NIM : 030842913
TUGAS 1. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN RI
Jawaban:
1. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA INDONESIA
A. ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
Sebagai suatu sistem pada hakikatnya adalah seperangkat komponen, elemen, unsur atau
subsistem dengan segala atributnya, yang satu sama lain saling berkaitan, pengaruh-
mempengaruhi dan saling tergantung sehingga keseluruhannnya merupakan suatu kesatuan yang
terintgrasi atau totalitas, serta mempunyai peranan atau tujuan tertentu. Nilai atau peranan suatu
sistem akan dipengaruhi oleh nilai atau peranan dari sub-sistemnya. Sebaliknya nilai atau
peranan suatu subsistem akan ditentukan oleh nilai atau peranan sistem yang bersangkutan.
Suatu sistem bersama dengan berbagai sistem lain yang saling berinteraksi merupakan sub-
sistem dari suatu system yang lebih besar.
Secara elementer, administrasi terjadi apabila terdapat dua orang atau lebih, yang bekerjasama
melakukan kegiatan tertentu dengan sarana tertentu untuk mencapai tujuan bersama tertentu.
Dengan sendirinya antara manusia, kerjasama, kegiatan, sarana dan tujuan tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, administrasi merupakan suatu sistem. Sebagai suatu
sistem administrasi merupakan sistem yang bersifat:
1. abstrak, karena tidak dapat dikenali wujud rupanya. Bandingkan dengan hal yang berupa
barang, materi seperti manusia, batu hewan dan bangunan yang langsung bisa dideskripsikan dan
wujudnya dapat dilihat dengan jelas.
2. buatan manusia (man made systems), karena dia buatan manusia tentunya mempunyai
kelemahan dan tidak terlepas dari berbagai kepentingan dari manusia itu sendiri.
3. terbuka (open systems), karena peka terhadap pengaruh lingkungan, baik sosial maupun fisik.
Sebagai sesuatu yang sifatnya terbuka harusw terbuka terhadap sesuatu yang baru dan
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
4. hidup (living systems), berkembang terus akibatnya sifat terbukanya. Akan berubah sesuai
dengan perkembangan zaman, ketika dia bersentuhan dengan hal-hal yang baru, dia akan dituntut
untuk mengikuti perkembangan zaman itu sendiri sehingga dia tetap bisa dipaka dan berdaya
guna tidak menjadi (out of date).
5. kompleks, karena di dalamnya terdapat banyak subsistem, terjadi banyak hubungan antara
subsistem antara satu dengan yang lain.
Administrasi negara adalah juga suatu sistem dengan sifat-sifat seperti yang di sebutkan
di atas. Administrasi sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai subsistem antara lain: tugas
pokok, fungsi kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian, sarana dan prasarana. Sistem
administrasi berinteraksi dengan berbagai sistem lain seperti sistem politik, ekonomi, sosial
budaya, agama, hukum, di samping ekosistem lain seperti geografi, demografi, dan kekayaan
alam.
Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah sumber hukum bagi pembentukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proklamasi kemerdekaan telah mewujudkan terbentuk
NKRI dari Sabang sampai ke Merauke, kemerdekaan bukan merupakan tujuan semata-mata,
kemerdekaan baru merupakan pintu pembuka untuk mewujudkan tercapainya cita-cita dan tujuan
nasional. Untuk mewujudkan itu maka diperlukan segenap daya dan upaya sehingga tercapai
cita-cita nasional, oleh karena itu sistem pemerintahan negara yang berlandaskan pancasila dan
UUD 1945 dalam pengembangan konsepsi SANRI harus dilakukan melalui pendekatan sistem,
yang bersifat komprehensif dan terpadu.
Sebagai sistem, admnistrasi negara indonesia perlu dikembangkan dan disempurnakan
dalam berbagai aspeknya, sehingga sebagai sarana untuk mencapai tujuan nasional, maka
SANRI senantiasa mampu mengatasi kendala, menjawab tantangan dan memamfaatkan peluang
yang timbul baik dalam lingkup nasional, regional dan global. Pengembangan dan
penyempurnaan yang terus menerus dilakukan itu, disebabkan antara lain:
1. Semakin meningkatnya tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan baik volume
maupun intensitasnya.
2. Keberhasilan pembangunan telah pula menimbulkan masalah-masalah baru.
3. Adanya perkembangan berbagai faktor lingkungan termasuk pula perkembangan dan
perubahan dunia international
Contoh lainya, ketika seseorang mengurus akan membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP),
bertemu dengan Ketua Rukun Tetangga (RT) di tempat tinggalnya dan Ketua RT-nya
menyatakan ada administrasinya, secara spontan seseorang yang mengurus KTP tersebut
memberikan uang, dan seseorang yang mengurus KTP tersebut beranggapan bahwa uang yang
diberikan kepada Ketua RT tersebut adalah administrasi pembuatan KTP. Menunjuk pada
objeknya. Fenomena seperti ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa dalam kehidupan
yang dijalani oleh manusia sangatlah bersentuhan dengan pekerjaan administrasi.
Dewasa ini masih banyak pihak yang belum memahami secara utuh tatanan organisasi
lembaga Negara berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sehingga sering terjadi
perdebatan publik dan debatable antar kelompok lembaga negara. Apalagi, setelah mengalami
empat kali perubahan mendasar melalui amandemen UUD 1945.
Perubahan mendasar yang mempengaruhi tatanan kelembagaan negara terkait perubahan
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD. Sebelum perubahan, kedaulatan rakyat dilaksanakan sepenuhnya
oleh MPR. Perubahan tersebut mengakibatkan dua hal penting dalam tupoksi kelembagaan
Negara yaitu:
1. MPR tidak lagi menjadi lembaga negara tertinggi.
2. lembaga-lembaga negara yang diatur dalam UUD 1945 merupakan pelaksana kedaulatan
rakyat sesuai dengan kedudukan,tugas,dan fungsi masing- masing. Hal tersebut
mengakibatkan Ketetapan MPR Nomor III/MPR/ 1978 tentang Kedudukan dan
Hubungan Tata Kerja Lembaga Tertinggi dengan/atau antar-Lembaga-Lembaga Tinggi
Negara, tidak berlaku lagi.
3. Organisasi Pemerintahan di tingkat pusat merupakan organisasi tertinggi dalam sebuah negara
yang memiliki hierarki kewenangan,tugas dan fungsi sebagaimana diatur oleh peraturan
perundang-undangan yang tujuannya adalah mengimplementasikan tujuan dari negara untuk
rakyatnya. Organisasi Pemerintahan di tingkat pusat sebagaimana diatur oleh UUD 1945 hasil
Amandemen adalah terdiri dari : Presiden, MPR, DPR, DPD, MA, MK, KY dan BPK.
Dalam ketentuan UUD 1945,terdapat lebih dari 21 subjek jabatan atau subjek hukum
kelembagaan yang dapat dikaitkan dengan pengertian lembaga atau organ negara dalam arti yang
luas antara lain sebagai berikut :
Presiden
Wakil Presiden
Dewan pertimbangan presiden
Kementerian dan Kementerian Negara yang didalamnya terdapat Menteri,Sekretaris
Kementerian dan/atau Wakil Menteri,Inspektur Jenderal dan Direktorat Jenderal
Kementerian.
Menteri Luar Negeri
Menteri Dalam Negeri
Menteri Pertahanan
Duta
Konsul
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri, yang diatur lebih
lanjut dengan undang-undang
Bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggungjawab, dan
independensinya diatur lebih lanjut dengan undang-undang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Konstitusi (MK)
Komisi Yudisial (KY)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang merupakan gabungan dari 3 matra angkatan
yakni Angkatan Darat (AD),Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU) dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman,seperti
Kejaksaan Agung, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia, dan sebagainya.
Sekarang, dalam perspektif UUD 1945 pasca Perubahan Keempat, kita harus memahami
konsepsi lembaga negara sebagai jabatan, organ, institusi, lembaga, ataupun badan yang
termasuk ke dalam lingkup pengertian organisasi pemerintahan/kenegaraan dalam arti luas yang
berkaitan dengan fungsi-fungsi pembuatan dan pelaksanaan norma hukum negara (law creating
and law applying functions). Keberadaan organ-organ negara itu berdampingan secara sinergis
dengan keberadaan organ-organ atau institusi-institusi non-negara yang tumbuh dalam lingkup
organisasi masyarakat (organizations of civil society) dan badan-badan usaha atau organisasi
dunia usaha (business organizations, corporate organs) yang hidup dalam dinamika pasar atau
kepentingan politis penguasa.
Organisasi Pemerintahan Tingkat Pusat secara khusus dibagi ke dalam 4 macam lembaga.
