Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Karsinoma Nasofaring
Oleh :
NIM. 1830912320050
Pembimbing :
November, 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................33
BAB V PENUTUP.................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dibentuk oleh lantai sinus sfenoid di medial dan fibrokartilago foramen laserum di
daerah nasofaring (bagian dari tenggorok paling dan di belakang hidung), yang
ultrastruktur. Tumor ini merupakan tumor yang jarang terjadi di Amerika dan
Eropa, namun merupakan keganasan yang sering pada ras mongoloid, terutama di
Cina Selatan dan Asia Tenggara. Pada warga Cina yang migrasi ke Amerika
Utara, angka kejadian KNF tetap tinggi, sekalipun lebih rendah dibandingkan
etnis Cina yang lahir dan besar di Cina Selatan, hal ini menunjukkan bahwa etnis,
genetik dan faktor lingkungan memiliki peran sebagai etiologi, meskipun peran
yaitu pada tahun 1978, 1991 dan yang terakhir tahun 2005 yang membagi
1
berdiferensiasi. Tipe Tidak berkeratin merupakan tipe yang paling sering di Cina
dan Asia Tenggara, tipe ini diduga kuat berhubungan dengan infeksi virus
Epstein-Barr (EBV).3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
dari tenggorok paling atas dan di belakang hidung), yang menunjukkan bukti
B. EPIDEMIOLOGI
akibat kanker terjadi di negara-negara Asia (57,3%). Jumlah insidensi KNF pada
tahun 2018 di seluruh dunia adalah 129.079 (0,7%) dan kasus kematian yang
terjadi adalah 72.987 (0,2%). Kanker merupakan penyebab kematian utama atau
sekunder pada usia kurang dari 70 tahun. Jumlah insidensi KNF pada tahun 2018
di seluruh dunia adalah 129.079 (0,7%) dan kasus kematian yang terjadi adalah
72.987 (0,2%).5
KNF sangat jarang terjadi pada anak. Hanya 5% tumor malignan pada anak
berasal dari kepala dan leher. Menurut penelitian lain, sekitar 7−18% KNF terjadi
pada anak. Sekitar 22,5% kejadian terjadi pada usia kurang dari 16 tahun dan rata-
C. ETIOLOGI
3
semua pasien didapatkan titer anti virus EB yang cukup tinggi. Dalam suatu
penelitian, ditemukan bahwa EBV berada diseluruh sel tumor kecuali sel epitel
ditemukan pada penderita KNF di daerah non-endemik. Virus ini menjadi faktor
kebiasaan untuk mengkomsumsi ikan asin secara terus-menerus mulai dari masa
anak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga
menimbulkan KNF.
D. FAKTOR RISIKO
tentang KNF, faktor risiko yang meningkatkan terjadinya penyakit ini adalah jenis
kelamin (wanita lebih banyak dibanding pria), ras Asia dan Afrika Utara, usia dari
genetik terutama gen HLA (human leukocyte antigen) dan infeksi virus Epstein-
Barr (EBV).9,10,11,12,13,14
4
Sedangkan faktor-faktor yang dapat memicu infeksi EBV:
Cina. Nitrosamin adalah suatu molekul yang terdiri dari nitrogen dan oksigen,
molekul tersebut dapat berbentuk senyawa nitrit dan NOx yang terdiri dari
dapat berasal dari eksogen maupun endogen, Nitrosamin endogen berasal dari
sintesis didalam lambung dari prekursor yang berasal dari makanan yang
2. Ras dan keturunan. Ras kulit putih jarang terkena penyakit ini. Di Asia
terbanyak adalah bangsa Cina, baik yang negara asalnya maupun yang
perantauan. Ras melayu yaitu Malaysia dan Indonesia termasuk yang banyak
terkena KNF. Walaupun KNF tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan
familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA dan gen pengode enzim
KNF. Sitokrom p450 2E1 bertanggung jawab atas aktivasi metabolik yang terkait
5
3. Sering kontak dengan zat yang dianggap bersifat karsinogen, yaitu yang dapat
Hidrokarbon dalam arang batubara), gas kimia, asap industri, asap kayu dan
E. PATOGENESIS
KNF merupakan munculnya keganasan berupa tumor yang berasal dari sel-
sel epitel yang menutupi permukaan nasofaring. Tumbuhnya tumor akan dimulai
pada salah satu dinding nasofaring yang kemudian akan menginfiltrasi kelenjar
dan jaringan sekitarnya. Lokasi yang paling sering menjadi awal terbentuknya
KNF adalah pada fosa Rossenmuller. Penyebaran ke jaringan dan kelenjar limfa
kemudian ke sinus kavernosus, fosa kranii media dan fosa kranii anterior
mengenai saraf-saraf kranialis anterior (N. I dan N. VI). Kumpulan gejala yang
terjadi akibat rusaknya saraf kranialis anterior akibat metastasis tumor ini disebut
sindrom petrosfenoid. Yang paling sering terjadi adalah diplopia dan neuralgia
6
2. Penyebaran ke belakang tumor meluas ke belakang secara ekstrakranial
terkena adalah grup posterior dari saraf otak yaitu N. VII dan N. XII beserta
VIII jarang mengalami gangguan akibat tumor karena letaknya yang tinggi dalam
ke kelenjar getah bening sangat mudah terjadi akibat banyaknya stroma kelenjar
kelenjar getah bening diawali pada nodus limfatik yang terletak di lateral
retrofiring yaitu nodus Rouvierre. Di dalam kelenjar ini sel tersebut tumbuh dan
berkembang biak sehingga kelenjar menjadi besar dan tampak sebagai benjolan
pada leher bagian samping. Benjolan ini dirasakan tanpa nyeri karenanya sering
menembus kelenjar dan mengenai otot di bawahnya. Kelenjar menjadi lekat pada
otot dan sulit digerakkan. Keadaan ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi.
7
Limfadenopati servikalis merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang
ke dokter.
4. Metastasis jauh sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama getah bening atau
darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering
ialah tulang, hati dari paru. Hal ini merupakan stadium akhir dan prognosis sangat
buruk.
8
Gambar 2: Patofisiologi Karsinoma Nasofaring
F. KLASIFIKASI
bentuk yaitu:
Selatan hanya sekitar 2%, untuk WHO tipe 2 sekitar 12% ditemukan di Amerika
9
Utara sedangkan di Cina Selatan hanya 3% dan WHO tipe 3 merupakan tipe
G. MANIFESTASI KLINIS
diagnosis.
1. Gejala Dini
a) Gejala telinga
sangat awal.8,16
- Otitis Media
muara tuba, dimana rongga teliga tengah akan terisi cairan. Cairan yang
b) Gejala Hidung
dengan ingus, sehingga berwarna merah jambu. Epistaksis ini juga dapat
10
disebabkan oleh penjalaran tumor ke selaput lendir hidung yang dapat
2. Gejala Lanjut
Tidak semua benjolan leher menandakan penyakit ini. Yang khas jika
timbulnya di daerah samping leher, 3-5 sentimeter di bawah daun telinga dan
pertahanan pertama sebelum sel tumor ke bagian tubuh yang lebih jauh.
Benjolan ini tidak dirasakan nyeri, oleh karena itu sering diabaikan oleh pasien.
mengenai otot di bawahnya. Kelenjarnya menjadi lekat pada otot dan sulit
digerakkan. Keadaan ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi. Pembesaran
kelenjar limfe leher merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang ke
tuberkulosis kelenjar.5,8,16
11
tengkorak dan kebelakang melalui sela-sela otot dapat mengenai saraf otak dan
foramen laserum akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI, dan dapat pula ke V,
sehingga yang sering ditemukan ialah penglihatan ganda (diplopia) dan pada
yang sering ditemukan oleh ahli saraf jika belum terdapat keluhan lain yang
berarti.7,16
Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI, dan XII
jika penjalaran melalui foramen jugular, yaitu suatu tempat yang relatif jauh
dari nasofaring. Hal ini akan menimbulkan rasa baal (mati rasa) didaerah wajah
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Gejala yang muncul dapat berupa telinga terasa penuh, tinitus, otalgia, hidung
tersumbat, lendir bercampur darah. Pada stadium lanjut dapat ditemukan benjolan
pada leher, terjadi gangguan saraf, diplopa, dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV,
V, VI).4
2. Pemeriksaan Fisik
b) Pemeriksaan nasofaring
12
- Rinoskopi anterior
- Rinoskopi posterior
panduan lokasi biopsi, dan follow up terapi pada kasus-kasus dengan dugaan
3. Pemeriksaan Radiologik
a) CT Scan
bening regional.
b) USG abdomen
c) Foto Thoraks
13
Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai adanya kelainan
d) Bone Scan
nodus limfe regional (N), dan metastasis jauh (M) dapat ditentukan dengan
menilai karakteristik massa tumor, kelenjar getah bening yang terlibat, dan
Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
Tidak ada tumor teridentifikasi, tetapi ada nodul servikal EBV
T0
positif yang terlibat
Tumor terbatas pada nasofaring, atau tumor meluas ke
parafaringeal
Tumor dengan perluasan ke parafaringeal, hingga perbatasan
T2
jaringan lunak (pterigoid medial, lateral, prevertebral)
Tumor melibatkan struktur tulang (basis kranii, tulang
T3
servikal) dan atau sinus paranasal
T4 Tumor dengan perluasan intrakranial, melibatkan saraf
14
kelenjar parotid)
Nodul Limfe Regional (N)
Nx Kelenjar getah bening (KGB) regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak terdapat metastasis ke KGB regional.
Metastasis di KGB unilateral servikal, unilateral atau bilateral
N1 retrofaring, 6 cm atau kurang di atas garis kaudal dari kartilago
Krikoid
Metastasis bilateral di KGB, 6 cm atau kurang dalam dimensi
N2
terbesar di atas garis kaudal dari kartilago krikoid
Metastasis di KGB, ukuran > 6 cm dan/atau dibawah garis
N3 kaudal dari kartilago krikoid (tanpa memperhitungkan
lateralitas)
Metastasis (M)
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
I T1 N0 M0
II T2 N0-1 MO, T0-1 N1 M0
III T3 N0-2 M0, T0-2 N2 M0
IV A T4 atau N3 M0
IV B T apapun, N apapun, M1
4. Pemeriksaan Patologi Anatomi
kelenjar getah bening leher. Dilakukan dengan tang biopsi lewat hidung atau
15
2. Karsinoma Tidak Berkeratin:
a. Berdiferensiasi (WHO 2)
1. Dari biopsi dengan anestesi lokal tidak didapatkan hasil yang positif
a) Penderita anak
5. Pemeriksaan Laboratorium
- SGPT – SGOT
I. PENATALAKSANAAN
16
Setelah mengetahui staging KNF pasien, berikut pemilihan terapi menurut
1) Radioterapi
diakui sejak lama dan dilakukan di berbagai negara. Terdiri atas dua, yaitu
2) Kemoterapi
Platinum based 30-40 mg/m2 sebanyak 6 kali, setiap minggu sekali 2,5 sampai 3
jam sebelum dilakukan radiasi. Pada kasus N3 >6 cm, diberikan kemoterapi dosis
penuh neo ajuvan atau ajuvan. Terapi sistemik pada KNF, sebagai berikut:4
17
Kemoradiasi dilanjutkan kemoterapi ajuvan: Cisplatin+RT dilanjutkan
- Docetaxel/Cisplatin/5-FU
- Docetaxel/Cisplatin(kategori 2B)
- Cisplatin/5-FU
- Cisplatin/Epirubicin/Paclitaxel
Adapun terapi sistemik pada KNF kasus rekuren/metastasis (tidak ada pilihan
- Cisplatin/5-FU
- Cisplatin/Gemcitabine
- Carboplatin/Cetuximab
- Cisplatin
- Carboplatin
- Paclitaxel
- Docetaxel
- 5-FU
- Methotrexate
18
- Gemcitabine
- Capecitabine
hidup
Nyeri yang tidak diatasi dengan baik dan benar akan berdampak disabilitas.
pasien untuk ikut serta dalam penanganan nyeri memberi efek baik pada
19
Mengoptimalkan pengembalian mobilisasi dengan modifikasi aktifitas
aman dan nyaman, dengan atau tanpa alat bantu jalan dan atau dengan
baring lama.
3) Obat simptomatik
Reaksi akut pada mukosa mulut, berupa nyeri mengunyah dan menelan bisa
diberikan obat kumur yang mengandung antiseptik dan astringen sebanyak 3-4
kali sehari. Jika pasien merasa sangat nyeri saat menelan dapat diberi anastesi
4) Nutrisi
20
Pasien KNF dapat mengalami gangguan saluran cerna, berupa mukositis oral,
dan /atau radioterapi. Tatalaksana khusus pada kondisi tersebut, diberikan sesuai
yang sehat, tinggi buah, sayur dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging merah,
dan alkohol.
pada pasien kanker selama dan setelah pengobatan untuk membantu pembentukan
massa otot, fungsi fisik dan metabolisme tubuh (rekomendasi tingkat A).
J. KOMPLIKASI
terjadi selama atau beberapa minggu setelah radioterapi seperti xerostomia, mual-
telangiektasis pada kulit, fibrosis pada paru dan saluran cerna, anemia aplastik
21
berupa nefrotoksisitas, neurotoksisitas, ototoksisitas, mielosupresi, retensi cairan,
hand foot syndrome. Jika kanker yang diderita pasien semakin besar, akan
Kanker juga bisa menyebabkan penekanan pada saluran napas sehingga pasien
Apabila kanker telah menyebar, akan menimbulkan gejala lain sesuai organ
yang terserang. Jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, maka
K. PENCEGAHAN
1. Ciptakan lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang sehat, serta usahakan
2. Hindari polusi udara, seperti kontak dengan gas hasil zat-zat kimia, asap
industri, asap kayu, asap rokok, asap minyak tanah dan polusi lain yang dapat
karsinogen, makanan yang diawetkan, makanan yang panas, atau makanan yang
risiko tinggi. Penyuluhan akan kebiasaan hidup yang salah serta mengubah cara
memasak makanan untuk mencegah kesan buruk yang timbul dari bahan-bahan
yang berbahaya. Melakukan tes serologik IgA-anti VCA dan IgA anti EA
22
bermanfaat dalam menemukan KNF lebih dini.18
L. PROGNOSIS
23
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. C
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
II. ANAMNESIS
2020.
1. Keluhan utama
24
terus menerus dan semakin memberat, hal tersebut mengganggu aktifitas
berwarna putih kekuningan dan tidak berbau sejak 2 minggu . Cairan/ ingus
tersebut keluar terus menerus dan jumlah yang cukup banyak keluar terutama
pada pagi hari saat pasien bangun tidur. Pasien mengaku hal tersebut
Hidung kanan mengeluarkan darah sejak 1 bulan, darah keluar terus menerus
lebih lanjut.
minggu, keluhan tersebut muncul saat pasien bangun tidur dan tidak
pada telinga kiri sejak 2 minggu, keluhan berlangsung terus menerus tetapi
tidak terlalu mengganggu komunikasi pasien dengan orang lain. Pada telinga
kanan pasien tidak ada gangguan. Tidak ada keluhan nyeri maupun keluar
25
Pasien mengeluhkan penglihatan seperti berbayang, terus menerus
sejak 1 bulan. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala sejak 1 bulan, nyeri
kepala muncul saat pasien bangun tidur dan pada saat pasien menolehkan
kepala dengan cepat. Pasien tidak mengeluhkan sakit tenggorok dan susah
menelan.
Pasien mengaku sering pilek dan radang tenggorokan dengan keluhan nyeri
5. Riwayat Pengobatan
Pada 1 minggu yang lalu pasien melakukan pemeriksaan biopsi pada kedua
perdarahan. Saat ini telah dilakukan pelepasan tampon dan pasien masih
6. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku mengkonsumsi ikan asin dalam 1 bulan sebanyak 4 kali dan
26
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
2. Status Lokalis
A. Telinga:
MAE :Serumen (+/+) minimal, sekret (-/-), hiperemi (-/-), udem (-/-)
sinistra
B. Hidung
Inspeksi : Deformitas(-),hiperemis(-),massa(-)
Sinus Parasanal: Nyeri tekan sinus frontalis (-/-), sinus maksilaris (-/-),
27
sinus ethmoidalis (-/-)
Transluminasi :
C. Tenggorok
Rongga mulut
Gingiva: Hiperemis (-), ulkus (-), massa (-), perdarahan (-), skisis(-)
Faring : hiperemis (-), post nasal drip (-), udem (-), massa (-)
Warna: normal/normal
Permukaan: rata/rata
Detritus: -/-
28
D. Leher
Palpasi: Nyeri tekan (-), tidak teraba KGB yang membesar, massa (-),
CT Scan
V. DIAGNOSIS KERJA
29
1. Tampon (apabila terjadi perdarahan)
2. Pengobatan simptomatik:
- Asam Traneksamat tab 500 mg, diberikan 1 tablet sebanyak 3 kali dalam
>5hari)
BAB IV
PEMBAHASAN
30
kedua hidung tersumbat sejak 1 bulan. Hidung tersumbat disertai dengan hidung
berdarah pada hidung kanan dan terdapat sekret kental berwarna putih kekuningan
pada hidung kiri. Pasien mengeluhkan susah bernapas karena hidung tersumbat.
Pasien juga merasakan nyeri kepala. Penglihatan pasien juga seperti berbayang
atau penglihatan ganda (diplopia). Berdasarkan teori, gejala pokok KNF adalah:
epistaksis, telinga terasa penuh, tinitus, otalgia, hidung tersumbat dan lendir
bercampur darah. Pada stadium lanjut didapatkan benjolan pada leher, terjadi
gangguan saraf, diplopia dan neural trigeminal (NIII, NIV, NV, NVI).
Penyebab terjadinya KNF pada pasien dapat dilihat pada riwayat kebiasaan
pasien mengkonsumsi ikan asin dalam sebulan sebanyak 4 kali, dan pasien juga
asin mengandung zat Nitrosamin yang dapat menyebabkan KNF, serta radang
terdapat sekret kental berwarna putih kekuningan pada daerah vestibulum sinistra.
Pada kavum nasi didapatkan ukuran kavum nasi menyempit pada hidung kiri dan
sulit dievaluasi, hiperemi pada hidung kanan, bercak darah pada hidung kanan.
Tidak terlihat adanya masa pada kavum nasi kanan. Pemeriksaan rinoskopi
31
posterior tidak dilakukan. Pada Tes Weber ditemukan adanya lateralisasi pada
terdapat sekret bercampur darah dan kavum nasi menyempit, terdapat massa,
tala.
(lateral) dengan berbagai ukuran, permukaan rata, terfiksir dan tidak nyeri tekan
tetapi pada pasien saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak ditemukan adanya
BAB V
PENUTUP
Telah diperiksa pasien atas nama Tn. C dengan usia 24 tahun mengeluhan
kedua hidung tersumbat sejak 1 bulan. Keluhan muncul mendadak disertai dengan
32
hidung kanan berdarah terus menerus dan terdapat sekret kental berwarna putih
kekuningan pada hidung kiri. Pasien merasakan hidung terasa penuh sehingga
vestibulum dan kavum nasi sinistr, bercak darah pada kavum nasi dextra. Tes
pada regio nasofaring merupakan keganasan atau tidak dan dapat menegakkan
DAFTAR PUSTAKA
33
3. Rahman S, Subroto H, Novianti D. Clinical Presentation of Nasopharyngeal
Carcinoma in West Sumatra Indonesia. Proceeding of the 20th International
Federation of Otorhinolaryngological Societies (IFOS) World Congress;2013
June 1-5; Seoul, Korea. 2013.
4. Adham M, Gondhowiardjo S, Soediro R, dkk. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Karsinoma Nasofaring. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2017.
7. Chua MLK, Wee JTS, Hui EP, Chan ATC. Nasopharyngeal carcinoma. Lancet.
2016;387:1012-1024.
9. Ferlay J SIea. Cancer incidence and mortality worldwide: sources, methods and
major patterns in GLOBOCAN 2012. Int. J. Cancer. 2015; 136.
34
14. Xue WQ ea. Quantitative association of tobacco smoking with the risk of
nasopharyngeal carcinoma: a comprehensive meta-analysis of studies
conducted between 1979 and 2011. [Online].; 2013 [cited 2020 Agustus 8.
Available from: http://aje.oxfordjournals.org/.
15. Rahman Sukri, Budiman Bestari Jaka, Subroto Histawari. Faktor risiko non-
viral pada Karsinoma Nasofaring. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 4(3): 2015
18. Sutiwo S. Radioterapi Pada Keganasan Tumor Kepala dan Leher ( Squamous
Cell Ca). Dalam: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan III ILmu Penyakit
Telinga, Hidung, Tenggorok-Kepala Leher, SMF Ilmu Penyakit THT-KL FK
Unair/ RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2002:101-7.
35