WP BI No.5-2015 Dampak Peningkatan Aturan Kecukupan Modal
WP BI No.5-2015 Dampak Peningkatan Aturan Kecukupan Modal
WORKING PAPER
Ndari Surhaningsih
Tevy Chawwa
Reni Indriani
Juni, 2015
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan estimasi awal dampak
perubahan kebijakan kecukupan modal terhadap spread suku bunga bank
dengan pendekatan simulasi berbasis hubungan akuntansi pada neraca dan
laporan laba rugi sebuah representative bank. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1 persen peningkatan rasio kecukupan modal (CAR)
dapat di-cover dengan menaikkan spread suku bunga sebesar 6 basis point
(bps). Hasil perhitungan tersebut diperoleh dengan asumsi bahwa return on
equity (ROE) dan biaya pinjaman bank tidak berubah serta tidak terdapat
perubahan dalam total aset dan biaya nonoperasional bank. Jika ROE dan
biaya pinjaman diasumsikan berubah, dampak terhadap spread suku bunga
akan menjadi lebih kecil. Dengan menggunakan metode yang sama untuk
representative bank berdasarkan BUKU, diperoleh bahwa BUKU 1
memerlukan kenaikan lending spread yang paling kecil (1 bps), sementara
BUKU 4 memerlukan kenaikan lending spread paling besar (32 bps). Faktor
yang mempengaruhi perbedaan dampak peningkatan aturan kecukupan
modal ini adalah ROE bank saat ini. Semakin tinggi ROE, semakin tinggi pula
kenaikan spread suku bunga yang diperlukan.
1 dan 2: Peneliti Ekonomi Senior dan Peneliti Ekonomi di Grup Riset dan Pengaturan
Makroprudensial (GRMP), Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP), Bank
Indonesia. Pendapat dalam paper ini merupakan pendapat penulis dan bukan merupakan
pendapat resmi DKMP atau Bank Indonesia. E-mail: ndari @bi.go.id dan tevy@bi.go.id.
1
I. PENDAHULUAN
Latar belakang lain yang mendasari penelitian ini adalah bahwa pascakrisis
keuangan global Komite Basel terus melakukan penyempurnaan untuk
memperkuat aspek permodalan bank. Permodalan menjadi aspek penting karena
modal berfungsi sebagai penyerap (cushion) jika bank mengalami kerugian. Admati
et al. dalam Swamy (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi modal, semakin
rendah leverage dan risiko kebangkrutan bank. Beberapa kebijakan permodalan
yang akan diterapkan adalah kebijakan capital surcharge bagi Domestic
Systemically Important Banks (DSIBs), countercyclical capital buffer (CCB), dan
conservation buffer. Berbagai kebijakan permodalan tersebut akan diterapkan pada
perbankan Indonesia secara bertahap mulai tahun 2016.
2
Dengan adanya hubungan tersebut, penting bagi regulator untuk mengetahui
seberapa besar dampak perubahan kebijakan modal terhadap interest income bank
dan seberapa besar peningkatan spread suku bunga bank yang mungkin terjadi.
Oleh karena itu, penelitian ini juga merupakan langkah awal untuk melihat
perilaku bank dalam menghadapi perubahan kebijakan permodalan, khususnya
terkait dengan perubahan suku bunga.
(1) Penelitian ini berasumsi bahwa kenaikan biaya akibat modal ditransmisikan
kepada nasabah melalui kenaikan suku bunga kredit. Dalam kenyataannya,
bank memiliki pilihan strategi lain, seperti menurunkan suku bunga dana,
melakukan realokasi aset, menurunkan biaya operasional, dll.
(2) Hasil estimasi tidak didasarkan pada proses optimisasi dalam kondisi general
equilibrium.
(3) Penelitian ini berasumsi bahwa neraca dan laba rugi dari representative bank
adalah pada kondisi steady state dan tidak mempertimbangkan periode transisi
dalam memenuhi peningkatan ketentuan modal.
(4) Penelitian ini berasumsi bahwa bank akan mempertahankan besaran buffer
selisih CAR dengan ketentuan modal sehingga meskipun saat ini posisi CAR
telah berada di atas ketentuan, kenaikan ketentuan modal akan membuat
bank tetap meningkatkan modalnya.
