Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH DICOVERY LEARNING 2

“Defisit Perawatan Diri (DPD)”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 2
Dosen Pengampu: Ns. Fajriyah Nur Afriyanti, M.Kep.,SP.Kep.J

Disusun Oleh :

Luthfiana Febriyanti 11181040000016


Eneng Erna purnama 11181040000019
Meli lestari 11181040000021
Aprilia nur aini 11181040000026
Idah faridah 11181040000027
Cici nuranisa 11181040000028
Arifani Adilah 11181040000044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)
1. Defisit Perawatan Diri (DPD)
A. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,
pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam: kebersihan diri, makan,
berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri (toileting)
(Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien gangguan
jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik
dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik, 2015).
B. Rentang Respon
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan diri sebagai
berikut:

a. Pola perawatan diri seimbang: saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
C. Penyebab Defisit Perawatan Diri

a. Faktor Predisposisi

1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang


penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien menderita diabetes
melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
D. Proses Terjadinya Masalah
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri,berhias diri secara mandiri, dan toileting BAB atau BAK secara
mandiri (Yusuf, Rizky & Hanik, 2015).
Sedangkan Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), Penyebab kurang perawatan diri
adalah:
a. kelelahan fisik dan,
b. penurunan kesadaran.
Sedangkan Menurut (Depkes, 2000) dalam (Mukhripah & Iskandar, 2012),
penyebab kurang perawatandiri adalah:
a. Faktor presdiposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan dirilingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihankemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang


penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.

Menurut (Depkes, 2000) dalam (Mukhripah & Iskandar, 2012).

a. Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi


kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik sosial: pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi peruabahan personal hygiene.

c. Status sosial ekonomi: personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan: pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan


yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya, pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

e. Budaya: disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh


dimandikan.

f. Kebiasaan orang: ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoodan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis: pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

E. Jenis-jenis Perawatan Diri


Jenis-jenis defisit perawatan diri terdiri dari:
a. Kurang perawatan diri: Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi / kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri: mengenakan pakaian / berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri: makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri: toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan (Dermawan, 2013).
F. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
 Badan bau, pakaian kotor.
 Rambut dan kulit kotor.
 Kuku panjang dan kotor.
 Gigi kotor disertai mulut bau.
 Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif.
 Menarik diri, isolasi diri.
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
 Interaksi kurang.
 egiataan kurang.
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
 Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembaraang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
a. Data subyektif
 Pasien merasa lemah.
 Malas untuk beraktivitas.
 Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
 Rambut kotor, acak-acakan.
 Bdan dan pakaian kotor dan bau.
 Mulut dan gigi bau.
 Kulit kusam dan kotor.
Kuku panjang dan tidak terawatt (Dermawan, 2013).
G. Dampak Defisit Perawatan Diri
Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
ialah:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan dicintai dan mencinti, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali, seperti
pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses
informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013).
b. Penyangkalan (Denial), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan
dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan dengan cara melarikan
diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta tidak berani melihat dan
mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk, 2015).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis,
reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stresor, misalnya:
menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi psikologis individu
menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa
takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013).
d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi dalam
suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi) misalnya rasa
sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah nasibnya” atau
“sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015)
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut (Herdman Ade, 2011) adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien perawatan diric.
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
d. BHSP (bina hubungan saling percaya)