Pembagian ini berdasarkan segi yuridis yang melatar belakangi pembentukannya baik berupa
UUD,UU maupun Peraturan perundang-undangan lainnya.
Lembaga Negara Indonesia adalah lembaga-lembaga negara yang dibentuk berdasarkan
UUD, UU, atau oleh peraturan yang lebih rendah. Lembaga negara di tingkat pusat dapat
dibedakan dalam empat tingkatan kelembagaan yakni:
1. Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD seperti Presiden, Wakil Presiden, MPR, DPR, DPD,
BPK, MA, MK, dan KY;
2. Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU seperti Kejaksaan Agung, Bank Indonesia, KPU,
KPK, KPI, PPATK, Ombudsman dan sebagainya;
3. Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden; dan
4. Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri.
Lembaga negara berdasarkan hirarki. Struktur ketatanegaraan pasca amandemen UUD
1945 Dari segi hirarki, lembaga negara dapat dibedakan ke dalam tiga lapis yakni lapis pertama
dapat disebut Lembaga Tinggi Negara , lapis kedua dapat disebut Lembaga Negara saja dan lapis
ketiga merupakan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal dari regulator atau
pembentuk peraturan di bawah undang-undang.
Lembaga yang termasuk dalam Lembaga Tinggi Negara adalah :
1. Presiden dan Wakil Presiden;
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD);
4. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
5. Mahkamah Konstitusi (MK);
6. Mahkamah Agung (MA); dan
7. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Lembaga-lembaga negara yang masuk dalam lapis kedua yang disebutkan dalam UUD 1945
antara lain adalah :
1. Duta dan Konsul (Pasal 13 Ayat 1)
2. Suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada
Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang (Pasal 16) – Dahulu Dewan
Pertimbangan Agung (dihapus saat amandemen) sekarang Dewan Pertimbangan Presiden
3. Menteri Negara (Pasal 17)
4. Menteri Dalam Negeri , Menteri Luar Negeri , Menteri Pertahanan disebutkan secara eksplisit
dalam UUD 1945 (Pasal 8 Ayat 3)
5. Komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap,dan mandiri, yang diatur lebih lanjut
dalam undang-undang,Komisi Pemilihan Umum (Pasal 22E Ayat 5)
6. Komisi Yudisial
7. Bank Sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggungjawab dan independensinya
diatur lebih lanjut dengan undang-undang - Bank Sentral (Pasal 23D)
8. Tentara Nasional Indonesia (Pasal 30 Ayat 3) dengan Angkatan Darat , Angkatan Laut dan
Angkatan Udara disebutkan secara eksplisit dalam UUD 1945 (Pasal 10)
9. Kepolisian Negara (Pasal 30 Ayat 4)
Selain enam lembaga yang disebutkan dalam UUD diatas,terdapat juga lembaga lain
yang disejajarkan dengan organisasi lapis ke dua yakni lembaga negara yang dibentuk dengan
UU, yang disusun antara DPR dan Presiden. Lembaga ini dapat dibubarkan apabila UU atau
pasal yang mengatur lembaga tersebut dibatalkan melalui judicial review di Mahkamah
Konstitusi. Beberapa contoh lembaga ini yaitu :
1. Kejaksaan Agung (UU 16 tahun 2004);
2. Otoritas Jasa Keuangan (UU 21 tahun 2011);
3. Lembaga Penjamin Simpanan (UU 24 tahun 2004);
4. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (UU 39 tahun 1999);
5. Komisi Pemberantasan Korupsi (UU 20 tahun 2002);
6. Komisi Penyiaran Indonesia (UU 30 tahun 2002);
7. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (UU 5 tahun 1999);
8. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (UU 27 tahun 2004) yang kemudian dibatalkan
Mahkamah Konstitusi;
9. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (UU 23 tahun 2002);
