Anda di halaman 1dari 29

16

BAB III

DASAR TEORI

3.1 Pengertian umum

Jembatan merupakan salah satu bentuk konstruksi yang berfungsi meneruskan

jalan melalui suatu rintangan. Seperti sungai, lembah dan lain-lain sehingga lalu

lintas jalan tidak terputus olehnya.

Dalam perencanaan konstruksi jembatan dikenal dua bagian yang merupakan satu

kesatuan yang utuh yakni :

 Bangunan Bawah ( Sub Struktur )

 Bangunan Atas ( Super Struktur )

Bangunan atas terdiri dari lantai kendaraan, trotoar, tiang-tiang sandaran dan

gelagar.

Bangunan bawah terdiri dari pondasi, abutmen, pilar jembatan dan lain-lain.

1. Syarat dan bentuk jembatan

Pemilihan bentuk jembatan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari lokasi jembatan

tersebut. Pemilihan lokasi tergantung medan dari suatu daerah dan tentunya

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di daerah dengan kata lain bentuk dari

konstruksi jembatan harus layak dan ekonomis.


17

Perencanaan konstruksi jembatan berkaitan dengan letaknya. Oleh beberapa ahli

menentukan syarat-syarat untuk acuan dari suatu perencanaan jembatan sebagai

berikut :

 Letaknya dipilih sedemikian rupa dari lebar pengaliran agar bentang bersih

jembatan tidak terlalu panjang.

 Kondisi dan parameter tanah dari lapisan tanah dasar hendaknya

memungkinkan perencanaan struktur pondasi lebih efesien.

 Penggerusan ( scow-ing ) pada penampang sungai hendaknya dapat

diantisipasi sebelumnya dengan baik agar profil saluran di daerah

jembatan dapat teratur dan panjang.

Dari syarat-syarat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa pemilihan penepatan

jembatan merupakan salah satu dari rangkaian system perencanaan konstruksi

jembatan yang baik, namun demikian aspek–aspek yang lain tetap menjadi bagian

yang penting, misalnya saja system perhitungan konstruksi; penggunaan struktur

ataupun mengenai system nonteknik seperti obyektifitas pelaksana dalam

merealisasikan jembatan tersebut.

Mengenai bentuk-bentuk jembatan dapat dibedakan sesuai dengan:

Material yang digunakan


18

1. Jembatan rangka baja

Gambar 3.1 jembatan rangka baja

Sebuah jembatan truss adalah jembatan yang beban suprastruktur terdiri dari truss.

Truss ini adalah struktur elemen terhubung membentuk unit segitiga. Unsur-unsur

yang terhubung (biasanya lurus) dapat ditekankan dari ketegangan, kompresi, atau

kadang-kadang baik dalam respons terhadap beban dinamis. Jembatan truss

adalah salah satu jenis tertua dari jembatan modern. Jenis dasar jembatan truss

ditunjukkan dalam artikel ini memiliki desain sederhana yang dapat dengan

mudah dianalisis oleh para insinyur abad kedua puluh kesembilan belas dan awal.

Sebuah jembatan truss ekonomis untuk membangun karena penggunaan yang

efisien bahan.
19

2. Jembatan beton

Gambar 3.2 Jembatan beton

Beton telah banyak dikenal dalam dunia konstruksi .Dewasaini, dengan kemajuan

teknologi beton dimungkinkan untuk memperoleh bentuk penampang beton yang

beragam. Bahkan dalam kenyataan sekarang jembatan beton ini tidak hanya

berupa beton bertulang konvensional saja, tetapi telah dikembangkan berupa

jembatan prategang.

3. Jembatan kayu

Pengertian Jembatan kayu merupakan jembatan dengan material kayu yang dapat

diperbaharui (renewable). Kayu adalah sumber daya alam yang pemanfaatannya

akhir-akhir ini lebih banyak pada bidang industri kayu lapis, furnitur, dan dapat

dikatakan sangat sedikit pemakaiannya dalam bidang jembatan secara langsung

sebagai konstruksi utama


20

Gambar 3.3 Jembatan kayu

4. Jembatan komposit

Gambar 3.4 Jembatan komposit

Konstruksi komposit bekerjanbatang-batang stuktural yang merupakan gabungan

dari 2 material yaitu baja struktural dan beton bertulang. Dengan kata lain, batang

structural yang dibentuk dari 2 atau lebih material disebut kompopsit. Pada

bangunan gedung dan jembatan umumnya berupa komposit dari baja strutural dan
21

beton bertulang yang biasanya dipakai pada elemen balok atau dan kolom . Pada

jembatan sebagian besar komposit untuk balok.

3. Sifat Dasar Beton

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari agregat alam seperti kerikil,

pasir, dan bahan perekatBahan perekat yang biasa dipakai adalah air dan semen.

Secara umum, beton dibagi dalam dua bagian yaitu:

a. Beton bertulang

Beton bertulang adalah suatu bahan bangunan yang kuat, tahan lama dan

dapat dibentuk menjadi berbagai ukuran. Mamfaat dan keserbangunannya dicapai

dengan mengkombinasikan segi-segi yang terbaik dari beton dan baja dengan

demikian apabila keduanya dikombinasikan, baja akan dapat menyediakan

kekuatan tarik dan sebagian kekuatan geser.

b. Beton tidak bertulang

Beton tidak bertulang hanya mampu atau kuat menahan kekuatan tekan

dari beban yang diberikan.

4. Bagian-bagian Struktur Jembatan

Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip –

Prinsip Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988)

Suatu bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu

:
22

1. Bangunan atas

2. Landasan

3. Bangunan bawah

4. Pondasi

5. Oprit

6. Bangunan pengaman jembatan

Gambar 3.5. Gambar Bagian - Bagian Jembatan

Keterangan Gambar :

1. Bangunan Atas

2. Landasan (Biasanya terletak pada pilar / abutment)

3. Bangunan Bawah (fungsinya : memikul beban – beban pada

bangunan atas dan pada bangunan bawahnya sendiri untuk

disalurkan ke pondasi, kemudian dari pondasi disalurkan ke

tanah)

4. Pondasi

5. Oprit (terletak dibelakang abutmen, oleh karena itu tanah


23

timbunan di belakang abutment dibuat sepadat mungkin

agar tidak terjadi penurunan tanah dibelakang hari)

Menurut (Siswanto,1993), secara umun bentuk dan bagian-bagian suatu

struktur jembatan dapat dibagi dalam empat bagian utama, yaitu : struktur

bawah, struktur atas, jalan pendekat, bangunan pengaman.

5. Struktur bawah

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (modul Pengantar Dan Prinsip –

Prinsip Perencanaan Bangunana Bawah / Pondasi Jembatan, 1988), fungsi

utama bangunan bawah adalah memikul beban – beban pada bangunan atas

dan pada bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Yang

selanjutnya beban – beban tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah. Macam

dan bentuk bangunan bawah :

Bangunan bawah jembatan ada dua macam yaitu :

1) Kepala Jembatan (abutment)

Karena letak abutment yang berada di ujung jembatan maka abutment

ini berfungsi juga sebagai penahan tanah. Umumnya abutment

dilengkapi dengan konstruksi sayap yang berfungsi menahan tanah dalam

arah tegak lurus as jembatan.


24

Gambar 3.6. Bentuk Abutment

Bentuk umum abutment pada gambar 3.6. Sering kita jumpai baik pada

jembatan- jembatan baru dan jembatan – jembatan lama. Gambar 3.6(a).

menunjukkan abutment dari pasangan batu, dan gambar 3.6(b) dan 3.6(c) dari

beton bertulang (reinforced concrete).

Bila abutment ini makin tinggi, maka berat tanah timbunan dan tekanan tanah

aktif makin tinggi pula, sehingga sering kali dibuat bermacam –

macam bentuk untuk mereduksi pengeruh – pengeruh tersebut

Gambar 3.7. Macam – Macam Bentuk Abutment Untuk Mereduksi tekanan

Tanah Aktif

Gambar 3.7.(a). menunjukkan abutment yang dibuat sedemikian rupa

sehingga dapat mereduksi momen / tekanan tanah aktif. Dan gambar 3.7.(b).
25

menunjukkan abutment yang dibelakangnya dibuat (dikombinasi) dengan

semacam box kosong. Disini dimaksudkan untuk mengurangi berat tanah

timbunan. Disamping beban – beban vertical dan momen tersebut, kadang

– kadang gaya – gaya horizontal yang timbul masih cukup besar sehingga,

misalnya pada abutment dengan pondasi langsung yang mana didalam

perhitungannya masih didapatkan koefisien keamanan terhadap geser yang

belum mencukupi persyaratan, maka sering ditempuh cara lain misalnya

dengan memberikan semacam kaki atau tumit pada bidang pondasinya.Cara

meletakkan tumit bias bermacam – macam (lihat gambar 3.8).

Gambar 3.8 Cara meletakan tumit

2) Pilar

Pilar merupakan struktur yang mendukung bangunan atas pada pertengahan antara

dua abutmen. Pilar digunakan jika bentang jembatan terlalu panjang atau bentang

lebih darisatu. Seperti halnya abutmen, pilar juga dapat didesain dalam berbagai

ukuran dan bentuk. Desain pilar perlu memperhatikan aspek estetika karena

sangat mempengaruhi keindahan tampak jembatan.

 Bentuk pilar jembatan


26

Berbeda dengan abutment yang jumlahnya 2 buah dalam satu jembatan, maka

pilar ini belum tentu ada dalam suatu jembatan. Gambar 3.8. Menunjukkan suatu

jembatan rangka tanpa pilar.

Gambar 3.9. Jembatan Rangka Baja Tanpa Pilar

Pilar jembatan pada umumnya terkena pengaruh aliran sungai sehingga

didalam perencanaannya direncanakan selain segi kekuatannya harus juga

diperhitungkan segi – segi keamananya.

Bentuk dari dinding pilar ini bisa masif (solid), kotak atau beberapa kotak

(cellular), bias terdiri dari kolom – kolom (trestle) atau dari 1 kolom saja

(hammer head). Lihat Gambar 3.9.


27

Gambar 3.10. Bentuk Dinding Pilar

3) Solid type

Pada solid type selain dari beton bertulang, sering dijumpai juga terbuat

dari pasangan batu. Bila bentuk ini dipergunakan khusus pada bidang

kotak dengan arus air harus dibuat lengkung air (cut water). Salah satu

keuntungannya ialah mudah di dalam pengerjaannya.Penggunaan bentuk ini

harus diperhitungkan terhadap arah arus sungai yang tidak konstan. Jika

arah arus parallel dengan arah dinding pilar makabidang kontak langsung

dengan arus hanya sebesar tebal dinding sumuran D (lihat gambar 2.8 ),

akan tetapi apabila suatu ketika arah arus yang baru menyudut α dengan

arah arus yang lama maka bidang kontak tersebut menjadi D’ ∞ B sin α

dimana B = panjang dinding pilar dan D’ ini > D.


28

Gambar 3.11. Layout Dinding Pilar Jika Arus Parallel Dan Arus Yang

Menyudut α

Bentuk yang lebih ekonomis, misalnya jika dinding pilar dilaksanakan

dengan bentuk kolom bulat dan oval (trestle type dan hammer type),

meskipun pelaksanaannya lebih sulit. Bentuk kolom bulat mempunyai suatu

keuntungan yaitu tidak ada perubahan pengaruh jika arah arus berubah –

ubah (Lihat Gambar 5.7).

Gambar 3.12. Pilar Dengan Bentuk Kolom Bulat

Untuk pilar – pilar yang tinggi bentuk trestle type, sering diperkuat dengan

kopel atau dinding untuk menambah kekakuan dalam kaitannya dengan pengaruh

tekuk pada kolom.


29

Gambar 3.13 Trestle Type

Pada Gambar 5.9 Menunjukkan bentuk – bentuk lain dari pilar yang karena

pertimbangan – pertimbangan pelaksanaan (misalnya pail air normal yang

cukup tinggi sehingga sulit untuk melaksanakan kistdam), bidang poer dibuat di

atas tinggi normal

Gambar 3.14. Penempatan Pilar Pada Air Normal

Menurut siswanto,1999), Secara umum struktur bawah dilakukan meliputi

stabilitas dan kekuatan elemen-elemen struktur, sehingga aman terhadap

penggulinagan atau penggeseran. Struktur bawah suatu jembatan adalah

merupakan sutau pengelompokan bagian-bagian jembatan yang menyangga


30

jenis- jenis beban yang sama dan memberikan jenis reaksi sama, atau juga dapat

disebut struktur yang langsung berdiri di atas dasar tanah

1. Fondasi, merupakan bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan

beban-beban langsung kea tau dari tanah atau batuan/lapisan tanah keras.

2. Bangunan bawah (pangkal jembatan, pilar) yaitu bagian-bagian jembatan

yang memindahkan beban-beban dari perletakan ke fondasi, dan biasanya

juga difungsikan sebagai bangunan penahan tanah.

4) Pondasi

 Pondasi dangakal – pondasi langsung (Shallaow Foundations)

Pondasi langsung dipergunakan bila lapisan tanah pondasi yang telah

diperhitungkan mampu memikul beban – beban di atasnya, terletak

pada lokasi yang dangkal dari dasar sungai atau tanah setempat. (lihat

gambar – gambar pondasi langsung dari abutment/pilar

Gambar 3.15 pondasi dangkal


31

 Pondasi dalam (Deep Foundations)

Pondsi dalam sering juga dinamakan pondasi tak langsung, alasannya ialah

karena beban – beban yang akan diteruskan ke lapisan tanah yang mampu

memikulakanya, letaknya dalam dari tanah setempat, sehingga terlebih dahulu

harus disalurkan melewati suatu konstruksi penerus yang disebut pondasi tiang

atau pondasi sumuran

 Pondasi Tiang Pancang

Jenis – jenis tiang pancang :

a. Point bearing pile

Point bearing pile dimaksudkan kekuatan tiang didasarkan pada daya

dukung tanah (Gambar 5.11). Sering kali didalam perencanaan

didapatkan daya dukung tersebut sangat besar sehingga akhirnya

kekuatan tiang pancangnya sendiri yang lebih menentukan.

Gambar 3.16. Point bearing piles


32

b. Friction piles

Friction piles : jika tanah tersebut mengandung banyak pasir, maka akan bekerja

gaya – gaya dari pasir tersebut

Gambar 3.17 Pondasi Friction piles

6. Struktur Atas

Menurut (Pranowo dkk, 2007) struktur atas jembatan adalah

bagian dari struktur jembatan yang secara langsung menahan beban

lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke bangunan bawah jembatan;

bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas

struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan, sambungan siar muai

dan perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat

berbentuk pelat, gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable

stayed) atau pelengkung


33

Gambar 3.18. Gelagar Baja Indonesia

Menurut (Siswanto,1993), struktur atas jembatan adalah bagian-bagian

jembatan yang memindahkan beban-beban lantai jembatan kearah perletakan.

Struktur atas terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau

perletakan, struktur lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang

dan memanjang.

6.1 Plat Lantai

Plat lantai merupakan komponen jembatan yang memiliki fungsi utama untuk

mendistribusikan beban sepanjang potongan melintang jembatan. Plat lantai

merupakan bagian yang menyatu dengan sistem struktur yang lain, yang

didesain untuk mendistribusikan beban-beban sepanjang bentang jembatan


34

Gambar 3.19 Plant lantai

6.2 Gelagar Induk

Gelagar induk merupakan komponen utama yang berfungsi untuk

mendistribusikan beban-beban secara longitudinal dan biasanya didesain 6 untuk

menahan lendutan. Gelagar induk identik dengan penamaan dari tipe bangunan

atas jembatan, misal gelagar tipe balok disebut dengan istilah girder, gelagar tipe

rangka disebut dengan istilah truss, dan sebagainya.

Gambar 3.20 Gelagar induk


35

6.3 Gelagar sekunder

Gelagar sekunder terdiri dari gelagar melintang dan memanjang. Gelagar

melintang merupakan pengikat antar gelagar induk yang didesain untuk menahan

deformasi melintang dari rangka struktur atas dan membantu pendistribusian

bagian dari beban vertikal antara gelagar induk. Gelagar memanjang pada

jembatan merupakan pengikat antara gelagar melintang dan bantalan.

6.4 Sambungan Siar Muai

Sambungan siar muai merupakan komponen jembatan yang berfungsi untuk

menyambungkan bangunan atas dengan bagian ujung atas abutmen atau pilar.

Selain itu, berfungsi untukmenahan pergerakan horizontal atau rotasi yang

ditimbulkan oleh bangunan atas

Gambar 3.21 Sambungan siar muai


36

6.5 Tumpuan

Tumpuan merupakan tempat perletakan konstruksi untuk dukungan bagi

konstruksi dalam meneruskan gaya-gaya yang bekerja menuju pondasi. Dalam

ilmu mekanika rekayasa dikenal 3 jenis tumpuan yaitu tumpuan sendi, rol dan

jepit

 Tumpuan sendi

Tmpuan sendi sering disebut dengan engsel karena cara bekerja mirip dengan cara

kerja engsel. Tumpuan sendi mampu memberikan reaksi arah vertikal dan

horizontal, artinya tumpuan sendi dapat menahan gaya vertikal dan horizontal atau

dengan kata lain terdapat 2 buah variabel yang akan diselesaikan (Rv dan Rh).

Tumpuan sendi ini tidak dapat menahan momen.

Gambar 3.22 Tumpuan sendi


37

 Tumpuan rol

Tumpuan rol adalah tumpuan yang dapat bergeser ke arah horizontal sehingga

tumpuan ini tidak dapat menahan gaya horizontal. Pada tumpuan terdapat roda

yang dapat begeser dimana berfungsi untuk mengakomodasi pemuaian pada

konstruksi sehingga konstruksi tidak rusak. Tumpuan rol hanya mampu

memberikan reaksi arah vertikal, artinya tumpuan hanya dapar menahan gaya

vertikalnya saja, sehingga hanya terdapat 1 buah variabel yang akan diselesaikan

(Rv saja).

Gambar 3.23 Tumpuan Roll

 Tumpuan jepit

Tumpuan jepit bisa dikonstruksikan seperti misalnya balok yang ditanam dalam

tembokkan atau sebagai tumpuan pada balok terusan (jepitan elastis).


38

Tumpuan jepit dapat memberikan reaksi atau tahan terhadap gaya horizontal,

vertikal dan bahkan mampu memberikan reaksi terhadap putaran momen.

Sehingga pada tumpuan jepit terdapat 3 buah variabel yang harus diselesaikan

(Rv, Rh,dan M).

Gambar 3.24 Tumpuan Jepit

7. Banguan pengaman

Menurut (Siswanto,1993), merupakan bangunan yang diperlukan

untuk pengamanan jembatan terhadap lalu lintas darat, lalu lintas air,

penggerusan dan lain-lain.

Bangunan pelengkap pada jembatan adalah bangunan yang

merupakan pelengkap dari konstruksi jembatan yang fungsinya untuk

pengamanan terhadap struktur jembatan secara keseluruhan dan keamanan

terhadap pemakai jalan. Macam-macam bangunan pelengkap:

7.1. Saluran drainase

Terletak dikanan-kiri abutment dan di sisi kanan-kiri perkerasan jembatan.


39

Saluran drainase berfungsi untuk saluran pembuangan air hujan diatas

jembatan.

Gambar 3.25. Saluran drainase

7.2.Jalan Pendekat (oprit)

Menurut Pranowo dkk (2007), jalan pendekat adalah struktur jalan

yang menghubungkan antara suatu ruas jalan dengan struktur jembatan;

bagian jalan pendekat ini dapat terbuat dari tanah timbunan, dan

memerlukan pemadatan yang khusus, karena letak dan posisinya yang cukup

sulit untuk dikerjakan, atau dapat juga berbentuk struktur kaki seribu (pile

slab), yang berbentuk pelat yang disangga oleh balok kepala di atas tiang-tiang.

Permasalahan utama pada timbunan jalan pendekat yaitu sering terjadinya

penurunan atau deformasi pada ujung pertemuan antara struktur perkerasan

jalan terhadap ujung kepala jembatan. Hal ini disebabkan karena

(Admin,2009) :

a) Pemadatan yang kurang sempurna pada saat pelakasanaan, akibat tebal

pemadatan tidak mengikuti ketentuan pelaksanaan atau kadar air optimum


40

tidak terpenuhi.

b) Karena air mengalir keluar, dimana terjadi kapilerisasi pada lapisan

atau kelurusan air melalui saluran drainase sehingga ada perubahan

tegangan efektif.

c) Pemadatan lapisan timbunan jalan pendekat yang berlebih, dimana terjadi

perubahan kadar air yang mengakibatkan pengembangan lapisan

tanah yang dapat mendesak permukaan perkerasan ke atas.

Gambar 3.26 Kerusakan Pada Oprit Jembatan Tol Kapuas

7.3.Talud

Talud mempunyai fungsi utama sebagai pelindung abutment dari

aliran air sehingga sering disebut talud pelindung terletak sejajar dengan

arah arus sungai.


41

Gambar 3.27. Talud

7.4. Guide post/patok penuntun

Patok Penuntun berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi kendaraan

yang akan melewati jembatan, biasanya diletakkan sepanjang panjang oprit

jembatan

Gambar 3.28. Patok Penuntun


42

7.5.Lampu penerangan

Menurut Departement Pekerjaan Umum (1992) tentang spesifikasi

lampu penerangan jalan perkotaan, Lampu penerangan jalan adalah bagian

dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan

jalan dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk

menerangi jalan maupun ling kungan disekitar jalan yang diperlukan

termasuk persimpangan jalan (intersection), jalan layang (interchange,

overpass, fly over), jembatan dan jalan di bawah tanah (underpass,

terowongan).

Beberapa fungsi dari Lampu Penerangan Jalan antara lain :

a. untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengendara,

khususnya untuk mengantisipasi situasi perjalanan pada malam hari.

b. memberi penerangan sebaik-baiknya menyerupai kondisi di siang

hari

c. untuk keamanan lingkungan atau mencegah kriminalitas.

d. untuk memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan jalan.

Bentuk/Dimensi dan Struk-tur Lampu Penerangan Jalan

Lampu Penerangan Jalan berdasarkan Jenis sumber cahaya :

Gambar 3.29. Lampu Merkuri


43

Gambar 3.30. Lampu Sodium

7.6.Trotoar

Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan

dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin

keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Para pejalan kaki berada pada

posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka

akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama

dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan

kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan

yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar (Wikipedia,

2009)

Gambar 3.31. Trotoar jembatan


44

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab V
    Bab V
    Dokumen3 halaman
    Bab V
    Nani sintia
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen24 halaman
    Bab Iv
    Nani sintia
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen10 halaman
    Bab Ii
    Nani sintia
    Belum ada peringkat
  • Pendidikan Agama Islam
    Pendidikan Agama Islam
    Dokumen18 halaman
    Pendidikan Agama Islam
    Nani sintia
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Tentang Arsitek
    Sejarah Tentang Arsitek
    Dokumen43 halaman
    Sejarah Tentang Arsitek
    Nani sintia
    Belum ada peringkat
  • Night Sky Full Moon PowerPoint Templates
    Night Sky Full Moon PowerPoint Templates
    Dokumen49 halaman
    Night Sky Full Moon PowerPoint Templates
    Nani sintia
    Belum ada peringkat
  • Teori Arsitektur
    Teori Arsitektur
    Dokumen79 halaman
    Teori Arsitektur
    Nani sintia
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen5 halaman
    Bab V
    Nani sintia
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen21 halaman
    Bab Ii
    Nani sintia
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen21 halaman
    Bab Ii
    Nani sintia
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen21 halaman
    Bab Ii
    Nani sintia
    Belum ada peringkat