Dwi Ayu LBM 3
Dwi Ayu LBM 3
STEP 1
Anti HCV : pemeriksaan darah untuk memeriksa antibodi terhadap virus hepatitis C.
Normalnya tidak terbentuk.
STEP 2
Penyebab
Hepatitis kronis :
-definisi
-klasifikasi
-manifestasi klinis
-pemeriksaan fisik
-pemeriksaan penunjang
-penatalaksanaan terapi
-komplikasi
-prognosis
-DD
STEP 3
Hepatitis kronis :
-definisi : peradangan hati yang lebih dari 6 bulan perkembangannya akan menjadi sirosis
atau gagal hati dan atau terdapat naik kadar transaminase lebih dari 2 kali dari normal.
Infeksi VBH : HbsAg positif selama 6 bulan terkena infeksi virus kronis, faktor risiko
tergantung umur penderita, bila terjadi neonatus itu kronis, kalau umur 1-5 tahun terjadi
kronis 25-50%
Anti HCV : HCV menempel di hepatosit, patokan E2 berikatan dengan CD81 di sel
hepatosit , masuk ke membran sel, melepaskan RNA, masuk ke ribosom, RNA masuk. Dikira
seperti temannya
-klasifikasi
Aktif : adanya peradangan, nekrosis dan fibrosis, cenderung jadi sirosis hepatis.
-manifestasi klinis
Demam :
Lemah lesu :
Nafsu makan menurun : desakan organ dari hepatomegali, gaster terasa penuh
-pemeriksaan penunjang
-penatalaksanaan terapi
Interferon alfa : biasanya diminum sama ribavirin untuk kronis hepatitis C, sebagai
imunomodulator, ribavirin sebagai anti virus, hasil lebih bagus kalau ada kombinasi dg
ribavirin. PEG IFN alfa efek sampingnya lebih kecil dari IFN alfa.
-komplikasi
Varises esofagus
Sirosis hepatis
HCC
Ascites
-prognosis
Hepatitis C : fulminan kemungkinan kecil. Sembuh dari akut kemungkinan agak besar. Bisa
sembuh, bisa jadi kematian, tergantung pengobatan. Semakin lama minum obat , peluang
sembuh semakin besar.
HBV dan HCC
-DD
STEP 4 virus alkohol
virus alkohol
etiologi
Faktor risikko :
Manifestasi klinis
Px penunjang
Prognosis
STEP 7
Hepatitis kronis :
DEFINISI
Sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, ditandai oleh
berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa
penyembuhan dalam waktu paling sedikit 6 bulan.
ETIOLOGI
Infeksi virus : hepatitis B, C, D,
Penyakit hati autoimin
Obat : metildopa, isonoazid, aspirin
(a) Tipe berat : ditemukan septa jaringan ikat menyebar ke dalam kolom-kolom hepatosit
sehingga mengakibatkan kelompokan hepatosit yang terisolasi menimbulkan gambaran
seperti bentuk rosette. Tampak pula intra-hepatic bridging antara portal dengan sentral
atau portal dengan dorsal.
(b) Tipe ringan : ditemukan erosi ringan pada limiting plate dan juga piecemal dan juga
piecemal necrosis yang ringan saja tanpa adanya bridging atau pembentukan rosette.
