Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 20 No.

1 Agustus 2014: 31-36

ASPEK KARTOGRAFI PETA JOINT BORDER MAPPING (JBM)


REPUBLIK INDONESIA-MALAYSIA
(Cartographic Aspect of Joint Border Mapping Map between Republic of Indonesia-
Malaysia)
Danang Budi Susetyo, Yofri Furqani Hakim, I Wayan Krisna Arimjaya, Rofiatul Ainiyah
Badan Informasi Geospasial (BIG)
Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong, Jawa Barat, Indonesia 16911
E-mail: susetyodanang@gmail.com
Diterima (received): 5 Juni 2014; Direvisi (revised): 24 Juli 2014; Disetujui dipublikasikan (accepted): 17 Juli 2014

ABSTRAK

Kartografi merupakan salah satu tahapan dalam proses pembuatan peta. Kartografi memperhatikan aspek estetika
peta, sehingga peta yang dihasilkan menjadi mudah dipahami terutama ketika disajikan dalam format cetak ( hardcopy).
Peta Joint Border Mapping (JBM) antara Indonesia dan Malaysia juga tidak lepas dari proses kartografi dan menjadi
bagian penting dalam tahap pengecekan di level Field Verification Plot. Peta JBM adalah peta bersama sepanjang
perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Kalimantan dengan koridor 5 km ke sisi Indonesia dan Malaysia yang disajikan
dalam skala 1:50.000. Peta JBM menggunakan peta dasar dari masing-masing negara dengan spesifikasi yang
disesuaikan agar mampu menjadi peta yang dapat digunakan bersama. Spesifikasi yang dimaksud adalah aspek spasial
yang berbeda antara Indonesia dan Malaysia, seperti interval kontur atau sistem koordinat. Penyesuaian tersebut
ditentukan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh kedua belah pihak. Secara umum simbolisasi dalam tahap
kartografi peta JBM tidak berbeda dengan penyajian peta Rupabumi Indonesia (RBI) skala 1:50.000, karena peta JBM
menggunakan peta dasar untuk masing-masing negara. Tulisan ini membahas teknik kartografi pada peta JBM RI-
Malaysia yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua tahap: simbolisasi dan layout. Simbolisasi terkait
dengan penyajian simbol unsur berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan, sedangkan layout terkait dengan penyajian
muka peta dan informasi tepi. Proses kartografi yang baik akan membantu dalam pengecekan peta cetak pada tahap
Field Verification Plot agar peta yang dihasilkan tidak hanya benar dan akurat, tapi juga logis dan memenuhi kaidah
estetika peta.
Kata Kunci: JBM, Kartografi, Indonesia, Malaysia

ABSTRACT

Cartography is one of the step in the process of making a map. Cartography is not about science but also art so the
maps are produced to be easily understood by common people, especially when presented in hardcopy. Joint Border
Mapping (JBM) between Indonesia and Malaysia also did not escape the process of cartography and an important part in
checking the level of the Field Verification Plot. JBM map is Indonesia - Malaysia border map in Kalimantan Island with a
buffering 5 km to the side of Indonesia and Malaysia that plotted in the scale of 1:50.000. JBM map use base map from
each country with adapted specification, so it can be used together. That specification is different spatial aspect between
Indonesia and Malaysia, as contour interval and coordinate system. That adaptation decided by agreement from both
side. In general, symbol in the JBM map cartographyis not different with the Rupabumi Indonesia (RBI) map with scale
of 1:50.000, because JBM map using base map for each country. This paper discusses the techniques of cartography on
JBM map between RI- Malaysia that can be classified into two stages: symbol and layout. Symbol associated with the
presentation of the element symbols according to the rules that have been set, the layout associated with the
presentation of the face side of the map and side information. Good cartographic process will help in checking the map
printed on the Field Verification plot so maps produced not only true and accurate, but also logical and meet the rules of
esthetics map.
Keyword: JBM, cartography, Indonesia, Malaysia

PENDAHULUAN kecepatan dalam penyajian peta, sehingga


berpengaruh pula terhadap kualitas peta yang
Latar Belakang dihasilkan (Robinson, 1985). Di Indonesia,
penerapan kartografi juga dilakukan dalam
Secara umum kartografi dapat didefinisikan penyajian peta batas negara berupa peta Joint
sebagai penyajian informasi geospasial Border Mapping (JBM).
berdasarkan skala yang digunakan (Kraak and Peta JBM antara Indonesia dan Malaysia
Ferjan, 2010). Kartografi telah mengalami merupakan salah satu bentuk penggunaan peta
perkembangan dari era manual menjadi digital. Rupabumi Indonesia (RBI). Hal ini sesuai dengan
Kartografi digital meningkatkan akurasi dan amanat pasal 12 Undang-undang No. 4 Tahun

31
Aspek Kartografi Peta Joint Border Mapping (JBM) Republik Indonesia-Malaysia .............................. (Susetyo, DB., dkk.)

