NPM : 190302020
PEMBAHASAN
Konsepsi komunikasi massa klasik hanya mencakup 5 media massa (The Big Five of
Mass Media), yaitu surat kabar, majalah, radio, Televisi, dan film.
Ada pergeseran konsepsi dari “One to Many Communication” menjadi “Many to Many
Communication”
Fungsi Sosial Media Massa menurut Lasswell & Wright yaitu :
Fungsi media massa bagi individu (Becker, 1985) yaitu pengawasan atau pencarian
informasi pengembangan diri, fasilitasi dalam hubungan social, membantu melegakan
emosi/afeksi, sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan bagian dari kehidupan
ritual rutin (ritualisasi)
Dalam ilmu komunikasi sebenarnya terdapat ratusan model komunikasi. Setiap model
memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan tidak ada model yang benar
atau salah. Setiap model hanya bisa diukur berdasarkan manfaatnya ketika dihadapkan
dengan dunia nyata, khususnya ketika diguanakan untuk menjaring data dalam penelitian.
Selain itu, model yang dirancang, unsur-unsur model, dan hubungan antara berbagai
unsur tersebut, bergantung pada persepektif yang digunakan si pembuat model. Bahkan
kita sendiri bisa saja membuat model komunikasi khas kita dengan berdasarkan pada
model-model komunikasi yang telah dikembangkan para pakar terdahulu, dengan
berdasarkan pada perspektif kita sendiri. Berikut adalah beberapa contoh model
komunikasi.
Model S – R
Model stimulus – respons (S – R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini
dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model
tersebut menggambarkan hubungan stimulus – respons.
Model S – R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan), isyarat-isyarat non
verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain
untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Proses ini dapat bersifat timbal-balik dan
mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi
(communication act) berikutnya.
Contoh yang berlangsung positif, ketika seseorang yang Anda kagumi atau menarik
perhatian Anda tersenyum kepada Anda ketika berpapasan dijalan, boleh jadi Anda akan
membalas senyumannya, karena Anda merasa senang.
Namun pola S – R ini dapat pula berlangsung negatif, misalnya orang pertama menatap
orang kedua dengan tajam, dan orang kedua balik menatap, dan membentak, “apa liat-
liat? nantang ya?”.
Model S –R mengabaikan komunikasi sebagai satiu proses, khususnya yang berkenaan
dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam model S – R ini bahwa perilaku
(respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap statis; manusia
dianggap berpilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), berdasarkan kehendak,
keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan pada sistem
pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku manusia.
Model Aristoteles
Adalah model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut model retoris
(rhetorical model) menurutnya komunikasi terjadi ketika seorang pembicara
menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka.
Tepatnya, mereka mengemukakan tiga unsur dasar komunikasi, yaitu pembicara
(speaker), pesan (message), dan pendengar (listener).
Fokus komunikasi yang ditelaah Aristoteles adalah komunikasi retoris, yang kini lebih
dikenal dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato.
Namun seperti model S – R, model komunikasi Aristoteles jelas sangat sederhana, malah
terlalu sederhana dari prespektif sekarang, karena tidak memuat unsur-unsur lainnya yang
dikenal dalam model komunikasi, seperti saluran, umpan balik, efek, dan kendala atau
ganguan komunikasi.
Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi diangap fenomena yang statis.
Seseorang berbicara, pesannya berjalan kepada khlayak, dan khalayak mendengarkan.
Disamping itu, model ini juga berfokus pada komunikasi yang bertujuan (disengaja) yang
terjadi ketika seseorang membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.
Model Lasswell
Mosel komunikasi Lasswell berupa ungkapan verbal, yakni :
1. Who
2. Says What
3. In Which Chanel
4. To Whom
5. With What Effect?
Model ini dikemukakan Harold Lasswell tahun 1948. Lasswell mengemukakan tiga
fungsi komunikasi, yaitu: pertama, pengawasan lingkungan – mengingatkan anggota-
anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan; kedua, kolerasi berbagai
bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan; dan ketiga, transmisi
warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.
Model Schramm
Proses kembali dalam model di atas disebut umpan balik (feedback), yang memainkan
peran sangat penting dalam komunikasi, karena hal itu memberitahu kita bagaimana
pesan kita ditafsirkan, baik dalam bentuk kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala,
gelengan kepala, dan sebagainya. Namun menurut Schramm, umpan balik juga dapat
berasal dari pesan kita sendiri, misalnya kesalahan ucapan atau kesalahan tulisan yang
kemudian kita perbaiki.
Model Newcomb
Theodore Newcomb (1953) memandang komunikasi dari perspektif psikologi-sosial.
Modelnya mengingatkan kita akan diagram jaringan kelompok yang dibuat oleh para
psikolog sosial dan merupakan formulasi awal mengenai konsistensi kognitif. Dalam
model komunikasi tersebut – yang sering juga disebut model ABX atau model simetri –
Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A), menyampaikan informasi kepada
seorang lainnya (B), mengenai sesuatu (X). model tersebut mengasumsikan bahwa
orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya
merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi.
1. Orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus
didekati atau dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif)
2. Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama
3. Orientasi B terhadap X
4. Orientasi B terhadap A
Dalam model Newcomb, komunikasi adalah cara lazim yang efektif yang memungkinkan
orang-orang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka. Ini adalah suatu model
tindakan komunikatif dua orang yang disengaja. Model ini mengisyaratkan bahwa semua
sistem apapun mungkin ditandai oleh keseimbangan kekuatan dan bahwa setiap
perubahan dalam bagian manapun dari sistem tersebut akan menimbulkan ketegangan
terhadap keseimbangan atau simetri, karena ketidakseimbangan atau kekurangan simetri
secara psikologis tidak menyenagkan dan menimbulkan tekanan internal untuk
memulihkan keseimbangan.
Model Gerbner
Model Gerbner (1956) merupakan perluasan dari model Lasswell, yaitu sebagai berikut:
1. Seseorang (sumber, komunikator)
2. Mempersepsi suatu kejadian
3. Dan bereaksi
4. Dalam suatu situasi
5. Melalui suatu alat (saluran; media; rekayasa fisik; fasilitas administratif dan
kelembagaan untuk distribusi dan kontrol)
6. Untuk menyediakan materi
7. Dalam suatu bentuk
8. Dan konteks
9. Yang mengandung isi
10. Yang mempunyai suatu konsekuensi
Model Interaksional
Model interaksional berlawanan dengan model stimulus – respons (S – R) dan beberapa
model lainnya. Sementara model-model tersebut mengasumsikan manusia sebagai pasif,
model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Kualitas simbolik secara
implisit terkandung dalam istilah interaksional, sehingga model interaksional jauh
berbeda dengan interaksi biasa yang ditandai dengan stimulus – respons.
Model interaksional merujuk pada model komunikasi yang dikembangkan oleh para
ilmuwan sosial yang menggunakan perspektif interaksi simbolik, dengan tokoh utamanya
George Herbert Mead dan salah seorang muridnya Herbert Blumer.
Dalam model ini komunikasi digambarkan sebagi pembentukan makna (penafsiran atas
pesan atau perilaku orang lain) oleh para peserta komunikasi (komunikator). Beberapa
konsep penting yang digunakan adalah: diri (self), diri yang lain (other), simbol, makna,
penafsiran dan tindakan.
Teori model jarum suntik merupakan sebuah teori media massa yang pertama ada. Teori
ini berasumsi bahwa komunikator lebih pintar dari para audiences karena audiences atau
komunikan dianggap pasif. Teori ini merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi
massa yang oleh para teoritis komunikasi tahun 1970 an dinamakan pula hypodermic
needle theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori jarum hipodermik. Teori ini
ditampilkan pada tahun 1950 an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio
CBS di Amerika berjudul “The Invasion From Mars”.
- Kredibilitas terdiri dari 2 unsur yakni: keahlian dan kejujuran. Keahlian diukur dari
sejauh mana komunikan menganggap komunikator dapat memberikan jabaran yang
“benar”. Sedangkan kejujuran diartikan sejauh mana komunikan menganggap
komunikator tidak memihak dalam penyampaian pesannya.
- Daya tarik diukur dengan kesamaan, familiaritas, dan kesukaan.
- Kekuasaan merupakan tanggapan komunikan tentang kemampuan komunikator
dalam memberi hadiah ataupun ganjaran.
Variabel pesan:
Variabel media ditunjukkan dengan penggunaan media massa baik itu elektronik, cetak,
online, ataupun saluran interpersonal dalam ceramah, diskusi, dll.
Variabel efek:
Teori ini merupakan teori berdasarkan penelitian Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan
Michael Gurevitch yang membahas mengenai pemahaman media dan efek media bagi
masyarakat. Teori Kegunaan dan Gratifikasi merupakan teori yang berpusat pada
khalayak media dengan menekankan pada konsumen yang aktif serta merupakan
perluasan dari teori kebutuhan dan motivasi. Tahapan dalam Teori Kegunaan dan
Gratifikasi diawali dengan orang secara aktif memenuhi hierarki kebutuhannya dengan
fraksi pemilihan yang menggambarkan harapan akan adanya penghargaan dibagi dengan
usaha yang dibutuhkan, lalu peneliti menciptakan tipologi yang mewakili semua alasan
yang dimiliki seseorang untuk menggunakan media. Pada tahap ketiga, peneliti
menghubungkan alasan khusus dalam penggunaan media dengan variabel seperti
kebutuhan, tujuan, keuntungan dan konsekuensi penggunaan media, serta faktor
individual. Didasarkan pada asumsi bahwa khalayak aktif dalam menggunakan media
sesuai dengan tujuan dan manusia mempunyai kesadaran diri akan penggunaan media
serta nilai isi suatu media hanya dapat dinilai oleh khalayak. Media berkompetisi dengan
sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan.
Analisis kultivasi adalah teori yang kritis mempelajari institusi sosial yang penting berupa
televisi untuk menggunakan fungsi penceritaan kisahnya kepada masyarakat telah
diaplikasikan dalam berbagai hal seperti ketakutan akan menjadi korban, sikap tehadap
rasisme, materialisme dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk peneliti yang merasa
tidak sesuai dengan konseptual adalah konsistensilogis (West, R & Turner, L., 2008).
1. Televisi, secara esensi dan fundamental, berbeda dengan bentuk media massa
lainnya.
Keunikan dari televisetidak membutuhkan kemampuan membaca seperti media cetak.
Selain itu, televisi juga gratis dan tidak membutuhkan mobilitas. Senjata utama budaya
yang bisa menimbulkan dua kubu yang berlawanan dari masyarakat disebut televisi.
2. Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari masyarakat kita
Televisi tidak berusaha untuk memengaruhi, melainkan menggambarkan mengenai dunia
yang sebenarnya. Televisi lebih mengarahkan pada sistem penceritaan kisah yang
terpusat, hal itu terlihat dari bagaimana kebanyakan kisah didalam masyarakat modern
sekarang berasal dari televisi.
3. Pengaruh dari televisi terbatas
Konstribusi dari televisi terhadap budaya dapat diamati, diukur dan independen relatif
kecil. Penggambarannya menggunakan analogi zaman es, yaitu posisi yang menyatakan
bahwa televisi tidak memiliki satu dampak besar, melainkan mempengaruhi penonton.
Konsep (West & Turner, 2007: 89)
1. Proses empat tahap
a. Analisis sistem pesan
Terdiri dari analisisisi mendetail dari pemrograman televisi untukmenunjukan presentasi
gambar, tema, nilaidan penggambaran yang paling sering berulang dan konsisten.
d. Membandingkan realitas sosial dari penonton kelas berat dan kelas ringan
Adanya diferensial kultivasi yaitu persentase perbedaan dalam respons antara penonton
televisi kelas ringan dan kelas berat.
2. Pengarusutamaan dan resonansi
Ada dua cara:
a. Pengarusutamaan
Kecendrungan bagi penonton kelas berat untuk menerima realitas budaya dominan yang
mirip dengan yang ditampilkan televisi walaupun hal ini sebenarnya berbeda dengan
keadaan yang sesungguhnya.
b. Resonansi
Ketika realitas penonton yang sedang dijalaninya sesuai dengan realitas yang
digambarkan di dalam media.
Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada dua tipe penonton televisi yang
mempunyai karakteristik saling bertentangan/bertolak belakang, yaitu (Asyhard, 2015):
(1) Para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers) adalah mereka yang menontontelevisi
lebih dari 4(empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut
sebagai khalayak “the television type”.
(2) Penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton televisi 2 jam ataukurang
dalam setiap harinya.
Teori kritis media berasal dari ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada ilmu sosial Marxis.
Ilmu ini juga disebut dengan emancipatory science artinya adalah cabang ilmu sosial
yang berjuang untuk mendobrak status quo( mempertahankan keadaan yang sekarang
agar teteap seperti keadaan sebelumnya), khususnya rakyat miskin dan kecil dari status
quo dan struktur sistem yang menindas. Teori kritis berangkat dari cara melihat realitas
dengan mengasumsikan bahwa selalu saja ada struktur sosial yang tidak adil, namun
asumsi ini mendapat pertentangan karena manusia memasuki lingkungan budaya baru
yang secara dramatis ditransformasikan oleh teknologi komunikasi dan media gelobal,
sehinga kita memerlukan kajian komunikasi dan kebudayaan untuk menganalisis
ekonomi politik industri komunikasi dan budaya global.
Teori kritis sering menganalisis secara khusus lembaga sosial, penyelidikan luas untuk
yang dinilai objektif adalah mencari dan mencapai. Media massa dan budaya massa telah
mempromosikan banyak hal yang ikut menjadi sasaran teori kritis. Bahkan ketika media
massa tidak melihat sebagai sumber masalah khusus, mereka dikritik untuk memperburuk
atau melindungi masalah dari yang diidentifikasi atau disebut dan dipecahkan. Dampak
teori kritis terhadap perkembangan ilmu komunikasi dan media massa ialah timbulnya
kesadaran bahwa komunikasi massa dan media massa harus dipelajari secara konteks
sosial agar dapat dapat diperoleh latar belakang historis, ekonomis, politik bagi fenomena
komunikasi massa. Teori ini sangat dipengaruhi oleh ajaran fungsionalisme yang
memandang masyarakat sebagai wujud konsensus nilai dengan menekankan nilai dan
keseimbangan.
Teori kritis juga menekankan perlunya evaluasi dari kritik terhadap status quo. Teori ini
membangun pertanyaan dan menyediakan alternatif jalan untuk menginterpretasikan
hukum sosial media massa. Teori ini sering menganalisis secara khusus lembaga sosial,
penyeliikan luas untuk yang dinilai objek adalah mencari dan mencapai. Media massa
dan budaya massa telah mempromosikan banyak hal yang ikut menjadi sasaran teori
kritis.
Perkembangan media tulis telah lama dikenal masyarakat dan menjadi pertanda
permulaan peradaban sebuah bangsa. Dari kemampuan menulis memungkinkan
terpeliharanya struktur sosial diberbagai wilayah. Kita bisa mengambil contoh seperti
peradaban Mesir Kuno yang dikenal sejak tahun ±600 SM (kira-kira 2605 tahun yang
lalu). Ditemukannya papyrus (asal mula kertas tempat menulis) dan alat transportasi
perahu, maka pemerintah di masa itu bisa memelihara integritas masyarakat di sepanjang
lembah nil1. Seperti juga kebudayaan cina yang sudah mulai mengenal budaya tulis kira-
kira 105 SM tahun lalu. Dengan media tulislah kebudayaan suatu golongan bahkan lebih
besar dari itu yaitu bangsa dikenal oleh umat manusia, dari media tulis juga budaya itu
terarsip dan tersimpan dalam berbagai bentuk.
Beberapa abad kemudian baru masyarakat terbiasa dengan mencetak huruf secara manual
pada gelas, ornamen, tembok, kayu, dan sebagainya. Eksistensi Era ini semakin kuat
manakala Elegi Gutenberg menemukan mesin cetak pada tahun 1450 sehingga muncul
sejumlah surat kabar.
Diawali dengan ditemukannya radio telegraf oleh Markis Gugliemo Marconi yang
kemudian mendirikan perusahaan telegraf tanpa kawat tahun 1897. Kemudian teknologi
telegraf dikembangkan oleh Alexander Graham Bell menjadi telepon pada tahun 1870. Di
Indonesia hanya 12 tahun setelah telepon itu ditemukan, jaringan telepon lokal pertama
1
dibuka di Jakarta tahun 1882, disusul oleh telepon interlokal tahun 1896 yang
menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya.
Perkembangan lain dari internet adalah mesin pencari dan lacak, seperti browser dan
search engines. Dengan mesin ini segala informasi dari situs manapun dapat dilacak.
Fungsinya yang hyperlink multimedia membantu para penggunanya untuk melakukan
browsing secara cepat dan sistematis. Posisi pengguna tidak lagi menerima apa yang
diberitakan namun juga bisa mencari dan mengirimkan informasi yang relevan.