Anda di halaman 1dari 7

Step 7

1. Hubungan antara Otak dan Batang Otak dengan Medula Spinalis.

Kita sering kali berpikir bahwa medula spinalis hanyalah suatu saluran untuk
menyalurkan sinyal yang berasal dari bagian perifer tubuh ke otak, atau pada arah yang
berlawanan dari otak kembali ke tubuh. Hal ini jauh dari keadaan yang sebenarnya. Bahkan
setelah medula spinalis dipotong setinggi daerah leher atas, banyak fungsi medula spinalis
masih ada. Contohnya sirkuit neuronal dalam medula spinalis dapat menyebabkan gerakan
berjalan, refleks yang menarik bagian tubuh dari suatu objek, refleks yang menegangkan kaki
guna menunjang tubuh terhadap gravitasi, dan refleks yang dipakai untuk mengatur
pembuluh-pembuluh darah lokal, gerakan gastrointestinal atau ekskresi urine. Sebenarnya,
cara kerja bagian atas sistem saraf sering tidak secara langsung mengirimkan sinyal ke bagian
perifer tubuh melainkan dengan mengirim sinyal ke pusat-pusat pengatur dalam medula
spinalis, dan “memerintahkan” pusat-pusat medula spinalis untuk berfungsi.

(Guyton, 2014 : 585).

5. Macam-Macam dan PerananReseptor dalam Fungsi Sistem Saraf Tepi


Seseorang menerima sensasi dari luar dan dari dalam tubuhnya melalui ujung-ujung
saraf sensorik khusus atau reseptor-reseptor
a. Reseptor Sensorik
Reseptor-reseptor sensorik dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe fungsional
dasar yaitu:
1. Mekanoreseptor.
Peranan : Memberikan respon terhadap perubahan mekanik.
2. Termoreseptor.
Peranan : Memberikan respon terhadap perubahan suhu; beberapa reseptor
memberikan respons terhadap dingin dan sebagian terhadap panas.
3. Nosiseptor.
Peranan : Memberikan respon terhadap stimulus yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan.
4. Reseptor elektromagnetik.
Peranan : Sel batang dan kerucut pada mata, peka terhadap perubahan
intensitas dan panjang gelombang cahaya.
5. Kemoreseptor.
Peranan : Memberikan respon terhadap perubahan kimiawi yang berhubungan
dengan rasa kecap dan penghindu serta konsentrasi dengan oksigen dan
karbondioksida di dalam darah.

(Snell, 2015 : 87-88).

Jenis Reseptor Berdasarkan Stimulus Adekuat

Bergantung pada jenis energi yang biasanya direspons mereka, reseptor-reseptor


dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Fotoreseptor peka terhadap gelombang cahaya tampak.


2. Mekanoreseptor peka terhadap energi mekanis. Contohnya adalah reseptor otot
rangka yang peka terhadap peregangan, reseptor di telinga yang mengandung
rambut halus yang melengkung akibat gelombang suara dan baroreseptor yang
memantau tekanan darah.
3. Termoreseptor peka terhadap panas dan dingin.
4. Osmoreseptor mendeteksi perubahan konsentrasi zat terlarut dalam cairan
ekstrasel (CES) dan perubahan aktivitas osmotik yang terjadi.
5. Kemoreseptor peka terhadap bahan kimia tertentu. Kemoreseptor mencangkup
reseptor untuk penghinduan dan pengecapan, serta reseptor yang terletak jauh
dalam tubuh yang mendeteksi konsentrasi oksigen dan carbon dioksida dalam
darah atau kandungan kimiawi saluran cerna.
6. Nosiseptor atau reseptor nyeri, peka terhadap kerusakan jaringan misalnya luka
terpotong atau luka bakar. Stimulasi intens terhadap setiap reseptor juga
dirasakan sebagai nyeri.
Beberapa sensasi merupakan sensasi gabungan yaitu bahwa persepsi yang
terbentuk berasal dari integrasi di pusat pada beberapa masukan sensorik primer
yang diaktifkan secara bersamaan. Sebagai contoh, persepsi basah berasal dari
masukan reseptor sentuh, tekan, dan suhu; tidak ada yang namanya “reseptor
basah”.

