NIM : 2019012217
Kelas : PSIK 4B
No. Absen : 24
A. Pengertian
Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan.
Kateterisasi urinarius adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung
kemih dengan tujuan mengeluarkan urin
B. Tujuan
1. Untuk mengeluarkan urin sehingga menghilangkan ketidaknyamanan karena
distensi kandung kemih
2. Mendapatkan urine steril intuk specimen
3. Pengkajian residu urine
4. Penatalaksanaan pasien yang menderita inkompeten kandung kemih.
5. Mengatasi obstruksi aliran urine
6. Mengatasi retensi perkemihan
C. Persiapkan Alat
1. Bak instrumen steril berisi : pinset anatomis, kasa
2. Kom
3. Kateter sesuai ukuran
4. Sarung tangan steril
5. Sarung tangan bersih
6. Cairan antiseptic
7. Spuit 10 cc atau 20 cc berisi aquadest/NaCl steril
8. Jelly atau pelumas
9. Urine bag
10. Plaster
11. Gunting verban atau plaster
12. Selimut
13. Tirai/sampiran
14. Perlak dan pengalas
15. Bengkok/nierbekke
16. Tempat specimen (jika perlu)
D. Prosedur
1. Memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien mengenai prosedur, tujuan dan
indikasi tindakan, meminta persetujuan pasien dan keluarga
2. Menyiapkan peralatan disamping penderita memasang perlak dan menutup pinggang
dan bagian tungkai atas pasien dengan selimut lalu sisihkan selimut hingga yang
terpajan hanya area perineal
3. Mengatur posisi pasien (pasien laki-laki kedua kaki diluruskan ke bawah, pasien
perempuan diatur dalam posisi litotomi)
4. Meletakkan nierbekken di antara paha pasien
5. Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom
6. Petugas mencuci tangan dan memakai sarung tangan bersih
7. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptic
8. Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang ke kantong plastik yang telah
disediakan
9. Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudian simpan di alas steril. Jika
pemasangan kateter dilakukan sendiri, maka siapkan jelly di dalam bak sterik. Jangan
menyentuh area steril
10. Gunakan sarung tangan steril
11. Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter dan berikan jelly pada ujung
kateter (dengan meminta bantuan atau dilakukan sendiri) dengan tetap
mempertahankan teknik steril
12. Pada laki-laki Posisikan penis tegak lurus 90° dengan tubuh pasien
13. Pada wanita Buka labio minora menggunakan ibu jari dan telunjuk atau telunjuk
dengan jari tengah tangan tidak dominan
14. Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan, masukkan kateter perlahan-lahan
pada uretra hingga ujung kateter untuk pasien pria dan tiga per empat selang kateter
untuk wanita. Anjurkan pasien untuk menarik nafas saat kateter dimasukkan.
15. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian
dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan, jika perlu kaji ulang
kondisi dan indikasi pemasangan kateter pada pasien.
Hindari pengeluarkan dan memasukan kembali kateter secara berulangulang, jika
diperlukan gunakan kateter yang baru.
16. Pastikan nierbekken yang telah disiapkan berasa di ujung kateter agar urine tidak
tumpah. Setelah urin mengalir, ambil specimen urin bila diperlukan.
17. Pastikan urin bag telah terkunci dan segera sambungkan kateter dengan urine bag
18. Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl steril sesuai volume yang tertera
pada label spesifikasi kateter yang dipakai (10-20 mL) dengan menggunakan spuit
steril
19. Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon kateter sudah terfiksasi
dengan baik dalam vesika urinaria.
20. Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa
21. Fiksasi kateter dengan plester pada pangkal paha
22. Menempatkan urine bag di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung
kemih
23. Lepaskan pengalas serta bereskan alat
24. Lepaskan sarung tangan cuci tangan
25. Rapihkan kembali pasien
26. Dokumentasi
B. Tujuan
1. Membersihkan bledder
2. Mempertahankan kepatenan urine
3. Mencegah distensi kandung kemih karena kateter tersumbat
4. Menncegah terjadinya infeksi
C. Pengkajian
1. Kaji bledder
2. Kaji kesiapan Klien
3. Kaji kesiapan perawat
4. Kaji kebutuhan klien terhadap prosedur
D. Diagnosa
Resiko Infeksi b/d agen cedera fisik, akumulasi darah
F. Prosedur
a) Fase pra interaksi
1. Mengkaji kebutuhan pasien tentang irigasi kandung kemih
2. Memvalidasi data tentang irigasi kandung kemih
3. Menyiapkan alat dan bahan tentang irigasi kandung kemih
b) Fase orientasi
1. Menyampaikan salam
2. Memperkenalkan diri dengan pasien dan keluarga (jika ada)
3. Menanyakan nama pasien
4. Menjelaskan maksud dan tujuan
5. Menjelaskan langkah atau prosedur yang akan dilakukan
6. Mendekatkan alat dan bahan untuk melakukan tindakan irigasi kandung kemih
7. Mencuci tangan
c) Fase kerja
1. Memakai sarung tangan
2. Memasang sampiran
3. Memasang selimut mandi
4. Membuka pakaian bawah ditutup selimut
5. Kaji keadaan urine warna sekret sediment
6. Tentukan jenis kateter yang digunakan (triplet atau double lumen)
7. Pastikan kepatenan pipa drainage
8. Kaji berapa jumlah urine dalam urobag
9. Cuci tangan
10. Memakai sarung tangan
11. Kaji abdomen bawah untuk tanda distensi kandung kemih
12. Siapkan posisi pasien untuk aliran intermitent
a. Klem slang di atas drainage dan buka klem cairan irigasi
b. Biarkan cairan mengalir sesuai dengan ketentuan (± 100 ml untuk orang
dewasa normal)
c. Tutup klem saluran irigasi dan buka klem saluran drainage cairan mengalir
ke urobag sampai habis lakukan berulang sehingga cairan yang keluar bersih
b. Yakini bahwa klem drainage terbuka dan saluran drainage dalam keadaan
paten, serta volume drainage
16. Hitung jumlah cairan yang keluar dari drainage serta karakteristik
pengeluaran.
d) Fase Terminasi
1. Mengevaluasi perasaan pasien
2. Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
3. Menyampaikan salam
e) Post Interaksi
1. Pintu sampiran dibuka kembali
2. Membereskan alat dan bahan yang telah digunakan
3. Buka sarung tangan dan cuci tangan
4. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
B. Tujuan
1.Melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal perkemihan dengan
menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.
2.Mengembangkan tonus otot kandung kemih
C. Indikasi
1. Pasien yang mengalami retensi urin
2. Pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga fungsi spingter
kandung kemih terganggu
3. Pasien yang mengalami inkontinensia urin
D. Persiapan Klien
1. Berikan salam, perkenalkan diri, dan identitas klien dengan memeriksa identitas
klien secara cermat.
2. Kaji kondisi pasien
3. Ajarkan kepada pasien dan keluarga mengenai tindakan yang akan dilakukan
dengan prosedur yang benar.
E. Persiapan Alat
1. Handscone
2. Klem (khusus klien yang memakai kateter)
3. Jam Tangan
4. Obat Diuretik jika diperlukan
5. Air minum dalam tempatnya
F. Prosedur
a). Fase pra interaksi
1. Mengkaji kebutuhan pasien tentang irigasi kandung kemih
2. Memvalidasi data tentang irigasi kandung kemih
3. Menyiapkan alat dan bahan tentang irigasi kandung kemih
b). Fase orientasi
1. Menyampaikan salam
2. Memperkenalkan diri dengan pasien dan keluarga (jika ada)
3. Menanyakan nama pasien
4. Menjelaskan maksud dan tujuan
5. Menjelaskan langkah atau prosedur yang akan dilakukan
6. Mendekatkan alat dan bahan untuk melakukan tindakan bladder training
7. Mencuci tangan
5. Dokumentasikan