Pemicu 3 - LTM - Nabila Najma - 1806150124
Pemicu 3 - LTM - Nabila Najma - 1806150124
Pemicu 3 - LTM - Nabila Najma - 1806150124
Kelompok :7
A. Outline
1. Jenis Modifikasi
a. Mutasi
b. Insersi
c. Delesi
d. Substitusi
2. Pemilihan Mutasi yang Tepat
3. Teknik Mutagenesis
a. Site-Directed Mutagenesis
b. Directed Mutagenesis
c. Random Mutagenesis
d. Insertional Mutagenesis
4. Protein Apoptin
B. Isi
1. Jenis Modifikasi
a. Mutasi
Mutasi merupakan perubahan materi genetic (genom) sel dari organisme hidup
atau virus yang lebih atau kurang permanen dan dapat diturunkan ke sel atau
virus (Griffiths, 2020). Organisme memiliki genom yang seluruhnya terdiri dari
DNA, sedangkan virus memiliki genom yang terdiri dari DNA dan RNA.
Mutasi pada DNA sel tubuh organisme multiseluler (mutase somatik) dapat
diturunkan ke sel turunan melalui replikasi DNA dan karenanya menghasilkan
sector atau tambalan sel yang memiliki fungsi abnormal, misalnya adalah
kanker (Griffiths, 2020). Mutasi dapat tercipta karena kecelakaan selama proses
transaksi kimiawi normal DNA, seringnya ditemukan selama replikasi, atau dari
paparan radiasi elektromagnetik berenergi tinggi (sinar ultraviolet atau sinar-X)
atau radiasi partikel atau bahan kimia yang sangat reaktif.
Mutasi yang mengubah urutan DNA dapat berdampak pada perubahan urutan
asam amino yang dapat menyebabkan protein kekurangan atau kehilangan
fungsinya. Perubahan pada urutan DNA pada area pengaturan gen dapat
memengaruhi waktu dan ketersediaan dari protein dan akan berdampak pada
malfungsi seluler. Pada sisi lain, banyak mutasi yang terjadi secara diam, tidak
menunjukkan efek yang jelas pada tingkat fungsional. Mutasi jenis ini tidak
menyebabkan perubahan asam amino yang signifikan.
b. Insersi
Insersi merupakan salah satu tipe mutasi yang melibatkan penambahan material
genetik. (Muenke of National Human Genome Research Institute). Mutasi
penyisipan dapat berupa penyisipan kecil yang melibatkan satu pasangan basa
DNA tambahan, atau berupa penyisipan besar melibatkan satu potongan
kromosom.
Gambar 2. Insersi (Sumber: genome.gov)
c. Delesi
Delesi merupakan salah satu jenis mutasi yang melibatkan kehilangan materi
genetik. Dapat kehilangan yang kecil melibatkan satu pasangan basa DNA yang
hilang, atau kehilangan yang besar melibatkan satu potongan kromosom.
Berdasarkan ukurannya, delesi dapat menyebabkan efek yang berbeda, serta
dapat memengaruhi perilaku, dan tampilan fisik.
Untuk melakukan hal ini dengan benar, diperlukan pengetahuan yang dalam dan
rinci tentang fungsi urutan target. Jika urutan mengkodekan protein, maka beberapa
gagasan tentang struktur protein dan residu yang penting untuk fungsi protein
biasanya diperlukan. Idealnya, struktur tiga dimensi molekul perlu diketahui.
Penting juga untuk mengetahui bahwa perubahan kecil dalam urutan asam amino
dapat menyebabkan efek yang besar pada struktur tiga dimensi secara keseluruhan,
bahkan terdapat kemungkinan menghilangkan aktivitas, meskipun mungkin tidak
ada perubahan dalam urutan primer di situs aktifnya. Sebagai contoh, mutase kecil
dapat mengganggu lipatan dan menyebabkan perubahan structural berskala besar.
d. Insertional Mutagenesis
Insertional mutagenesis merupakan alat genetik yang penting untuk penemuan
gen menggunakan T-DNA, retrotransposon, penyisipan aktivator/disosiasi
(Ac/Ds), dan transposon (Ram, 2019). Transposon dikenal juga sebagai jumping
genes, merupakan urutan DNA seluler kecil yang dapat berpindah ke posisi
yang berbeda di dalam genom. Insertional mutagenesis telah banyak digunakan
untuk membuat perpustakaan mutan yang memungkinkan identifikasi yang
mudah dari sebuah gen yang diberi tag dengan menggunakan teknik berbasis
PCR, salah satunya adalah thermal asymmetric interlaced PCR (TAIL-PCR)
atau Inverse PCR (Ram, 2019).
