.
komunal dalam penelitian ini ditinjau dari Tipologi Pengelolaan IPAL Domestik
aspek kelembagaan, keuangan, teknis dan Komunal
kualitas lingkungan dengan interval status Hasil dari tipologi pengelolaan IPAL
pengelolaan IPAL domestik komunal adalah : domestik komunal yang ditinjau dari aspek
 Angka 0% – 19,99% = Sangat buruk kelembagaan, keuangan, teknis dan kualitas
 Angka 20% – 39,99% = Buruk lingkungan adalah sebagai berikut :
 Angka 40% – 59,99% = Sedang 1. Aspek kelembagaan
 Angka 60% – 79,99% = Baik a. Struktur kelembagaan
 Angka 80% – 100% = Sangat baik Struktur kelembagaan yang dimaksud
Hasil tipologi pengelolaan IPAL dalam penelitian ini adalah terkait
domestik komunal dengan didukung data keberadaan KSM (Kelompok Swadaya
kualitatif berdasarkan FGD dan wawancara Masyarakat)/Kelompok pengelola IPAL
digunakan sebagai bahan penyusunan domestik komunal dari segi pengurus dan
rumusan strategi keberlanjutan pengelolaan legalitas kelembagaan. Dari survei yang telah
IPAL domestik komunal yang menggunakan dilaksanakan maka didapatkan hasil posisi
analisa SWOT. struktur kelembagaan pada klasifikasi
tipologi pengelolaan IPAL berada pada
HASIL DAN PEMBAHASAN interval baik dengan skor 78,10 %.
Pengelolaan Air Limbah di Kota Blitar b. Tugas dan tanggungjawab pengurus KSM
Pengolahan limbah domestik yang / Kelompok pengelola IPAL domestik
dilakukan di Kota Blitar menggunakan dua komunal.
sistem yaitu off site dan on site (8). Untuk KSM / Kelompok pengelola IPAL
sistem off site, dengan menerapkan instalasi domestik komunal memiliki peran penting
pengolahan limbah komunal berbasis dalam keberhasilan pengelolaan IPAL
masyarakat, sedangkan sistem on site domestik komunal, untuk itu tentunya
menggunakan tangki septik individual. pengurusnya wajib memahami dan
Sistem off site digunakan pada kawasan melaksanakan apa yang menjadi tugas dan
dengan kepadatan penduduk tinggi tanggungjawabnya. Klasifikasi tipologi
sedangkan sistem on site digunakan pada pengelolaan IPAL untuk indikator tugas dan
kawasan dengan kepadatan penduduk relatif tanggung jawab pengurus berada pada
rendah. Kondisi yang terjadi di Kota Blitar interval sedang dengan skor 59,05 %.
c. Operator
76
Studi Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Domestik Komunal (Prisanto et al.)