2011 tentang Informasi Geospasial (IG), dimana membedakan kriteria batas internasional dan
dalam pasal tersebut disebutkan batas wilayah batas administrasi nasional (Kencana et al, 2012).
merupakan salah satu layer dalam peta dasar. Layout terkait dengan penyajian muka peta dan
Batas wilayah dijadikan salah satu layer IG dasar informasi tepi, seperti legenda atau deklinasi.
dengan tujuan agar tidak menimbulkan kerancuan Tulisan ini juga diharapkan dapat menjadi salah
para pengguna IG, khususnya penyelenggara IG satu panduan dalam kartografi peta JBM,
tematik (Karsidi, 2012). Batas internasional yang khususnya untuk pelaksana yang terlibat dalam
digunakan dalam peta JBM RI-Malaysia sendiri kegiatan JBM dan umumnya untuk masyarakat
mengacu pada Konvensi Belanda-Inggris tentang Indonesia yang ingin mengetahui penyajian peta
pembagian wilayah jajahan antara Belanda dan batas darat RI-Malaysia.
Inggris yang ditandatangani di London pada
tanggal 20 Juni 1891. Tujuan
Peta JBM menggunakan peta dasar dari
masing-masing negara dengan spesifikasi yang Menjelaskan teknik kartografi dalam penyajian
disesuaikan agar mampu menjadi peta yang peta JBM RI-Malaysia yang disesuaikan dengan
dapat digunakan bersama. Spesifikasi yang spesifikasi penyajian peta RBI skala 1:50.000.
dimaksud adalah aspek spasial yang berbeda
antara Indonesia dan Malaysia, seperti interval METODE
kontur atau sistem koordinat. Penyesuaian
tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan Teknik kartografi peta JBM RI-Malaysia dapat
yang dicapai oleh kedua belah pihak. Misalnya, dijelaskan sebagai berikut:
Indonesia menggunakan interval kontur 25 m,
sedangkan Malaysia 20 m. Kesepakatan yang Mulai

dicapai adalah setiap negara membuat kontur


dengan kedua interval tersebut, sedangkan untuk Penyesuaian

penyajian di masing-masing negara cukup


Peta Dasar Tiap
Negara Peta RBI Skala
menggunakan spesifikasi yang sudah disepakati 1:50.000
(buffer 5 km)
dalam negara tersebut.
Proses pembuatan peta JBM terdiri dari tiga Simbolisasi

tahap: Field Verification Plot, Hard Copy Proof, Peta Topografi


Malaysia Skala
dan Publication. Field Verification Plot merupakan 1:50.000
(buffer 5 km)
tahap survei lapangan dengan tujuan melakukan Pengaturan Label
dan Anotasi
verifikasi tentang kebenaran informasi yang ada
di peta serta pengecekan komponen peta dalam Tidak

format cetak saat pertemuan kedua negara Pengaturan


Hasil Hitungan
Deklinasi dan
(Susetyo, 2014). Hard Copy Proof adalah tahapan Layout Konvergensi
Meridian
ketika kesepakatan antara kedua negara telah
tercapai untuk setiap sheet dan data tersebut siap
dicetak dan diperbanyak. Tahap terakhir adalah Sesuai kaidah
kartografi?
Publication, yaitu data yang sudah disepakati
tersebut dicetak dan disebarluaskan dalam jumlah Ya
tertentu untuk masing-masing negara.
Selain pengolahan dan manajemen data,
Selesai