(Sherwood, 2014 : 200).


b. Reseptor Anatomis
Untuk mempermudah, ujung-ujung sensorik dapat diklasifikasikan berdasarkan
struktur dasarnya, yaitu Reseptor Berkapsul dan Tidak Berkapsul.
1. Reseptor Tidak Berkapsul
a) Ujung-Ujung Saraf Bebas
Ujung-ujung saraf bebas tersebar luas di seluruh tubuh. Ujung saraf tersebut
ditemukan diantara sel-sel epitel kulit, kornea, saluran cerna, dan pada
jaringan ikat, termasuk dermis, fasia, ligamen, capsula artikularis tendon,
periosteum, perichondrium, sistem Havers pada tulang, membran timpani dan
pulpa dentis, serta ditemukan juga di dalam otot.
Serabut aferen dari ujung-ujung saraf bebas dapat bermielin dan tidak
bermielin. Ujung-ujung terminal tidak mempunyai selubung mielin dan tidak
ada sel Schwann yang melapisi ujungnya.
Sebagian besar ujung-ujung terminal saraf ini mendeteksi rasa nyeri,
sedangkan sisanya mendeteksi rasa raba kasar, tekanan dan sensasi geli, dan
mungkin rasa dingin serta panas.
b) Discus Merkel
Diskus Merkel ditemukan pada kulit yang tidak berambut, misalnya pada
ujung jari dan pada folikel rambut. Serabut saraf berjalan menuju epidermis
dan berakhir sebagai pelebaran bentuk diskus yang terletak di dekat sel-sel
epitelial berwarna gelap di bagian dalam epidermis, disebut sel Merkel. Pada
kulit berambut, kelompok diskus Merkel disebut kubah taktil, dan ditemukan
di epidermis diantara folikel-folikel rambut.
Diskus Merkel merupakan reseptor raba yang beradaptasi lambat dan
menghantarkan informasi mengenai derajat tekanan yang terjadi pada kulitnya,
misalnya ketika seseorang memegang pena.
c) Reseptor Folikel Rambut
Serabut saraf melingkari sekeliling folikel di dalam selubung jaringan ikat luar
di bawah kelenjar palit (glandula sebacea). Beberapa cabang mengelilingi
folikel, sedangkan cabang lainnya berjalan paralel terhadap sumbu
panjangnya. Banyak filamen-filamen akson yang terbuka berakhir diantara sel-
sel selubung radiks bagian luar.
Pekukan rambut akan merangsang reseptor folikel yang termasuk dalam
kelompok reseptor kimia beradaptasi cepat. Reseptor tidak aktif ketika rambut
ditekuk, namun akan terjadi inisiasi impuls saraf jika rambut dilepaskan
kembali.

(Snell, 2015 : 88).

2. Reseptor Berkapsul
Ukuran dan bentuk reseptor-reseptor ini sangat bervariasi dan ujung saraf
terminalnya diliputi kapsul.
a) Corpusculum Meissner
Corpusculum Meissner terletak pada papilla dermis kulit, khususnya di kulit
telapak tangan dan kaki. Corpusculum Meissner juga banyak ditemukan pada
kulit papilla mammae dan genitalis eksterna. Masing-masing corpusculum
berbentuk bulat telur dan terdiri dari tumpukan sel-sel Schwann gepeng yang
mengalami modifikasi dan tersusun melintang di sepanjang sumbu panjang
corpusculum. Corpusculum diliputi oleh kapsula jaringan ikat yang bersumbu
dengan endoneurium saraf yang masuk ke dalamnya. Beberapa serabut saraf
bermielin masuk ke ujung bagian dalam corpusculum. Cabang-cabang
bermielin dan tidak bermielin mengecil dan bercabang-cabang di antara sel-sel
Schwann. Jumlah Corpusculum Meissner berkurang dari lahir sampai usia
lanjut.
Corpusculum Meissner sangat peka terhadap rasa raba dan merupakan
mekanoreseptor yang beradaptasi cepat. Reseptor ini memungkinkan
seseorang membedakan dua struktur berujung tajam yang diletakkan
berdekatan pada kulit (diskriminasi taktil dua titik).
b) Corpusculum Pacini
Corpusculum Pacini tersebar luas di seluruh tubuh dan banyak ditemukan di
dermis, jaringan subkutan, ligamen, capsula articularis, pleura, peritoneum,
papilla mammae, dan genitalia eksterna. Masing-masing corpusculum
berbentuk bulat telur, mempunyai panjang kira-kira 2 mm dan lebar sekitar
100-500 µm; terdiri dari sebuah kapsul dan sebuah inti yang berisi ujung
saraf. Kapsul terdiri dari lamela-lamela sel gepeng yang tersusun konsentris.
Serabut saraf bermielin yang besar masuk ke dalam corpusculum dan
kehilangan selubung mielinnya, kemudian dilapisi oleh sel Schwann. Akson
yang terbuka dilapisi oleh lamela yang terbentuk dari sel-sel gepeng yang
berjalan ke arah tengah pusat dan berakhir sebagai ujung yang membesar.
Corpusculum Pacini merupakan mekanoreseptor yang cepat beradaptasi dan
terutama sensitif terhadap getaran. Corpusculum ini dapat memberikan
renspons hingga 600 stimulus per detik.
c) Corpusculum Ruffini
Corpusculum Ruffini terletak didalam dermis kulit yang berambut. Masing-
masing corpusculum terdiri dari beberapa ujung saraf besar tidak bermielin
yang terletak di dalam berkas serabut kolagen dan dilapisi oleh kapsul seluler.
Mekanoreseptor yang beradaptasi lambar ini merupakan reseptor renggang
yang bereaksi bila kulit di regangkan.

(Snell, 2015 : 91).

Tabel Reseptor Anatomis

Klasifikasi dan Perbandingan Berbagai Tipe Reseptor

Tipe Reseptor Lokasi Stimulus Modalitas Kemampuan Serabut


Sensorik Adaptasi Saraf
Reseptor Tidak Berkapsul
Ujung saraf Epidermis, Mekanoreseptor Nyeri Cepat A delta,
bebas kornea, usus, (cepat), C
dermis, nyeri
ligamen, (lambat),
capsula raba
articularis, (kasar),
tulang, pulpa tekan,
dentis, dll. panas dan
dingin

Discus Merkel Kulit tidak Mekanoreseptor Raba Lambat A beta


berambut
Reseptor Folikel Kulit Mekanoreseptor Raba Cepat A beta
Rambut berambut
Reseptor Berkapsul
Corpusculum Papilla Mekanoreseptor Raba Cepat A beta
Meissner dermis kulit
telapak
tangan dan
telapak kaki
Corpusculum Dermis, Mekanoreseptor Getar Cepat A beta
Pacini Ligamentum,
capsula
articularis,
peritoneum,
genitalis
eksterna, dll
Corpusculum Dermis dari Mekanoreseptor Tarikan Lambat A beta
Ruffini kulit yang
berambut
Spindel Otot skelet Mekanoreseptor Tarikan- Cepat A alfa
Neuromuskular panjang A beta
(Neuromuscular otot
spindels)
Spindel Tendon Mekanoreseptor Kompersi- Cepat A alfa
Neurotendinous ketegangan
(Neurotendinou otot
s spindels)
(Snell, 2015 : 89).

Daftar Pustaka
Hall, Guyon. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 12. Jakarta : EGC.

Paulsen, F dan Wascke, J. 2015. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Ed. 23. Jakarta : EGC.

Sherwood, Lauralee. 2016. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Ed. 8. Jakarta : EGC.

Sloane, Ethel. 2015. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Ed. 1. Jakarta : EGC.

Snell, Richard S. 2015. AnatomiKlinis Berdasarkan Sistem. Ed. 5. Jakarta : EGC.

Snell, Richard S. 2015. NeuroanatomiKlinik (Clinical Neuroanatomy). Ed. 7. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai