Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Syukur Alhamdulillah, Kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi atas segala
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah KMB II yang berjudul “ INFEKSI PADA SISTEM PERKEMIHAN”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan.
Akhirnya kami hanya dapat mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah
SWT.

Gorontalo, 17 Januari 2018


Penyusun
KELOMPOK III

1|Page
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................................……1

Daftar Isi.....................................................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan....................................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................4

1.3 Tujuan.........................................................................................................................................4

BAB II Pembahasan...................................................................................................................................5

2.1 Anatomi fisiologi............................................................................................................................5

2.1.1 Pengertian Sistem Urinaria.......................................................................................................5

2.1.2 Susunan Sistem Urinaria .....................................................................................................5-6

2.2 Infeksi saluran kemih ..................................................................................................................7

2.2.1 Pengertian ISK .....................................................................................................................7-8

2.2.2 Jenis-jenis ISK.........................................................................................................................8

1. INFEKSI PADA GINJAL...............................................................................................8-14

2.INFEKSI PADA URETER ................................................................................................15

3.INFEKSI PADA VESICA URINARI...........................................................................16-18

4.INFEKSI PADA URETRA………………………………………...………………19-23

2.3 ASKEP......................................................................................................................................23-39

BAB III Penutup.......................................................................................................................................40

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................41

2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah individu yang mempunyai sub-sub sistem. Sub-sub
sistem tersebut adalah sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem
pencernaan, sistem muskuloskeletal, sistem persyarafan, sistem
perkemihan, dan sistem-sistem yang lainnya. Keseimbangan antara
semua sistem diatas itulah yang menyebabkan manusia dikatakan sehat
secara jasmani.Semua sistem tersebut melibatkan organ-organ dalam
menjalankan tugasnya, seperti sistem perkemihan yang melibatkan organ
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal merupakan bagian utama
dari saluran kemih yang terdiri dari organ-organ tubuh yang berfungsi
memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urin) ke luar tubuh.
Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara
lain yaitu infeksi ginjal. Infeksi ginjal atau pielonefritis merupakan
peradangan pada jaringan ginjal. Ureteritis adalah infeksi pada salah satu
atau kedua ureter. Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih.
Uretritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar
naik yang digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal. Namun
demikian kedua kondisi tersebut dapat terjadi pada satu pasien.

3|Page
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pielonefritis, Ureteritis,Cysitis,
Uretritis ?
2. Apa saja etiologi dari pielonefritis,ureteritis,cystitis,uretritis?
3. Bagaimana patofisiologi dari pielonefritis,uereteritis,cystitis,
uretritis?
4. Apa saja manifestasi klinik dari pielonefritis,ureteritis,urethritis,
cystitis,ureteritis ?
5. Bagaimana cara pencegahan dari pielonefritis,ureteritis,
cystitis,uretritis ?
6. Bagaimana pengobatan dari
pielonefritis,ureteritis,cystitis,uretritis ?
7. Apa saja kompilkasi dari pielonefritis,ureteritis,cystitis,uretritis ?
8. ASUHAN KEPERAWATAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
pielonefritis,ureteritis,cystitis,uretritis
2. Untuk mengetahui apa saja etiologi dari pielonefritis,ureteritis,
cystitis,uretritis
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari
pielonefritis,ureteritis,cystitis,uretritis
4. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinik dari
pielonefritis,ureteritis,cystitis,uretritis
5. Untuk mengetahui bagaiamana cara pencegahan dari
pielonefritis,ureteritis,cystitis,uretritis
6. Untuk mengetahui bagaiamana pengobatan dari
pielonefritis,ureteritis,cystitis,uretritis
7. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari pielonefritis,ureteritis,
cystitis,uretritis
8. Untuk mengetahui ASKEP dari pielonefritis,ureteritis, cystitis,

4|Page
urethritis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi fisiologi


2.1.1 Pengertian Sistem Urinaria

Sistem perkemihan disebut juga sistem urinaria atau renal


system, adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
2.1.2 Susunan Sistem Urinaria
Terdiri dari:
1. Dua buah ginjal yang mengambil zat
sisa, mineral yang tidak dibutuhkan,
dan kelebihan air dari darah sebagai
urin.
2. Dua buah ureter (saluran panjang)
yang mentransport urin ke kandung
kemih/vesika urinaria/bladder.
3. Kandung kemih sebagai tempat
penampungan urin sampai waktu yang
tepat untuk dibuang.

5|Page
4. Uretra sebagai saluran yang mengalirkan urin dari kandung
kemih keluar tubuh.
1. Ginjal Fungsi vital ginjal ialah sekresi air
kemih dan pengeluarannya dari tubuh
manusia. Di samping itu, ginjal juga
merupakan salah satu dari mekanisme
terpenting homeostasis. Ginjal berperan
penting dalam pengeluaran zat-zat
toksin/racun, memperlakukan suasana
keseimbangan air. mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan
mempertahankan keseimbangan garam-garam
dan zat-zat lain dalam darah.
2. Ureter Air kemih disekresi oleh ginjal,
dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih) melalui ureter. Ureter
berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang punggung) yang
menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih.
3. Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat
menggelembung seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis,
di dalam rongga panggul.Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat
sebagian ke luar dari rongga panggul.
4. Uretra merupakan saluran sempit yang
berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar
dan juga untuk menyalurkan semen. Pada
laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok,
menembus prostat, kemudian melewati
tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis.
Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars
proetalika, pars membranosa, dan pars
kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar
disebut meatus. Pada perempuan, uretra
terletak di belakang simfisis pubis, berjalan
miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra
pada perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan
vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.