penyajian peta menjadi salah satu tahapan


penting dalam proses pembuatan peta JBM. Gambar 1. Metode kartografi peta JBM.
Bahkan dalam pertemuan yang diadakan antara
Indonesia dan Malaysia setiap tahunnya, aspek HASIL PEMBAHASAN
kartografi menjadi salah satu hal yang
dipertimbangkan saat pengecekan di level Field Penyesuaian Peta Dasar Tiap Negara
Verification Plot. Kartografi merupakan salah satu
aspek penting pada tahap ini karena estetika peta Penyesuaian yang dimaksud dalam hal ini
turut dipertimbangkan dalam menentukan adalah spesifikasi dari peta dasar masing-masing
kesepakatan yang akan dihasilkan. negara. Aspek spasial yang penting dalam
Tulisan ini membahas aspek kartografi pada penyajian peta JBM terkait spesifikasi adalah
peta JBM RI-Malaysia yang secara garis besar interval kontur, karena Indonesia dan Malaysia
dapat diklasifikasikan menjadi dua tahap: menggunakan interval kontur yang berbeda.
simbolisasi dan layout. Simbolisasi terkait dengan Indonesia menggunakan interval kontur 25 m
penyajian simbol unsur berdasarkan aturan yang untuk peta RBI skala 1:50.000, sedangkan
sudah ditetapkan. Salah satu informasi penting Malaysia menggunakan interval kontur 20 m.
pada peta RBI adalah garis simbol untuk

32
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 20 No. 1 Agustus 2014: 31- 36

Gambar 4. Tools representasi pada ArcGIS.

Gambar 2. Kontur dibuat dengan kedua interval. Pengaturan Label dan Anotasi

Penyesuaian interval kontur pada penyajian Setelah dilakukan simbolisasi, tahap


peta JBM adalah dengan membuat kontur pada selanjutnya dari proses kartografi peta JBM
kedua interval, sehingga pada peta JBM dari adalah pengaturan label. Pengaturan label pada
kedua negara mempunyai dua data kontur. peta JBM mengikuti aturan sesuai dengan
Penyajian peta dari masing-masing negara terkait spesifikasi penyajian peta RBI pada skala
tampilan kartografi disesuaikan dengan spesifikasi 1:50.000. Aturan tersebut meliputi jenis, ukuran,
yang ada dalam negara tersebut. Jika Indonesia warna, dan bentuk dari label yang nantinya
menggunakan interval kontur 25 m, maka data dikonversi ke dalam anotasi. Tabel 1 merupakan
kontur yang disajikan adalah kontur dengan spesifikasi anotasi pada peta JBM. Pengaturan
interval 25 m, baik pada sisi Indonesia maupun dilakukan dalam label manager menyesuaikan
Malaysia. Sebaliknya, Malaysia menggunakan dengan spesifikasi yang diberikan pada Tabel 1.
interval kontur 20 m, maka data kontur yang
disajikan adalah kontur dengan interval 20 m,
baik pada sisi Malaysia maupun Indonesia.

Simbolisasi

Simbolisasi dilakukan pada semua unsur yang


disajikan dalam peta JBM, baik pada peta dasar
Indonesia maupun Malaysia. Untuk unsur yang
memiliki lebih dari satu kode atau nama unsur
harus dilakukan selection agar representasi bisa
dilakukan pada setiap kode atau nama unsur.
Gambar 5. Contoh pengaturan label manager.

Jika proses pengaturan label sudah selesai


dilakukan, selanjutnya label tersebut dikonversi
menjadi anotasi. Pada tahap ini, dilakukan
pengaturan posisi anotasi dari setiap unsur agar
memenuhi nilai estetika peta ketika ditampilkan
dalam bentuk cetak. Untuk anotasi kontur dan
Gambar 3. Contoh tabel atribut hasil representasi. sungai perlu diperhatikan juga agar penulisan
anotasi tidak terbalik. Gambar 3 merupakan
Simbolisasi pada ArcGIS dilakukan dengan
contoh penempatan teks anotasi kontur dan
melakukan representasi pada seluruh unsur yang
sungai dengan memperhatikan kaidah penyajian
terdapat dalam peta. Prosesnya dilakukan dengan
peta. Selain pengaturan posisi, proses seleksi juga
menambahkan representasi pada unsur terkait,
perlu dilakukan pada objek yang dianggap tidak
lalu dilakukan calculate representation rule
perlu seperti pada Gambar 4.
dengan menyesuaikan masing-masing unsur yang
Pada gambar tersebut terdapat kontur indeks
direpresentasi, yaitu dengan melakukan selection
dengan elevasi 500, sedangkan di dalam kontur
sesuai dengan penjelasan di atas.
indeks tersebut terdapat titik tinggi (spotheight)
dengan nilai elevasi 520. Karena nilai ketinggian
di daerah tersebut sudah diwakili oleh nilai
spotheight maka nilai kontur indeks tidak perlu
ditampilkan.

33
Aspek Kartografi Peta Joint Border Mapping (JBM) Republik Indonesia-Malaysia .............................. (Susetyo, DB., dkk.)

Gambar 6. Contoh hasil representasi kontur dan Gambar 7. Contoh anotasi yang memerlukan proses
sungai. seleksi.

