Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2

PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

Nama Anggota : Risna Hardiana (11200960000006)


Airen Zharafah Pratiwi (11200960000008)
M. Rian Firmansyah (11200960000030)
Kelas : KIMIA-A2
Kelompok : 3 (Tiga)
Tanggal : Selasa, 23 Maret 2021
Dosen : Agus Rimus Liandi, M.Si
Nurul Amilia, M.Si

Program Studi Kimia


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan pada praktikum kali ini yaitu penurunan titik beku larutan
sebanding dengan konsentrasi larutan.

1.2. Tujuan Percobaan


1. Menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut
2. Menentukan titik beku zat non volatile
BAB II TINJAUAN PISTAKA

Sifat koligatif larutan ialah sifat-sifat fisik larutan yang tidak bergantung pada jenis
zat terlarutnya. Akan tetapi ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutannya dan juga
tidak bergantung pada jenis partikrlnya (Sukardjo, 1985)

Dalam sifat koligatif larutan diketahui istilah pelarut dan zat terlarut. Jika zat tersebut
mempunyai konstituen dengan jumlah yang besar disebut pelarut, sedangkan konstituen
yang jumlahnya relative kecil disebut zat terlarut. Contoh sifat koligatif larutan adalah
penurunan titik beku. Apabila zat terlarut bersifat tidak mudah menguap/non volaltil
(tidak memiliki tekanan uap yang bisa diukur), maka tekanan uap dari larutan akan selalu
lebih kecil dibandingkan pelarut murninya. Sehingga hubungan antara tekanan uap
larutan dan tekanan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat pada larutannya.
Hubungan tersebut dimasukkan dalam hukum Raoult, yaitu seorang kimiawan Perancis
Francis Raoult. Dimana ia menyatakan bahwa tekanan parsial pelarut dari larutan P ialah
tekanan uap pelarut murni, dan Po dikalikan dengan fraksi mol pelarut dalam larutan.
Sedangkan titik beku larutan ialah suhu pada larutan setimbang dengan pelarut padatnya.
Larutan memiliki titik beku lebih rendah dari titik beku pelarutnya. Biasanya alat yang
digunakan untuk menentukan nilainya disebut Beckman (Soekardjo, 2002)

Penurunan tutik beku merupakan selisih antara titik beku pelarut dan titi beku
larutan, yang mana titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut. Titik beku
pelarut murni seperti yang diketahui ialah 0 oC. Contohnya pada penambahan gula yang
berperan sebagai zat terlarut ditambahakan ke dalam air, maka titik beku larutannya tidak
akan sama dengan 0 oC, melainkan akan lebih rendah di bawah 0 oC. Itulah yang menjadi
penyebab penurunan titik beku, dimana masuknya suatu zat terlarut menjadi tidak murni
mengakibatkan titik bekunya berubah (Taufik, 2012)

Suatu zat terlarut yang nonvolatile akan menurunkan titik beku zat pelarutnya. Halitu
terjadi karena zat terlarut bersifat sulit menguap, maka pada suhu 0 oC belum terjadi
pembekuan dan tekanan permukaannya lebih kecil dari 1 atm, sehingga larutan harus
dibekukan pada tekanan 1 atm dengan cara menurunkan suhu larutan. Penurunan titik
beku larutan dari titik beku pelarutnya ini disebut penurunan titik beku (Dogra, 1894)

Jika suatu zat dilarutkan dalam suatu pelarut, maka sifat larutan tersebut akan
berbeda dari sifat pelarut murni. Contohnya pada larutan urea yang berbeda
sifat dengan air murni biasa. Sifat-sifat larutan yang ada, seperti rasa, warna, pH, dan
kekentalan tergantung pada jenis dan konsentrasi zat yang terlarut. Pengaruh jenis zat
yang terlarut kecil sekali sejauh zat yang terlarut itu tergolong nonelektrolit dan tidak
mudah menguap. Sedangkan sifat tersebut disebut sifat koligatif sebab sifat-sifat tersebut
memiliki partikel zat terlarut yang ada (Chang, 2005:12)