Operator IPAL memiliki peran penting c. Inovasi keuangan


dalam pengelolaan IPAL terutama untuk Inovasi keuangan diperlukan untuk
keberlanjutan IPAL dari aspek teknis. peningkatan kesejahteraan pengurus dan
Berdasarkan penelitian tipologi pengelolaan pengguna IPAL. Berdasarkan penelitian yang
IPAL domestik komunal dari indikator dilakukan tipologi pengelolaan IPAL
operator IPAL berada pada posisi buruk domestik untuk indikator inovasi keuangan
dengan skor 37,62 %. berada pada posisi buruk dengan skor 30,95
d. Pengguna %.
Keberhasilan operasional IPAL domestik 3. Aspek teknis.
komunal tentunya sangat dipengaruhi oleh a. Kondisi fisik IPAL domestik komunal
penggunanya. Untuk itu seharusnya semua Kondisi fisik IPAL domestik komunal
pengguna harus memahami hak dan menggambarkan bagaimana proses
kewajibannya. Hasil dari penelitian tipologi pengelolaan limbah domestik yang masuk
pengelolan IPAL domestik komunal untuk kedalamnya. Hasil penelitian menunjukkan
indikator pengguna adalah sedang dengan tipologi pengelolaan IPAL domestik komunal
skor 59,52 %. untuk indikator kondisi fisik IPAL adalah baik
e. Pertemuan rutin dengan skor 76,67 % .
Pertemuan rutin memilik peran penting b. Kondisi sistem penyaluran/ perpipaan.
sebagai media komunikasi antara KSM, Kondisi sistem penyaluran / pemipaan
pengguna dan operator. Berdasarkan hasil menentukan kelancaran distribusi dari
penelitian maka tipologi pengelolaan IPAL sumber limbah ke IPAL. Berdasarkan
untuk indikator pertemuan rutin berada penelitian tipologi pengelolaan IPAL
pada posisi buruk dengan skor 33,33 %. domestik komunal untuk indikator kondisi
f. Inovasi kelembagaan sistem penyaluran adalah baik dengan skor
Untuk mencapai keberlanjutan IPAL 78,57 %.
seharusnya perlu dilakukan pengembangan 4. Aspek kualitas lingkungan
IPAL yang manfaatnya bisa dirasakan oleh a. Pengaruh terhadap lingkungan
pengurus dan pengguna. Hasil penelitian Keberadaan IPAL diharapkan mampu
menunjukkan tipologi pengelolaan IPAL meningkatkan kepedulian masyarakat
domestik komunal untuk indikator inovasi sekitar terhadap kualitas lingkungan.
kelembagaan adalah buruk dengan skor Berdasarkan hasil penelitian tipologi
34,76 %. pengelolaan IPAL domestik komunal untuk
2. Aspek keuangan indikator pengaruh terhadap lingkungan
a. Iuran Pengguna adalah pada posisi sedang dengan skor 55,71
Iuran pengguna sangat berguna dalam %. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan
menunjang kegiatan operasional dan IPAL dianggap dapat membantu
pemeliharaan IPAL domestik komunal. memperbaiki kualitas lingkungan kota [9].
Berdasarkan penelitian tipologi pengelolaan b. Effluen
IPAL domestik komunal untuk indikator iuran Effluen merupakan produk akhir dari IPAL.
pengguna adalah sedang dengan skor 40 %. Effluen IPAL domestik komunal di Kota Blitar
b. Laporan keuangan rata – rata dibuang ke badan air penerima
Laporan keuangan merupakan wujud Dalam penelitian ini kualitas effluen ditinjau
transparansi pengelolaan keuangan sehingga dari aspek fisik. Hasil penelitian
mampu diketahui oleh seluruh pengurus dan menunjukkan tipologi pengelolaan IPAL
pengguna. Hasil penelitian menunjukkan domestik komunal untuk indikator effluen
tipologi pengelolaan IPAL domestik komunal adalah pada posisi baik dengan skor 69,52 %.
untuk indikator laporan keuangan adalah
buruk dengan skor 38,10 %.
77
Studi Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Domestik Komunal (Prisanto et al.)