Dengan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran awal mengenai respons bank terhadap perubahan
ketentuan modal dengan pendekatan yang practical but acceptable.
3
1.4 Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dalam empat bagian. Bagian pertama membahas latar
belakang, tujuan, dan keterbatasan penelitian. Bagian kedua menjelaskan
beberapa studi literatur serta penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan
penelitian. Bagian ketiga membahas metodologi serta berbagai persamaan
akuntasi yang digunakan dalam melakukan estimasi dampak perubahan
ketentuan modal terhadap spread suku bunga. Selanjutnya pada bagian keempat
akan dipaparkan gambaran umum perkembangan industri perbankan Indonesia
saat ini serta hasil pengolahan data. Bagian kelima berupa simpulan dan saran.
4
II. STUDI LITERATUR
5
Sumber: Bahan Sosialisasi PBI 15/12/PBI/2013 Departemen Penelitian dan
Pengaturan Perbankan, OJK.
Gambar 1. Perubahan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
6
dilakukan bank untuk memenuhi level modal yang lebih tinggi merupakan salah
satu kekuatan dari pendekatan Elliot ini.
7
2009, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa likuiditas dan besar aset
mempengaruhi transmisi BI rate kepada suku bunga kredit, sementara kapitalisasi
bank tidak signifikan dalam mempengaruhi transmisi tersebut. Selanjutnya,
Gunadi, Deriantino, dan Budiman (2011) melakukan penelitian dengan
menggunakan OLS data industri bank September 2000–Maret 2011 dan
menemukan bahwa sensitivitas suku bunga kredit bank terhadap BI rate
dipengaruhi kondisi CAR bank. Apabila CAR bank lebih dari 19,8%, respons
terhadap peningkatan 1% BI rate adalah 0,1%. Sementara itu, apabila CAR bank
kurang dari 19,8%, respons terhadap BI rate lebih tinggi, yaitu 0,22%. Dari
penelitian-penelitian tersebut terlihat bahwa belum ada penelitian yang secara
spesifik menjelaskan dampak perubahan kebijakan ketentuan modal terhadap
spread suku bunga bank.
8
III. METODOLOGI
9
akan menaikan spread suku bunga dengan meningkatkan suku bunga kredit
untuk meng-offset penurunan ROE. Kerangka pikir dari penelitian ini
diilustrasikan dalam skema di bawah ini.
Selanjutnya pemetaan hubungan antar komponen neraca bank dan laba rugi
yang digunakan dalam penelitian ini dipaparkan dalam subbab berikut.
10
a. Aset
Aset bank terdiri atas komponen (i) kas dan penempatan di Bank
Indonesia; (ii) penempatan pada bank lain; (iii) surat berharga yang terdiri atas
tagihan spot dan derivatif, surat berharga, surat berharga yang dijual dengan
janji dibeli kembali (repo), tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji
dijual kembali (reverse repo); (iv) kredit yang diberikan; dan (v) aset lain yang
terdiri atas tagihan akseptasi, penyertaan, cadangan kerugian penurunan nilai
aset keuangan, aset tidak berwujud, aset tetap dan inventaris, properti
terbengkalai, aset yang diambil alih, rekening tunda, aset antarkantor,
cadangan kerugian penurunan niai aset lain, aset pajak tangguhan, dan rupa-
rupa aset.
b. Liabilities:
Total liabilities bank terdiri atas (i) dana pihak ketiga (DPK) yang terdiri
atas giro, tabungan, dan simpanan berjangka; (ii) kewajiban pada Bank
Indonesia; (iii) surat berharga yang diterbitkan dan spot derivatif yang terdiri
atas kewajiban spot derivatif, kewajiban atas surat berharga yang dijual dengan
janji dibeli kembali (repo), dan surat berharga yang diterbitkan; (iv) total
pinjaman yang terdiri atas kewajiban pada bank lain+pinjaman; dan (v)
kewajiban lain yang terdiri atas kewajiban akseptasi, setoran jaminan,
kewajiban antarkantor4, kewajiban pajak tangguhan, dan rupa-rupa kewajiban.
c. Modal (Equity)
4Khusus untuk Kantor Cabang Bank Asing ada pengurangan nilai kewajiban antarkantor
dengan nilai dana usahanya.
11
perhitungan modal dilakukan dengan mempertimbangkan total modal asing
yang berasal dari data komponen modal bank asing (data KPMM).
8 Pendapatan Non-Operasional
9 Beban Non-Operasional
10 Net Pendapatan Non-Operasional (8-9)
12
d. Net Pendapatan Non-Operasional
e. Total Laba
f. Tax Rate
g. Laba Bersih
h. ROE
Sumber terakhir pendanaan bank dan yang paling mahal adalah equity.
Hubungan antara perubahan jumlah modal dan Return on Equity (ROE) bank
digambarkan dalam persamaan berikut.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑂𝐸 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
i. CAR
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐶𝐴𝑅 =
𝐴𝑇𝑀𝑅
a. Peningkatan modal
13
b. Peningkatan laba bersih yang diperlukan
Dari tabel tersebut terlihat bahwa ROE bank relatif lebih tinggi daripada
suku bunga pinjaman sehingga meskipun terjadi penurunan beban bunga
pinjaman, bank tetap memerlukan tambahan pendapatan bunga untuk
mengompensasi kenaikan biaya akibat penambahan modal.
14
meningkatkan lending spreads. Besar tambahan lending spreads () yang
diperlukan dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut:5
[(𝑙𝑎𝑏𝑎 −𝑛𝑒𝑡 𝑝𝑑𝑛𝑝𝑡𝑛 𝑛𝑜𝑛 𝑜𝑝𝑟𝑠𝑛𝑙−𝑛𝑒𝑡 𝑝𝑛𝑑𝑝𝑡𝑛 𝑜𝑝𝑟𝑠𝑛𝑙𝑙 𝑛𝑜𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎)+𝑏𝑏𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎]𝑡+1 −𝑝𝑛𝑑𝑝𝑡𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑡
𝛼= 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Metode yang digunakan adalah panel data 107 bank (di luar bank syariah)
dengan periode data 2001Q1–2014Q4.
15
IV. PENGOLAHAN DATA
Total aset perbankan Indonesia pada tahun 2014 mencapai sekitar 5.410
triliun rupiah. Total aset ini mencakup 78% dari total aset sektor keuangan di
Indonesia. Selama lima tahun terakhir, terlihat bahwa sejak tahun 2010 hingga
2014 total aset industri perbankan cenderung mengalami kenaikan setiap
tahunnya dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar 17%. Pertumbuhan
terbesar terjadi antara tahun 2010 dan tahun 2011, yaitu sebesar 21%.
Triliun Rupiah
Total Asset Triliun Rupiah Total Asset per Buku
6000 3000
5000 2500
4000 2000
3000 1500
2000 1000
1000 500
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Total Asset BUKU 1 BUKU 2 BUKU 3 BUKU 4
Pada tahun 2014 pertumbuhan total aset terbesar terjadi pada kelompok
bank BUKU 1 yang tumbuh sebesar 19% dari tahun sebelumnya, sementara bank
BUKU 3 memiliki pertumbuhan terkecil, yaitu sebesar 7% dari tahun sebelumnya.
6 Angka-angka dalam subbab ini berasal dari pengolahan data individual bank yang
digunakan dalam penelitian setelah melalui beberapa pembersihan data. Oleh karena itu,
terdapat kemungkinan sedikit perbedaan dengan data di publikasi/riset lainnya.
16
% CAR % CAR per BUKU
25 35
30
20
25
15 20
10 15
10
5
5
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai CAR paling besar dimiliki oleh bank BUKU 2, yaitu sebesar 30,02%
diikuti oleh bank BUKU 1 sebesar 17,70%, dan BUKU 4 sebesar 17,12%,
sedangkan bank BUKU 3 memiliki nilai CAR paling kecil di antara BUKU lainnya,
yaitu sebesar 17,00%. Jika melihat perkembangan CAR perbankan berdasarkan
kelompok BUKU-nya, terlihat bahwa bank BUKU 2, BUKU 3, dan BUKU 4
mengalami kenaikan nilai CAR. Namun, di tengah kenaikan CAR industri
perbankan dan kelompok BUKU lainnya, CAR bank BUKU 1 justru mengalami
sedikit penurunan saat memasuki tahun 2014.
Rasio modal minimum yang harus dimiliki bank berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) relatif tidak berubah sejak tahun 2008–2011, yaitu sebesar 8% dari
ATMR. Namun, mulai tahun 2012 digunakan aturan penyediaan modal minimum
yang baru, yaitu sebesar 8% dari ATMR dengan aturan tambahan sesuai dengan
profil risiko (CAR risk profile). Dengan aturan baru ini nilai CAR risk profile yang
paling rendah berada pada nilai 8%, sedangkan yang paling tinggi berada pada
nilai 14%.
17
% CAR BUKU 1 % CAR BUKU 2
35 35
30 30
25 25
20 20
15 15
10 10
5 5
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
CAR CAR Risk Profile (Min) CAR Risk Profile (Max) CAR CAR Risk Profile (Min) CAR Risk Profile (Max)
CAR CAR Risk Profile (Min) CAR Risk Profile (Max) CAR CAR Risk Profile (Min) CAR Risk Profile (Max)
Grafik 3. Perbandingan CAR per BUKU dengan Aturan CAR yang Berlaku
Dari sisi suku bunga, perkembangan suku bunga kredit dan deposito
cenderung mengalami kenaikan selama dua tahun terakhir (2013 dan 2014). Suku
bunga kredit berada pada nilai 11,44% dan suku bunga deposito berada pada nilai
7,73%.
18
Hal yang sama juga digambarkan oleh perkembangan suku bunga kredit
dan suku bunga deposito untuk masing-masing BUKU. Suku bunga kredit dan
suku bunga deposito untuk masing-masing BUKU cenderung mengalami kenaikan.
Hingga tahun 2012 lending spread perbankan cukup besar meskipun setelah
tahun 2012, lending spread-nya relatif mengecil. Pada tahun 2014 suku bunga
kredit dan suku bunga deposito yang paling tinggi dimiliki oleh bank kelompok
BUKU 1 dengan nilai mencapai 14,11% dan 9,27%. Secara rata-rata spread suku
bunga yang paling tinggi, yaitu spread pada kelompok bank BUKU 1 (4,84%),
diikuti BUKU 4 (4,04%), BUKU 3 (3,88%), dan yang paling rendah pada kelompok
bank BUKU 2 (2,65%).
Suku Bunga Kredit Suku Bunga Deposito Suku Bunga Kredit Suku Bunga Deposito
Suku Bunga Kredit Suku Bunga Deposito Suku Bunga Kredit Suku Bunga Deposito
19
% ROE Industri % ROE per BUKU
9.20 25
9.00 20
8.80
15
8.60
10
8.40
8.20 5
8.00 0
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Tahap awal dari pengolahan data adalah penyusunan neraca dan laba rugi
representative bank dengan menggunakan rata-rata tertimbang data individual
bank selama 5 tahun terakhir (Tabel 4). Representative bank ini dianggap mewakili
kondisi industri perbankan di Indonesia secara umum.
20
Dari Tabel 4 terlihat bahwa komponen terbesar dari aset bank adalah kredit
(sekitar 49,84%), diikuti oleh aset lainnya 7 (22,97%), kas dan penempatan di BI
(12,99%), dan penempatan di bank lain (5,5%). Adapun sumber utama pendanaan
aset-aset tersebut adalah berasal dari dana pihak ketiga (55,51%) serta kewajiban
lainnya (23,43%) 8 . Sumber pendanaan yang berasal dari modal adalah sekitar
14,3% dari total aset. Sumber pendanaan lainnya relatif kecil, yaitu kewajiban
pada bank lain (4,02%), pinjaman (1,57%), surat berharga (1,15%), dan kewajiban
pada BI (0,03%). Secara rata-rata, ATMR bank adalah sekitar 53,98% dari total
aset dan rasio modal/ATMR adalah sekitar 22,95%.
7 Aset lainnya: tagihan akseptasi, penyertaan, cadangan kerugian penurunan nilai aset
keuangan, aset tidak berwujud, aset tetap dan inventaris, properti terbengkalai, aset yang
diambil alih, rekening tunda, aset antar kantor, cadangan kerugian penurunan nilai aset
lainnya, aset pajak tangguhan, dan rupa-rupa aset.
8 Kewajiban lainnya: kewajiban akseptasi, setoran jaminan, kewajiban antarkantor,
kewajiban pajak tangguhan, dan rupa-rupa kewajiban.
9 Berdasarkan paper King (2010) dan Swamy (2014).
21
ditambahkan pendapatan non-operasional dan dikurangi pajak, laba bersih bank
dibandingkan total aset (ROA) adalah sekitar 1,25%.
22
pendapatan operasional nonbunga dan net pendapatan non-operasional, nilai
pendapatan bunga yang diperlukan untuk mencapai laba tersebut adalah sebesar
8,68%. Dengan total kredit sebesar 49,84% dari total aset, besar kenaikan lending
spreads yang diperlukan untuk memperoleh pendapatan bunga tersebut adalah
sebesar 6 basis poin (bps). Karena hubungan perhitungan dampak kenaikan modal
dengan menggunakan metode ini bersifat linier, dengan kenaikan setiap 1% modal
CAR akan mengakibatkan kenaikan lending spread dengan kelipatan sekitar 6 bps.
Dampak kenaikan modal sebesar 2% akan mengakibatkan kenaikan lending
spread sebesar 11,56 bps.
23
Tabel 5. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal
24
yang berbeda-beda membuat dampak kenaikan modal terhadap tiap-tiap BUKU
bervariasi.
25
Tabel 9. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal pada Bank BUKU 3
Tabel 10. Simulasi Dampak Kenaikan 1% Aturan Modal pada Bank BUKU 4
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 7 sampai dengan Tabel 10, dapat
dilihat bahwa kenaikan 1% aturan kecukupan modal memberikan dampak yang
berbeda terhadap tiap-tiap BUKU. Apabila bank tidak menaikkan spread suku
bunganya, peningkatan aturan modal sebesar 1% akan membuat penurunan ROE
26
yang besar (-1,18%) pada bank BUKU 4. Sementara itu, penurunan ROE terkecil
dialami oleh BUKU 1 (-0,04%). Selanjutnya apabila bank merespons dengan
menaikkan lending spread, besarnya kenaikan lending spread ini akan sangat
sensitif terhadap besarnya penurunan nilai ROE. BUKU 1 akan melakukan
kenaikan lending spread yang paling kecil (0,01%), sedangkan BUKU 4 akan
menaikkan lending spread paling besar (0,32%).
35.00
30.00
Δ Lending Spreads (bps)
25.00
20.00
15.00
10.00
R² = 0.4501
5.00
0.00
30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 55.00 60.00 65.00 70.00
ATMR/Asset (%)
27
Grafik 7. Plot Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Lending Spread
C 9.21*** 9.18***
Suku bunga deposito (-1) 0.65*** 0.65***
NPL (-1) 0.07*** 0.07***
Perubahan aturan CAR(-3) 0.15*** 0.15***
28
Berdasarkan hasil estimasi tersebut terlihat bahwa dampak perubahan
aturan CAR terhadap suku bunga relatif kecil dan memerlukan waktu sekitar tiga
triwulan. Dengan asumsi cateris paribus, 1% perubahan aturan CAR akan
menyebabkan kenaikan suku bunga kredit sebesar 0,15%.
29
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
30
5.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
Dewati, Wahyu et. al. 2009. “Revisiting Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia:
Bukti Empiris dengan pendekatan VAR dan Panel Data”. Working Paper
Bank Indonesia
Elliott D J. 2010.”Quantifying the effects on lending of increase capital
requirements”. The Brookings Institutions, 21 September.
Gunadi I, Deriantino E dan dan Budiman. 2011. “Increasing Banking Capital for
Promoting Financial Stability and Banking Response to Monetary Policy:
Evidence from Indonesia”. Working Paper Bank Indonesia King, Michael R.
2010.”Mapping Capital and Liquidity Requirements to Bank Lending
Spreads”. BIS Working Papers No. 324 November 2010.
Modigliani, F and Merton H. Miiler. 1958. “The Cost of Capital, Corporation
Finance and the Theory of Investment” The American Economic Review, Vol.
48, No. 3 (Jun., 1958), pp. 261-297
Purwanto, M. Noor Adhi.2009. “ Faktor-faktor Penentu Spread Suku Bunga Bank”.
Occasional Paper Bank Indonesia
Repullo R and Suarez J. 2004.”Loan pricing under Basel capital requirements”,
Journal of Financial Intermediation 13(4): 496–521.
Ruthenberg D and Landskroner Y. 2008. “Loan Pricing under Basel II in an
Imperfectly Competitive Banking Market”, Journal of Banking and Finance
32: 2725–2733.
Swamy, Vighneswara. 2014. “Modelling the Impact of New Capital Regulations on
Bank Profitability”. MPRA Paper No. 58298 September 2014.
32
LAMPIRAN
Peraturan Bank
Pasal Periode Berlaku KPMM
Indonesia
Nomor Pasal 2 Ayat (1) 2001q4 – 2008q3 8% dari ATMR
3/21/PBI/2001
Nomor Pasal 2 Ayat (1) 2008q4 – 2012q3 8% dari ATMR
10/15/PBI/2008
Nomor Pasal 2 Ayat (3) 2012q4 – 2013q3 8% dari ATMR –
14/18/PBI/2012 ditambah adds on sesuai
profil risiko
Nomor Pasal 2 Ayat (3) 2013q4 - 8% dari ATMR –
15/12/PBI/2013 sekarang ditambah adds on sesuai
profil risiko
33
Neraca dan Laporan Laba Rugi Representative Bank Masing-masing
BUKU
BUKU1
Pendapatan Operasional Non Bunga 1.33 1.00 0.94 0.68 0.65 0.92
Biaya Operasional Non Bunga 5.15 4.08 3.94 3.83 3.69 4.14
Net Pendapatan operasional non-bunga -3.82 -3.09 -3.01 -3.16 -3.04 -3.22
Net Pendapatan operasional 1.46 1.50 1.46 1.44 1.16 1.33
Total laba (Laba tahun berjalan) 1.42 1.59 1.50 1.53 1.19 1.44
Pajak tahun berjalan 0.32 0.36 0.33 0.32 0.25 0.32
Laba Bersih 1.11 1.23 1.18 1.20 0.93 1.13
34
BUKU 2
Pendapatan Operasional Non Bunga 2.48 2.22 2.05 2.76 3.08 2.52
Biaya Operasional Non Bunga 4.46 4.04 3.81 4.63 4.70 4.33
Net Pendapatan operasional non-bunga -1.98 -1.82 -1.77 -1.87 -1.62 -1.81
Net Pendapatan operasional 2.02 1.73 1.65 1.64 1.79 1.76
Total laba (Laba tahun berjalan) 2.07 1.82 1.70 1.76 1.80 1.83
Pajak tahun berjalan 0.51 0.43 0.41 0.44 0.44 0.45
Laba Bersih 1.57 1.38 1.29 1.32 1.36 1.38
35
BUKU 3
Pendapatan Operasional Non Bunga 2.70 2.13 1.62 1.99 1.86 2.06
Biaya Operasional Non Bunga 4.32 3.65 3.01 3.39 3.47 3.57
Net Pendapatan operasional non-bunga -1.62 -1.52 -1.39 -1.40 -1.61 -1.51
Net Pendapatan operasional 1.49 1.43 1.51 1.44 1.28 1.43
Total laba (Laba tahun berjalan) 1.49 1.54 1.57 1.49 1.27 1.47
Pajak tahun berjalan 0.32 0.36 0.37 0.34 0.28 0.34
Laba Bersih 1.17 1.18 1.19 1.15 0.98 1.14
36
BUKU 4
37