Tiap-tiap larutan mempunyai titik beku yang berbeda. Titik beku suatu larutan akan
berubah apabila tekanan uapnya juga berubah. Hal tersebut disebabkan karena masuknya
suatu zat terlarut yang bisa mempengaruhi perubahan titik bekunya. Sehingga, apabila
suatu zat terlarut ditambahkan kedalam larutan maka titik beku larunnya juga akan
berubah. Besarnya selisih antara titik beku zat pelarut dengan titik beku larutan disebut
penurunan titik beku (Parning, 2007)
BAB III METOE PERCOBAAN

3.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum penentuan titik beku larutan adalah beaker
glass 100 mL 2 buah, erlenmeyer 250 mL 2 buah, pengaduk, pipet tetes 2 buah, gelas
ukur 50 mL 1 buah, stopwatch 1 buah, dan alat penentuan penurunan titik beku 1
buah, seperti (Gambar 1.) dibawah ini :

Gambar 1. Konstruksi alat penentuan penurunan titik beku

3.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum penentuan titik beku larutan adalah air,
es, garam, asam cuka, dan naftalena.

3.3. Prosedur Percobaan


a) Persiapan
Akuades

 Diisi tabung gelas G dengan campuran air, es dan garam secukupnya.


 Diisi tabung D dengan air secukupnya.
 Diambil pelarut sebanyak 20 mL dan dimasukan ke dalam tabung gelas B
(pelarut yang dipakai asam cuka glasial)
Hasil

b) Penentuan tetapan penurunan titik beku molal

CH3COOH
 Dimasukkan 20 mL bahan ke dalam tabung B sambil didinginkan.
 Dicatat suhu pada termometer A tiap-tiap menit. Jika suhu sudah kelihatan
tetap maka amati pelarut, sudah membeku atau belum.
 Diulangi percobaan tahap A dan B sekali lagi dan tentukan titik beku
pelarut murni Tof.
 Dibiarkan Pelarut mencair kembali, kemudian dimasukan naftalen
sebanyak 1 gram (Bm=128) sebagai zat pelarut.
Hasil
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
a) Penentuan titik beku asam cuka (Tf0)
Volume asam cuka = 10 mL
Berat jenis asam cuka = 1,049 g/mL
Berat asam cuka (W) = 10,49 gram

Tabel 1. Hasil Percobaan Penentuan Titik Beku Asam Cuka (Tfo)


Suhu 0,4 0,4 -0,6 -0,6 -1,6 -1,6 -1,6
o
( C)
Waktu 2 5 7 10 15 20 30
(menit)
Titik beku asam cuka Tfo = -1,6 0C

b) Pelarutan Titik Beku Naftalena


Berat Naftalena = 3 gram

Tabel 2. Hasil Percobaan Pelarutan Titik Beku Naftalena


Suhu 0,4 0,4 -1,6 -1,6 -3,6 -4,6 -4,6
o
( C)
Waktu 2 5 7 10 15 20 30
(menit)
o
Titik beku larutan Naftalena (W1) = -4,6 C
Penurunan titik beku pada larutan Naftelena :
∆Tf = 3 oC