3.3 Strategi Stabilisasi untuk menjamin  Pelatihan manajerial dan teknis bagi
Keberlanjutan Pengelolaan IPAL Kelompok Pengelola IPAL domestik
Domestik Komunal. komunal. Narasumber dapat berasal
Pengelolaan limbah domestik dengan praktisi di bidang pengelolaan IPAL
menggunakan IPAL domestik komunal domestik komunal sehingga mampu
merupakan upaya yang harus dijaga member materi yang langsung bisa
keberlanjutannya. KSM/Kelompok pengelola diaplikasikan.
IPAL domestik komunal memiliki peran  Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan
penting dalam keberlanjutan pengelolaan Sehat (PHBS) yang difokuskan pda
IPAL domestik komunal, karena berfungsi pentingnya keberadaan IPAL
sebagai motor penggerak dan pengambilan domestik komunal. Dinas Kesehatan
keputusan [10]. Inovasi keuangan juga Kota Blitar menjadi leading sektor
menjadi faktor penting bagi keberlanjutan dalam kegiatan ini dibantu instansi
pengelolaan IPAL domestik komunal karena, terkait
pengelolaan IPAL domestik komunal  Peningkatan komunikasi antara
umumnya sudah diserahkan ke pemanfaat Kelompok Pengelola IPAL domestik
[11]. komunal dengan masyarakat
Berdasarkan hasil analisis SWOT, posisi pengguna dalam bentuk pertemuan
strategi pengelolaan IPAL berada Kuadran II. rutin dsb.
Posisi tersebut menunjukkan bahwa sistem 2. Pengembangan inovasi kelembagaan dan
pengelolaan air limbah domestik komunal di keuangan IPAL domestik komunal
Kota Blitar masih memiliki banyak  Mengembangkan potensi sistem tarif
kelemahan, namun di sisi lain juga memiliki IPAL untuk kegiatan yang dapat
banyak peluang untuk dimanfaatkan. Hal ini menghasilkan pemasukan seperti :
menguatkan hasil penelitian terkait rumah sayur dengan pemanfaatan
pengelolaan IPAL domestik komunal yang effluen IPAL, budidaya ikan dengan
pernah dilakukan di Kota Probolinggo tahun pemanfaatan air effluen IPAL dsb.
2013 yang menyatakan bahwa pilihan  Melakukan evaluasi secara
strategi untuk keberlanjutan IPAL domestik berkelanjutan terhadap kelembagaan
komunal berada pada kuadran II [12]. Untuk IPAL domestik komunal disesuaikan
itu, rekomendasi yang diberikan untuk dengan kebutuhan
menjamin keberlanjutan pengelolaan IPAL  Melakukan inovasi bentuk iuran
domestik komunal adalah strategi stabilitasi sehingga menarik minat pengguna
atau konsolidasi dimana strategi ini untuk tertib dalam pembayarannya
bertujuan untuk mengurangi kelemahan- 3. Pengembangan alternatif pembayaran
kelemahan yang ada melalui pemanfaatan pengelolaan IPAL domestik komunal dari
peluang yang dimiliki. pihak eksternal
1. Pengembangan kapasitas kelembagaan  Peningkatan kreatifitas KSM
dan masyarakat pengguna IPAL: pengelola dalam mencari sumber
 Reorganisasi dan penguatan pendanaan alternatif untuk
kelembagaan pengelola (KSM mendukung pengelolaan IPAL ,
pengelola). Hal ini dilakukan untuk contohnya : potensi dana hibah dari
mendapatkan komposisi baru SKPD (Satuan Kerja Perangkat
pengurus KSM yang lebih Daerah) terkait, program CSR
berkompeten dalam pengambilan (Corporate Social Responsibility).
keputusan pengelolaan IPAL 4. Optimalisasi peran pokja sanitasi dalam
pengelolaan IPAL domestik komunal