10. Ombudsman Republik Indonesia (UU 37 tahun 2008); dan lain-lainnya.
Kelompok ketiga adalah organ konstitusi yang termasuk kategori lembaga negara yang
sumber kewenangannya berasal dari regulator atau pembentuk peraturan di bawah undang-
undang. Artinya, keberadaannya secara hukum hanya didasarkan atas kebijakan presiden
(presidential policy) atau beleid presiden. Jika presiden hendak membubarkannya lagi, maka
tentu presiden berwenang untuk itu. Artinya, keberadaannya sepenuhnya tergantung kepada
beleid presiden. Contoh lembaga-lembaga ini yaitu:
1. Badan Ekonomi Kreatif (Perpres 6 tahun 2015)
2. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (Perpres 192 tahun 2014)
3. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Perpres 106 tahun 2007)
4. Lembaga Ketahanan Nasional (Perpres 67 tahun 2016)
Berdasarkan Pasal 17 UUD 1945, Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan
dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh menteri-menteri. Keberadaan menteri-menteri tersebut
telah diatur secara jelas dan tegas dalam sebuah payung hukum Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Menteri-menteri tersebut mempunyai tugas untuk
melaksanakan urusan tertentu dalam pemerintahan sehingga dapat diartikan bahwa semua fungsi
pemerintahan sudah terbagi habis dalam tugas Kementerian. Saat ini, terdapat 34 (tiga puluh
empat) Kementerian yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Selain itu, untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tertentu di bidang
pemerintahan, Presiden dengan mengacu kepada kewenangannya berdasarkan Pasal 4 UUD
1945, juga membentuk Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang merupakan special
agency yang melaksanakan tugas dan fungsi spesifik tertentu dalam rangka mendukung
kebijakan pemerintah yang dilaksanakan oleh Kementerian. Saat ini telah dibentuk dua puluh
tujuh Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Selain itu, terdapat 5 dipimpin oleh pejabat
setingkat menteri, yakni Kepolisian Negara Republik Indonesia, Sekretariat Kabinet , Kejaksaan
Agung , Tentara Nasional Indonesia, dan Badan Intelijen Negara. Jumlah pejabat setingkat
menteri ditentukan oleh Presiden saat pembentukan Kabinet.
Lembaga Pemerintah Non Kementerian disingkat (LPNK), dahulu bernama Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) adalah lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari presiden . Kepala LPNK berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri
yang mengoordinasikan. Daftar Lembaga Non Kementerian saat ini terdapat 30 LPNK yakni :
1. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)
2. Badan Ekonomi Kreatif (BEK)
3. Badan Informasi Geospasial (BIG)
4. Badan Intelijen Negara (BIN)
5. Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla)
6. Badan Kepegawaian Negara (BKN)
7. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
8. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
9. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
10. Badan Narkotika Nasional (BNN)
11. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
12. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
13. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
14. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
15. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)
16. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
17. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
18. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
19. Badan Pertanahan Nasional (BPN)
20. Badan Pusat Statistik (BPS)
21. Badan SAR Nasional (Basarnas)
22. Badan Standardisasi Nasional (BSN)
23. Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan)
24. Lembaga Administrasi Negara (LAN)
25. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
26. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
27. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas)
28. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)
29. Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg)
30. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas)
Di luar Kementerian Negara, LPNK, dan lembaga yang dipimpin Pejabat setingkat
Menteri tersebut, dalam praktek penyelenggaraan negara dan pemerintahan, juga terdapat
lembaga-lembaga lain, yaitu Lembaga Non Struktural (LNS) sebagai perwujudan partisipasi
masyarakat dalam pemerintahan. LNS merupakan lembaga di luar struktur organisasi instansi
pemerintah, yang bersifat independen serta memiliki otonomi dalam menjalankan mandatnya
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Lembaga Struktural di Bawah Kementerian Negara Lembaga ini dibentuk melalui
Undang-Undang akan tetapi secara struktural bertanggungjawab kepada Menteri yang
bertanggungjawab diurusan tertentu. Lembaga Struktural tersebut antara lain :
1. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (di bawah Kementerian Keuangan);
dialihkan ke Otoritas Jasa Keuangan
2. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (di bawah Kementerian Perdagangan )
3. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (UU 39 1999,di bawah Kementerian Komunikasi
dan Informatika)
4. Badan Pengatur Jalan Tol (UU 38 tahun 2004,dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat )
Lembaga negara yang sebelumnya pernah ada dan kemudian telah dibubarkan antara
lain :
1. Lembaga Tinggi Negara
2. Perdana Menteri
3. Dewan Pertimbangan Agung
4. Kementerian / Departemen Negara
5. Departemen Penerangan
6. Lembaga Pemerintah Non Kementerian / Departemen
7. Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata
8. Lembaga Informasi Nasional
9. Lembaga Non Struktural
10. Badan Penyehatan Perbankan Nasional
11. Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi untuk Aceh dan Nias
12. Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan Program
13. Kebijakan dan Reformasi
14. Lembaga Struktural di Bawah Kementerian / Departemen Negara
15. Badan Akuntansi Keuangan Negara (di bawah Departemen Keuangan)