4.2. Pembahasan
Titik beku adalah suhu di mana tekanan uap zat cair sama dengan tekanan uap zat
padat. Titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut murni. Ini karena pelarut
harus dibekukan terlebih dahulu baru kemudian zat terlarutnya. Oleh karena itu, waktu
pembekuan larutan akan lebih lama dari waktu pembekuan pelarut. Setiap larutan
memiliki titik beku yang berbeda. Jika tekanan uap berubah, biasanya karena zat terlarut
masuk maka titik beku zat cair berubah, dengan kata lain jika zat cair tidak murni maka
titik bekunya akan berubah (nilai titik beku akan berkurang).
Dari percobaan didapat bahwa titik beku pelarut murni adalah 0 °C, tetapi misalnya,
dengan adanya zat terlarut, kita menambahkan garam ke dalam air, sehingga titik beku
larutan tersebut tidak lagi sama dengan 0 °C, tetapi akan turun di bawah 0 °C, inilah yang
disebut "titik beku lebih rendah".
Langkah selanjutnya adalah sebanyak 10 mL larutan asam cuka diletakkan diwadah
yang sudah di masukkan garam dan es batu. Dan dimasukkan tesmostat untuk diukur titik
bekunya. Dari data hasil pengamatan suhu yang dihasilkan pada menit yang telah
ditentukan mengalami konstan pada menit 15, 20, dan 30. Titik beku pelarut murni yang
dihasilkan asam cuka sesuai teori sebesar 16,6 oC akan tetapi titik beku pelarut murni
menurut hasil yang kita dapatkan yaitu sebesar -1,6 oC. Hal tersebut dapat terjadi karena
terdapat kesalahan dalam praktikan.Kemudian suhu dibiarkan naik 0,2oC dan setelah itu
dimasukkan 3 gram naftalena kedalam asam cuka dan diaduk menggunakan pengaduk.
Dan data yang dihasilkan pada pengamatan suhu pada menit yang telah konstan pada
menit 20 dan 30. Titik beku pelarut murni yang dihasilkan naftalena yaitu -4,6oC. Ini
terjadi karena terlalu banyak es yang dimasukkan, sehingga larutan membeku dengan
cepat. Karena semakin dingin solusinya maka semakin rendah titik beku yang dihasilkan.
Penentuan Titik Beku larutan yang mempunyai tujuan untuk menghitung tetapan
penurunan titik beku molal pelarut. Hal pertama yang dilakukan adalah menyusun
rangkaian alat yang berupa gelas beaker dengan ukuran terbesar dibagian terluar, gelas
beaker tersebut ditambah dengan air, es dan garam. Garam disini berfungsi untuk
membuat es yang terdapat dalam beaker tidak cepat mencair. Didalam beaker tersebut
ditambahkan beaker yang ukurannya lebih kecil. Beaker tersebut diisi dengan air
secukupnya. Didalam gelas beaker yang diisi air dimasukkan satu lagi gelas beaker
dengan CH3COOH didalamnya. CH3COOH disini berfungsi sebagai pelarut. CH3COOH
yang telah dimasukkan didalam gelas beaker kemudian diukur titik bekunya dengan
menggunakan elektroda suhu yang disambungkan dengan komputer untuk mengukur titik
bekunya setiap saat. Titik beku CH3COOH ini adalah titik beku pelarut murni (T0F). Titik
beku pada monitor diamati, jika sudah mulaikonstan dilihat keadaan dari asam asetat
apakah sudah membeku atau belum. Ketika suhu kosntan dan larutan membeku maka
dicatat titik bekunya. Titik beku pelarut murni yang dihasilkan asam cuka sesuai teori
sebesar 16,6 oC akan tetapi titik beku pelarut murni menurut hasil yang kita dapatkan
yaitu sebesar -1,6 oC. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat kesalahan dalam
praktikan.
Titik beku adalah temperature pada P tertentu yang mana terjadinya peristiwa
perubahan wujud zat cair ke padat. Sedangkan penurunan titik beku adalah selisih antara
titik beku pelarut dengan titik beku larutannya. Penurunan titik beku tidak bergantung
pada jenis zat terlarut, melainkan hanya bergantung pada konsentrasi partikel dalam
larutan.
Langkah selanjutnya yaitu ketika pelarut asam cuka glacial dibiarkan memcair
kembali, kemudian dimasukkan pelarut naftalen yang perannya sebagai zat pelarut
penolong. Metode percobaannya sama seperti sebelumnya hanya saja pelarutnya
menggunakan naftalen. Dimana naftalen merupakan zat non volatile yang fungsinya
untuk menurunkan energi bebas dari pelarut sehingga kemampuan pelarut unutuk
merubah fase uapnya menjadi turun. Maka dari itu, tekanan uap pelarut dalam larutan
akan lebih rendah jika dibandingkan dengan penurunan titik beku. Oleh karena itu,
apabila tekanan uapnya turun maka perubahan titik bekunya juga ikut turun,begitupun
kebalikannya. Terlihat dari data hasil percobaan bahwa titik beku mengalami penurunan
setelah ditambahkannya naftalen. Pada tabel, titik beku yang suhu awalnya 0,4 oC pada
menit kedua, suhunya menurun menjadi -4,6 oC pada menit ke-30. Kemudian dari hasil
tersebut didapat nilai Kf sebesar 1,342 oC .
Sebab menurunnya titik beku itu dikarenakan masuknya zat terlarut sehingga larutan
menjadi tidak murni sehingga mengakibatkan titik bekunya menurun. Disini naftelan
yang merupakan zat terlarut non volatile bias menurunkan titik beku pelarut. Maka
semakin besar konsentrasi zat pelarut yang ditambahkan kedalam suatu larutan akan
semakin besar juga penurunan titik bekunya.
BAB V KESIMPULAN

