Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Pluralitas Masyarakat Diindonesia”.
Makalah ini berisikan tentang informasi Pluralitas Masyarakat Diindonesia. Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang integrasi sosial.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Pangkalan, 04 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I       PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang ................................................................................... 1
B.   Tujuan ............................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

BAB II      PEMBAHASAN


A.   Pengertian Pluralitas ......................................................................... 3
B. Struktur Pluralitas............................................................................... 3
C. Pluralitas Budaya Diindonesia ........................................................... 4
D. Pluralitas Budaya Lokal ..................................................................... 5
E. Budaya Lokal Sebagai Akar Kebudayaan Nasional .......................... 7
F. Dampak Pluralitas Budaya Bagi Bangsa Indonesia ........................... 8
G. Pluralisme Sebagai Alat Pemersatu Bangsa ....................................... 8

BAB III    PENUTUP


A.   Kesimpulan  ....................................................................................... 10
B.   Saran  ................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA  ........................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu bangsa yang paling plural didunia dengan lebih dari
500 etnik dan menggunakan lebih dari 250 bahasa. Karenanya, sebagaimana bangsa
multietnik lainnya, persoalan-persoalan mengenai pengintegrasian berbagai etnik kedalam
kerangka persatuan nasional selalu menjadi tema penting. Ironisnya, setelah sekian puluh
tahunkemerdekaan, pertikaian antar etnik tetap saja terjadi. Sementara pembauran antar etnik
intens berlangsung terutama di daerah-daerah urban, konflik antar etnik terus terjadi. Di satu
sisi di galakkan upaya untuk meningkatkan nasionalisme guna mengurangi etnosentrisme, di
sisi lain tumbuh subur pemujaan etnik.
Memiliki ratusan etnik dengan budaya berlainan, yang bahkan beberapa di antaranya
sangat kontras, potensi kearah konflik sangatlah besar. Ketika Koentjaraningrat
mendefinisikan nilai budaya sebagai suatu rangkaian konsep yang hidup dalam alam pikiran
sebagian besar warga masyarakat mengenai apa yang di anggap penting dan remeh dalam
hidup, sehingga berfungsi sebagai pedoman dan pendorong perilaku, yang tidak lain
mengenai sikap dan cara berfikir tertentu pada warga masyarakat, sekaligus ia menyatakan
inilah masalah terbesar dalam persatuan antar etnik (Koentjaraningrat, 1971). Nilai budaya
inilah yang berperan dalam mengendalikan kehidupan kelompok etnik tertentu, memberi ciri
khas pada kebudayaan etnik, dan dijadikan patokan dalam menentukan sikap dan perilaku
setiap anggota kelompok etnik. Nilai budaya-nilai budaya yang berbeda pada tiap etnik akan
menimbulkan sikap dan cara berfikir yang berbeda pula. Demikian juga dalam perilaku yang
di ambil meskipun dalam masalah yang sama. Perbedaan ini potensial menimbulkan konflik
terutama pada masalah-masalah yang datang dengan adanya interaksi antar etnik. Apakah
perbedaan akan selalu menimbulkan konflik? Maka dari itu disini kami ingin membahasnya
untuk menjawab pertanyaan tersebut.

B. Tujuan
Tujuan membuat makalah ini adalah dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan
dosen pengajar Sistem Sosial Budaya Dasar kepada kami. Selain itu untuk memperdalam
pengetahuan dan wawasan tentang kebudayaan terkhususnya pada aspek pluralisme yang
memusatkan kepada kemajmukan budaya yang ada di Indonesia. Kita juga lebih mengerti
tentang budaya, pluralism dan pluralitas, hubungan pluralism dengan multikulturalisme,
1
kebudayaan local, dampak pluralism, dan sebab dikatakannya pluralism sebagai alat
pemersatu bangsa. Disini kami kupas secara singkat namun berimbang dan mudah
dimengerti.