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
- Nama klien
- Umur
- Jenis kelamin
- Alamat
- Agama, pekerjaan
- Tanggal masuk
- Alasan masuk
- Nomor rekam medik
- Keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang
menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung,
penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai
mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi.
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya
faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan mental
yang diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga terlalu
melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri serta
didapatkan kurangnya dukungan dan situasi lingkungan yang mempengaruhi
kemampuan dalam perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan
tubuh yaitu pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan klien yang
kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
Menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
b) Identitas diri
Dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat,
kepuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan
pasien sebagai laki-laki atau perempuan , keunikan yang
dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan posisinnya.
c) Peran diri
- Tugas atau peran pasien dalam keluarga/ pekerjaan/
kelompok/ masyarakat,
- Kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya,
- Perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat,
- Bagaimana perasaan pasien akibat perubahan
tersebut.
d) Ideal diri
Harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan
pasien terhadap lingkungan sekitar, serta harapan pasien
terhadap penyakitnya
e) Harga diri
Mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain
sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan
dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan,
penilaian pasien terhadap pandangan atau penghargaan orang
lain.
f) Hubungn sosial
Hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu
karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar
menghindari pasien. Adanya hambatan dalam behubungan
dengan orang lain, minat berinteraksi dengan orang lain.
g) spiritual
1) Nilai dan keyakinan Biasanya nilai dan keyakinan
terhadap agama pasien terganggu karna tidak
menghirauan lagi dirinya.
2) Kegiatan ibadah Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak
dilakukan ketika pasien menglami gangguan jiwa.
h) Status mental
1) Penampilan Biasanya penampilan pasien sangat tidak
rapi, tidak tahu cara berpakaian, dan penggunaan
pakaian tidak sesuai.
2) Cara bicara/ pembicaraan Biasanya cara bicara pasien
lambat, gagap, sering terhenti/bloking, apatis serta
tidak mampu memulai pembicaraan.
3) Aktivitas motorik Biasanya klien tampak lesu,
gelisah, tremor dan kompulsif.
4) Alam perasaan Biasanya keadaan pasien tampak
sedih, putus asa, merasa tidak berdaya, rendah diri dan
merasa dihina.
5) Afek Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul,
emosi pasien berubah-ubah, kesepian, apatis,
depresi/sedih dan cemas.
6) Interaksi selama wawancara Biasanya respon pasien
saat wawancara tidak kooperatif, mudah tersinggung,
kontak kurang serta curiga yang menunjukan sikap
atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau
orang lain.
7) Persepsi Biasanya pasien berhalusinasi tentang
ketakutan terhadap hal-hal kebersihan diri baik
halusinasi pendengaran, penglihatan serta halusinasi
perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami
depersonalisasi.
8) Proses pikir Biasanya bentuk pikir pasien otistik,
dereistik, sirkumtansial, kadang tangensial,
kehilangan asosiasi, pembicaraan meloncat dari topik
satu ke topik lainnya dan kadang pembicaraan
berhenti tiba-tiba.
i) Kebutuhan pasien pulang
1) Makan Biasanya pasien kurang makan, cara makan
pasien terganggu serta pasien tidak memiliki
kemampuan menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
2) Berpakaian Biasanya pasien tidak mau mengganti
pakaian, tidak bisa menggunakan pakaian yang sesuai
dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara
mandi, tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak
menggunting kuku, tubuh pasien tampak kusam dan
bdan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada
tempatnya seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa
membersihkan WC setelah BAB/BAK.
5) Istirahat Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak
melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat Apabila pasien mendapat obat,
biasanya pasien minum obat tidak teratur.
7) Aktivitas dalam rumah Biasanya pasien tidak mampu
melakukan semua aktivitas di dalam maupun diluar
rumah karena pasien selalu merasa malas.
j) Mekanisme koping
1) Adaptif
Pasien tidak mau berbicara dengan orang lain,
tidak bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien
tidak mampu berolahraga karena pasien selalu malas.
2) Maladaptif
Pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali,
selalu menghindari orang lain.
3) Masalah psikososial dan lingkungan
Pasien mengalami masalah psikososial seperti
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan
sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan
Pasien defisit perawatan diri terkadang
mengalami gangguan kognitif sehingga tidak mampu
mengambil keputusan.
k) Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap
pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber
koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut
dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah.
Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
stressdan mengadopsi strategi koping yang efektif.
(Fitria, 2012)
2. Analisa Data

NO Data Masalah Etiologi Diagnosis

1. DS : Defisit Gangguan Defisit Perawatan


 Menolak Perawatan Diri psikologis Diri b.d Gangguan
melakukan dan/atau psikologis dan/atau
perawatan diri psikotik dan psikotik dan
DO : penurunan penurunan
 Tidak mampu motivasi atau motivasi atau minat
mandi/mengenakan minat d.d Menolak
pakaian/makan/ke melakukan
toilet/berhias perawatan diri,
secara mandiri Tidak mampu
 Minat melakukan mandi/mengenakan
perawatan diri pakaian/makan/ke
kurang toilet/berhias
secara mandiri,
Minat melakukan
perawatan diri
kurang
(SDKI, 2017)