1. Semakin banyak waktu yang diberikan maka semakin rendah titik beku yang dihasilkan.
Titik beku menurun disebabkan oleh penambahan zat terlarut. Semakin besar konsentrasi
zat terlarut, semakin besar pula penurunan titik bekunya.
2. Dari percobaan yang telah dilakukan pada praktikum kali didapatkan titik beku zat non
volatil nya adalah -4,6 °C
DAFTAR PUSTAKA

Anshory, Irfan. 1994. Kimia, Jakarta: Erlangga


Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Dogra, S Dogra. 1894. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI Press
Fishersci, fscimage. 1999. “MSDS” https://fscimage.fishersci.com/msds/00199.htm
(Diakses pada Kamis, 25 Maret 2021 pukul 19:15 WIB)
Ibrahim, Fathia Mohammed. 2015. Determination of Molecular Weight of Synthetic
Sugars by Measuring the Freezing Point Depression (Colligative Properties. 6(9):1229-
1231
Parning, Horale, Tiopan. 2007. Kimia 2. Jakarta: Yudhistira
Soekardjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga
Soekardjo. 2002. Kimia Fisik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
LAMPIRAN

1.1. Perhitungan
a) Pelarutan Titik Beku Larutan Asam Cuka (T0f)
Diketahui :
- Titik beku larutan asam cuka = -1,6 oC
- Titik beku pelarut murni larutan asam cuka = 16,6 oC
Penyelesaian :
∆Tf = Tfo - Tf
∆Tf = -1,6 - 16,6
∆Tf = -18,2 oC

=
=
= 10,49 gram

b) Pelarutan Titik Beku Larutan Naftalena (BM=128)

Penurunan titik beku pada larutan Naftalena


∆Tf = Tfo - Tf
∆Tf = -1,6 – (-4,6)
∆Tf = 3 oC

konstanta penurunan titik beku molal pelarut

Kf = 1,342 oC

1.2. Jawaban Pertanyaan


Pertanyaan Pra Praktikum
1. Mengapa penentuan titik beku larutan dapat digunakan dalam menentukan berat
molekul suatu senyawa?
Jawaban : Sifat koligatif merupakan salah satu yang paling berguna dalam menentukan
berat molekul bahan suatu senyawa. Salah satu yang termasuk kedalam sifat koligatif
yaitu penurunan titik beku larutan. Karena bergantung pada banyaknya molekul atau ion
zat terlarut itu ada, dan bukan pada apa partikel (dengan syarat zat tidak mudah
menguap/volatile dan muncul dalam fasa cair) sehingga sifat koligatif ini dapat
memberikan informasi tentang jumlah partikel zat terlarut, berat molekul dan lainnya.
1.3. MSDS
 Aquades
- Sifat Fisika dan Kimia
Sifat Fisika dan Kimia
Kondisi Fisik: Cairan
Penampilan: tidak berwarna - Jernih - putih-air
Bau: tidak berbau
pH: Tidak tersedia.
Tekanan Uap: 17,5 mm Hg @ 20 derajat C.
Densitas Uap: Tidak tersedia.
Laju Penguapan: Tidak tersedia.
Viskositas: 1 cP @ 20C
Titik Didih: 100 derajat C
Titik Beku / Melting: Tidak tersedia.
Suhu Dekomposisi: Tidak tersedia.
Kelarutan: Tidak tersedia.
Gravity / Densitas Spesifik: 1.000
Formula Molekul: H2O
Berat Molekul:18.0134

- Bahaya
Diperkirakan tidak berbahaya.
Organ Sasaran: Tidak ada.

- Penanggulangannya
Mata: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena bahan ini kemungkinan tidak
berbahaya.
Kulit: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena bahan ini kemungkinan besar
tidak berbahaya.
Penelanan: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena bahan ini diharapkan tidak
berbahaya.
Penghirupan: Tidak diperlukan perawatan khusus karena bahan ini sepertinya
tidak berbahaya jika terhirup.
Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejalanya dan dengan dukungan.

 NaCl
- Sifat Fisika dan Kimia
Kondisi Fisik: Padat
Penampilan: putih
Bau: tidak berbau
pH: 5.0 - 8.0 (5% aq.sol. 20 ° C)
Tekanan Uap: 1 mm Hg @ 865 derajat C
Kepadatan Uap: Tidak tersedia.
Laju Penguapan: Tidak tersedia.
Viskositas: Tidak tersedia.
Titik didih: 1461 derajat C @ 760 mmHg
Titik beku / lebur: 801 derajat C
Suhu Dekomposisi: Tidak tersedia.
Kelarutan: 360 g / L (20 ° C)
Berat Jenis / Densitas Spesifik: 2.165
Formula Molekul: NaCl
Berat Molekul:58.44

- Bahaya
Dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan saluran pernapasan. Higroskopis
(menyerap kelembapan dari udara).
Organ Sasaran: Tidak ada yang diketahui.

- Penanggulangannya
Mata: Segera basuh mata dengan banyak air minimal selama 15 menit, sesekali
mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Jika iritasi berkembang, dapatkan
bantuan medis.
Kulit: Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil
melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis jika
iritasi berkembang atau berlanjut.
Tertelan: Jangan dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi atau
gejala.
Inhalasi: Hapus dari paparan dan segera pindah ke udara segar. Jika tidak
bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan
oksigen. Dapatkan bantuan medis jika batuk atau gejala lain muncul.
Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejalanya dan dengan dukungan.

 Asam Cuka
- Sifat Fisika dan Kimia
Keadaan Fisik: Cairan
Penampilan: bening, tidak berwarna
Bau: bau menyengat - bau cuka
pH: <.01
Tekanan Uap: 11,4 mm Hg @ 20 derajat C
Kepadatan Uap: 2,10 (Udara = 1)
Tingkat Penguapan: 0,97 (n-Butil asetat = 1)
Viskositas: 1,22 cP
Titik Didih: 117 - 118 derajat C
Titik Beku / Melting: 16,6 derajat C
Suhu Dekomposisi: Tidak tersedia.
Kelarutan: Larut.
Gravity / Densitas Spesifik: 1,05 (Air = 1)
Formula Molekul: CH₃COOH
Berat Molekul:60.04
- Bahaya
Menyebabkan luka bakar mata dan kulit yang parah. Menyebabkan luka bakar
parah pada saluran pencernaan dan pernapasan. Cairan dan uap yang mudah
terbakar.Mungkin berbahaya jika terserap melalui kulit. Asam asetat glasial
membeku di bawah 62°C (17°C) Korosif pada logam.
Organ Sasaran: Gigi, mata, kulit, selaput lendir.

- Penanggulangannya
Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15
menit. Dapatkan bantuan medis segera.
Kulit: Jika kena, segera basuh kulit dengan banyak air minimal selama 15 menit
sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan
medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
Tertelan: Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika
korban sadar sepenuhnya, berikan secangkir air. Jangan pernah memberikan apapun
melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
Inhalasi: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.
Catatan untuk Dokter: Orang dengan kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya
atau gangguan fungsi pernapasan atau paru mungkin berisiko lebih tinggi terhadap
efek bahan ini. Rawat sesuai gejalanya dan secara suportif.

 Naftalen
- Sifat Fisika dan Kimia
Keadaan Fisik: Padat
Penampilan: putih
Bau: seperti kapur barus
pH: Tidak tersedia.
Tekanan Uap: 0,05 mm Hg @ 20 derajat C
Kepadatan Uap: 4,4 (udara = 1)
Laju Penguapan: <1,0 (butil asetat = 1)
Viskositas: Tidak tersedia.
Titik didih: 218 derajat C
Titik beku / lebur: 79 - 82 derajat C
Suhu Dekomposisi: 540 derajat C
Kelarutan: Tidak larut.
Spesifik Gravity / Kepadatan: 0.9900g / cm3
Formula Molekul: C10H8
Berat Molekul: 128,17

- Bahaya
Padatan yang mudah terbakar. Berbahaya jika terhirup atau tertelan. Menyebabkan
iritasi pada mata, kulit, dan saluran pernapasan. Mungkin berbahaya jika terserap
melalui kulit. Dapat menyebabkan kelainan darah. Higroskopis (menyerap
kelembapan dari udara).
Organ Sasaran: Darah, sistem pernapasan, mata, kulit.
- Penanggulangannya
Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15
menit. Dapatkan bantuan medis.
Kulit: Jika terjadi kontak, basuh kulit dengan banyak air. Lepaskan pakaian dan
sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang dan
berlanjut. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
Tertelan: Jika tertelan, jangan dimuntahkan kecuali diarahkan oleh tenaga
medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak
sadar. Dapatkan bantuan medis.
Terhirup: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.
Catatan untuk Dokter: Orang dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehyrogenase
sangat sensitif terhadap efek naftalen.

1.4. Analisis Jurnal


Judul : Penentuan Berat Molekul Sintetis Gula dengan Mengukur Penurunan
Titik Beku (Sifat Koligatif)

 Risna Hardiana (11200960000006)


Pengukuran sifat koligatif untuk larutan encer zat terlarut yang tidak terionisasi
seperti urea atau glukosa dalam air atau pelarut lain dapat menentukan molar
relative massa, baik untuk molekul kecil dan untuk polimer. Sifat koligatif sebagian
besar dipelajari larutan encer, yang perilakunya sering diperkirakan sebagai solusi
ideal.

Penurunan titik beku adalah proses penambahan zat terlarut menjadi pelarut
menurunkan titik beku pelarut. Contohnya termasuk garam dalam air, alkohol
dalam air. Larutan yang dihasilkan atau campuran padat-padat memiliki nilai yang
lebih rendah titik beku dari pelarut murni atau padat. Peristiwa inilah yang
menyebabkan air laut, (campuran garam dan benda lain di dalam air) agar tetap cair
pada suhu di bawah 0 ° C (32 ° F), titik beku air murni.

Berat molekul gula ditentukan dengan mengukur titik beku suatu larutan dan
kemudian membandingkan titik beku larutan dengan yang murni pelarut. Berat
molekul zat memiliki nilai yang sama nilai numerik sebagai massa molar.

Berat molekul gula sintetis ditentukan dengan mengukur titik beku suatu
larutan dan kemudian membandingkan titik beku solusi itu dengan pelarut murni
(air). Berat molekul gula sintetis memiliki nilai numerik yang sama dengan massa
molar nya.

 Airen Zharafah Pratiwi (11200960000008)


Sifat koligatif adalah sifat larutan yang bergantung pada rasio jumlah partikel
zat terlarut dengan jumlah molekul pelarut dalam suatu larutan. Sifat koligatif tidak
bergantung pada sifat partikel zat terlarut. Sifat koligatif meliputi penurunan titik
beku, elevasi titik didih, dan tekanan osmotik. Pengukuran sifat koligatif untuk
larutan encer zat terlarut yang tidak terionisasi seperti urea atau glukosa dalam air
atau pelarut lain dapat menentukan massa molar relatif, baik untuk molekul kecil
maupun untuk polimer. Sifat koligatif sebagian besar dipelajari untuk larutan encer,
yang perilakunya sering diperkirakan sebagai larutan ideal.

Penurunan titik beku adalah proses di mana menambahkan zat terlarut ke


pelarut menurunkan titik beku pelarut. Contohnya termasuk garam dalam air,
alkohol dalam air. Penurunan titik beku menggambarkan fenomena dimana titik
beku suatu cairan (pelarut) tertekan ketika senyawa lain ditambahkan, artinya suatu
larutan memiliki titik beku yang lebih rendah daripada pelarut murni. Fenomena
inilah yang menyebabkan air laut, (campuran garam dan benda lain dalam air) tetap
cair pada suhu di bawah 0 ° C (32 ° F), titik beku air murni. Penurunan titik beku
tergantung pada jumlah partikel (ion atau molekul) yang terlarut dalam pelarut dan
bukan pada identitas partikel atau konsentrasinya.

Dalam penelitian ini berat molekul ditentukan dengan menggunakan penurunan


titik beku. Titik beku larutan gula sintetis, serta air murni diukur. Perbedaan antara
kedua temperatur ini memungkinkan untuk kalkulasi molalitas dan berat molekul
dari gula sintetis dan ternyata (205, 232, 272, 310, 323 dan 355). Berat molekul
teoritis gula sintetis adalah (210, 240, 270, 300 dan 330) (tabel).

Perubahan titik beku yang disebabkan oleh adanya zat terlarut dalam air dapat
dihitung dari persamaan:

ΔTf = (Kf) (m) (i)

Keterangan :
ΔTf = perubahan titik beku
Kf = molal konstanta penurunan titik beku (1,86 ° C / m untuk air)
m = molalitas larutan
i = jumlah partikel atau ion yang dihasilkan per unit rumus,
(misalkan : i = 1 untuk gula, i = 2 untuk NaCl dan i = 3 untuk BaCl2).

Molalitas =

Karena sifat koligatif bergantung pada jumlah partikel dalam larutan, satu
larutan molal elektrolit (NaCl), yang terdisosiasi dalam air, menurunkan titik beku
lebih dari satu larutan molal non-elektrolit (gula). Sifat koligatif telah menjadi salah
satu cara untuk menentukan berat molekul senyawa yang tidak diketahui. Karena
sifat koligatif bergantung pada jumlah molekul, sehingga percobaan sifat koligatif
memberikan jumlah berat molekul rata-rata.

 M. Rian Firmansyah (11200960000030)


Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik
yang merupakan asam karboksilat yang paling penting di perdagangan, industri,
dan laboratorium dan dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam
makanan. Asam cuka memiliki rumus kimia CH3-COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Bentuk murni dari asam asetat ialah asam asetat glacial. Asam asetat
glasial mempunyai ciri-ciri tidak berwarna, mudah terbakar (titik beku 17°C dan
titik didih 118°C) dengan bau menyengat, dapat bercampur dengan air dan banyak
pelarut organik. Dalam bentuk cair atau uap, asam asetat glasial sangat korosi
terhadap kulit dan jaringan lain suatu molekul asam asetat mengandung gugus –OH
dan dengan sendirinya dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air. Karena 9
adanya ikatan hidrogen ini, maka asam asetat yang mengandung atom karbon satu
sampai empat dan dapat bercampur dengan air.

Sifat koligatif termasuk depresi titik beku, peninggian titik didih dan tekanan
osmotik. Secara historis, sifat koligatif telah menjadi salah satu sarana untuk
menentukan berat molekul senyawa yang tidak diketahui, karena sifat koligatif
bergantung pada jumlah molekul. titik beku adalah proses penambahan zat terlarut
menjadi pelarut menurunkan titik beku pelarut. Contohnya termasuk garam dalam
air, alkohol dalam air.Larutan yang dihasilkan atau campuran padat-padat memiliki
nilai yang lebih rendah titik beku dari pelarut murni atau padat. IniFenomena inilah
yang menyebabkan air laut, (campuran garam dan benda lain di dalam air) agar
tetap cair pada suhu di bawah 0 °C (32 °F) titik beku air murni.

Berat molekul asam cuka ditentukan dengan mengukur titik beku suatu
larutan dan kemudian membandingkan titik beku solusi itu dengan pelarut murni
(air). Berat molekul asam cuka memiliki nilai numerik yang sama dengan massa
molar nya.

Anda mungkin juga menyukai