Sumber : Harrison Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol.4
PATOGENESIS
HBV ( melalui parenteral ) Partikel Dane ( peredaran darah ) hati ( mengalami replikasi
virus ) partikel Dane utuh HBV mengakifkan respon imun non spesifik ( dibantu oleh sel
NK dan NKT respon imun spesifik aktif ( oleh sel limfosit B dan T ) aktivasi sel CD8 +
terjadi setelah kontak reseptor sel T dg kompleks peptide VHB MHC kelas I yg ada pada
permukaan dinding sel hati dan pada permukaan APC dan dibantu oleh rangsangan sl CD4+ yg
sebelumnya mengalami kontak dengan komplek peptida VHB MHC kelas II pd dinding APC
sel T CD8+ mengeliminasi virus pada sel hati yg terinfeksi nekrosis hati meningkatnya
ALT ( mekanisme sitolitik ) sel T CD4+ akan mengaktivasi sel limfosit B memproduksi
antibody
Patogenesis
Bila enam bulan atau lebih parenteral setelah serangan hepatitis virus akut, masih tetap ada tanda-
tanda biokimia atau gejala dari penyakit hati, maka kita pikirkan penyakit ini menjadi kronik. Dari
beberapa variasi hepatitis kronik, hanya ada dua bentuk yang menunjukkan perubahan yang khas,
menurut kritria histopatologi : ( 1 ) hepatitis kronik persisten dan ( 2 ) hepatitis kronik aktif, yang
kadang-kadang disebut hepatitis kronik agresif. Diferensiasi dari kedua bentuk ini mempunyai arti
klinik yang penting. Hepatitis kronik aktif, berarti meneruskan proses kerusakan hati, yang
menyebabkan terjadinya sirosis dan kegagalan hati. Sebaliknya hepatitis kronik persisten, merupakan
kelainan jinak yang akhirnya sembuh dengan sendirinya. Sayangnya, tidak ada kriteria yang dapat
dipercaya selama stadium hepatitis virus akut, untuk mengidentifikasi penderita yang mempunyai
risiko tinggi menjadi hepatitis kronik.
Terutama, beratnya serangan akut mempunyai kolerasi dengan menetapnya infeksi virus.
Penemuan serologi yang memberi kesan kemungkinan terjadinya proses kronik pada hepatitis B
adalah HbsAg, HbeAg yang menetap dalam serum, titer anti-HBc yang tinggi, HBV-DNA dan DNA
polimerase dalam serum. Pada beberapa penderita, setelah suatu periode yang berubah-ubah dari 1
sampai 20 tahun, munculnya antibodi anti-Hbe secara spontan menunjukkan pengendalian terhadap
viremia dan penghentian kerusakan hati.
Definsi :
etiologi :
perlemakan hati alkoholik (AFL) biasanya brupa steatosis makrovaskular. Kelompok ini
mencakup hepatitis alkoholik dan sirosis
perlemakan hati non alkoholik (NAFL)
a. steatosis makrovaskular
- obesitas
- DM tipe 2 , hiperlipidemia
- Manultrisi protein kalori
- Nutrisi parenteral total
- Bedah pintas jejuno-ileal
- Obat2n ( kortikosteroid , esterogen dosis tinggi)
b. steatosis mikrovaskular
- perlemakan hati akut pada kehamilan
- obat2n (tetrasiklin)
- keadaan lain yg jaring di temukan (reye sindrom)
Patogenesis :
patologi :
lemak tertimbun dalam sel hati dalam bentuk steatosis makrovaskular dan mendesak inti kepinggir
diagnosis :
ditegakan berdasarkan biopsi hati. Tanpa biopsi hati steatosis tidak bisa dibedakan dengan hepatitis
alkoholik/ fibrosis disertai sirosis alkoholik. Pada dasarnya morfologis sukar dibedakan dari steatosis
non alkoholik krn obesitas/DM 2
prognosis :
pada umumnya prognosis baik. Sesungguhnya AFL dapat berakibat serius dengan penyulit yg
mematikan , spt kematian mendadak akibat emboli lemak di paru , otak dan ginjal.
steatosis makrovaskular :
- obesitas
sebagian besar obesitas ini adalah steatosis makrovaskular tanpa keluhan dan sering
ditemukan secara kebetulan karena peningkatan transaminase/ dtemukan hepatomegali
ada px fisis disamping obesitas.
walaupun NAFL srg dikaitkan dgn obesitas dan tidak ganas , 1/3 kasus dapat
berlanjut ke sirosis. Penurunan BB sangat dianjurkan dan dapat menghentikan / mencegah
terjadinya steatonekrosis dan fibrosis
- DM 2
Pada pasien DM terdpat hepatomegali asimtomatik akibat perlemakan hati disertai
peningkatan sedang ensim transaminase. Biopsi hati menunjukan gmbrn histologis yg
bervariasi antara lain : steatosis makrovaskuler (paling sering) kelainan presirosis spr
badan mallory (terutama pada DM wanita yangt gemuk serta fibrosis perisentral)
Kelainan lain termasuk stetonekrosis serta peningkatan timbunan glikogen di hati dgn
inti terisi glikogen.
Pengobatan : koreksi obesitas dan mempertankan kadar glukosa darah normal sll
diperlukan , walau efeknya belum jelas. Dengan diet yg diawasi , steatosisnya dapat pulih
ttp fibrosisnya tidak. Sebaliknya pernah terjadi steatosis yg meluas dan fatal serta sirosis
stlh usaha2 penurunan BB yg drastis,shg perlu pengawasan yg cermat dalam
pngelolaannya.
Laboratoris : peningkatan transaminase dan alkali fosfatase srg tjd dan merupakan
petunjuk adanya perlemakan hati (NAFL)
Diagnosis : gmbrn klinis biasanya asimptomatik. Bila ada keluhan biasanya dari penyakit
yg mendasarinya (DM ,kwashiorkor , obesitas ,NPT , MPK , bedah pintas jejuno-ileal )
Komplikasi : NAFL ,biasanya jinak , jrg berakhir dg n tipe fulminan/ sirosis hati
Steatosis mikrovasikular :
- perlemakan hati pada kehamilan
keluhan pertama berupa mual ,muntah , kadang2 depresi dan keletihan. Px fisik ditemukan
hepatomegali. Bila penyakitnya progresif terdapat hematemesis , ikterus , demam, edema , prekoma ,
koma diikuti kejang2. kematian biasanya terjadi dalam waktu bbrp hari sampai 3 mgg.
-manifestasi klinis
- Hepar
- Vesica Fellea
- Flexura Coli dextra
Inflammation. Injury to the liver associated with an influx of acute or chronic inflammatory
cells is termed hepatitis. Direct toxic or ischemic hepatocyte necrosis incites an inflammatory
reaction. With toxic damage, inflammation may also precede the onset of inflammation.
Destruction of antigen-expressing liver cells by cytotoxic lymphocytes is a common
mechanism of liver damage, especially during viral infection. In viral hepatitis, quiescent
lymphocytes may collect in the portal tracts as a reflection of mild smoldering inflammation,
spill over into the periportal parenchyma as activated lymphocytes (interface hepatitis)
causing a moderately active hepatitis, or suffuse the entire parenchyma in severe hepatitis.
Once killed, apoptotic hepatocytes do not incite an inflammatory reaction per se. However,
scavenger macrophages (Kupffer cells and circulating monocytes recruited to the liver) engulf
the apoptotic cell fragments within a few hours, generating clumps of inflammatory cells.
Hence, identification of apoptotic hepatocytes is a sign of very recent hepatocyte destruction.
Foreign bodies, organisms, and a variety of drugs may incite a granulomatous reaction.
(ROBIN, KUMAR, ABBAS, BASIC PATHOLOGY)
KOK BISA NYERI?
- Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf
tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietal dan luka pada dinding perut. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk atau disayat, dan pasien dapat menunjukan secara tepat
letaknya. Rangsang yang menimbulkan nyeri bisa berupa rabaan, tekanan, kimiawi
atau proses radang
- Gesekan antara organ yang meradang dengan peritoneum akan menyebabkan nyeri
(BUKU AJAR ILMU BEDAH)
- Nukleus arcuatus adalam kumpulan neuron terletak dekat dengan dasar ventrikel 3
dan berperan dalam rasa lapar dan kenyang. Nukleus lateral (pusat lapar), nukleus
ventromedial (pusat kenyang)
- Memproduksi dua subset yaitu NPY (perangsang nafsu makan) dan melanokortin
(menekan nafsu makan) terutama alfa melanosit stimulating hormone
- Leptin -> salah satu adipokin yaitu hormon yang dikeluarkan oleh lemak. Bila tubuh
kelebihan lemak maka leptin akan meningkat -> leptin menginaktivasi NPY dan
aktivasi melanokortin sehingga nafsu makan menurun, begitupun sebaliknya
- Insulin -> bila sekresi insulin menurun -> mengaktivasi NPY dan in-aktivasi
melanokortin sehingga nafsu makan meningkat
- Adipokin lain yang bisa menghambat NPY dan aktivasi melanokortin : TNF-alfa dan
IL-6
(SHERWOOD)
(GUYTON)
Demam :
Lemah lesu :
Nafsu makan menurun : desakan organ dari hepatomegali, gaster terasa penuh
1. Denaturasi
Pada tahap ini molekul DNA dipanaskan sampai suhu 94 oC yang menyebabkan terjadinya
pemisahan untai ganda DNA menjadi untai DNA tunggal. Untai DNA tunggal inilah yang
menjadi cetakan bagi untai DNA baru yang akan dibuat.
2. Penempelan (Annealing)
Enzim Taq polimerase dapat memulai pembentukan suatu untai DNA baru jika ada
seuntai DNA berukuran pendek (DNA yang mempunyai panjang sekitar 10 sampai 30 pasang
basa) yang menempel pada untai DNA target yang telah terpisah. DNA yang pendek ini
disebut primer. Agar suatu primer dapat menempel dengan tepat pada target, diperlukan suhu
yang rendah sekitar 550C selama 30-60 detik.
3. Pemanjangan (Ektension)
Setelah primer menempel pada untai DNA target, enzim DNA polymerase akan
memanjangkan sekaligus membentuk DNA yang baru dari gabungan antara primer, DNA
cetakan dan nukleotida.
Ketika tiga tahap di atas dilakukan pengulangan, maka untai DNA yang baru dibentuk
akan kembali mengalami proses denaturasi, penempelan dan pemanjangan untai DNA
menjadi untai DNA yang baru. Pengulangan proses PCR akan menghasilkan amplifikasi
DNA cetakan baru secara eksponensial.
-pemeriksaan penunjang
-penatalaksanaan terapi
Interferon alfa : biasanya diminum sama ribavirin untuk kronis hepatitis C, sebagai
imunomodulator, ribavirin sebagai anti virus, hasil lebih bagus kalau ada kombinasi dg
ribavirin. PEG IFN alfa efek sampingnya lebih kecil dari IFN alfa.
Entecavir
Lamivudine Tenofovir
-komplikasi
Varises esofagus
Sirosis hepatis
A. SIROSIS HEPATIS
The three main characteristics of cirrhosis are (1) bridging fibrous septa, (2) parenchymal
nodules containing replicating hepatocytes, and (3) disruption of the architecture of the entire
liver.It is an end-stage liver disease that may have multiple causes. The most frequent are
chronic hepatitis B and C and chronic alcoholism. Less frequent causes are autoimmune and
biliary diseases and metabolic conditions such as hemochromatosis.The morphologic features
of advanced cirrhosis are similar, regardless of the cause of the disease.Nonalcoholic fatty
liver disease is a newly recognized cause of cirrhosis.The main complications of cirrhosis are
related to decreased liver function, portal hypertension, and increased risk of hepatocellular
carcinoma.
(ROBIN KUMAR, PATHOLOGY)
HCC
Virus Hepatitis Obat-obatan Alkohol, Obesitas, DM
A,B,C,D
Fatty liver
Ancaman Keganasan
Hepatoseluler Carcinoma
(KHS, Hepatoma)
Ascites
Ensefalopati Hepatika
• Suatu sindroma neuropsikiatrik yang reversibel, pada penyakit hati akut dan kronik.
3. Tipe C (Cirrhosis): pada sirosis hati dengan hipertensi porta dan pintasan
portosistemik
Patogenesis
• EH pada sirosis hati terjadi karena akibat kegagalan fungsi hati dan pintasan
portosistemik.
• Teori hiperamonia dan respon inflamasi dalam jaringan otak secara sinergik,
menyebabkan edema astrosit dan edema serebri.
• Kadar glutamine yang tinggi dalam astrosit menarik cairan sehingga terjadi
pembengkakan astrosit dan edema serebri.
• Teori hiperamonia dan respon inflamasi dalam jaringan otak secara sinergik,
menyebabkan edema astrosit dan edema serebri.
• Kadar glutamine yang tinggi dalam astrosit menarik cairan sehingga terjadi
pembengkakan astrosit dan edema serebri.
-prognosis
-DD
SIROSIS
DEFENISI
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti
kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodulnodul yang terbentuk.
Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang
difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami
fibrosis.
Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan
seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan
jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.
Insidens
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum
wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 – 59 tahun
dengan puncaknya sekitar 40 – 449 tahun.
KLASIFIKASI
a. etiologi
o etiologi yang diketahui penyebabnya
hepatitis virus B, dan C
alkohol
metabolik
kolestasis kronis / sirosis bilier sekunder intra dan ekstrahepatik
obstruksi aliran vena hepatik, penyakit veno oklusif, sindrom Budd
Chiari, perikarditis konstruktiva, payah jantung kanan
gangguan imunologis, hepatitis lupoid, hepatitis kronik aktif
toksik dan obat, MTX, INH, metildopa
operasi pintas usus halus pada obesitas
malnutrisi, infeksi seperti malaria, sistosomiasis (biasanya ada
hubungannya dengan etiologi lainnya)
o etiologi yang tidak diketahui penyebabnya = sirosis kriptogenik . heterogenus
b. morfologi
mikronodular
ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur
di dalam septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata
deseluruh lobul
Besar nodul sampai 3mm
ada yang berubah menjadi makronodular sehingga dijumpai campuran
mikro dan makronodular
makronodular
ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi
mengandung nodul yang besarnya juga bervariasi ( ada nodul besar di
dalamnya, ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau terjadi
regenerasi parenkim )
besar nodul lebih dari 3mm
campuran
c. fungsional
kompensata ( laten, sirosis dini)Sering disebut dengan Laten Sirosis hati.
Pada atadiu kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya
stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening.
dekompensasi ( akif, disertai dengan kegagalan hati dan hepatoseluler )
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini biasanya gejala-gejala
sudah jelas, misalnya ; ascites, edema dan ikterus
ETIOLOGI
2. Alkohol
3. Kelainan metabolic :
3. Defisiensi Alphal-antitripsin
4. Glikonosis type-IV
5. Galaktosemia
6. Tirosinemia
4. Kolestasis
Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus, dimana empedu
membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis terbanyak adalah akibat
tersumbatnya saluran empedu yang disebut Biliary atresia. Pada penyakit ini
empedumemenuhi hati karena saluran empedu tidak berfungsi atau rusak. Bayi yang
menderita Biliary berwarna kuning (kulit kuning) setelah berusia satu bulan. Kadang bisa
diatasi dengan pembedahan untuk membentuk saluran baru agar empedu meninggalkan
hati, tetapi transplantasi diindikasikan untuk anak-anak yang menderita penyakit hati
stadium akhir. Pada orang dewasa, saluran empedu dapat mengalami peradangan,
tersumbat, dan terluka akibat Primary Biliary Sirosis atau Primary Sclerosing Cholangitis.
Secondary Biliary Cirrosis dapat terjadi sebagai komplikasi dari pembedahan saluran
empedu.
- Sindroma Budd-Chiari
- Payah jantung
9. Kriptogenik
10. Malnutrisi
GEJALA KLINIS
A. keluhan pasien sirosis hati tergantung pada fase penyakitnya. Gejala gagal hati
ditimbulkan oleh keaktifan proses hepatitis kronik yang masih berjalan bersamaan
dengan sirosis hati. Dalam proses penyakit ini sulit dibedakan dengan hepatitis
kronik aktif yang berat dengan permulaan sirosis yang terjadi (sirosis dini)
B. fase kompensasi sempurna
fase ini pasien tidak mengeluh sama sekali atau keluhan samar-samar tidak khas :
tidak fit
kurang kemampuan kerja
selera makan berkurang
perasaan perut kembung
mual
kadang mencret atau konstipasi
BB menurun
kelemahan otot
perasaan cepat lelah akibat deplesi protein atau penimbunan air di otot
keluhan dan gejala tersebut tidak banyak beda dengan pasien hepatitis kronik
aktif tanpa sirosis hati dan tergantung pada luasnya parenkim hati, dan
kadangkala ditemukan nenderita sirosis saat pemeriksaan rutin medis
C. fase dekompensasi
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan klinis, laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang lainnya. Terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan
hipertensin portal dengan manifestasi seperti :
a. edema
b. ikterus
c. koma
d. spider nevi
e. alopesia pectoralis
f. ginekomastia
g. kerusakan hati
h. asites
j. eritema palmaris
k. atropi testis
2. Hipertensi portal
a. varises oesophagus
b. spleenomegali
d. caput meduse
e. asites
f. collateral veinhemorrhoid
Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada pemeriksaan uji biokimia hati yang dapat menjadi pegangan dalam menegakkan
diagnosis sirosis hepatis:
Perubahan fraksi protein yang paling sering terjadi pada penyakit hati adalah penurunan kadar
albumin dan kenaikan kadar globulin akibat peningkatan globulin gamma
e.Pemeriksaan kadar elektrolit, penting pada penggunaan diuretik dan pembatasan garam dalam
diet.
h.Pemeriksaan marker serologi petanda virus seperti HBsAg/HBsAb, HBeAg/HbeAb, HBv DNA
penting untuk menentukan etiologi sirosis hepatis.
Pemeriksaan fisik
a.Hati: Biasanya membesar pada awal sirosis, bila hati mengecil artinya prognosis kurang
baik..Konsistensi hati biasanya kenyal, tepi tumpul dan nyeri tekan.
b.Splenomegali.
d.Manifestasi di luar perut : Spider nevi di tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput
medusae
KOMPLIKASI
Sebagai suatu akibat dari aliran darah yang meningkat dan peningkatan tekanan yang
diakibatkannya, vena-vena pada kerongkongan yang lebih bawah dan lambung bagian
atas mengembang dan mereka dirujuk sebagai esophageal dan gastric varices; lebih
tinggi tekanan portal, lebih besar varices-varices dan lebih mungkin seorang pasien
mendapat perdarahan dari varices-varices kedalam kerongkongan (esophagus) atau
lambung.
Perdarahan juga mungkin terjadi dari varices-varices yang terbentuk dimana saja didalam
usus-usus, contohnya, usus besar (kolon), namun ini adalah jarang. Untuk sebab-sebab
yang belum diketahui, pasien-pasien yang diopname karena perdarahan yang secara aktif
dari varices-varices kerongkongan mempunyai suatu risiko yang tinggi mengembangkan
spontaneous bacterial peritonitis.
4. Hepatic encephalopathy
Beberapa protein-protein dalam makanan yang terlepas dari pencernaan dan penyerapan
digunakan oleh bakteri-bakteri yang secara normal hadir dalam usus. Ketika
menggunakan protein untuk tujuan-tujuan mereka sendiri, bakteri-bakteri membuat
unsur-unsur yang mereka lepaskan kedalam usus. Unsur-unsur ini kemudian dapat diserap
kedalam tubuh. Beberapa dari unsur-unsur ini, contohnya, ammonia, dapat mempunyai
efek-efek beracun pada otak. Biasanya, unsur-unsur beracun ini diangkut dari usus
didalam vena portal ke hati dimana mereka dikeluarkan dari darah dan di-detoksifikasi
(dihliangkan racunnya).
Seperti didiskusikan sebelumnya, ketika sirosis hadir, sel-sel hati tidak dapat berfungsi
secara normal karena mereka rusak atau karena mereka telah kehilangan hubungan
normalnya dengan darah. Sebagai tambahan, beberapa dari darah dalam vena portal
membypass hati melalui vena-vena lain. Akibat dari kelainan-kelainan ini adalah bahwa
unsur-unsur beracun tidak dapat dikeluarkan oleh sel-sel hati, dan, sebagai gantinya,
unsur-unsur beracun berakumulasi dalam darah.
Ketika unsur-unsur beracun berakumulasi secara cukup dalam darah, fungsi dari otak
terganggu, suatu kondisi yang disebut hepatic encephalopathy. Tidur waktu siang hari
daripada pada malam hari (kebalikkan dari pola tidur yang normal) adalah diantara gejala-
gejala paling dini dari hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lain termasuk sifat lekas
marah, ketidakmampuan untuk konsentrasi atau melakukan perhitungan-perhitungan,
kehilangan memori, kebingungan, atau tingkat-tingkat kesadaran yang tertekan.
Akhirnya, hepatic encephalopathy yang parah/berat menyebabkan koma dan kematian.
Unsur-unsur beracun juga membuat otak-otak dari pasien-pasien dengan sirosis sangat
peka pada obat-obat yang disaring dan di-detoksifikasi secara normal oleh hati. Dosis-
dosis dari banyak obat-obat yang secara normal di-detoksifikasi oleh hati harus dikurangi
untuk mencegah suatu penambahan racun pada sirosis, terutama obat-obat penenang
(sedatives) dan obat-obat yang digunakan untuk memajukan tidur. Secara alternatif,
obat-obat mungkin digunakan yang tidak perlu di-detoksifikasi atau dihilangkan dari
tubuh oleh hati, contohnya, obat-obat yang dihilangkan/dieliminasi oleh ginjal-ginjal.
5. Hepatorenal syndrome
Pasien-pasien dengan sirosis yang memburuk dapat mengembangkan hepatorenal
syndrome. Sindrom ini adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-ginjal
berkurang. Itu adalah suatu persoalan fungsi dalam ginjal-ginjal, yaitu, tidak ada kerusakn
fisik pada ginjal-ginjal. Sebagai gantinya, fungsi yang berkurang disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam cara darah mengalir melalui ginjal-ginjalnya. Hepatorenal
syndrome didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal untuk
membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urin yang
memadai walaupun beberapa fungsi-fungsi penting lain dari ginjal-ginjal, seperti
penahanan garam, dipelihara/dipertahankan. Jika fungsi hati membaik atau sebuah hati
yang sehat dicangkok kedalam seorang pasien dengan hepatorenal syndrome, ginjal-
ginjal biasanya mulai bekerja secara normal. Ini menyarankan bahwa fungsi yang
berkurang dari ginjal-ginjal adalah akibat dari akumulasi unsur-unsur beracun dalam darah
ketika hati gagal. Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome. Satu tipe terjadi secara
berangsur-angsur melalui waktu berbulan-bulan. Yang lainnya terjadi secara cepat melalui
waktu dari satu atau dua minggu.
6. Hepatopulmonary syndrome
Jarang, beberapa pasien-pasien dengan sirosis yang berlanjut dapat mengembangkan
hepatopulmonary syndrome. Pasien-pasien ini dapat mengalami kesulitan bernapas
karena hormon-hormon tertentu yang dilepas pada sirosis yang telah berlanjut
menyebabkan paru-paru berfungsi secara abnormal. Persoalan dasar dalam paru adalah
bahwa tidak cukup darah mengalir melalui pembuluh-pembuluh darah kecil dalam paru-
paru yang berhubungan dengan alveoli (kantung-kantung udara) dari paru-paru. Darah
yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil
cukup oksigen dari udara didalam alveoli. Sebagai akibatnya pasien mengalami sesak
napas, terutama dengan pengerahan tenaga.