78
Studi Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Domestik Komunal (Prisanto et al.)

 Pembagian tugas yang jelas dalam  Seluruh stakeholder yang terlibat dalam
pokja sanitasi sesuai tupoksi masing – pengelolaan IPAL domestic komunal
masing dalam pengelolaan IPAL harus memapu menjalin kerjasama yang
komunal sinergis untuk menjalankan strategi
 Melaksanakan monitoring dan pengelolaan IPAL domestic komunal yang
evaluasi terhadap pengelolaan IPAL telah direkomendasikan.
beserta rekomendasi tindak lanjut
 Melaksanakan pertemuan rutin untuk UCAPAN TERIMAKASIH
membahas pengelolaan IPAL Dalam penelitian ini penulis
domestik komunal. menyampaikan terimakasih atas dukungan
5. Peningkatan peran pengelola IPAL semua pihak khususnya Pemerintah Kota
domestik komunal dalam kegiatan Blitar dan Universitas Brwaijaya Malang
paguyuban KSM pengelola IPAL domestik
komunal DAFTAR PUSTAKA
 Peningkatan kehadiran pengelola [1]. Konteh,F.H. 2009. Urban sanitation and
IPAL domestik komunal dalam health in the developing world:
pertemuan rutin paguyuban KSM Reminiscing the nineteenth century
IPAL domestik komunal industrial nations. Health & Place,
15(1): 69-78.
 Menjadikan forum pertemuan
[2]. Harpham,T. 2009. Urban health in
paguyuban KSM IPAL domestik
komunal sebagai media komunikasi developing countries: What do we
dan berbagi pengalaman untuk know and where do we go?. Health &
mengatasi permasalahan pengelolaan Place, 15(1): 107-116.
IPAL domestik komunal. [3]. Devesa,F., J. Comas, C. Turon, A. Freixó,
F. Carrasco dan M. Poch. 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN Scenario analysis for the role of
Berdasarkan penelitian yang telah sanitation infrastructures in integrated
urban wastewater management.
dilakukan terhadap pengelolaan IPAL
Environmental Modelling & Software,
domestik komunal di Kota Bltar disimpulkan
24(3): 371-380.
bahwa :
[4]. Fewtrell,L., R.B.Kaufmann, D.Kay,
 Dari analisa tipologi pengelolaan PAL
W.Enanoria, L.Haller dan J.M Colford Jr.
domestik komunal di Kota Blitar, yang
2005. Water, sanitation, and hygiene
perlu mendapatkan perhatian lebih
interventions to reduce diarrhoea in
adalah aspek kelembagaan dan keuangan
less developed countries: a systematic
 Berdasarkan hasil analisis SWOT,
review and meta-analysis. The Lancet
rekomendasi strategi pengelolaan IPAL
Infectious Diseases, 5(1): 42-52.
domestik komunal di Kota Blitar adalah
[5]. Mara,D.D. 2003. Water, sanitation and
strategi stabilisasi.
hygiene for the health of developing
Dari hasil kesimpulan tersebut untuk
nations. Public Health, 117(6): 2003,
keberlanjutan pengelolaan IPAL domestic
452-456.
komunal disarankan beberapa hal
[6]. Lasut,M.T., K.R.Jensen dan G.Shivakoti.
sebagai berikut :
2008. Analysis of constraints and
 Diperlukan segera upaya perbaikan
potentials for wastewater management
pengelolaan IPAL domestic komunal
in the coastal city of Manado, North
terutama dari aspek kelembagaan dan
Sulawesi, Indonesia. Journal of
keuangan
Environmental Management, 88(4):
1141-1150.

79
Studi Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Domestik Komunal (Prisanto et al.)

[7]. Katukiza,A.Y., M. Ronteltap, C.B.


Niwagaba, J.W.A. Foppen, F. Kansiime
dan P.N.L. Lens. 2012. Sustainable
sanitation technology options for urban
slums. Biotechnology Advances, 30(5):
964-978.
[8]. Soedjono, E.S., Masduki, A., Purnomo,
A., Rumiati, A.T., Starki M., 2010.
Pilihan Teknologi untuk Pengolahan Air
limbah Domestik di Daerah Peri Urban
dan Pedesaan di JawaTimur.Jurnal
Purifikasi. 11 (2) : 177 – 184
[9]. Hospido, A., Moreira, M. T., Martín, M.,
Rigola, M., dan Feijoo, G. 2005.
Environmental evaluation of different
treatment processes for sludge from
urban wastewater treatments:
anaerobic digestion versus thermal
processes. International Journal of Life
Cycle Assessment, 10(5): 336-345.
[10]. Starkl,M., N.Brunner, W.Flögl dan
J.Wimmer. 2009. Design of an
institutional decision-making process:
The case of urban water management.
Journal of Environmental Management,
90(2): 1030-1042.
[11]. Brunner,N. dan M. Starkl. 2012.
Financial and economic determinants
of collective action: The case of
wastewater management.
Environmental Impact Assessment
Review, 32(1): 140-150.
[12]. Afandi,Y.2013. Kajian Keberlanjutan
Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik di Kota
Probolinggo.Semarang. Tesis
Universitas Diponegoro

80

Anda mungkin juga menyukai