Tabel 1.Spesifikasi huruf pada peta JBM.


No Nama JenisHuruf Ukuran Warna Bentuk Keterangan
1 Provinsi Arial 14 Hitam Tegak Kapital
2 Kabupaten Arial 12 Hitam Tegak Kapital
3 Kecamatan Arial 10 Hitam Tegak Kapital
4 Desa Arial 8 Hitam Tegak Kapital
5 IbukotaProvinsi Time New Roman 14 Hitam Tegak Kapital
6 IbukotaKabupaten Time New Roman 12 Hitam Tegak Kapital
7 IbukotaKecamatan Time New Roman 10 Hitam Tegak Kapital
8 IbukotaDesa Time New Roman 8 Hitam Tegak Besar Kecil
9 Kampung / Dusun Time New Roman 7 Hitam Tegak Besar Kecil
Kapital/
11 Samudera Time New Roman Sesuaikan areanya C 100% Italic
Besar kecil
Kapital/
11 Laut Time New Roman Sesuaikan areanya C 100% Italic
Besar kecil
12 Danau Time New Roman 8 C 100% Italic Besar Kecil
13 Sungai Time New Roman 8 C 100% Italic Besar Kecil
14 Gunung Time New Roman 8 Hitam Italic Besar Kecil
15 Tanjung Time New Roman 8 Hitam Italic Besar Kecil
Titik Tinggi/ spotheight/
16 Arial 6 Hitam Tegak Desimal 1
border marker
17 Angka KonturIndeks Arial 5 Oranye Tegak
Nama /Text Lainnya
18 Arial (condense 80) 6 Hitam Tegak Besar Kecil
(Bandara,Dermaga dll)
19 BRSO Arial (condense 80) 6 Hitam Tegak Besar Kecil

Perhitungan Deklinasi dan Konvergensi


Meridian

Deklinasi ditampilkan dalam peta untuk


memberikan informasi mengenai perbedaan arah
utara sebenarnya dengan arah utara magnetik,
dalam penggambarannya juga disajikan mengenai
arah utara sebenarnya.
Perhitungan deklinasi dapat menggunakan Gambar 8. Contoh input yang dimasukkan dalam
software Geomag.
software Geomag dengan data yang diperlukan
yaitu berupa koordinat titik centroid Nomor Keterangan:
Lembar Peta (NLP) dalam geografis, data D : degree, sebagai petunjuk bahwa lintang
ketinggian, dan tanggal perhitungan. Gambar 5 dan bujur dalam satuan derajat.
memperlihatkan penyusunan data yang diinput M : meter, sebagai petunjuk bahwa satuan
dalam format *.txt agar dapat diolah oleh nilai tinggi dalam satuan meter.
software Geomag.
Output yang diperoleh selain data deklinasi
yaitu data perubahan deklinasi tiap tahunnya.
Contoh hasil perhitungan deklinasi ditampilkan
pada Tabel 2.

34
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 20 No. 1 Agustus 2014: 31-36

Tabel 2.Hasil perhitungan deklinasi.


D_deg D_min dD_min
-1d 6m 0.0
-1d 4m -0.1
-1d 2m -0.2
-1d 1m -0.3
Keterangan:
D_deg : deklinasi dalam derajat
D_min : deklinasi dalam menit
dD_min : perubahan deklinasi

Untuk perhitungan nilai konvergensi meridian


dapat menggunakan software ArcGIS dengan
informasi data yang dibutuhkan berupa indeks
NLP dengan atribut di dalamnya telah ada
informasi zona tiap masing-masing NLP. Tools di
ArcGIS yang digunakan dalam menghitung
konvergensi meridian yaitu pada calculate grid
convergence angle (Gambar 9).

Gambar 10. Template layout peta JBM.

Pojok kiri atas Pojok kanan atas

Pojok kiri bawah Pojok kanan bawah


Gambar 9. Tools arcGIS yang digunakan dalam
menghitung konvergensi meridian.

Pengaturan Layout

Tahap ini merupakan tahap menyajikan muka


peta dan informasi tepi dalam layout. Layoutpeta
JBM dapat dilihat pada Gambar 10. Pengaturan
dilakukan dengan memperhatikan seluruh aspek Gambar 11. Penulisan koordinat pada pojok grid.
yang disajikan dalam layout. Salah satu hal yang
harus diperhatikan dalam pengaturan layout Bawah Samping kanan
adalah penulisan sistem koordinat, baik Universal
Transverse Mercator (UTM) untuk Indonesia
maupun Rectified Skew Orthomorphic (RSO)
Borneo atau BRSO untuk Malaysia seperti
disajikan dalam Gambar 11, 12, dan 13. Selain
pengaturan anotasi koordinat, dilakukan pula
Atas Samping kiri: rotate
pengaturan indeks peta agar sesuai dengan
90
nomor sheet yang disajikan. Hasil perhitungan
deklinasi magnetik juga disajikan lengkap dengan
informasi deklinasi magnetik rata-rata serta
perubahan deklinasi magnetik tahunan (Gambar
14).