3. Diagnosis Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri b.d Gangguan psikologis dan/atau psikotik dan
penurunan motivasi atau minat d.d Menolak melakukan perawatan diri,
Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri, Minat melakukan perawatan diri kurang

4. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA SLKI SIKI

1. Defisit Perawatan Diri b.d Setelah dilakukan intervensi 1. Dukungan perawatan


Gangguan psikologis dan/atau keperawatan selama 2x24 jam, diri : Mandi
psikotik dan penurunan diharapkan perawatan diri Observasi :
motivasi atau minat d.d meningkat degan kriteria hasil : - Idenfikasi usia dan
Menolak melakukan  Kemampuan mandi budaya dalam membantu
perawatan diri, Tidak mampu meningkat kebersihan diri
mandi/mengenakan  Verbalisasi keinginan untuk - Identifikasi jenis bantuan
pakaian/makan/ke melakukan perawatan diri yang dibutuhkan
toilet/berhias secara mandiri, meningkat - Monitor kebersihan
Minat melakukan perawatan  Minat melakukan perawatan tubuh (mulut, rambut,
diri kurang diri meningkat kulit dan kuku)

 Mempertahankan kebersihan - Monitor integritas kulit

diri dan mulut meningkat Terapeutik :


- Sediakan peralatan
mandi (Sabun, sikat gigi,
shampo, pelembab kulit)
- Sediakan lingkungan
yang aman dan nyaman
(Kamar mandi yang
nyaman dan aman bagi
pasien)
- Fasilitasi menggosok
gigi 2 x sehari
- Fasilitasi mandi sesuai
kebutuhan klien
- Pertahankan kebiasaan
kebersihan diri
- Berikan bantuan sesuai
tingkat kemandirian
klien
Edukasi :
- Jelaskan manfaat mandi
dan dampak tidak mandi
terhadap kesehatan
- Ajarkan kepada keluarga
cara memandikan pasien

2. DukunganPerawatan
Diri : BAB/BAK
Observasi
- Identifikasi kebiasaan
BAK/BAB sesuai usia
- Monitor integritas kulit
Terapeutik
- Buka pakaian yang
diperlukan untuk
memudahkan eliminasi
- Jaga privasi selama
eliminasi
- Ganti pakaian pasien
setelah eliminasi. Jika
perlu
- Sediakan alat bantu (mis.
Kateter eksternal, urinal),
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan BAK/BAB
secara rutin
- Anjurkan ke kamar
mandi/oilet, jika perlu

3. Dukungan Perawatan
Diri : Berpakaian dan
Berhias
Observasi
- Identifikasi usia dan
budaya dalam membantu
berpakaian/berhias
Terapeutik
- Sediakan pakaian pada
tempat yang mudah
dijangkau
- Sediakan pakaian pribadi,
sesuai kebutuhan
- Fasilitasi mengenakan
pekaian, jika perlu
- Fasilitasi berhias (mis.
menyisir rambut, merapikan
kumis/jenggot)
- Jaga privasi selama
berpakaian
- Berikan pujian terhadap
kemampuan berpakaian
secara mandiri
Edukasi
- Informasikan pakaian yang
tersedia untuk dipilih, jika
perlu
- Ajarkan mengenakan
pakaian, jika perlu

4. Dukungan Perawatan
Diri : Makan/Minum
Observasi
- Identifikasi diet yang
dianjurkan
- Monitor kemampuan
menelan
- Monitor status hidrasi
pasien, jika perlu
- Terapeutik
- Ciptakan lingkungan
yang menyenangkan
selama makan
- Atur posisi yang nyaman
untuk makan/minum
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
- Letakkan makanan disisi
mata yang sehat
- Sediakan sedotan untuk
minum, sesuai kebutuhan
- Siapkan makanan dengan
suhu yang meningkatkan
nafsu makan
- Sediakan makanan dan
minuma yang disukai
- Berikan bantuan saat
makan/minum sesuai
tingkat kemandirian, jika
perlu
- Motivasi untuk makan di
ruang makan, jika
tersedia
Edukasi
- Jelaskan posisi makanan
pada pasien yang
mengalami gangguan
penglihatan dengan
menggunakan arah jarum
jam (mis. Sayur di jam
12, rendang di jam 3)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat (mis analgesik,
antiemetik), sesuai
indikasi
Dukungan Perawatan
Diri
(SDKI, 2017) (SLKI, 2019) (SIKI, 2018)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN 1

KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

TANGGAL 02 MARET 2021

Proses Keperawatan
Kondisi Klien
Ds:
 Pasien menolak melakukan perawatan diri

Do:

 Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ketoilet/berhias


secara mandiri
 Minat melakukan perawatan diri kurang
 Rambut kotor dan kusam
 Gigi kotor
 Kulit berdaki
 Kuku Panjang dan kotor
 Pakaian kotor dan tidak rapi
 Makan bercecer dan tidak pada tempatnya
 BAB/BAK tidak pada tempatnya
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
Tujuan
Umum
 Klien mampu mengenali defisit perawatan diri dan dapat mengatasinya
Khusus
 Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
 Klien mampu melakukan berhias/berdandan
 Klien mampu melakukan makan & minum dengan baik
 Klien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya
 Jelaskan pentingnya kebersihan diri
 Jelaskan cara menjaga kebersihan diri
 Membantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
 Menganjurkan klien Memasukkan kedalam jadwal harian
 Melatih cara perawatan kebersihan diri (menjaga kebersihan, jelaskan alat-
alat kebersihan diri, cara dan latih)
 Melatih berdandan atau berhias (latihan untuk laki-laki, berpakaian,
mengisir rambut, menyisir rambut, mencukur dan latihan unutk wanita : ,
berpakaian, mengisir rambut, menyisir rambut, berhias)
 Melatih makan dan minum secara mandiri (jelaskan kebutuhan makan dan
minum perhari, cara mempersiapkan makan dan minum, cara makan yang
tertib, cara merapikan, dan praktek makan)
 Melatih BAB/BAK secara mandiri

Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Fase Orientasi
a. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum, selamat pagi ibu. Perkenalkan saya Perawat X, saya
perawat yang bertugas menjaga ibu hari ini.”
“Ibu kalau boleh tau namanya siapa? lalu senang dipanggil apa bu?”
“Baik, ibu senang dipanggil Ibu R ya bu”
b. Evaluasi
" Bagaimana perasaan ibu R saat ini?”
“Oh...ibu merasa tidak nyaman karena gerah dan gatal-gatal ya bu..?”
“Lalu apalagi yang ibu rasakan?”
“Oh ibu juga merasa gatal ya ibu. Apakah ibu sudah mandi?
“Oh jadi ibu belum mandi ya bu. Selain itu apakah ada lagi yang ibu rasakan?”
“”Oh ibu merasa lapar ya bu? Kenapa ibu merasa lapar? Memangnya tadi pagi
ibu belum sarapan?”
“Oh..Jadi ibu sudah sarapan, namun makannya berceceran sehingga
makanannya yang masuk hanya sedikit”
c. Validasi
“Apa yang telah ibu R lakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang ibu rasakan
saat ini?”
“Bagaimana jika kita sekarang berbincang-bincang tentang ketidaknyamanan dan
perawatan diri ibu R?. Tujuannya agar ibu R dapat merawat diri dengan benar
sehingga ibu akan merasa nyaman, bagaimana bu? Apa ibu mau?”
“Ibu inginberbincang-bincang selama berapa menit bu?. Bagaimana kalau 30 menit
bu?”
“Baik, 30 menit ya bu... Sebaiknya kita berbincang-bincang dimana bu?”
“Baik jika berbincang-bincang selama 30 menit diruangan ibu R ya?

2. Fase kerja.
a. Identifikasi Masalah Perawatan Diri Kebutuhan Diri/Hygiene

"Baik ibu, tadi ibu bilang belum mandi ya, sudah berapa lama ibu tidak
mandi?"

"oh jadi ibu belum mandi selama 3 hari ya bu. Apa yang ibu rasakan saat ini
setelah tidak mandi selama 3 hari?"

"Baik, jadi ibu merasa tidak nyaman dan gatal ya bu karena belum mandi
selama 3 hari. Kalo boleh saya tau kenapa ibu tidak mandi?"

"Jadi ibu tidak tau dan bingung harus bagaimana ya bu"

"Nah menurut ibu apa yang bisa terjadi kalo kita tidak merawat kebersihan diri
kita cohtohnya seperti tidak mandi?"

"Iya benar sekali ibu. kita akan merasa tidak nyaman, kotor, bau, dan bisa
gatal-gatal juga ya bu"

"Nah berarti kita harus merawat dan menjaga kebersihan diri kita ya bu.
Apakah ibu tahu bagaimana cara menjaga kebersihan tubuh kita?"

"Baik ibu tidak tahu ya. Jadi kita bisa merawat kebersihan diri kita dengan
mandi secara teratur, potong kuku, BAB pada tempatnya dan
membersihkannya setelah BAB, dan lain sebagainya"
"Nah sekarang bagaimana jika kita belajar bagaimana cara merawat
kebersihan diri dengan benar, mulai dari mandi, potong kuku, dan menjaga
kebersihan setelah BAB dan BAK".

"Baik ibu kita mulai belajar dari bagaimana cara mandi yang baik dan benar
ya bu"

"Menurut ibu apa yang perlu kita siapkan sebelum mandi?"

"iya bagus ibu benar sekali, sebelum mandi kita harus menyiapkan handuk
terlebih dahulu, nah selain itu kita juga harus menyiapkan alat mandinya ya
bu"

"Nah setelah itu, menurut ibu apa yang harus kita lakukan?"

"Iya benar ibu, kita buka pakaian terlebih dahulu ya"

"Lalu setelah itu apa lagi yang harus kita lakuakan?"

"Iya benar sekali ibu, kita mulai mandi ya bu. Nah ketika mandi apa saja yang
kita lakukan?"

"Wah bagus sekali ibu, ketika mandi kita harus memakai sabun dan
menggosok gigi ya bu"

"Baik ibu, nah setelah selesai mandi kita lanjut memakai handuk dan
mengganti pakaian ya bu"

b. Identifikasi Masalah Perawatan Diri Berhias/Berdandan

“Baik ibu, setelah mandi apalagi yang harus ibu lakukan?”

“Baik bagus sekali ibu, jadi setelah mandi kita harus menyisir rambut, dan
merias wajah agar terlihat lebih cantik, setelah itu apalagi bu?”

“Nah, benar ibu, selanjutnya kita juga harus merapikan kembali peralatan yang
sudah digunakan dan menjemur handuk yang basah ya bu”

“Coba saya periksa terlebuh dahulu ya bu peralatan mandi ibu”

“wahhh, sudah rapi ya bu”


“Baik ibu, setelah ini ibu harus memotong kuku ibu juga ya bu”

“Alhamdulilah, sekarang sudah bersih dan cantik ya bu”

c. Identifikasi Masalah Perawatan Diri BAB/BAK

"Tadi ibu M juga mengeluh gatal-gatal pada daerah kewanitaan ibu dan
bokong ibu ya?"

"Tadi ibu menyatakan dikarenakan sehabis BAB/BAK ibu R tidak mencuci


dengan benar bagian bokong dan kemaluan ibu ya?"

"Biasanya ibu R BAB/BAK dimana ibu?"

"Maaf ibu, sebaiknya jika ingin BAB/BAK harus melakukannya ditoilet bu"

"Lalu setelah BAB/BAK apa yang harus ibu lakukan?"

"Oh ibu langsung meninggalkan WC tanpa membersihkannya terlebih dahulu


ya bu?"

" mengapa ibu tidak memelbersihkan dahulu sebelum pergi?"

"Oh jadi ibu merasa jijik ya bu sehingga ivu langsung meninggalkannya tidak
membersihkannya terlebih dahulu"

"Lalu apakah ibu tau cara membersihkan diri setelah BAB/BAK?"

"Oh ibu bersihkan namun hanya seadanya ya bu"

"Nah itulah yang meyebabkan kemaluan serta bokong ibu terasagatal yaitu
pola kebersihan diri ibu yag masih bepum benar, bagaimana jika saya ajarkan
cara membersihkannya dengan baik dan benar"

"Jadi ibu sebelum BAB sebaiknya ibu siapkan air terlebih dahulu serta gayung,
sabun ketika sudah siap maka ibu langsung masuk kamr mandi dengan
melangkah kaki kiri terlebih dahulu dan membaca doa sebelum masuk wc.
Kemudia tutup pintu setelah itu buka celana ibu sematkan di gantungan baju
atau tempat yang sekiranya kering lalu ibu bisa jongkok atau duduk jika wc
nya duduk. Setelah itu ibu mengedan sambil BAB nah setelah keluar
kotorannya, ibu bisa langsung siram menggunakan air yang sudah disediakan
tadi agar ibu tidak merasa jijik melihatnya. Lalu ibu bisa lanjut membersihkan
area bokong ibu menggunakan sabun dan air diulang selama beberapa kali ya
bu agar bersih. Setelah selesai ibu bisa kembali memakai celana ibu dan ibu
bisa menyiram kembali kotoran nya apabila masih tercium bau atau masih ada
sisa kotorannya yang belum tersiram. Setelah itu ibu bisa keluar kamar mandi
dan mencuci tangan terlebih dahulu agar kotorannya tidak menempel ditangan
ibu. Dan ingat ibu kalau keluar kamar mandi kaki kanan terlebih dahulu serta
jangan lupa baca doa keluar kamar mandi."

BAK : " saat membersihkan kemaluan tidak menggunakan sabun dan saat
membersihkan daerah anus bisa menggunakan sabun arus airnya dari depan ke
belakang."

"Bagaimana ibu R apakah sudah paham?"

"alhamdulillah ibu sudah paham ya bu"

d. Identifikasi masalah perawatan diri : Makan dan minum


"Tadi ibu juga mengatakan bahwa ibu masih lapar karena ibu belum sempat

sarapan ya bu. Karena makannya berceceran ibu menjadi masih merasa lapar

ya bu..?"

"Nah ibu R biasanya makan menggunakan alat apa saja bu?"

"Oh..Ibu menggunakan piring dan gelas saja ya bu?"

"Mengapa ibu tidak menggunakan sendok bu?"

"Oh, ibu R tidak mengetahui cara menggunakan sendok yang benar"

"Nah..kalau begitu bagaimana kalau saya mengajarkan ibu R cara makan

yang baik dan benar? Apa ibu mau?

"Jadi sebelum makan kita harus menyiapkan terlebih dahulu peralatan makan

yang akan digunakan, kemudian ibu R cuci tangan dan duduk kembali di

kursi dan membaca do'a sebelum makan, setelah itu makan menggunakan
sendok dengan tangan, seperti ini bu memegang sendoknya (mencontohkan

cara memegang sendok yang benar)"

"Nah benar seperti itu ibu, bagus sekali ibu"

"Setelah itu makan dengan perlahan dan jangan terlalu terburu-buru bu"

" Setelah habis, ibu akhiri dengan membaca hamdalah, kemudian bereskan

semua alat makan di cuci piring serta gelasnya ya bu, dan jangan lupa

mencuci tangan ya bu"

3. Terminasi.
"Bagaimana perasaan ibu setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya
kebersihan diri, manfaat dan alat serta cara melakuakan kebersihan diri?"
" Sekarang coba ibu ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi?"
"Apa saja alat untuk menjaga kebersihan diri, bagaimana cara menjaga
kebersihan diri?"
"Bagus sekali ibu sudah menjawabnya dengan benar. "
"Bagaimana perasaan ibu setelah mandi?"
"Coba lihat dicermin, lebih bersih dan segar ya."
"Baiklah ibu. Kalau mandi yang paling baik sehari berappa kali bu?"
"Ya bagus mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu."
"Nanti ibu kemasukan ke jadwal ya bu. Jika ibu melakukanya secara mandiri
maka ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh
keluarga atau teman maka ibu buat B, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu
tulis T. apakah ibu mengerti?"
"Coba ibu ulangi? Naah bagus ibu."
"Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
berdandan. apakah ibu bersedia?"
"Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?"
"Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang?"
"Bagaimana kalau di ruang tamu?"
"Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok ibu. saya
permisi wassalamualaikum WR,WB."
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta, Gosyan Publishing

Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis keperawatan jiwa
berat. Jakarta : Salemba Medika.

Keliat A B. 2011. Model Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2019. Standar Luaran keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
Keempat. Jakarta: Salemba Medika

Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai