NIM : 030842913
TUGAS 2. PSIKOLOGI SOSIAL
1. Indonesia yang masyarakatnya multi etnis sangat potensial terjadi prasangka dan diskriminasi
satu suku terhadap suku lainnya. Coba temukan gejala prasangka dan diskriminasi di Indonesia,
dan selanjutnya jelaskan bagaimana terbentuknya gejala ini dilihat dari pendekatan terbentuknya
prasangka
2. Jelaskan model proses komunikasi dan bagaimana komunikasi yang efektif. Berikan contoh
kasus pada organisasi publik!
3. Jelaskan hubungan dan pengaruh pemimpin dalam kelompok serta jelaskan model
pemimpinan yang efektif! Berikan contoh kasus kepemimpinan efektif di organisasi publik di
Indonesia
Jawaban:
1. Pengertian prasangka
Prasangka ditujukan bila anggota dari satu kelompok yang disebut “kelompok dalam”
memperlihatkan sikap dan tingkah laku negatif dari kelompok lain yang disebut “kelompok luar”
Prasangka adalah penilaian dari satu kelompok atau individu yang terutama didasarkan pada
keanggotaan kelompok. Efek dari prasangka adalah merusak dan menciptakan jarak yang luas.
Sering dikatakan bahwa prasangka adalah sikap sementara diskriminasi adalah satu tindakan.
Prasangka dipengaruhi oleh pilihan tentang kebijakan public. Prasangka memiliki sumbangan
terhadap oposisi yang lebih besar terhadap kegiatan pihak yang menyetujui.
Apakah stereotip dan prasangka betul-betul berbeda? Stereotip adalah kognitif dan prasangka
adalah afektif. Meskipun dalam kenyataannya keduanya tercermin secara bersama-sama baik
kognitif maupun afektif.
Prasangka dapat menjadi salah satu aspek distruktif tingkah laku sosial manusia, sering
menghasilkan kegiatan yang menyedihkan, mengerikan dari tindak kekerasan. Prasangka sosial
adalah gejala dari psikologi sosial.
Macam-macam prasangka
Prasangka tidak terbatas pada kelompok, ras, suku, Prasangka juga terdapat di antara kelompok
agama, partai, juga orang yang kegemukan menjadi target prasangka dan stereotip yang negatif,
bahkan lanjut usia juga diprasangkai sebagai orang yang tidak mampu lagi secara fisik dan
mental.
Racism adalah prasangka ras yang menjadi terlembagakan, yang tercermin dalam kebijakan
pemerintah, sekolah, dan sebagainya, dan dilakukan oleh hadirnya struktur kekuatan sosial.
Sexism prasangka yang telah terlembagakan menentang aggota dari salah satu jenis kelamin,
berdasarkan pada salah satu jenis kelamin.
Ageism kecenderungan yang terlembagakan terhadap diskriminasi berdasar pada usia, prasangka
berdasar pada usia.
Heterosexism keyakinan bahwa heteroseksual adalah lebih baik atau lebih natural daripada
homoseksuality.
Sherif menjelaskan bahwa prasangka dimaksudkan sebagai suatu sikap yang tidak simpatik
terhadap kelompok luar. Hal ini ditunjukkan dalam jarak sosial yang merupakan suatu posisi
yang diberikan oleh para anggota kelompok yang berprasangka itu kepada kelompok lain dalam
persoalan simpati.
Semakin bertentangan atau bermusuhan, bahkan saling membenci diantara dua kelompok, maka
semakin jauh jarak sosial (social distance). Apabila situasi semacam ini berlangsung cukup lama,
jarak sosial ini akan menjadi norma di dalam kelompok itu.
Penelitian menyatakan bahwa prasangka dapat menjadi satu ciri kepribadian umum. Dalam
prosesnya, mereka menemukan bahwa orang berprasangka melawan kelompok lain cenderung
menjadi berprasangka semua kelompok.
Apakah cirri-ciri dari kepribadian yang mudah berprasangka/ kepribadian authoritarian ditandai
oleh : teguh, hambatan, prasangka, dan terlalu menyederhanakan. Autoritarian juga cenderung
sangat etnosentrik, yaitu menempatkan kelompoknya sendiri pada pusat perhatian, biasanya
dengan menolak kelompok lain.
Terbentuknya Jarak Sosial
Pendapat lama menyatakan bahwa jarak sosial itu terbentuk oleh karena adanya pertentangan
kelompok atau konflik kelompok yang berkembang dan ini tidak dapat dihindari karena
lingkungan budaya yang berbeda. Ada suatu kecenderungan pada anggota suatu kelompok yang
menilai kelompok lain dengan norma atau ukuran yang terdapat didalam kelompok sendiri.
Dari penelitian yang cukup lama, terlihat bahwa jarak sosial yang muncul itu berasal dari
kelompok mayoritas. Norma jarak sosial dihembuskan dari kelompok yang dominan sesuai
dengan status dan sudut pandangnya.
Disamping itu menurut pengamatan Allport disimpulkan bahwa jarak sosial dalam suatu
masyarakat hanya terdapat dalam masyarakat yang heterogen yang di dalamnya terdapat
kelompok-kelompok yang memiliki fungsi dan interest yang berbeda-beda.
Adanya rasa superioritas kelompok atau keunggulan kelompok atas kelompok lain. Rasa
superioritas bisa bersumber pada agama, geografi, ras, warna kulit dan sebagainya. Anggota
kelompok, disini menganggap bahwa kelompok lain berada jauh dibawah kelompoknya.
Pembentukan dan Timbulnya Prasangka
Prasangka timbul dari adanya norma sosial. Prasangka terhadap orang Negro sudah dimiliki
oleh anak-anak Amerika sejak tahun-tahun prasekolah. Anak menyadari bahwa ia telah termasuk
didalam kelompoknya, yaitu keluarganya dan meluas kepada bangsanya. Keluarga sebagai
tempat bergabung melarang anaknya untuk bergaul dengan orang Negro karena menurut
pendapatnya, orang Negro itu kotor, bodoh, dan sebagainya. Larangan yang bersifat terus-
menerus ini akhirnya berubah menjadi norma pada anak dan norma inilah yang digunakan untuk
menilai orang lain.
Pada tahun 1935, Dodd dalam penelitiannya menemukan bahwa jarak sosial yang terbesar
terletak pada kelompok keagamaan, sedangkan Pratho dan Melikan menemukan jarak sosial
yang terbesar pada kelompok kebangsaan, karena sentiment dan aktivitas kebangsaan kuat sekali
pada tahun 1935 itu.
Timbulnya prasangka dapat diperkuat oleh keadaan politik. Individu atau kelompok yang diliputi
prasangka memiliki sikap serta pandangan yang tidak objektif dan wajar.
Gordon Allport (1958) menyimpulkan adanya 2 sumber penting timbulnya prasangka. Prasangka
pribadi (personal prejudice) terjadi bila anggota dari kelompok sosial lain menerimanya sebagai
ancaman terhadap kepentingannya sendiri. Prasangka kelompok (groub prejudice) terjadi bila
seseorang sesuai dengan norma kelompok.
Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka
Orang tidak dengan sendirinya berprasangka terhadap orang lain. Ada faktor-faktor
tertentu yang menyebabkan seseorang berprasangka.
Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam.
Orang berprasangka karena memang sudah dipersiapkan didalam lingkungan atau
kelompok untuk berprasangka.
Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan menimbulkan perasaan superior.
Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tak menyenangkan.
Usaha-Usaha Menghilangkan atau Mengurangi Prasangka
Usaha Preventif : berupa suatu usaha yang ,mencegah agar orang atau kelompok tidak
terkena prasangka. Menciptakan suasana yang tenteram, damai, dan jauh dari rasa terkena
prasangka. Menanamkan sejak kecil perasaan menerima orang lain meskipun ada
perbedaan. Perbedaan bukan berarti pertentangan atau permusuhan. Memperpendek jarak
sosial. Sehingga tidak timbul prasangka.
Usaha Kuratif : berupa usaha menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka,
berupa usaha menyadarkan. Prasangak adalah hal yang merugikan dan tidak ada yang
bersifat positif bagi kehidupan bersama. Usaha-usaha ini dapat dilakukan oleh media
masa terutama Koran, tv, radio, dan lain-lain, serta dapat dilakukan oleh para pendidik,
orangtua, tokoh-tokoh masyarakat, dan seba
Diskriminasi
Pengertian Diskriminasi
Theodorson & Theodorson (1979:115-116) mengartikan diskriminasi sebagai “perlakuan yang
tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat
kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau
keanggotaan kelas-kelas sosial”.
Hak-hak asasi manusia melarang adanya diskriminasi yang merendahkan martabat atau harga
diri komunitas tertentu[3], dan bila dilanggar akan melahirkan pertentangan dan ketidakadilan di
dalam kehidupan manusia.
Karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi
Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan
karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya
peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif
saat diterapkan di lapangan.Diskriminasi ditempat kerja
Macam – macam diskriminasi dalam keragaman masyarakat antara lain diskriminasi terhadap:
Suku,bangsa, ras dan gender
Agama dan keyakinan
Ideologi dan politik
Adat dan Kesopanan
Kesenjangan ekonomi
Kesenjangan sosial
Permasalahan
Diskriminasi Agama
Hubungan antara kelompok agama menjadi persoalan yang belum terselesaikan. Berulangnya
model kekerasan beragama dengan pola yang mirip, merupakan dampak dari tindakan
diskriminasi yang dilakukan negara terhadap kelompok agama minoritas. Bahkan, kasus
kekerasan beragama tidak lagi diselesaikan melalui kebijakan publik namun menyerahkan
sepenuhnya kepada elit politik lokal. dengan keterdiaman pemerintah dan cenderung melokalkan
penanganan kasus seperti ini ,mengakibatkan timbulnya main hakim sendiri dari kalangan agama
konservatif .
Fenomena kekerasan beragama yang kerap terjadi di daerah menjadikan masyarakat kian
permisif terhadap berbagai aksi kekerasan yang dilakukan kelompok tertentu yang
mengatasnamakan agama. Sangat disayangkan bahwa pemerintah masih menganggap kasus
kekerasan beragama yang terjadi selama ini dalam batas normal.Sementara dari kelompok agama
yang melakukan aksi kekerasan melakukan pembenaran dengan doktrin teologi. Bahaya besar
apabila menganggap kekerasan agama yang terjadi ini sebagai sesuatu yang normal .
Sepanjang 2010, aksi kekerasan masih terjadi di seputar masalah pendirian rumah ibadah.
Laporan CRCS menemukan ada 39 rumah ibadah yang dipersoalkan, sebagian besar menyangkut
keberadaan gereja yang dipermasalahkan oleh sebagian umat muslim. Menariknya, 70% kasus
terkonsentrasi di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Cukup memprihatinkan, 17 kasus
kekerasan fisik terjadi dalam persoalan rumah ibadah tersebut. Sebagian dari konflik rumah
ibadah berujung kekerasan. Kasus persoalan rumah ibadah selama tahun 2010 meningkat dua
kali lipat dibanding tahun 2009 yang hanya ditemukan 18 kasus,[5].
Persoalan izin pendirian masjid menjadi pemicu utama munculnya kasus-kasus persoalan rumah
ibadah. Sebanyak 24 kasus mengandung unsur belum adaya izin rumah ibadah, sedangkan 4
kasus menyangkut rumah ibadah yang telah memiliki izin, tetapi tetap saja dipersoalkan.
“Kenyataannya masalah seputar rumah ibadah tidak saja menyangkut kerukunan beragama, tapi
juga kebebasan beragama,” katanya.
Diskriminasi Ras dan Etnis
Adanya perbedaan ras atau etnis tidak dengan sendirinya berarti terdapat perbedaan hak dan
kewajiban antar kelompok ras dan/atau etnis dalam masyarakat dan negara. Setiap warga negara
berhak memperoleh perlakuan yang sama untuk mendapat hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial,
dan budaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan, tanpa membedakan ras dan
etnis.
Berkaca pada sejarah dengan kasus yang terjadi pada negara-negara maju ,yang dahulunya
sebagai pendatang yang memiliki kepentingan ,diskriminasi rasial dan Etnis terjadi pada afrika
dengan sistem apartheid yang dijalankan inggris, pengusiran Etnis Apache di amerika dan
merelokasi tanah ulayatnya ,serta etnis aborigin di Australia yaitu dengan menempatkannya pada
suatu daerah yang mengesampingkan sisi religio magis dari tanah ulayatnya pula ,serta Myanmar
dengan Rhohingnya dengan pengusiran yang bermotif ekonomi dan SARA ,termasuk Indonesia
dengan pembagian aturan hukum dalam suatu golongan berdasarkan ras dan etnis yang
diterapkan penjajah belanda .Namun setelah indonesia merdeka ,diskriminasi terjadi oleh
pemerintah pada hak-hak masyarakat suku terpencil memperoleh pendidikan yang layak dan
diambilnya hak adat setempat akibat dari pengerukan sumber daya alam ,serta setengah hatinya
program pembauran masyarakat tiong hoa ,karena masih timbulnya kecurigaan akan mudahnya
akses birokrasi etnis keturunan sehingga mengakibatkan lolosnya warga negara asing keturunan
memperoleh kartu identitas .
Diskriminasi Gender
Adanya perbedaan antara hak dan kewajiban lelaki dan perempuan dalam berbagai sektor .serta
dikesampingkannnya kodrat wanita dalam aturan konstitusi negara , dalam hal cuti haid yang
dipersoalkan ,Cuti melahirkan ada, namun justru menjadi kerentanan perempuan untuk diPHK
.Serta pembatasan usia masa kerja hanya dua tahun ,karena dianggap sudah masuk usia
perkawinan dan berkeluarga, sehingga nanti hamil melahirkan yang menurut perusahaan justru
menjadi tidak efisien. beban keibuan, beban di dalam rumah tangga, apalagi kalau suami-
istri jobless kehilangan kerja yang akan sangat terasa juga perempuan, beban mengurus
kesehatan, membesarkan dan bertanggung jawab terhadap pendidikan anak.
Disatu pihak seakan-akan kita diberi keterbukaan proses liberalisasi, dan persamaan hak dalam
regulasi, namun dalam konteks politiknya sebetulnya kita ditutup habis.Kebanyakan mereka
tidak memikirkan kesehatan pribadi. Perempuan lebih banyak peduli dan mengayomi
kepentingan banyak pihak. Hal ini seharusnya membuka mata pemerintah dan masyarakat untuk
lebih menghormati dan melindungi, karena perjuangannya akan terhenti kalau dia celaka.
Diharapkan pegiat pembela perempuan mampu bersikap tegas dan proporsional.
Diskriminasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, tidak jarang terdapat kasus-kasus diskriminasi yang
dilakukan dan dialami oleh orang-orang tertentu. Berikut contoh-contohnya:
Orang tua yang melahirkan anak yang cacat, kemudian orang tua tersebut memperlakukan
anaknya yang cacat tersebut dengan cara yang berbeda dari anaknya yang lain yang tidak
mengalami cacat, atau bahkan menitipkannya kepada orang lain karena merasa malu. Padahal
bagaimanapun anak tersebut adalah titipan Tuhan, yang harus dipertanggung jawabkan kelak.
Saat menjalani kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru lebih memperhatikan muridnya
yang pandai ketimbang murid lainnya yang biasa-biasa saja. Bahkan, ada juga guru yang lebih
memperhatikan murid perempuan ketimbang murid laki-laki. Padahal semua murid memiliki hak
dan kewajiban yang sama yang harus dipenuhi.
Ada juga kasus diskriminasi di area parkir kendaraan. Terkadang ada saja tukang parkir yang
lebih memilih kendaraan-kendaraan yang bagus untuk ia parkirkan, ketimbang kendaraan-
kendaraan yang lebih jadul. Memang diskriminasi dapat terjadi dimana saja.
Nih ada lagi kasusnya. Di tempat perbelanjaan, terkadang ada petugas atau staff yang akan lebih
dulu melayani calon pembeli yang kelihatan “WAH” ketimbang melayani calon pembeli yang
berpenampilan biasa-biasa saja. Hmm, itu juga termasuk diskriminasi loh…
Contoh lain, ada di rumah sakit. Penyakit bisa menyerang siapa saja, tidak memandang dia anak
kecil atau orang dewasa, bahkan kaya ataupun miskin. Ketika seseorang hendak berobat ke
rumah sakit, terlebih dahulu harus menyelesaikan urusan biaya berobat ke bagian administrasi.
Biasanya rumah sakit akan terlebih dahulu melayani pasien yang memiliki biaya pengobatan
ketimbang pasien yang tidak memiliki biaya rumah sakit. Ketika hanya tersisa satu ruang
perawatan, biasanya rumah sakit akan memberikannya kepada orang yang memiliki biaya untuk
perawatan, padahal orang yang tidak memiliki biaya harus lebih dahulu mendapatkan perawatan.
Alhasil kejadian tersebut menyebabkan semakin memburuknya penyakit pasien bahkan kematian
bukan tidak mungin bisa terjadi, karena tidak segera mendapat penanganan dari dokter. Sungguh
miris…
Kalian tahu istilah ODHA? Ya, ODHA singkatan dari “Orang Dengan HIV AIDS”. Penderita
ODHA biasanya tidak terlalu nampak gejalanya bila dilihat secara kasat mata. Tetapi, bila
ODHA sudah ketahuan bahwa dia menderita penyakit tersebut, biasanya orang disekelilingnya
akan menjauhinya, tidak terkecuali orang terdekatnya seperti teman, sahabat, bahkan keluarga.
Padahal, hanya dengan berdekatan dengan ODHA tidak akan menularkan penyakit HIV AIDS
tersebut, jadi tidak bijaksana jika kita mendiskriminasi orang-orang yang menderita HIV AIDS.
2. Komunikasi adalah suatu proses atau suatu kegiatan penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain untuk dapat mencapai tujuan tertentu. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan
seorang manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak adanya sebuah
komunikasi.
Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok, maupun
organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan teleh melakukan interaksi apabila
masing-masing melakukan sebuah aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi dilakukan manusia baik
secara perorangan, kelompok, maupun secara organisasi.
Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa menghindar dari tindakan komunikasi menyampaikan
dan menerima pesan dari dan kepada orang lain. Tindakan komunikasi ini akan terus menerus
terjadi selama proses kehidupannya.
Proses komunikasi yaitu bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya,
sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya.
Proses komunikasi ini bertujuan untuk dapat menciptakan komunikasi yang lebih efektif (sesuai
dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Kata komunikasi sendiri berasal dari bahasa latin communis yang berarti sama. Communico,
communicatio atau communicare yang artinya membuat sama. Secara sederhana komunikasi
dapat saja terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dengan orang yang menerima
pesan.
Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan maupun verbal yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak.
Apabila tidak ada lagi bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, maka komunikasi
masih dapat dilakukan dengan cara menggunakan gerak-gerik badan, dan menunjukkan sikap
tertentu seperti tersenyum, mengangkat bahu dan sebagainya.
Komunikasi ini disebut dengan komunikasi nonverbal. Proses komunikasi bertujuan untuk dapat
menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan juga ada penyampaian
pesan untuk dapat mewujudkan motif komunikasi. Melalui komunikasi ini sikap dan juga
perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.
Contohnya: KEGIATAN PRESENTASI ATAU SEMINAR DALAM FORUM
Kegiatan presentasi atau seminar adalah bentuk dari komunikasi secara langsung. Jenis
komunikasi ini terjadi pada presentasi yakni komunikasi langsung antara individu dengan
kelompok.
Seseorang yang akan mempresentasikan bahan diskusi kepada sekelompok orang di dalam
forum. Tentu saja, kemampuan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan komunikasi menjadi
penting untuk dimiliki seseorang.
Syarat yang paling utama kegiatan ini menjadi komunikasi yang bersifat secara langsung yaitu
kegiatan dilakukan di ruangan dan bersama-sama. Bagaimana pun juga, tidak dapat dipungkiri
juga ada kegiatan presentasi maupun seminar yang bisa dilakukan secara tidak langsung
(membutuhkan media akibat terdapat jarak).
3. Kepemimpinan merupakan unsur penting di dalam sebuah perusahaan, sebab tanpa adanya
kepemimpinan dari seorang pemimpin maka suatu perusahaan tersebut akan mengalami
kemunduran. Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin
atau sering disebut dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh
seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain sesuai dengan keinginannya itu
dipengaruhi oleh sifat pemimpin itu sendiri. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang baik
akan menciptakan motivasi yang tinggi di dalam diri setiap bawahan, sehingga dengan motivasi
tersebut akan timbul semangat kerja yang dapat meningkatkan kinerja dari bawahan
itu. Sebaliknya, jika kurang adanya peranan kepemimpinan dalam menciptakan komunikasi yang
harmonis serta memberikan pembinaan pegawai, akan menyebabkan tingkat kinerja pegawai
rendah. Demikian halnya dengan kurangnya motivasi pegawai seperti tidak disiplin masuk kerja,
malas-malasan dalam bekerja akan menyebabkan kinerja pegawai rendah. Motivasi kerja adalah
dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk
melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan
ketrampilan yang dimilikinya. Untuk dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dan
berkuantitas maka seorang pegawai membutuhkan motivasi kerja dalam dirinya yang akan
berpengaruh terhadap semangat kerjanya sehingga meningkatkan kinerjanya.
Dalam ilmu manajemen pada umumnya, dikenal 3 (tiga) model kepemimpinan. Pada umumnya
ketiga model kepemimpinan ini sering kita lihat pada diri para leader dalam praktek sehari-hari
dalam memanage kantor atau perusahaan. Masing-masing model mempunyai warna tersendiri,
ada yang timbulnya karena anugerah Tuhan YME, ada juga timbulnya sangat erat hubungannya
dengan sifat atau karakter dari seseorang itu sendiri, bahkan ada yang timbul karena hasil dari
proses pembelajaran.
Ketiga model kepemimpinan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Karismatik adalah :
Kepemimpinan yang berasal dari anugerah Tuhan, yang mana pemimpin tersebut mempunyai
kemampuan luar biasa, magnit yang kuat dan adanya ketertarikan emosional yang kuat dari yang
dipimpin kepada pemimpinnya.
Contohnya : Bung Karno, Anwar Sadat, Mahatma Gandhi.
2. Kepemimpinan Transaksional adalah :
a. Kepemimpinan untuk mengendalikan bawahan dengan cara menggunakan kekuasaan untuk
mencapai hasil.
b. Mengelola bawahan dengan memberi reward dan punishment.
c. Biasa menerapkan transaksi yang saling menguntungkan dengan bawahan.
3. Kepemimpinan Transformasional adalah :
Model kepemimpinan yang efektif dan telah diterapkan di berbagai organisasi internasional yang
mengelola hubungan antara pemimpin dan pengikutnya dengan menekankan pada beberapa
factor antara lain perhatian (attention), komunikasi (communication), kepercayaan (trust), rasa
hormat (respect) dan resiko (risk)
Dalam menjalankan peran dan gaya kepemimpinan yang diterapkan lembaga BPJS Kesehehatan
dengan menggunakan kerangka teori. Kerangka teori yang digunakan adalah teori kepemimpinan
transaksional, kepemimpinanan arah-tujuan, dan kepemimpinan member-exchanges. Dari hasil
menghubungkan antara ketiga teori dengan kepemimpinnan lembaga BPJS Kesehatan dapat
digambarkan dengan 3 dimensi, yaitu kepemimpinanan BPJS Kesehatan dengan berfokus pada
para pengikut dimana pemimpin melihat motivasi pengikut, perilaku kepemimpinanan yang
selalu memberikan arahan, dukungan, partisipasi serta orientasi prestasi kepada bawahannya, dan
para pemimpin mampu membangun hubungan social yang baik dengan bawahannya dalam
kelompok (in group) unit kerja maupun diluar kelompok (out-group) dalam menciptakan
efektifitas kepemimpinan, sehingga tujuan organisasi yang ditentukan dapat tercapai.