C.  Rumusan Masalah
Makalah ini membahas tentang :
a. Apakah yang disebut Pluralitas ?
b. Apa-apa Saja Struktur Pluralitas
c. Apakah yang disebut pluralisme budaya dan pluralitas budaya, di Indonesia?
d. Apakah hubungan pluralisme dengan multikulturalisme?
e. Apakah dan bagaimanakah yang dimaksud sebagai pluralitas budaya local?
f. Mengapa budaya local disebut sebagai akar kebudayaan nasional ?
g. Apakah dampak pluralitas budaya di Indonesia ?
h. Mengapa pluralisme budaya dikatakan sebagai alat pemersatu bangsa ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pluralitas
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius. Beberapa agama dan
kepercayaan dapat ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Indonesia  juga memiliki
banyak suku bangsa. Itulah sebabnya Indonesia kaya dengan budaya atau adat isitiadat.
Kondisi geografis dan sosial Indonesia juga memengaruhi berbagai kegiatan ekonomi
masyarakat. Karena itu dapat ditemukan berbagai pekerjaan masyarakat Indonesia di
berbagai tempat. Kekayaan dan keanekaragaman masyarakat Indonesia baik suku, agama,
ras,  pekerjaan dan lain-lain menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia itu bersifat plural.
Kata “plural” berasal dari Bahasa Inggris yang artinya “jamak”, sedangkan “pluralitas”
berarti “kemajemukan”.
Pluralitas masyarakat Indonesia memiliki arti yang sama dengan kemajemukan
masyarakat Indonesia. Selain istilah pluralitas, istilah lain yang berhubungan dengan
keragaman, yakni multikultural. multikultural berasal dari kata multi yang berarti banyak
(lebih dari dua) dan culture yang berarti kebudayaan. Masyarakat multikultural adalalah
masyarakat yang memiliki banyak (lebih dari dua) kebudayaan. Masyarakat multikultural
tersusun atas berbagai budaya yang menjadi sumber nilai bagi terpeliharanya kestabilan
kehidupan masyarakat pendukungnya. Keragaman budaya tersebut berfungsi untuk
mempertahankan identitas dan integrasi sosial masyarakatnya.

B. Struktur Pluralitas
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yaitu secara horizontal dan
vertikal. Secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial
berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, adat serta perbedaan-
perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktur Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-
perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat dan kedaerahan
sering kali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk. Menurut
Furnival, suatu masyarakat majemuk (Plural Society) yakni suatu masyarakat yang terdiri
atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain
di dalam suatu kesatuan politik. Sebagai masyarakat majemuk masyarakat Indonesia
disebut sebagai suatu tipe masyarakat daerah tropis dimana mereka yang berkuasa dan
mereka yang dikuasai memiliki perbedaan ras.
3
Di dalam kehidupan politik, tanda paling jelas dari masyarakat indonesia yang bersifat
majemuk itu adalah tidak adanya kehendak bersama (Common Will).
Menurut Van den Berghe ada beberapa karakteristik sebagai sifat-sifat dasar dari suatu
masyarakat majemuk yakni:

1. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok yang sering kali memiliki sub
kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
non komplementer.
3. Secara relative seing kali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu
dengan yang lain.
4. Secara relative integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan di
dalam bidang ekonomi.

Suatu masyarakat majemuk tidak dapat disamakan dengan masyarakat yang memiliki
unit-unit kekeraatan. Akan tetapi sekaligus juga tidak dapat disamakan dengan masyarakat
yang memiliki diferensiasi yang tinggi. Suatu masyarakat yang terbagi-bagi kedalam
berbagai kelompok berdasarkan garis keturunan, akan tetapi memiliki struktur kelembagaan
yang berrsifat homogeneus.

Di dalam arti yang demikian itulah, maka masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
yang bersifat majemuk. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pluralitas masyarakat
Indonesia yang demikian terjadi: Keadaan geografis yang membagi wilayah Indonesia kurang
lebih 12.637 pulau yang tersebar di suatu daerah ekuator sepanjang kurang lebih 3000 mil
dari timur ke barat dan lebih 1000 mil dari utara ke selatan, merupakan faktor yang sangat
besar pengaruhnya terhadap terciptanya suku bangsa Indonesia.

