Anda di halaman 1dari 13

PERCOBAAN 5

STOIKIOMETRI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari tak pernah lepas dari yang namanya hitungan,
termasuk dalam mempelajari ilmu kimia. Perhitungan ini misalnya berapa
banyak bahan reaktan yang diperlukan bila ingin memperoleh sejumlah produk
tertentu. Atau sebaliknya, bila tersedia sejumlah bahan reaktan berapa hasil
produk maksimal yang dapat diperoleh. Yang mana dalam perhitungannya
menyangkut reaksi-reaksi kimia. Masalah tersebut dapat kita pecahkan dengan
stoikiometri. Stoikiometri sendiri merupakan hubungan kuantitatif antara zat-
zat yang terkait dalam suatu reaksi kimia. Sedangkan reaksi stoikiometri adalah
suatu reaksi yang semua reaktan nya habis bereaksi dan reaksi non stoikiometri
adalah suatu reaksi yang salah satu diantaranya tidak habis bereaksi (bersisa)
dan reaktan yang lain habis bereaksi.

Pada stoikiometri persamaan reaksi akan sangat dibutuhkan dalam pembuatan


reaksi dan perhitungannya dalam kehidupan sehari-hari ilmu kimia sangat
dibutuhkan dalam berbagai bidang industri seperti industri, tekstil makanan,
dan industri farmasi. Dalam industri farmasi dan obat-obatan dihasilkan barang
yang berupa obat, baik dalam bentuk padat maupun cair. Pembuatan obat-
obatan tersebut biasanya dilakukan dengan reaksi kimia. Selain itu hubungan
kuantitatif zat-zat dalam reaksi kimia juga sangat berpengaruh dalam
perhitungan kimia.

Oleh karena itu, praktikum kali ini diperlukan untuk menentukan titik
maksimum dan titik minimum sesuai dengan titik stoikiometri , memahami
mengenai prinsip dan cara kerja dari stoikiometri dalam hal ini untuk
mengetahui hasil reaksi dari sistem NaOH dan HCl beserta jumlahnya dan
perubahan temperatur sistem tersebut, untuk mengetahui hasil reaksi dan
sistem NaOH dan H2SO4 beserta jumlahnya dan perubahan temperatur sistem
tersebut, serta untuk mengetahui konsep dari reaksi stoikiometri dan reaksi
non stoikiometri.

1.2. Tujuan Percobaan


• Untuk menentukan titik maksimum dan titik minimum sesuai dengan titik
stoikiometri.
• Untuk mengetahui teknik atau cara dalam perhitungan jumlah produk reaktan
dalam sebuah reaksi stoikiometri.
• Untuk mengetahui konsep dari reaksi stoikiometri dan reaksi non stoikiometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein
(mengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam hal ini adalah
partikel atom ion, molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat
dalam reaksi kimia. (Ahmad,1985).

Stoikiometri adalah ilmu kimia yang mempelajari dan menghitung hubungan


kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia didasarkan pada hukum
hukum dasar dan persamaan reaksi. Sederhananya stoikiometri merupakan pokok
bahasan dalam ilmu kimia. Reaktan itu sendiri adalah zat yang diperoleh sebagai
hasil reaksi kimia (Chang, 2005).

Stoikiometri bergantung pada kenyataan bahwa unsur unsur berperilaku dengan


cara yang dapat diprediksi, dan materi yang tidak dapat diciptakan atau
dihancurkan, karena itu ketika unsur digabungkan menghasilkan reaksi kimia,
sesuatu yang dikenal dan spesifik yang akan terjadi dan hasil reaksi dapat diprediksi
berdasarkan unsur unsur yang terlibat. Stoikiometri dapat menemukan bagaimana
unsur unsur dan komponen diencerkan dalam larutan yang konsentrasinya
diketahui, bereaksi dalam kondisi eksperimen (Syukri,1999).

Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam


senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara
stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.(Brady,1986).

Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep
paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan
bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa.
(Hiskia,1991).
Menurut (Syabatini, 2008) Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:
a) Hukum Boyle
Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat berkembang
bila dipanaskan. Akhirya ia menemukan hukum yang kemudian terkenal
sebagai hukum Boyle. Hukum boyle ini berbunyi “ Bila suhu tetap, volume
gas dalam ruangan tertutup akan berbanding terbalik dengan tekanan nya.”
b) Hukum Kekekalan Massa
Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-
Lavoisier , Ditemukan oleh Antonio Lorraine Lavoisier. Hukum kekekalan
massa sendiri merupakan suatu hukum yang menyatakan bahwa masa dari
suatu sistem tertutup akan terus konstan meskipun telah terjadi berbagai
macam proses di dalam suatu sistem tertutup tersebut. Masa sebelum dan
sesudah reaksi adalah sama.
c) Hukum Perbandingan Tetap.
Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari
nama kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan
bahwa suatu senyawa kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan
massa yang selalu tepat sama. Dengan kata lain, setiap sampel suatu
senyawa memiliki komposisi unsur-unsur yang tetap.
Misalnya, air terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa
hidrogen.“Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan
kimia selalu tetap.”
d) Hukum Gay Lussac
Menyatakan bahwa volume gas nyata apapun sangat kecil dibandingkan
dengan volume yang ditempatinya. Bila anggapan ini benar, volume gas
sebanding dengan jumlah molekul gas dalam ruang tersebut. Jadi, massa
relatif, yakni massa molekul atau massa atom gas, dengan mudah didapat.
e) Hukum Boyle – Gay Lussac
Hukum ini memiliki bunyi “Bagi suatu kuantitas suatu gas ideal, hasil kali
dari volume dan tekanan nya dapat dibagi dengan temperatur mutlaknya dan
menghasilkan hasil yang konstan.”
f) Hukum Perbandingan Ganda
Pada tahun 1084 John Dalton Adalah orang yang pertama kali meneliti
tentang adanya kasus perbandingan tertentu pada suatu unsur unsur yang
dapat dikenal dengan sebutan perbandingan tetap. Hukum dalton sendiri
berbunyi “Bila dua macam unsur yang sama banyaknya, maka unsur nya
berikut dalam senyawa tersebut akan berbanding sesuai bilangan positif dan
secara sederhana.”
g) Hukum Avogrado
Hukum ini berbunyi “Pada suhu dan tekanan yang tetap, Maka semua
gasnya nya sama akan mengandung molekul yang sama cacahnya”. Artinya,
jumlah molekul atom-atom dalam suatu volume gas tidak tergantung pada
ukuran atau massa dan molekul gas.
BAB III
METODE

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat-alat
a. Gelas kimia 10 buah
b. Termometer 1 buah
c. Gelas ukur 25 ml 1 buah
d. Labu ukur 100 ml 3 buah

3.1.2. Bahan-bahan
a. Larutan NaOH
b. Larutan HCl
c. Larutan H₂SO₄

3.2. Prosedur Percobaan


3.2.1 Stoikiometri Sistem NaOH - HCl
➢ Disiapkan larutan NaOH di dalam labu ukur.
➢ Diukur volume larutan NaOH sebanyak 2.5 ml , 5 ml , 7.5 ml , 10 ml , dan
12.5 ml menggunakan gelas ukur.
➢ Dimasukkan masing-masing volume larutan NaOH ke dalam gelas kimia.
➢ Diukur temperature masing-masing volume larutan NaOH di dalam gelas
kimia menggunakan thermometer.
➢ Dicatat hasil temperature masing-masing volume larutan NaOH di dalam
gelas kimia.
➢ Disiapkan larutan HCl di dalam labu ukur
➢ Diukur volume larutan HCl sebanyak 2.5 ml , 5 ml , 7.5 ml , dan 10 ml
menggunakan gelas ukur.
➢ Dimasukkan masing-masing volume larutan HCl ke dalam gelas kimia.
➢ Diukur temperature masing-masing volume larutan HCl di dalam gelas
kimia menggunakan thermometer.
➢ Dicatat hasil temperature masing-masing volume larutan HCl di dalam gelas
kimia.
➢ Dicampurkan larutan NaOH 2.5 ml dan larutan HCl 10 ml.
➢ Dicampurkan larutan NaOH 5 ml dan larutan HCl 7.5 ml .
➢ Dicampurkan larutan NaOH 7.5 ml dan larutan HCl 5 ml.
➢ Dicampurkan larutan NaOH 10 ml dan larutan HCl 2.5 ml.
➢ Diukur temperature campuran masing-masing larutan di dalam gelas kimia.
➢ Dicatat hasil temperature campuran masing-masing larutan di dalam gelas
kimia .
➢ Dilakukan hitungan untuk mengetahui letak titik stoikiometri tercapai

3.2.2 Stoikiometri Sistem NaOH - H₂SO₄


➢ Disiapkan larutan NaOH di dalam labu ukur.
➢ Diukur volume larutan NaOH sebanyak 2.5 ml , 5 ml , 7.5 ml , 10 ml , dan
12.5 ml menggunakan gelas ukur.
➢ Dimasukkan masing-masing volume larutan NaOH ke dalam gelas kimia.
➢ Diukur temperature masing-masing volume larutan NaOH di dalam gelas
kimia menggunakan thermometer.
➢ Dicatat hasil temperature masing-masing volume larutan NaOH di dalam
gelas kimia.
➢ Disiapkan larutan H₂SO₄ di dalam labu ukur
➢ Diukur volume larutan H₂SO₄ sebanyak 2.5 ml , 5 ml , 7.5 ml , dan 10 ml
menggunakan gelas ukur.
➢ Dimasukkan masing-masing volume larutan H₂SO₄ ke dalam gelas kimia.
➢ Diukur temperature masing-masing volume larutan H₂SO₄ di dalam gelas
kimia menggunakan thermometer.
➢ Dicatat hasil temperature masing-masing volume larutan H₂SO₄ di dalam
gelas kimia.
➢ Dicampurkan larutan NaOH 2.5 ml dan larutan H₂SO₄ 10 ml.
➢ Dicampurkan larutan NaOH 5 ml dan larutan H₂SO₄ 7.5 ml .
➢ Dicampurkan larutan NaOH 7.5 ml dan larutan H₂SO₄ 5 ml.
➢ Dicampurkan larutan NaOH 10 ml dan larutan H₂SO₄ 2.5 ml.
➢ Diukur temperature campuran masing-masing larutan di dalam gelas kimia.
➢ Dicatat hasil temperature campuran masing-masing larutan di dalam gelas
kimia .
➢ Dilakukan hitungan untuk mengetahui letak titik stoikiometri tercapai.
BAB IV
TUGAS

4.1 Soal Paket C


a. Jelaskan apa itu pereaksi pembatas
b. Larutan NaOH 0,1 M sebanyak 7,5 mL direaksikan dengan larutan HCl 0,1
M sebanyak 7,5 mL. Tentukan senyawa yang beperan sebagai pereaksi sisa
c. Tuliskan perbedaan antara sistem stokiometri dan sistem non-stoikiometri
d. Sebanyak 28 gram besi yang direaksikan dengan oksigen akan menghasilkan
40 gram Fe2O3. Berapa perbandingan besi dengan oksigen yang dibutuhkan
e. Sebanyak 4,6 gram Na (Ar = 23) yang direaksikan dengan HCl (27℃, 1 atm)
akan menghasilkan gas H2 sebanyak..

4.2 Jawaban
a. Pereaksi pembatas adalah zat yang habis keseluruhan ketika reaksi kimia
telah berlangsung . Produk yang dihasilkan dalam reaksi terbatasi oleh
pereaksi pembatas karena reaksi tidak dapat dilanjutkan lagi tanpa adanya
pereaksi pembatas (limiting reactant) . Jika zat lain yang bereaksi masih ada
sisa setelah berekasi dengan perekasi pembatas , maka zat tersebut disebut
sebagai perekasi berlebih ( excess reactant).

b. Mol NaOH = 0,1 x 7,5 = 0,75 mmol


Mol HCl = 0,1 x 7,5 = 0,75 mmol

NaOH + HCl ⸺> NaCl + H₂O


M 0,75 0,75
R 0,75 0,75 0,75 0,75
⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺
S 0 0 0,75 0,75

➢ Keduanyan habis bereaksi.


c. Reaksi dikatakan termasuk reaksi stoikiometri apabila reaktan dalam reaksi
habis seluruhnya, sedangkan reaksi non stoikiometri adalah reaksi yang
apabila reaktannya tidak habis dalam reaksi tersebut, melainkan masih
bersisa.

d. Mol Fe = 18/56 = 0,321


Mol O₂ = 6/32 = 0,1875

4Fe + 3 O₂ ⸺ > 2Fe2O3


Massa Fe : O2 = 2(56) : 3(16) = 7:3
Jadi perbandingan besi dan oksigen yang dibutuhkan adalah 7:3

e. Massa Na = 4,6 gr
Ar Na = 23
T= 27 C = 27+273= 300K
P = 1 atm
R = 0,082 L atm/mol/k
Volume H₂ ??

Na + 2HCl ⸺> NaCl₂ + H₂


Mol Na = 4,6/23 = 0,2 mol
Mol gas H₂ = 1/1 x 0,2 mol = 0,2 mol
Volume H₂ :
P=nRT/v
= 0,2 x 0,082 x 300 / 1
= 4,9 L
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. 1985. Kimia Dasar (modul 1-5). Jakarta : UT


www.informasains.edu Diakses tanggal 10 November 2020

Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung : ITB.


www.informasains.edu Diakses tanggal 11 November 2020

Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar. Bogor : Erlangga.


www.informasains.edu. Diakses tanggal 12 November 2020

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
www.informasains.edu. Diakses tanggal 12 November 2020

Brady, J.E dan Humiston. 1986. General Chemistry. New York: John Willey and
Sons.
www.informasains.edu. Diakses tanggal 13 November 2020

Anda mungkin juga menyukai