Anda di halaman 1dari 4

Nama : Susilo Gesit Widodo

NIM : 02003032

Prodi : Agribisnis

Matkul : Pendidikan Pancasila

Pengamalan Sila ke 4 yang Kurang Tepat dan berikan komentar terkait hal tersebut .

https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/30/162704465/kilas-balik-sidang-perdana-dpr-1-
oktober-2014-ricuh-hingga-palu-ceu-popong?page=all

Kilas Balik Sidang Perdana DPR 1 Oktober 2014, Ricuh


hingga Palu Ceu Popong Hilang
Hari ini, Senin (30/9/2019), masa bakti DPR 2014-2019 telah berakhir. DPR yang baru
akan dilantik pada Selasa besok, 1 Oktober 2019. Kilas balik 5 tahun lalu, perdana DPR 2014-
2019 yang digelar pada Rabu, 1 Oktober 2014 hingga Kamis dini hari, 2 Oktober 2014. Banyak
kejadian menarik dalam sidang perdana yang diwarnai kericuhan itu. Apa saja ceritanya?

Ricuh di Sidang Perdana

Sidang paripurna perdana dipimpin oleh anggota tertua dan anggota termuda DPR saat itu,
yaitu Popong Otje Djunjunjan dan Ade Rezky Pratama.

Agenda sidang paripurna adalah penetapan Pimpinan DPR periode 2014-2019.

Kericuhan mewarnai sidang paripurna perdana itu.

Saat rapat awal konsultasi, PPP dan Demokrat mengusulkan agar paripurna pemilihan Pimpinan
DPR ditunda.

Usulan tersebut disetujui oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH) atau partai pendukung Joko
Widodo-Jusuf Kalla saat Pilpres 2014, yakni PDI-P, PKB, Hanura, dan Nasdem.

Namun, empat partai lainnya, yakni Gerindra, PKS, PAN, dan Golkar mengusulkan pemilihan
dilakukan sesuai jadwal, yakni pada Rabu (1/10/2014) malam.

Kisruh mengenai jadwal pemilihan Pimpinan DPR ini berlangsung hingga petang.

Kericuhan yang terjadi di ruang sidang ini menuai berbagai komentar.

Bahkan, pemain sinetron yang baru saja merambah dunia politik, Krisna Mukti berpendapat,
sidang paripurna perdana DPR saat itu seperti anak TK. "Jadi, kayak anak TK yang rebutan
mainan. Ada beberapa orang saya lihat, mencuri scene. Ya jadi kayak nonton sinetron di TV saja.
Ha-ha-ha," ujar Krisna.

Meski ricuh dan diwarnai hujan interupsi, sidang akhirnya menetapkan formasi Pimpinan DPR
yang baru.

Saat itu, posisi Ketua DPR diduduki Setya Novanto (Golkar). Sementara, empat wakilnya adalah
Fahri Hamzah (PKS), Taufik Kurniawan (PAN), Agus Hermanto (Demokrat), dan Fadli Zon
(Gerindra).

Diwarnai Aksi Walk Out

Aksi walk out terjadi saat sidang paripurna perdana DPR.

Kala itu, empat partai yang juga tergabung dalam KIH memutuskan keluar dari ruang sidang.

Keputusan ini diambil karena para anggota fraksi tersebut menilai, sidang paripurna berlangsung
secara tidak egaliter.

Ketua DPP PKB Marwan Jafar mengatakan, aksi walk out dilakukan karena pihaknya kecewa
terhadap proses rapat yang tidak demokratis.

Menurut dia, ada pihak yang sengaja merancang agar sidang berjalan tidak kondusif.

Selain itu, Sekretaris Jenderal Partai Nasdem, Patrice Rio Capella, menilai, rapat sengaja dibuat
menguntungkan kelompok tertentu.

Adapun Ketua Fraksi Nasdem Viktor Laiskodat menyebutkan, aksi walk out dilakukan lantaran
usulan mereka untuk membahas Tata Tertib DPR tidak diakomodasi.

Meski empat fraksi partai politik keluar dari ruang sidang, namun pimpinan sidang paripurna,
Popong alias Ceu Popong, tetap melanjutkan sidang paripurna.