C. Pluralitas Budaya Di Indonesia


Indonesia kaya akan berbagai macam suku bangsa dan kebudayaan daerah. Adanya
kekayaan budaya tersebut sering kali tidak diimbagi dengan sikap toleransi dan empati oleh
tiap-tiap suku bangsa. Hal ini menyebabkan munculnya kesalahpahaman yang berujung pada
terjadinya konflik. Apabila konflik ini tidak segera dipadamkan, akan dapat membahayakan
persatuan dan kesatuan bangsa kita. Oleh karena itu, keutuhan bangsa Indonesia harus tetap
terjaga. Kita harus lebih awal mengetahui dampak positif ataupun negatif dari keberagaman
budaya Indonesia. Keberagaran itu sendiri sering disebut dengan pluralitas budaya. Mengacu
pada pendapat E.B.Tylor, kebudayaan merupakan sesuatu yang meliputi pengetahuan,

4
kepercayaan, seni, kesusilaan, hukun, adat istiadat, kesanggupan, serta kebiasaan lainnya
yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Maka, dengan adanya pluralitas
budaya dalam suatu Negara diperlukan nilai dan norma budaya untuk mengatur unsur-unsur
yang tercakup dalam kebudayaan tersebut.
Biasanya ada pula yang menamainya sebagai Pluralisme, sebenarnya sama saja
tetapi kalau pluralisme adalah ilmu atau ideology tetang pluralitas tersebut.
Sejumlah ahli antropologi mengatakan mengenai pentingnya keanekaragaman
kebudayaan sacara vertikal dalam masyarakat. Mereka menekankan mengenai pentingnya
keanekaragaman kebudayaan yang dinamakn pluralism budaya. Menurut konsep ini,
peraturan atau perundangan yang dibuat pemerintah harus menghargai perbedaan budaya
yang ada dan merupakn produk sejarah masa lalu serta menjamin adanya kesamaan derajat di
masyarakat. Adanya pluralisme budaya kemudian mendasari munculnya multikulturalisme.
Menurut Bennet, mutikulturalisme merupakan ideologi yang mengagungkan
persamaan derajat baik perbedaan individual maupun kebudayaan. Multikulturalisme
memiliki tujuan untuk memperjuangkan kesamaan hak golongan minoritas secara hukum dan
social. Multikulturalis mendorong masyarakat untuk melonggarkan batas suku bangsa yang
dipagari oleh kebudayaan masing-masing. Melalui pendidikan di sekolah, kita diajarkan
memahami kebudayaan lain yang berbeda-beda. Adanya pemahaman ini, membuat prasangka
dan stereotip dapatndihingkan dan pemahaman kesamaan derajat dapat terwujud.
Pluralitas budaya sering disamakan dengan istilah multikulturalisme. Dua istilah
tersebut memang memiliki makna yang mirip. Akan tetapi, multikulturalisme merupakan
paham atau ideologi yang menganjurkan masyarakat untuk menerima dan menganggap
keanekaragaman budaya adalah hal yang wajar dalam suatu wilayah. Ada pula istilah
pluralism kebudayaan yang pemahamannya berbeda dengan pluralitas kebudayaan. Menurut
koentjaraningrat, pluralisme kebudayaan adalah dua macam tradisi kebudayaan atau lebih
yang menbagi masyarakat ke dalam golongan social yang berbeda-beda.
Gejala ini dijadikan konsep untuk memahami dan menganalisis proses-proses social
yang terjadi dalam masyarakat berkebudayaan majemuk yang berbeda dengan masyarakat
berkebudayaan tunggal.

D. Pluralitas Budaya Lokal


Kebudayaan lokal adalah kebudayaan yang dimiliki masyarakat-masyarakat lokal di
dalam Negara Indonesia. Masyarakat lokal atau sering disebut masyarakat setempat adalah
masyarakat yang mendiami suatu wilayah dengan batas-batas geografis, seperti gunung, laut,
5
sungai, lembah, hutan, bukit, selat, persawahan, atau batas-batas buatan manusia, seperti
tugu, pal, dan gapura. Kebudayaan lokal sering disebut sebagai kebudayaan daerah. Setiap
daerah memiliki kebudayaan masing-masing, mulai dari Aceh, Jawa, hingga Papua.
Keberadaan budaya tersebutlah yang membuat Indonesia memiliki ciri khas dan keunikan
tersendiri dibandingkan Negara lain. Keberagaman budaya tersebut kemudian tercakup dalam
semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dilihat dengan adanya kenyataan bahwa
bangsa Indonesia terdiri dari bermacam suku bagsa dan etnik dengan kebudayaannya masing-
masing. Kebudayaan yang berbeda satu sama lain tersebut hidup di bawah naungan Negara
Indonesia. Menurut Parsudi Suparlan, secara garis besar ada tiga macam kebudayaan dalam
masyarakat Indonesia yang majemuk, yaitu sebagai berikut :
1. Kebudayaan nasional Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
2. Kebudayaan suku bangsa, terwujud pada kebudayaan suku bangsa dan menjadi unsur
pendukung bagi lestarinya kebudayaan suku bangsa tersebut.
3. Kebudayaan umum lokal yang berfungsi dalam pergaulan umum (ekonomi, politik,
social, dan emusional) yang berlaku dalam lokal-lokal di daerah.

Kebudayaan di Indonesia sangat beraneka ragam. Misalnya, kebudayaan di daerah Jawa,


Bali, Sumatra, dan sebagainya.
Berikut ini uraian mengenai contoh-contoh kebudayaan.
Contoh kebudayaan di Indonesia adalah masyarakat yang menempati pulau Jawa, yaitu
kebudayaan local masyarakat Jawa, kebudayaan local masyarakat Sunda, kebudayaan local
masyarakat Badui, atau kebudayaan local masyarakat Tengger.
Contoh lainnya, masyarakat yang mendiami Pulau Bali yang memiliki kebudayaan local
masyarakat bali. Masyarakat yang mendiami Pulau Sumatra memiliki kebudayaan local
masyarakat Minangkabau, kebudayaan local masyarakat Batak, kebudayaan local masyarakat
Aceh, kebudayaan local masyarakat Kubu/Anak Dalam, atau kebudayaan local masyarakat
komering. Masyarakat yang mendiami Pulau Kalimantan memiliki kebudayaan local, seperti
kebudayaan local masyarakat Dayak, kebudayaan local masyarakat Kutai, atau kebudayaan
local masyarakat Banjar. Masyarakat yang mendiami Pulau Irian juga memiliki kebudayaan
local, seperti kebudayaan local masyarakat Kamoro, kebudayaan local masyarakat
Amungme, kebudayaan local masyarakat Asmat, kebudayaan local masyarakat Dani, dan
sebagainya. Masyarakat yang mendiami Pulau Sulawesi pun memiliki kebudayaan local,

6
seperti kebudayaan local masyarakat Bugis, kebudayaan local masyarakat Makassar,
kebudayaan local masyarakat Toraja, atau kebudayaan local masyarakat Minahasa.
Masyarakat Bugis dan Makassar dikenal sebagai orang-orang yang gagah berani
dalam mengarungi lautan. Dalam kehidupan sehari-har, masyarakat Bugis dan Makassar
memiliki pedoman hidu dalam budayanya. Pedoman ini disebut budaya siri. Budaya siri
merupakan konsep atau sistem nilai yang mencakup aspek rasa malu, harga diri, kehormatan,
dan keberanian. Harga diri seseorang berhubungan dengan keberanian dalam melakukan
suatu perbuatan atau pekerjaan. Siri juga berhubungan dengan kepandaian atau penguasaan
seseorang terhadap ilmu pengetahuan. Jika dilihat dari aspek positif, system nilai siri dapat
memotivasi seseorang untuk berani melakukan pekerjaan yang memiliki risiko yang tinggi,
seperti berlayar di lautan. Melalui budaya siri, seseorang akan termotivasi untuk berprestasi
dengan menguasai ilmu pengetahuan tentang laut, selain itu, orang tersebut akan termotivasi
untuk menguasai teknologi pembuatan perahu. Oleh karena itu, budaya siri mendasari
seseorang untuk berani karena budaya tersebut berkaitan dengan harga diri dan kehormatan.
Pelanggaran dalam budaya siri oleh seseorang dapat mengakibatkan orang lain melakukan
balas dendam, bahkan membunuh orang yang melanggar itu.

E. BUDAYA LOKAL SEBAGAI AKAR KEBUDAYAAN NASIONAL


Puncak-puncak keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang ada diIndonesia
memperhatikan adanya prinsip-prinsip kesamaan dan saling kesesuaian satu sama lain.
Prinsip- prinsip tersebut menjadi landasan terciptanya kebudayaan nasional Indonesia tanpa
menghilangkan perbedaan sepenuhnya. Perbedaan budaya Indonesia disebabkan adanya
pebedaan dalam sejarah perkembangan budaya masing-masing suku bangsa.perbedaan
tersebut juga hasil adaptasi terhadap lingkungan yang berbeda-beda.
Kebudayaan suku bangsa bias dianggap sebagai sumber kebudayaan nasional
Indonesia. Bahasa-bahasa suku bangsa harus dikembangkan karena tidak hanya
untukmembntu tumbuhnya bahasa Indonesia saja, tetapi juga sebagai sarana ekspresi bagi
unsure-unsur kebudayaan yang menjadiisi dari kebudayaan nasional.
Salah satu syarat sebuah kebudayaan menjadi kebudayaannasional, yaitu harus
memiliki sifat khas dan istimewa tanpa ada persamaan dalam kebudayaan lainnya di dunia.
Hal itu menjadi penting karena kebudayaan nasional harus mampu mempertinggi identitas
bangsa dengan memberikan sifat keistemewaan khusus padanya. Tidak semua unsur
kebudayaan memiliki sifat yang khas, salah satu kebudayaan yang paling cocok adalah

7
bahasa dan kesenian, serta mungkin secara terbatas dalam teknologi, organisasi social, dan
beberapa upacara keagamaan yang khas.
F. DAMPAK PLURALITAS BUDAYA BAGI BANGSA INDONESIA
Pluralitas budaya di Indonesia dapat memberikan dampak positif dan negative yaitu;
1. Dampak Negatif
Dampak negative dari pluralitas budaya di Indonesia , antara lain adanya sistem nilai
dan orientasi relegi yang berbeda dapat memberikan konflik social antaretnis.
Konflik social ini bukanlah bias berkembang menjadi konflik berdarah dalam skala
yang luas dan dpat memakan korban jiwa ataupun memakan korban harta benda.
Misalnya, konflik di Kalimantan barat, Kalimantan tengah, Ambon, Maluku, atau
Poso.
Selain itu juga karena sentimen kesukubangsaan seperti konflik yang ditujukan
kepada orang Cina, sepertipada peristiwa kerusuhan 1998. Konflik terjadi karena
perebutan sumber ekonomi yang sengaja diciptakan dngan melibatkan sentiment
kesukubangsaan. Kehormatan yang dianggap sudah dirusak dapat membuat
seseorang melakukan apasaja untuk membalas rasa sakit hatinya.
2. Dampak Positif
Bahas lokal dapat memberikan tambahan istilah bagi bangsa Indonesia, kearifan
budaya local dapat memperkaya strategi pembangunan sesuai lokasinya, atau
teknologi tradisiaonal dapat menjadialternatif bagi pengembangan dan
pemasyarakatan.
Dengan adanya pluralitas budaya, maka kita memahami perasaan kebersamaan.
Adanya perbedaan tidak harus membuat masyarakat berpisah, justru itu menjadi hal
yang dapat dijadikan dasar untuk bersatu .
Paham multikulturalisme merupakan antisifikasi terhadap bebbagai konflik social
dengan latar belakang perbedaan budaya. Multikulturalisme lebih cenderung sebagai
paham atau ideology yang menganjurkan masyarakat untuk menerima Dn
menganggap perbedaan budaya adalah hal yang wajar didalam suatu wilayah.
Multikulturalisme mengajarkan hidup ditengah-tengah perbedaan.
G. PLURALISME SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA
Disinilah Pancasila berfungsi sebagai pemersatu bagi pluralisme dan multikulturalisme.
Artinya kita masing-masing saling berbeda-beda namun satu dalam kebersamaan cita-cita
dan paham bernegara sebagai sesama wargangara. Oleh karena itu Pancasila adalah asas

8
bersama yang tunggal bagi seluruh warganegara yang bhineka, yang menjadikannya
identitas bangsa ini.
Adalah ada benarnya bila kita menegakan Pancasila di samping merupakan nilai budaya,
identitas bangsa, filsafat negara, dan ideologi nasional, Pancasila merupakan platform
nasional yang dengan penuh toleransi diterima semua agama sebagai konsensus nasional.
Pancasila adalah paham pemersatu sekaligus kebijakan nasional untuk mempertahankan
persatuan nasional.
Untuk itulah, hal yang perlu dilakukan, pertama kita harus bisa mempertebal rasa
kebangsaan kita sebagai Bangsa Indonesia. Caranya dengan mengungkap kebesaran,
kejayaan, kedigdayaan masa lampau serta sekaligus mengungkap kembali betapa kita
mampu merebut kembali kemerdekaan dari penjajah. Itulah kebanggaan nasional yang
membuat kita mampu berjalan tegak, tidak tunduk dan membungkuk.

Kedua, pendidikan nasional kita harus bertumpu pada upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa, dengan demikian cinta tanah air menjadi dasar dan subtansi proses nation and
character building.
Ketiga, kita harus mampu proaktif mendisain wujud globalisasi. Berarti kita harus
menjadi bangsa yang digdaya, mampu membedakan antara modernisasi dengan
westernisasi, mampu menolak segala dominasi mancanegara yang mengakibatkan kita
tersubordinasi. Untuk itulak kita harus memiliki metastrategi yang jelas dan tegas.

Keempat, doktrin kebangsaan dan doktrin kerakyaaatan harus memberi warna pada setiap
kebijakan nasional dan produk perundang-undangan. Kita harus menjadi tuan di negeri
sendiri dan tahta hanyalah untuk rakyat.
Kelima, para pemimpin di badan-badan negara harus mampu menjadi panutan bagi
masyarakat. Keenam, pemerintah harus mampu mengatasi ketimpangan antara daerah
terutama kemiskinan dan penangguran. Ketujuh, otonomi daerah tidak boleh berubah
makna menjadi eksklusivutisme atau isolasionalisme kedaerahan. Dan kedelapan, media
massa harus ikut beranggungjawab mencerdaskan kehidupan bangsa.

9
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pluralitas berarti majmuk,beraneka ragam, atau bermacam-macam.
Pluralitas budaya berarti beraneka ragam budaya ataunbermacam-macambudaya yang berada
di wilayah tertentu, misalnya di Indonesia. Aneka ragam budaya yang terwujud dalam
perilaku dapat dilihat melalui bahasa local, adat, nama orang, atau relegi. Pluralism budaya
dapat menjadi ancaman bagi kerukunan masyarakat yang dapat menimbulkan konfliksosial.
Akan tetapi, pluralism budaya juga memberikan aspek-aspek positif untuk membangun
masyarakat dan mempersatu bangsa. Untuk menanamkan rasa toleransi terhadap perbedaan,
dikembangkan paham multikuturalisme. Melalui multikulturalisme, masyarakat diajak
untukmelihat dan menyikapiberbagai perbedaan, seperti agama, tradisi, adat istiadat, atau
bahasa, sebagai sesuatu hal yang biasa saja. Masyarakat diajak untuk bisa menerima
perbedaan itu dengan penuh empati demipersatuan masyarakat. Sebagai bangsa yang
memiliki kemajemukan budaya, kita harus menghilangkan sikap yang merendahkan
kebudayaan orang lain.

B.     SARAN
Bangsa Indonesia saat ini sedang membutuhkan eksestensi Pancasila. Hal itu muncul ketika
disintegrasi bangsa begitu kuatnya menghantam Indonesia. Dan hanya dengan
mengembangkan ideologi Pancasila-lah persatuan dan kesatuan bangsa ini kembali
direkatkan. Untuk itulah perlunya dilakukan kembali sosialisasi Pancasila. Pancasila harus
kembali menjadi dasar kebijakan dari pemimpin. Karena hanya Pancasila-lah satu-satunya
konsep unggul pemersatu bangsa. Untuk itulah, dalam arus perubahan yang berjalan sangat
cepat ini, nilai-nilai luhur Pancasila harus terus menerus direvitalisasi, agar selalu sesuai
dengan tuntutan zaman, agar dapat menjadi pemandu perilaku dan aktivitas semua elemen
bangsa.
Kita harus memahami Pancasila dalam perspektif ini. Penerapannya untuk kini dan masa
depan, dan jangan terjebak pada perdebatan kajian masa lalu, dan jangan terjebak pada
retorika.

10
DAFTAR PUSTAKA

Brata Nugroho Trisu.2007.Antropologi untuk SMA dan MA kelas XI.Jakarta:ErlanggaSistem


Koentjaraningrat.1989.Pengantar Ilmu antropologi.Jakarta:Aksara Baru
Nasikum. 2011. Sosial Indonesia.Jakarta:Rajawali Pers
Website :
http://psikologi-online.com/pluralitas-etnik-di-indonesia
http://www.surabayapagi.com/index.php?
3b1ca0a43b79bdfd9f9305b812982962b7afa14e6dc98abacf59868c27dc717d

11

Anda mungkin juga menyukai