1. Retroviral Insertional Mutagenesis
Retroviral insertional mutagenesis pertama kali diidentifikasi pada viral
oncogenesis, di mana integrasi provirus pada sel inang genome
menyebabkan transformasi sel dan kemudian menyebabkan perkembangan
tumor. Metode ini disebabkan oleh replikasi jenis virus tertentu. Retrovirus
mampu mengatur ekspresi gen seluler dalam jarak jauh, dan oleh karena itu
perubahan ekspresi gen terdekat ke lokasi integrasi mungkin bukan yang
terpenting dalam transformasi seluler (Knight, 2013).
Metode asli yang digunakan untuk mendeteksi signature tag adalah dengan
dot blot tetapai seiring berjalannya waktu, terdapat banyak metode yang
digunakan seperti PCR dan polyumorphic tag-length transposon
mutagenesis.
4. Protein Apoptin
Apoptin merupakan sebuah protein yang dapat menginduksi apoptosis kecil, dan
diturunkan dari chicken anemia virus (CAV) yang termasuk ke dalam genus
Gyrovirus dan family Circoviridae yang mengandung satu untai DNA sirkuler
minus (Los et al., 2009).
Apoptin terdiri atas 121 asam amino dan tidak menunjukkan homologi urutan yang
signifikan dengan protein seluler yang diketahui. Ujung terminal C dari apoptin
mengandung bipartite nuclear localization sequence (NLS). NLS1 menjangkau
asam amino 82-88, dan NLS2 pada asam amino 111-121. Tambahannya, apoptin
mengandung sebuah putative nuclear export sequence (NES) pada asam amino 97-
105. Apoptin juga memiliki peregangan pendek kaya leusin hidrofobik pada asam
amino 33-46 yang diperlukan untuk asosiasi diri serta pengikatan protein leukemia
promielositik dan interaksi lainnya.
Apoptin biasanya dimediasi oleh caspase, yaitu protease sistein intraseluler.
Caspase berfungsi sebagai inisiator dan eksekutor dalam proses apoptosis. Aktivasi
caspase dilakukan dengan dua rute pensinyalan yang utama: reseptor kematian
ekstrinsik dan jalur mitokondria intrinsik. Dalam jalur ekstrinsik, ligasi reseptor
kematian oleh ligan yang serumpun memicu perekrutan adaptor FADD dan inisiator
caspase-8 ke dalam kompleks pensinyalan yang menyebabkan kematian (Los et al.,
2009).
C. Daftar Pustaka
Cummins, Joanne & Gahan, Cormac G. M.. 2012. Signature tagged mutagenesis in the
functional genetic analysis of gastrointestinal pathogens. Gut Microbes, 3(2):
93-103. doi: 10.4161/gmic.19578.
Edelheit, Oded., Hanukoglu, Aaron., Hanukoglu, Israel. 2009. Simple and efficient site-
directed mutagenesis using two single-primer reactions in parallel to generate
mutants for protein structure-function studies. BMC Biotechnol 9, 61.
https://doi.org/10.1186/1472-6750-9-61.
Griffiths, Anthony J. F.. 2020. Mutation. Britannica.com. [Online] Available at:
https://www.britannica.com/science/mutation-genetics. Accessed at November
15, 2020.
Hemsley, Anne, et al.. 1989. A simple method for site-directed mutagenesis using the
polymerase chain reaction. Nucleic Acids Research: Vol. 12 No. 16.
Howe, Christopher. 2007. Gene Cloning and Manipulation Second Edition. USA:
Cambridge University Press, New York.
Knight, Sean., Collins, Mary., & Takeuchi, Yasuhiro. 2013. Insertional Mutagenesis
by Retroviral Vectors: Current Concepts and Methods of Analysis. Current
Gene Therapy, 13: 211-227.
Labrou, N. 2010. Random Mutagenesis Methods for In Vitro Directed Enzyme
Evolution. Current Protein & Peptide Science, 11(1) 91-100. doi:
10.2174/138920310790274617.
Los, Marek., et al.. 2009. Apoptin, A Tumor-Selective Killer. Biochimia et BioPhysica
Acta 1793 (2009) 1335-1342.
Oswald, Nick. 2007. 8 Approces to Random Mutagenesis. New England Biolabs.
[Online] Available at: https://bitesizebio.com/252/8-approaches-to-random-
mutagenesis/. Accessed at 15 November, 2020.
Ram, Hasthi, et al.. 2019. Insertional Mutagenesis Approaches and Their Use in Rice
for Functional Genomics. Plants (Basel), 8(9): 310. doi:
10.3390/plants8090310.
Wells, James A., Vasser, Mark., Powers, David B. 1985. Cassette mutagenesis: an
efficient method for generation of multiple mutations at defined sites. Elsevier.
Gene, 34: 315-323.