Gambar 12. Penulisan koordinat BRSO.

35
Aspek Kartografi Peta Joint Border Mapping (JBM) Republik Indonesia-Malaysia .............................. (Susetyo, DB., dkk.)

Atas Bawah Pengaturan layout meliputi penyajian muka


dan informasi tepi. Semua informasi tepi yang
ditampilkan pada layout harus diatur agar dapat
memberikan informasi kepada pengguna dengan
baik ketika ditampilkan dalam format cetak
(hardcopy).

UCAPAN TERIMA KASIH


Kiri Kanan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Badan Informasi Geospasial (BIG) khususnya
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT)
dan Pusat Pemetaan Batas Wilayah (PPBW) yang
telah memfasilitasi dalam hal data dan teknis
pekerjaan mengenai pembuatan peta JBM RI-
Malaysia ini.
Gambar 13. Penulisan koordinat UTM.
DAFTAR PUSTAKA

Susetyo, D. B., A. K. Mulyana, A. P. Perdana, G.


H. Utomo. (2014). Teknis Penyajian Peta
Rupabumi Indonesia (RBI) dalam Kegiatan
Joint Border Mapping (JBM) Republik
Indonesia-Malaysia. 135-150 pp. In Sutanta,
H. (ed.) Menuju Pengelolaan Informasi secara
Spasial. Jurusan Teknik Geodesi Universitas
Gadjah Mada.
BSN. 2010. SNI 6502.3:2010, Spesifikasi
Penyajian Peta Rupabumi – Bagian 3: Skala
1:50.000. Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Jakarta. Indonesia.
Karsidi, A. (2012). NKRI dari Masa ke Masa. 62-74
pp. Peran Badan Informasi Geospasial dalam
Penataan Batas Wilayah. SAINS PRESS Sarana
Komunikasi Utama. Bogor.
Kencana, A., Khafid, dan Niendyawati. (2012).
Gambar 14. Penyajian deklinasi magnetik dan indeks NKRI dari Masa ke Masa. 75-85 pp. Aspek
peta. Teknis Pemetaan Batas Wilayah dalam Upaya
Percepatan Penyelesaian Batas Daerah. SAINS
KESIMPULAN PRESS Sarana Komunikasi Utama. Bogor.
Kraak, M., F. Ormeling. (2010). Cartography
Kartografi merupakan seni dan teknik dalam ‘Visualization of Spatial Data’. Pearson
menyajikan peta yang bermanfaat dan Education. Edinburgh Gate, England.
komunikatif bagi setiap pengguna peta (Prahasta, London. Konvensi Belanda – Inggris 20 Juni 1891
2009). Proses kartografi juga menjadi salah satu (Terjemahan).
tahap dalam pembuatan peta JBM. Kartografi juga PPRT-BIG. (2014). Kerangka Acuan Kerja
menjadi salah satu pertimbangan dalam Pekerjaan Pemutakhiran Rupabumi Skala
pengecekan peta JBM khususnya di level Field 1:50.000. Pusat Pemetaan Rupabumi dan
Verification Plot. Toponim – Badan Informasi Geospasial. Bogor.
Secara garis besar aspek kartografi pada peta Prahasta, P. (2009). Sistem Informasi Geografis
JBM meliputi dua hal: simbolisasi dan layout. ‘Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan
Simbolisasi pada dasarnya menampilkan setiap Geomatika)’. Informatika. Bandung.
unsur dengan representasi yang sudah dibuat Republik Indonesia. 2011. Undang-undang
sesuai spesifikasi pada skala 1:50.000. Setelah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011
dibuat representasi, selanjutnya perlu dilakukan tentang Informasi Geospasial.
pengaturan bentuk dan posisi label sesuai dengan Robinson, A.H. et al. (1985). Elements of
kaidah kartografi sebelum dikonversi menjadi Cartography. United States.
anotasi. Perhitungan deklinasi magnetik juga
perlu dilakukan untuk kemudian disajikan dalam
layout peta.

36

Anda mungkin juga menyukai