Sidang Diskors Beberapa Kali

Kericuhan ini membuat pimpinan sidang sementara, Popong Otje Djunjunjan dan Ade Rezky
Pratama, harus menskors sidang beberapa kali.

Selama sidang paripurna berlangsung, setidaknya ada tiga kali skorsing.

Skors pertama dilakukan karena Fraksi PDI-P dan Fraksi PKB yang belum masuk ke ruang
sidang. Saat itu, Ceu Popong memberi jeda waktu selama 30 menit.

Kemudian, skorsing kedua dilakukan oleh Popong saat politisi PDI-P Adian Napitupulu
melakukan protes kepada pimpinan sidang untuk menutup rapat konsultasi terlebih dahulu.
Namun. aksi protes tersebut tak diindahkan oleh Popong.
Hal ini rupanya berbuntut panjang. Setelah itu, para anggota Dewan lainnya melakukan protes
karena Popong enggan mengabulkan permintaan Adian.

Di sisi lain, anggota lainnnya meminta sidang tetap dialanjutkan.

Anggota Dewan Sempat Tidur

Setelah Popong melakukan skorsing ketiga, beberapa anggota Dewan memanfaatkan waktunya
untuk tidur.

Mereka terlihat menyandarkan salah satu siku tangan pada pegangan kursi. Sementara, anggota
lain terlihat menggunakan telapak tangannya untuk menopang dagu. Hal ini terjadi karena pada
hari pertama itu, sidang berlangsung sejak pagi hari.

Pada pukul 06.00 WIB, para anggota Dewan bersiap keluar dan mengadakan upacara pada pukul
07.00 lalu diikuti pelantikan pada pukul 11.00. Seluruh rangkaian kegiatan bahkan masih
berlangsung hingga malam hari.

Bahkan, pada pukul 21.00, rapat konsultasi baru berakhir dengan keputusan menyelenggarakan
sidang kedua dengan agenda menentukan Pimpinan DPR.

Palu Ceu Popong Hilang.

Meski sempat diwarnai kericuhan dan aksi walk out, namun sidang paripurna perdana anggota
DPR tersebut juga diselingi insiden kocak.

Pimpinan sementara sidang, Ceu Popong, menjadi bintang saat itu.

Ketika suasana sidang memanas, ia sibuk mencari palu yang sedianya akan digunakan untuk
mengesahkan keputusan sidang. Potongan video saat Ceu Popong mencari palu pimpinan yang
hilang itu kemudian viral di dunia maya.

"Mana paluna eweuh (Ke mana palunya tidak ada)," demikian kata Ceu Popong. Bahkan, salah
satu Youtuber, Eka Gustiwana, mengunggah video parodi Ceu Popong dengan nuansa Sunda.

Eka merupakan seniman speech composing yang mengubah dialog dalam video menjadi suatu
lagu dengan iringan musik.

Insiden ini menghasillkan keriuhan di media sosial.

Tagar #SaveCeuPopong pun bergaung sebagai respons atas kepemimpinan Popong sebagai
pimpinan sidang sementara.

Tagar ini bahkan menjadi trending Twitter dunia.


Tanggapan saya tentang artikel diatas adalah, menurut saya sikap yang ditunjukkan oleh
anggota DPR yang sedang melakukan Rapat Paripurna tersebut tidak sesuai dengan sila ke 4
Pancasila, karena pada saat proses rapat tersebut tidak seharusnya seorang anggota DPR yang
secara garis besarnya merupakan wakil rakyat bertindak seperti hal yang dicantumkan di artikel
diatas, seperti tidak menghargai pendapat orang lain, tidur pada saat rapat berlangsung, hingga
sampai dikatakan bahwa rapat paripurna tersebut seperti taman kanak kanak.

Seharusnya, sebagai anggota DPR, mereka harus bisa menghargai pendapat orang lain,
tidak memaksakan pendapat dirinya ke orang lain, menyelesaikan masalah dengan kepala dingin,
tidak harus diselesaikan dengan marah dan sebagainya. Mereka seharusnya menjadi contoh bagi
rakyat biasa agar nantinya rakyat juga semakin percaya kepada DPR, tidak seperti sekarang yang
tingkat kepercayaan rakyat kepada DPR mulai menurun.

Anda mungkin juga menyukai