6|Page
2.2 INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
2.2.1 Pengertian ISK

Infeksi saluran
kemih adalah suatu keadaan terjadinya peradangan oleh
mikroorganisme pada system perkemihan. Infeksi traktus urinarius
merupakan masalah yang sangat banyak dijumpai dalam praktek
klinis. Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi bagian atas
(pielonefritis) dan bagian bawah (sisititis, uretritis, prostatitis)
menurut saluran yang terkena. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah
infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama masuk
ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin,
E.J,2001: 480)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang
ditunjukkan pada manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram,
B,1998: 121)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan
normal tidak mengandung bakteri, virus/ mikroorganisme lain
(Waspadji,S,1998: 264)
ISK bagian atas terjadi pada uretra atau ginjal, sedangkan
ISK bagian bawah terjadi pada uretra dan kandung kemih. Infeksi
dapat berasal dari mana saja dari saluran perkemihan dan menyebar
ke area lain. ISK yang tidak diobati dapat menyebabkan gagal
ginjal. Ada tiga sumber utama masuknya bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi. Sumber paling banyak adalah melalui
meatus, mengakibatkan infeksi asenden. Infeksi desenden berasal
7|Page
dari darah dan limfe dan sering mengakibatkan pielonefritis-infeksi
pada gagal ginjal.ISK lebih sering terjadi pada wanita, salah satu
penyebabnya karena uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri
kontaminan lebih mudah masuk ke kandung kemih. Faktor lain
adalah kecenderungan wanita menahan miksi, serta iritasi kulit
lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin. Uterus pada
kelamin juga dapat menghambat aliran urine pada keadaan tertentu.

2.2.2 Jenis-jenis ISK


1. INFEKSI PADA GINJAL
1. Pengertian Pielonefritis
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang
ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut
biasanya akan berlangsung selama
1 sampai 2 minggu. Bila
pengobatan pada pielonefritis akut
tidak sukses madka dapat
menimbulkan gejala lanjut yang
disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan
infeksi bakteri pada piala ginjal
(pelvis renalis), tubulus, dan
jaringan interstinal dari salah satu
atau kedua gunjal (Brunner &
Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang
dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C.
E. Underwood, 2002: 668).
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih
yang terdiri atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi
maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai
penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain
yaitu infeksi ginjal.
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi
infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi

8|Page
baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua
minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran
kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas
dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin.Ginjal
biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel
inflamasi.Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada
taut kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan
tubulus serta glomerulus terjadi.Pyelonefritis akut
merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering
ditemui.Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi
saluran kemih.Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita,
hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya (uretra) lebih
pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya
terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih
cepat mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal.
Insiden penyakit ini juga akan bertambah pada wanita hamil
dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita
kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya
lebih mudah terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.
b. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri,
tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran
kemih dan refluk urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak
jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang
berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun
membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari
infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa
tahun atau setelah infeksi yang gawat. Pembagian
Pielonefritis Pielonefritis akut Sering ditemukan pada wanita
hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan
hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang
membesar.
2. Etiologi
a. Bakteri
 Escherichis colli
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan
normal ditemukan di usus besar) merupakan penyebab

9|Page
infeksi yang sering ditemukan pada pielonefritis akut
tanpa komplikasi
 Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa.
Pseudomonas juga merupakan patogen pada
manusia dan merupakan penyebab infeksi pada
saluran kemih.
 Klebsiella enterobacter
Klebsiella enterobacter merupakan salah satu
patogen menular yang umumnya menyebabkan infeksi
pernapasan, tetapi juga dapat menyebabkan infeksi
saluran kemih
 Species proteus
Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di
saluran cerna, menjadi patogenik ketika berada di
dalam saluran kemih.
 Enterococus
Mengacu pada suatu spesies streptococus yang
mendiami saluran cerna dan bersifat patogen di dalam
saluran kemih
 Lactobacillus
Adalah flora normal di rongga mulut, saluran
cerna, dan vagina, dipertimbangkan sebagai
kontaminan saluran kemih. Apabila ditemukan lebih
dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut harus
dipertimbangkan terkontaminasi. Hampir semua
gambaran klinis disebaban oleh endotoksemia. Tidak
semua bakteri bersifat patogen di saluran perkemihan,
tetapi semua bakteri tersebut ditemukan dalam sampel
biakan urine. Namun, bakteri-bakteri tersebut tetap
merupakan kontaminan.
b. Obstruksi urinari track.
Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
c. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari
kandung kemih kembali ke dalam ureter.
d. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah
dan aliran plasma efektif ke ginjal dan saluran
kencing. Kecepatan filtrasi glomerulus dan fungsi
tubuler meningkat 30-50%. Dibawah keadaan yang
normal peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi
ibu dan janin yang tumbuh tidak membuat ginjal dan
uretra bekerja ekstra. Keduanya menjadi dilatasi
karena peristaltik uretra menurun. Sebagai akibat,

10 | P a g e
gerakan urin ke kandung kemih lebih lambat. Stasis
urin ini meningkatkan kemungkinan pielonefritis.
Estrogen dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi yang terjadi pada kadung kemih yang akan
naik ke ginjal. Bendungan dan atoni ureter dalam
kehamilan mungkin disebabkan oleh progesteron,
obstipasi atau tekanan uterus yang membesar pada
ureter.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi
ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang
akan membersihkan organisme dan oleh penutupan
ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih
(misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau
arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam
ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi ginjal.
3. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus
fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang
menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui
saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih,
lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan
kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian
menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48
jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-
alat seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah
menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran
kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau
tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran
ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan
multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi.
Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring.
Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari
pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan
menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat
berkembang menjadi gagal ginjal.

4. Tanda dan Gejala


Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba.
Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah,
mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala

11 | P a g e
ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi
berkemih yang meningkat.
Dapat terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan
nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat
terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya
batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua
ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan
dan lebih sulit untuk dikenali.
a. Pyelonefritis akut ditandai dengan :
- pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
- Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi,
menggigil, nausea,
- nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya
kelemahan fisik.
- Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
- Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam
beberapa hari.
- Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau
hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya
peningkatan sel darah putih.
b. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-
ulang, sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda
dan gejala:
- Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang
biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik.
- Adanya keletihan.
- Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
- Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia,
asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
- Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien
mengalami gagal ginjal.
- Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
- Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan
luka pada jaringan.
- Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis
pielonefritis adalah:
a. Whole blood
b. Urinalisis

12 | P a g e
c. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu
menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural atau
penyebab penyumbatan air kemih lainnya
d. BUN
e. Creatinin
f. Serum Electrolytes
g. Biopsi ginjal
h. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi
perubahan atau abnormalitas struktur

6. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada
pielonefritis akut (Patologi Umum & Sistematik J. C. E.
Underwood, 2002: 669)
a. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang,
pasokan darah pada area medula akan terganggu dan akan
diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada penderita diabetes
melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
b. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada
ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung
dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga
ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
c. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal,
dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal


stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat
inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan
pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai
organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya
batu) (Brunner & Suddarth, 2002: 1437).
7. Penatalaksanaan Medik
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya
akan sembuh tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat
menyebabkan penyakit kambuh kembali terutama pada penderita
yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita diabetes atau
adanya sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor
dan sebagainya. Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby
dan Nancy E. Smith tahun 2007:
a. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat
antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-
SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin,
cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari

13 | P a g e
b. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih,
meningkatkan rasa nyaman, dan meningkatkan kapasitas
kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan
antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan)
dan propantheline (Pro-Banthine)
c. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan
kerusakan ginjal secara progresif.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby
dan Nancy E. Smith tahun 2007:
a. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
b. Monitor Vital Sign
c. Melakukan pemeriksaan fisik
d. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
e. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
f. Memantau input dan output cairan.
g. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum
electrolytes)
h. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti
prosedur pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan
bertambah lama dan memakan banyak biaya yang dapat
membuat pasien berkecil hati.
8. Pencegahan
Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa
hal yang harus dilakukan:
a. minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu
pengosongan kandung kemih serta kontaminasi urin.
b. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
c. banyak istirahat di tempat tidur
d. terapi antibiotika
Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan
memastikan tidak pernah mengalami infeksi saluran kemih, antara
lain dengan memperhatikan cara membersihkan setelah buang air
besar, terutama pada wanita. Senantiasa membersihkan dari depan
ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal tersebut untuk
mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar
agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra.Pada waktu
pemasangan kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan
alat agar tidak terjadi infeksi.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk
pengobatan infeksi ginjal mempunyai khasiat sebagai antiradang,
antiinfeksi, menurunkan
panas, dan diuretik (peluruh kemih). Tumbuhan obat yang dapat
digunakan, antara lain :

14 | P a g e
a. Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)
b. Meniran (Phyllanthus urinaria)
c. Sambiloto (Andrographis paniculata)
d. Pegagan (Centella asiatica)
e. Daun Sendok (Plantago major)
f. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)
g. Rambut Jagung (Zea mays)
h. Krokot (Portulaca oleracea)
i. Jombang (Taraxacum mongolicum)
j. Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa).
2.INFEKSI PADA URETER
1.Pengertian
Ureteritis adalah infeksi pada salah satu atau kedua ureter.
2.Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah penyebaran infeksi dari
ginjal atau kandung kemih. Penyebab lainnya adalah melambatnya
aliran air kemih karena kelainan saraf pada ureter.
3.Manifestasi klinik
 Keluarnya cairan yang abnormal
 Nyeri pada saat berkemih
 Nyeri pada saat melakukan hubungan seksual
4. Patofisiologi
Infeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya
sistisis . Aliran urine dari ginjal ke bulibuli dapat terganggu karena
timbulnya fibrosis pada dinding ureter menyebabkan striktura dan
hydronephrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak, dan mengganggu
peristaltik ureter.
5. Pemeriksaan diagnostic
· urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih,
dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal.
· Kultur ( biakan ) urine mengidentifikasi organisme
penyebab
· Tes bakteri bersalut- antibodi terhadap bakteri bersalut
antibodi diindikasikan pada pielonefritis.
· Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih
mengidentifikasi anomali struktur nyata.
· Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan
atau abnormalitas struktur.
6. Pengobatan

15 | P a g e
Pengobatan ditujukkan untuk mengatasi penyebabnya yaitu infeksi
ginjal dan kandung kemih. Dilakukan pembedahan untuuk mengangkat
bagian ureter yang sarafnya mengalami kelainan.

3.INFEKSI PADA VESICA URINARI


1. Definisi
Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih (Medical
Surgical Nursing, 2004)
Cystitis adalah keadaan klinis
akibat berkembang biaknya
mikroorganisme yang menyebabkan
inflamasi pada kandung kemih dan
disebabkan oleh menyebarnya infeksi
dari uretra. Hal ini dapat disebabkan
oleh aliran balik urin dari uretra ke
dalam kandung kemih (refluks
uretrovesikal), kontaminasi fekal,
pemakaian kateter dan sistoskop.
Sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat
infeksi oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi yang di sebabkan oleh
penyebaran infeksi dari uretra (Nur Salam, 2008).
2. Klasifikasi
Sistitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
a. Sistitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih
radang ini dapat terjadi karena penyakit lain seperti batu pada
kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
b. Sistitis sekunder, merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai
akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
3. Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif
Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi
akut pada penderita tanpa kelainan urologis :

16 | P a g e
a. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella,
enterobakter, serratea, dan pseudomonas.
b. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah
penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi
yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis,
kalkuli atau obstruksi.
c. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah
vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik
kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi
tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
d. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal,
prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya
karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik
bladder) atau karena infeksi dari usus.

Jalur infeksi :
a. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat
penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita
b. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat
masuk kekandung kemih.
c. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat
mengenai kandung kemih misalnya appendisitis
d. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
4. Manifestasi Klinis
Menifestasi klinis dari sistitis menurut (NurSalam, Fransisca,
2008), antara lain:
1. Kemerahan pada kandung kemih
2. Edema pada kandung kemih
3. Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine
4. Disuri
5. Eritema mukosa kandung kemih
6. Hematuria
7. Demam
8. Kondisi umum menurun
9. Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)
5. Patofisiologi
Sistitis merupakan asending infection dari saluran
perkemihan. Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena jarak
uretra karena jarak uretra dan vagina pendek, kelainal periuretral,
rektum (kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta efek
kambuhan mikroorganisme gram negatif dari saluran vagina, defek
terhadap mukosa uretra, vagina,

17 | P a g e
dan genital eksternal memungkinkan organisme masuk ke vesika
urinaria. Infeksi terjadi mendadak akibat E.coli pada tubuh pasien.
Bagian distal uretra biasanya dikolonisasi oleh bakteri
setelah kolonisasi di vagina, defek mukosa uretra, vagina, atau
genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan
berkolonisasi di suatu tempat diperiuretra dan masuk ke dalam
kandung kemih. Sistitis akut pada wanita biasanya disebabkan oleh
Escherichia coli. Hubungan seksual berkaitan dengan UTI,
terutama pada wanita yang gagal berkemih setelah berhubungan
seksual. Berkemih dianggap dapat membersihkan bakteri dari
kandung kemih. Infeksi juga dapat berkaitan kotrasepsi spernis-
diafragma karena jenis kontrasepsi ini dapat menyebabkan
obstruksi parsieluretra dan pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap. Selain itu kontrasepsi ini juga mengakibatkan perubahan
pH dan flora normal vagina.
Pada laki-laki abnormal sumbatan menyebabkan striktur
dam hiperplasi prostatik. Infeksi saluran kemih bagian atas
penyebab penyakit kandung kemih kambuhan. ( NurSalam,
Fransisca 2008, hal : 112 )
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic sistitis menurut NurSalam, Fransisca, 2008
1. Urea dipstick : darah (ada)
2. Mikroskopik : sel darah putih tanpa epitel (piuria)
3. Kultur urine : untuk menguji sensitivitas berbagai jenis
antimikroba dan mengetahui respon obat yang di sekresi di
urine (konsentrasi meningkat).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut NurSalam, Fransisca, 2008
1. Uncomplicated sistitis : wanita harus diterapi antimikroba dosis
tunggal atau jangka pendek (1-3hari) sesuai hasil kultur. Obat
pilihan yang sensitif terhadap E.coli : nitrofurantoin,
trimetramopin-sulfametoksaksol, atau ampisilin. Laki-laki
diterapi selama (7-10 hari) denagn antibiotik. Lakukan kultur
untuk meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping :
mual, diare, kemerahan, dan kandidiasis vagina.
2. Antikolinergik (propantheline bromide) untuk mencegah
hiperirritabilitas kandung kemih dan fennazopirridin hidroklorid
sebagai anti septik saluran kemih
8. Komplikasi
Komplikasi menurut NurSalam, Fransisca, 2008
2. Pyelonefritis : infeksi pada medula dan korteks ginjal
3. Infeksi bakteri melalui darah melalui penyebarab
hematogen.

18 | P a g e
4. INFEKSI PADA URETRA
1.Pengertian
Uretritis adalah suatu
inflamasi uretra atau suatu
infeksi yang menyebar naik
yang digolongkan sebagai
infeksi gonoreal dan
nongonoreal. Namun demikian
kedua kondisi tersebut dapat
terjadi pada satu pasien.
(Nursalam, 2008).
Uretritis yaitu inflamasi
pada uretra, keadaan ini kerap
kali merupakan gejala penyakit
gonore, dapat pula disebabkan
oleh mikroorganisme. (Barbara.
2005)
Uretritis adalah peradangan yang terjadi pada uretra
(Anonym 1997). Urethritis juga merupakan salah satu sindroma
dari penyakit menular seks (PMS),urethritis secara spesifik dapat
terbagi 2 yaitu gonococal urethritis dan nongonococal urethritis
Urethritis merupakan peradangan pada saluran kencing atau
urethra, yang terjadi pada lapisan kulit urethra, disebabkan oleh
bakteri-bakteri yang menyerang saluran kemih seperti Chlamydia
trachomatis, neisseria gonorrhoae, tricomonal vaginalis dan lain-
lain. peradangan ini biasanya terjadi pada ujung urethra atau
urethra bagian posterior, urethritis juga merupakan salah satu dari
infeksi dari saluran kemih yaitu urethra, prostate, vas deferens,
testis atau ovarium, buli-buli, ureter sampai ginjal. Dan dapat

19 | P a g e
dikatakan sebagai bagian dari infeksi saluran kemih superficial
atau mukosa yang tidak menandakan invasi pada jaringan.

2.Klasifikasi
A. Uretritis Akut
a. Penyebab
Asending infeksi atau sebaliknya oleh karena prostate
mengalami infeksi. Keadaan ini lebih sering diderita kaum
pria.
b. Tanda dan Gejala
a) Mukosa merah udematus
b) Terdapat cairan eksudat yang purulent
c) Ada ulserasi pada uretra
d) Mikroskopis : terlihat infiltrasi leukosit sel – sel
plasma dan sel sel limfosit
e) Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada
uretritis G.O
f) yaitu morning sickness
g) Pada oria : pembuluh darah kapiler, kelenjar uretra
tersumbat
h) oleh kelompok pus
i) Pada wanita : jarang diketemukan uretritis akut,
kecuali bila
j) pasien menderita.
c. Diagnosa Diferential
· Uretritis GO
· Amicrobic pyuhria
· Uretritis karena trichomonas
· Prostatitis non spesifik
d. Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan terhadap secret uretra
untuk mengetahui kuman penyebab.
e. Tindakan Pengobatan
· Pemberian antibiotika
· Bila terjadi striktuka, lakukan dilatasi uretra dengan
menggunakan bougil

20 | P a g e
f. Komplikasi
Mungkin prostatitis
Periuretral abses yang dapat sembuh, kemudian
meninbulkan striktura atau urine fistula
· Periuretral abses yang dapat sembuh, kemudian
meninbulkan striktura atau urine fistula
B. Uretritis Kronis
g. Penyebab
· Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut
· Prostatitis kronis
· Striktura uretra
h. Tanda dan Gejala
· Mukosa terlihat granuler dan merah
· Mikroskopis : infiltrasi dari leukosit, sel plasma,
sedikit sel
· leukosit, fibroblast bertambah
· Getah uretra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum
bak
· pertama
· Uretra iritasi,
i. Prognosa
Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat
menjalar ke kandung kemih,ureter, ginjal.
j. Tindakan Pengobatan
· Chemoterapi dan antibiotika
· Cari penyebabnya
· Berikanlah banyak minum
k. Komplikasi
Radang dapat menjalar ke prostate.
C. Uretritis Gonokokus
l. Penyebab
Neisseria Gonorhoeoe (gonokokus)
m. Tanda dan Gejala
Sama dengan tanda dan gejala pada uretritis
akut, karena uretritis ini adalah bagian dari uretritis
akut
n. Prognosa
Infeksi dapat menyebar ke proksimal uretra.
o. Komplikasi

21 | P a g e
· Infeksi yang menyebar ke proksimal uretra
menyebabkan peningkatan frekuensi kencing
· Gonokokus dapat menebus mukosa uretra yang utuh,
mengakibatkan terjadi infeksi submukosa yang meluas
ke korpus spongiosum
· Infeksi yang menyebabkan kerusakan kelenjar peri
uretra akan menyebabkan terjadinya fibrosis yang
dalam beberapa tahun kemudian mengakibatkan
striktura uretra. (underwood,1999)
D. Uretritis Non Gonokokus (Non Spesifik)
Uretritis non gonokokus (sinonim dengan uretritis non
spesifik) merupakan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual yang paling sering diketemukan. Pada
pria, lender uretra yang mukopurulen dan disuria terjadi
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu setelah
melakukan hubungan kelamin dengan wanita yang
terinfeksi. Lendir mengandung sel nanah tetapi gonokokus
tidak dapat di deteksi secara mikroskopis atau kultur.
(Underwood,1999)
p. Insiden
Masih merupakan penyakit yang sering terjadi
pada banyak bagian dunia, insiden berhubungan
langsung dengan promiskuitas dari populasi
q. Etiologi
Infeksi hamper selalu didapat selama hubungan
seksual. Gonokokus membelah diri pada mukosa yang
utuh dari uretra anterior dan setelah itu menginvasi
kelenjar peri uretral, dengan akibat terjadinya
bakteremia dan keterlibatan limfatik.
r. Makroskopik
Peradangan akut dari mukosa uretra, dengan
eksudat yang purulenta pada permukaan; dapat terjadi
ulserasi dari mukosa.
s. Rabas
Timbul 3-8 hari setelah infeksi dan kental,
kuning serta banyak. Apusan memperlihatkan
sejumlah besar sel – sel pus (100%), banyak
mengandung diplokokus gram negative intraseluler
yang difagositosis.
t. Perjalanan Penyakit
 Dapat mengalami resolusi dalam 2-4 minggu,
· sebagai akibat pengobatan atau kadang – kadang
spontan.

22 | P a g e
 Menjadi kronik.
u. Penyulit
 Uretritis posterior, prostatitis, vesikulitis, epididimitis
dan sistitis.
 Abses peri uretral.
 Penyebaran sistemik – arthritis supuratif atau teno –
sinovitis tidak jarang ditemukan pada kasus yang
terabaikan sementara endocarditis jarang sekali
terjadi. (A.D Thomson,1997)
E. Uretritis Abakterial Penyakit Reiter
v. Klinik
Uretritis yang berkaitan dengan konjunktivitis dan
artritis
w. Etiologi
Kemungkinan terdapat organisme dari kelompok
chlamydia
x. Hasil
Kemungkinan terdapat pemulihan spontan,
tetapi sering kali terdapat riwayat yang lama, dengan
banyak eksaserbasi klinik. Pada kasus yang berat
terdapat ulserasi dari mukosa bukal, kulit kaki, glans
penis, uretra dan kandung kemih. Iritis dan keraitis
dapat menjadi penyulit konjunktivitis.

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.3.1 Pielonefritis
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien pielonefritis
menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
a. Data biologis meliputi :
1) Identitas Klien
2) Identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, Jantung
c. Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Infeksi darah meatus
3) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernian urine
4) Pengkajian pada costovertebralis

23 | P a g e
d. Riwayat psikososial
Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan persepsi terhadap
kondisi penyakit mekanisme kopin dan system pendukung
e. Pengkajian pengtahuan klien dan keluarga
1) Pemahaman tentang penyebab / perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi,
perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan
b. Nyeri akut b.d proses peradangan / infeksi
c. Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi
d. Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit
dan tujuan pengobatan
e. Gangguan pola tidur b.d hipertermi, nyeri
f. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
g. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat
3. Intervensi
Dx. 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hipertermi, perubahan membran mukosa, kurang nafsu
makan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
pasien merasa nafsu makan bertambah.
Kriteria Hasil : menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan
dan zat gizi.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Pantau / catat permasukan diet Membantu dan
mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan diet. Kondisi fisik
umum, gajala uremik (contoh :
mual, anoreksia, gangguan rasa)
dan pembatasan diet multiple
mempengaruhi pemasukan
makanan.
Tawarkan perawatan mulut Mambran mukosa menjadi
sering/cuci dengan larutan kering dan pecah. Perawatan
(25%) cairan asam asetat. mulut menyejukkan, meminyaki
Berikan permen karet, permen dan membantu menyegarkan
keras, penyegar mulut diantara rasa mulut yang sering tidak
makan nyaman pada uremia dan
membatasi pemasukan oral.
Pencucian dengan asam asetat

24 | P a g e
membantu menetralkan amonea
yang dibentuk oleh perubahan
urea.
Berikan makanan sedikit tapi Meminimalkan anoreksia dan
sering mual sehubungan dengan status
uremik/menurunnya paristaltik
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli gizi/tim Menentukan kalori individu dan
pendukung nutrisi kebutuhan nutrisi dalam
pembatasan,dan
mengidentifikasi rute paling
efektif dan produknya, contoh
tambahan oral, makanan selang
hiperalimentasi
Batasi kalium, natrium dan Pembatasan elektrolit ini
pemasukan fosat sesuai dibutuhkan untuk mencegah
indikasi kerusakan ginjal lebih lanjut,
khususnya bila dialisis tidak
menjadi bagian pengobatan, dan
atau selama fase penyembuhan.
Awasi pemeriksaan Indikator kebutuhan nutrisi,
labiratorium, contoh; BUN, pembatasan, dan kebutuhan /
albumin serum, transferin, efektivitas terapi.
natrium dan kalium.

Dx. 2 : Nyeri akut b.d proses peradangan, infeksi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil : Tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih,
kandung kemih tidak tegang, tenang, tidak mengekspresikan nyeri
secara verbal atau pada wajah, tidak ada posisi tubuh, tidak ada
kegelisahan, tidak ada kehilangan nafsu makan.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
Pantau intensitas, lokasi, dan Rasa sakit yang hebat
factor yang memperberat atau menandakan adanya infeksi
meringankan nyeri
Berikan waktu istirahat yang Klien dapat istirahat dengan
cukup dan tingkat aktivitas tenang dan dapat merilekskan
yang dapat di toleran. otot – otot
Anjurkan minum banyak 2-3 Untuk membantu klien dalam
liter jika tidak ada kontra berkemih

25 | P a g e
indikasi
Pantau haluaran urine terhadap Untuk mengidentifikasi
perubahan warna, bau dan pola indikasi kemajuan atau
berkemih, masukan dan penyimpangan dari hasil yang
haluaran setiap 8 jam dan di harapkan
pantau hasil urinalisis ulang
Berikan tindakan nyaman, Meningkatkan relaksasi,
seperti pijatan punggung, menurunkan tegangan otot
lingkungan istirahat
Berikan perawatan parineal Untuk mencegah kontaminasi
uretra
Kolaborasi :
Berikan analgesic sesuia Analgesic memblok lintasan
kebutuhan dan evaluasi nyeri sehingga mengurangi
keberhasilannya nyeri

Dx. 3 : Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x
24 jam demam pasien berkurang
Kriteria Hasil :hilangnya rasa mual, suhu tubuh kembali normal,
nafas normal dan suhu kulit lembab
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
Pantau suhu pasien (drajat danSuhu 38,90 – 41,10 C
pola) ; perhatikan
menunjukkan proses penyakit
menggigil/diaforesis infeksius akut
Pantau suhu lingkungan, batasi /
Suhu ruangan/jumlah selimut
tambahkan linen tempat tidur, harus diubah untuk
sesuai indikasi mempertahankan suhu
mendekati normal.
Berikan kompres mandi hangat; Dapat membantu mengurangi
hindari penggunaan alkohol demam. Catatan : penggunaan
air es/alkohol mungkin
menyebabakan kedinginan,
peningkatan suhu secara
aktual. Selain itu alkohol
dapat mengeringkan kulit.
Berikan selimut pendingin Digunakan untuk mengurangi
demam umumnya lebih besar
dari 39,50-400 C pada waktu
terjadi kerusakan/ gangguan

26 | P a g e
otak.
Kolaborasi :
Berikan antipiretik, misalnya Digunakan untuk mengurangi
ASA (aspirin), asetaminofen demam dengan aksi
(tylenol) sentralnya pada hipotelamus.
Meskipun demam mungkin
dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan
organisme. Dan
meningkatkan autodestruksi
dari sel-sel yang terinfeksi

Dx. 4 : Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang


penyakit dan tujuan pengobatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
cemas pasien Hilang dan tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah
Kriteria Hasil : tenang, gelisa berkurang, ketakutan berkurang,
dapat beristirahat, frekuensi nafas 12-24/menit.
Intervensi Rasionalisasi
Beri kesempatan klien untuk Agar klien mempunyai
mengungkapkan perasaannya semangat dan mau empati
terhadap perawatan dan
pengobatan
Pantau tingkat kecemasan Untuk mengetahui berat
ringannya kecemasan klien
Beri dorongan spiritual Agar klien kembali
menyerahkan sepenuhnya
kepada tuhan YME
Beri penjelasan tentang Agar klien mengerti
penyakitnya sepenuhnya dengan penyakit
yang di alaminya.

Dx. 5 : Gangguan pola tidur b.d hipertermi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
pasien merasa tidur dengan nyenyak.
Kriteria Hasil : jumlah jam tidur tidak terganggu, perasaan segar
setelah tidur atau istirahat, terjaga denganwaktu yang sesuai
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
Instruksikan tindakan relaksasi Membantu menginduksi tidur

27 | P a g e
Hindari mengganggu bila Tidur tanpa gangguan pasien
mungkin, mis : membangun mungkin tidak mampu kembali
untuk obat atau terapi tidur bila terbangun
Tentukan kebiasaan tidur Mengkaji perlunya
biasanya dan perubahan yang mengidentifikasi intervensi
terjadi yang tepat.
Dorong posisi nyaman, bantu Perubahan posisi mengubah
dalam megubah posisi area tekanan dan meningkatkan
istirahat
Kolaborasi :
Berikan sedatif, hipnotik, Mungkin di berikan untuk
sesuai indikasi membantu pasien tidur/istirahat
selama periode dari rumah ke
lingkungan baru. Catatan :
hindari penggunaan kebiasaan,
karena ini menurunkan waktu
tidur.

Dx. 6 : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
pasien toleran aktifitas.
Kriteria Hasil : mengidentifikasi aktifitas dan atau situasi yang
menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi
aktivitas.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
Bantu aktivitas perawatan diri Meminimalkan kelelahan dan
yang di perlukan. Berikan membantu keseimbangan
kemajuan peningkatan aktifitas suplai dan kebutuhan oksigen
selama fase penyembuhan.
Evaluasi respon pasien Menetapkan kemampuan /
terhadap aktifitas. Catat kebutuhan pasien dan
laporan dispnea, peningkatan memudahkan pemilihan
kelemahan / kelelahan dan intervensi
perubahan tanda vital selama
dan setelah aktivitas

Dx. 7 : Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak


adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat

28 | P a g e
Kriteria hasil :tidak memiliki konsentrasi urine yang berlebih,
memiliki keseimbangan asupan Dan haluaran yang seimbang
dalam 24 jam
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
Ukur dan catat urine setiap kali
berkemih
Pastikan kontinuitas kateter
pirau / akses
Tempatkan pasien pada posisi
telentang / tredelenburg sesui
kebutuhan
Pantau mambran mukosa
kering, torgor kulit yang kurang
baik, dan rasa haus
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan Menurun karena anemia,
laboratorium sesuai indikasi hemodilusi atau kehilangan
darah aktual.

2.3.2 URETERITIS
1. PENGKAJIAN
Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko:
a. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
b. Obstruksi pada saluran kemih
c. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap
infeksi nosokomial.
d. Pemasangan kateter foley
e. Imobilisasi dalam waktu yang lama
f. Inkontinensia
g. Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih.
h. Dorongan
i. Frekuensi
j. Disuria
k. Bau urine yang menyengat
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang
pengetahuan tentang teknik
pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter
sekrunder terhadap striktur
2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.

29 | P a g e
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah
4. Resti infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomial
5. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan
tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan
perawatan di rumah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang
pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih
akibat penyumbatan sfingter sekrunder terhadap striktur.
Kriteria hasil: Individu akan mengosongkan kandung kemih
menggunakan manuver valsavas
dengan residu ( dr 50 cc jika diindikasikan mencapai suatu
keadaan kekeringan di mana secara
pribadi puas).
Intervensi
a. Ajarkan individu menegangkan abdomen dan
melakukan manuver valsavas, jika diindikasikan:
c. sandarkan ke depan pada kedua paha
d. kontrasikan otot abdomen dan regangkan / tahan
nafas sambil meregangkan (manuver
valsavas)
e. Tahan pegangan / nafas sampai aliran urin berhenti,
tunggu satu menit dan regangkan sepanjang mungkin.
f. Lanjutkan sampai tidak ada urin yang keluar.
 Catat keluaran urin, selidiki penurunan /
penghentian aliran urin.
 Observasi dan catat warna urin
 Ukur residu pasca berkemih setelah usaha
mengosongkan kandung kemih, jika vol. residu
urin
 lebih besar dari 100 cc, jadwalkan program
kateterisasi.
2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.
Kriteria hasil : tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada
perkusi daerah panggul.
Intervensi
1. Pantu haluaran urine terhadap perubahan warna,
bau dan pola berkemih
Ras = untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2. Berikan analgetik sesuai kebutuhan dan evaluasi
keberhasilannya.