7. Hypersplenism
Limpa (spleen) secara normal bertindak sebagai suatu saringan (filter) untuk
mengeluarkan/menghilangkan sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan platelet-
platelet (partikel-partikel kecil yang penting uktuk pembekuan darah) yang lebih tua.
Darah yang mengalir dari limpa bergabung dengan darah dalam vena portal dari usus-
usus. Ketika tekanan dalam vena portal naik pada sirosis, ia bertambah menghalangi
aliran darah dari limpa. Darah tersendat dan berakumulasi dalam limpa, dan limpa
membengkak dalam ukurannya, suatu kondisi yang dirujuk sebagai splenomegaly.
Adakalanya, limpa begitu bengkaknya sehingga ia menyebabkan sakit perut.
Ketika limpa membesar, ia menyaring keluar lebih banyak dan lebih banyak sel-sel darah
dan platelet-platelet hingga jumlah-jumlah mereka dalam darah berkurang.
Hypersplenism adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini, dan itu
behubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang rendah (anemia), jumlah sel
darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah
(thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat
menjurus pada infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan
darah dan berakibat pada perdarahan yang diperpanjang (lama).
Penatalaksanaan=
PENATALAKSANAAN
2. Supportif, yaitu :
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x
lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti
1. Astises
3. Hepatorenal syndrome
4. Ensefalophaty hepatic
Ad. Asites
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
- istirahat
- diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah
garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus
dirawat.
- Diuretik
Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam dan
pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari.
Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah hipokalemia dan hal ini
dapat mencetuskan encepalophaty hepatic, maka pilihan utama diuretic adalah
spironolacton, dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya bertahap
tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal diuresinya belum tercapai maka dapat kita
kombinasikan dengan furosemid.
Terapi lain :
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan konservatif. Pada
asites dapat dilakukan 5 10 liter / hari, dengan catatan harus dilakukan infus
dapat menurunkan masa opname pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada Child’s
C, Protrombin < 40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3,
Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan parasintese. Tipe
yang spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati dengan asites, sekitar 20%
kasus. Keadaan ini lebih sering terjadi pada sirosis hati stadium kompesata yang
berat. Pada kebanyakan kasus penyakit ini timbul selama masa rawatan. Infeksi
umumnya terjadi secara Blood Borne dan 90% Monomicroba. Pada sirosis hati terjadi
pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan elekterolit, perdarahan dan
Nefrotoxic.
Manitol tidak bermanfaat bahkan dapat menyebabkan Asifosis intra seluler. Diuretik
dengan dosis yang tinggi juga tidak bermanfaat, dapat mencetuskan perdarahan dan
shock. TIPS hasil jelek pada Child’s C, dan dapat dipertimbangkan pada pasien yang
Pilihan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti dengan perbaikan dan fungsi
ginjal.
Prrinsip penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan pasien stabil, dalam
keadaan ini maka dilakukan :
menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, gelisah sampai
Pada umumnya enselopati Hepatik pada sirosis hati disebabkan adanya factor
Hepatotoxic.
Prinsip penggunaan ada 3 sasaran :
Anti HAV Anti HBc IgM (+) dg/tanpa Anti HCV (+)
IgM (+) HBsAg (+)
Rawat Rawat
suportif suportif
Rawat
suportif
ALT (-) HCV RNA 3-6
Ulang HBsAg & anti HBs bln
dalam 6 bln
HBsAg (+) anti HBsAg (-) Anti HCV RNA (-) HCV RNA (+)
HBs (-) HBs (+)