30 | P a g e
Ras = analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga
mengurangi nyeri.
3. Berikan antibiotik, buat bervariasi sediaan minum,
termasuk air segar di samping tempat tidur dan
pemberian air sampai 2400mL/hari.
Ras = akibat dari peningkatan haluaran urine
memudahkan berkemih sering dan membantu
membilas saluran perkemihan.
4. Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses ke
kamar mandi, pispot tempat tidur. Anjurkan pasien
untuk berkemih kapan saja ada keinginan.
Ras = berkemih yang sering mengurangi statis urine
pada kandung kemih dan menghindari pertumbuhan
bakteri.

3. Resti infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomial


Kriteria hasil : berkemih dengan urin jernih tanpa
ketidaknyamanan, urinalisis dalam batas normal,
kultur urin menunjukkan tak ada bakteri.
Intervensi
1. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap
shift. Jika pasien inkontinensia, cuci daerah perineal
sesegera mungkin.
Ras = untuk mencegah kontaminasi uretra.
2. Jika dipasang kateter berikan perawatan kateter 2
kali per hari ( merupakan bagian dari waktu mandi
pagi dan pada waktu akan tidur dan setelah buang air
besar).
Ras = kateter memberikan jalan pada bakteri untuk
memasuki kandung kemih dan naik ke saluran
perkemihan.
3. Ikuti kewaspadaan umum : cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak langsung, pemakaian sarung tangan /
kontak dengan cairan tubuh atau darah.
Ras = untuk mencegah kontaminasi silang.
4. Kecuali dikontraindikasikan ubah posisi pasien
setiap dua jam dan anjurkan masukan cairan sekurang-
kurangnya 2400 mL/hari. Bantu menglakukan
ambulasi sesuai dengan kebutuhan.
Ras = untuk mencegah statis urine.
5. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine:
a. Tingkatkan masukan sari buah berri

31 | P a g e
b. Berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urine.
Ras = asam urine menghalangi tumbuhnya kuman.
Karena jumlah sari buah berri diperlukan untuk
mencapai dan memelihara keasaman urine.
Peningkatan masukan cairan sari buah dapat
berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.
4. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan
tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan
perawatan di rumah.
Kriteria hasil : menyatakan mengerti tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, tindakan
perawatan diri preventif.
Intervensi:
1. Berikan informasi tentang sumber infeksi, tindakan
untuk mencegah penyebaran atau kekambuhan,
penjelasan pemberian antibiotik yang meliputi nama,
tujuan, dosisi, jadwal dan catat efek sampingnya.
Ras = pengetahuan apa yang diharapkan dapat
mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
2. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis
perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi tertulis
untuk tindakan pencegahan.
Ras = Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan.
3. Instruksikan pasien untuk menggunakan seluruh
antibiotik yang diresepkan, minum sebanyak delapan
gelas per hari, khususnya air dan sari buah berri, dan
segera memberitahu dokter bila diduga ada infeksi.
Ras = Pasien sering menghentikan obat mereka, jika
tanda-tanda mereda. Cairan menolong
membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri
membantu mempertahankan keadaan asam urine.
Lingkungan asam membantu mencegah pertumbuhan
bakteri. Deteksi dini memungkinkan pemberian terapi
antibiotik sebelum infeksi menyebar.
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan gastrointestinal : uremia,anoreksia, mual muntah.
Kriteria hasil : pasien akan menunjukkan BB stabil /
peningkatan mencapai tujuan dengan normalisasi nilai
laboratorium dan bebas dari tanda malnutrisi.
Intervensi:
a. Kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan
setiap hari, perhatikan tingkat energi: kondisi kulit,

32 | P a g e
kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan /
anoreksia
Ras = memberikan kesempatan untuk mengobservasi
penyimpangan dari normal/ dasar pasien dan
mempengaruhi pilihan intervensi.
b. Timbang BB setiap hari dan bandingkan dengan BB
saat penerimaan
Ras = membuat data dasar, membantu dalam
memantau keefektifan aturan terapeutik, dan
menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan
kecenderungan dalam penurunan/ penambahan
BB.
c. Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam,
riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.
Ras = mengidentifikasi ketidakseimbangan antara
perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual.

2.3.3 SISTITIS
1. Pengkajian
1. Data demografi
Nama, jenis kelamin (perempuan 7x lebih sering dari
pada laki-laki), umur (usia lanjut), status perkawinan
(lebih banyak terjadi sudah menikah), suku bangsa
(suku pedalaman), pekerjaan (supir).
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri dan
terasa panas saat berkemih
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengalami sering berkemih, rasa panas
dan nyeri saat bekemih, terasa nyeri atau spasme pada
area kandung kemih dan suprapubis.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien dengan sistitis sebelumnya pernah
mengalami riwayat striktur ureter, infeksi prostat,
epididimitis atau batu kandung kemih, sedangkan
pada pasien wanita sebelumnya memiliki riwayat
kontrasepsi spermisid-diafragma karena jenis
kontrasepsi ini dapat menyebabkan obstruksi parsial
uretra dan pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap.
Riwayat penyakit keluarga :

33 | P a g e
Apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
3. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan TTV
a. TD : normal 120/80mmhg
b. RR : Takipnea >18-20x/menit
c. N : Takikardia > 80-100x/menit
d. T: Hipertermi >36,5-37,5 C
 Pemeriksaan Head to Toe
a) BB : menurun
b) Kulit : Hangat,turgor kulit kembali > 2 dtk.
c) Kepala, leher : Rambut tipis, mengkilat, wajah tampak
pucat, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
d) Mata : amemis, tidak di sertai gangguan pengelihatan
e) Telinga : normal tidak ada gangguan
f) Hidung : normal tidak ada gangguan,pernafasan
sepontan.
g) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis
h) Paru-paru :
i) Inspeksi : terdapat tarikan
intercostae,simetris,takhipnea.
j) Palpasi : vokal fremitus dada kanan dan kiri sama
k) Perkusi : Suara paru sonor pada semua lapang paru,
l) Auskultasi : suara nafas vesikuler
m) Jantung:
n) Inspeksi : tidak ada pembesaran
o) Palpasi : teraba ictus kordis,takikardi
p) Perkusi : bunyi jantung pekak
q) Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
r) Abdomen :
s) Inspeksi : tidak ada pembesaran
t) Auskultasi : bising usus normal (8-12x/menit)
u) Palpasi : distensi hipogastrik
v) Perkusi : timpani
w) Genetalia
x) Inspeksi : adanya kemerahan
y) Palpasi : nyeri
z) Ekstrimitas : intoleransi aktivitas, tangan kiri
terpasang infus
Fungsional Gordon
1. Pengkajian fungsional Gordon
A. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

34 | P a g e
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal
yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka
akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
B. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak
habis, habis 3 sendok disebabkan Mual muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-
500cc c)
C. Pola eliminasi
BAK : Poliuria, hematuria, mengalami spasme
berlebih pada kandung kemih
BAB : normal
D. Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti
biasanya karena pasien lemah terkulai di atas
tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan
bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya,
E. Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa tidur dengan tenang karena
merasa nyeri pada kandung kemih.
F. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan
merasa harus segera berobat
G. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain
secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas
untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
H. Pola reproduksi / seksual
Penuruanan libido
I. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin
mengalami penyakit seperti ini lagi
J. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu
memegangi daerah kandung kemih nya
K. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat
sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari
Allah SWT.
2. Diagnosa keperawatan

35 | P a g e
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses
peradangan
2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan adanya
bakteri pada kandung kemih
3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi

3. Intervensi
DX : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
proses peradangan
Intervensi Rasional
Kaji tingkat nyeri Mengetahui tingkat rasa nyeri
pada pasien.
Berikan lingkungan yang Meringankan nyeri dan
tenang. memberikan rasa nyaman
Ajarkan teknik nafas dalam Mampu mengurangi rasa nyeri
yang ada
Ajarkan teknik pengurangan Teknik distraksi merupakan
nyeri dengan teknik distraksi teknik pengalihan perhatian
sehingga mengurangi
emosional dan kognitif
Kolaborasi pemberian Obat analgetik, memblok
analgetik sesuai indikasi eksitasi serabut saraf nyeri

DX : Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan


adanya bakteri pada kandung kemih
Intervensi Rasional
Jalin hubungan baik dengan Meningkatkan keefektifan
klien intervensi
Kaji TTV Mengetahui keadaan umum
pasien
Ukur dan catat urine setiap kali mengetahui adanya perubahan
berkemih warna dan untuk mengetahui
input/output
Anjurkan untuk berkemih setiap Untuk mencegah terjadinya
2 – 3 jam penumpukan urine dalam
vesika urinaria.
Palpasi kandung kemih tiap 4 Untuk mengetahui adanya
jam distensi kandung kemih.
Kolaborasi :
Ambil urine untuk kultur atau menentukan jumlah bakteri
sensitivitas urine dan gejala komplikasi

36 | P a g e
DX : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
inflamasi

Bina hubungan baik dengan Dengan hubungan yang baik


klien. dapat meningkatkan kerjasama
dengan klien sehingga
pengobatan dan perawatan
mudah dilaksanakan.
Berikan kompres hangat dan Pemberian kompres hangat
ajarkan cara untuk memakai merangsang penurunan suhu
handuk pada tubuh, khususnya tubuh.
pada aksila atau lipatan paha
Anjurkan memakai baju tipis Baju yang tipis akan mudah
yang menyerap keringat untuk menyerap keringat yang
keluar
Observasi tanda-tanda vital Observasi tanda-tanda vital
terutama suhu dan denyut nadi merupakan deteksi dini untuk
mengetahui komplikasi yang
terjadi sehingga cepat
mengambil tindakan
Kolaborasi dengan tim medis Pemberian obat-obatan
dalam pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan
terutama anti piretik., membunuh kuman sehingga
antibiotika mempercepat proses
penyembuhan sedangkan
antipiretik untuk menurunkan
suhu tubuh.

2.3.4 URETRITIS
1. PENGKAJIAN
Dalam melakukan pengkajian pada klien uretritis menggunakan
pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
Data biologis meliputi :
1. Identitas klien
2. dentitas penanggung jawab
Riwayat kesehatan :
1. Riwayat infeksi saluran kemih
2. Riwayat pernah menderita batu ginjal
3. Riwayat penyakit DM, jantung.
Pengkajian fisik :
1. Palpasi kandung kemih

37 | P a g e
2. Inspeksi daerah meatus
a. Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urin
b. Pengkajian pada costovertebralis
Riwayat psikososial
Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
2. DIAGNOSA
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran
kemih.
2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi,
dan atau nokturia) yang berhubungan dengan adanya
peradangan pada uretra.
3. Nyeri yang berhubungan dengan peradangan uretra
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan
instruksi perawatan di rumah.
3. INTERVENSI
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada
saluran kemih
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam
pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1. Tanda vital dalam batas normal
2. Nilai kultur urine negatif
3. Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu
diatas 38,50 C
Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di
dalam tubuh
2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi
dan atau nokturia) yang berhubungan dengan peradangan
pada uretra.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam
klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2. Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3. Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi :
Ukur dan catat urine setiap kali berkemih

38 | P a g e
Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan
untuk mengetahui input/output
3. Nyeri yang berhubungan dengan peradangan uretra.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x
24 jam
pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil :
1. Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat
berkemih.
2. Kandung kemih tidak tegang
3. Pasien nampak tenang
4. Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau
meringankan nyeri.
Rasional :Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan
instruksi perawatan di rumah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak
memperlihatkan tanda-tanda gelisah.
Kriteria hasil :
1. Klien tidak gelisah
2. Klien tenang
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasa
Rasional :Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan
klien

39 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksin/racun,
memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan
keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.Ureter Air
kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih)
melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis
(tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung
kemih. Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung
seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga

40 | P a g e
panggul.Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar
dari rongga panggul.Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal
pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan
juga untuk menyalurkan semen.
Infeksi ginjal atau pielonefritis merupakan peradangan pada
jaringan ginjal. Ureteritis adalah infeksi pada salah satu atau kedua ureter.
Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih. Uretritis adalah
suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal. Namun demikian
kedua kondisi tersebut dapat terjadi pada satu pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 6. Jakarta :
EGC
Tambayong, jan. 20014. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 20014. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7. Jakarta
: EGC

41 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai