1 SM
1 SM
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/phpj
Hubungan antara Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran, Kecamatan
Gunungpati, Kota Semarang
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Alamat korespondensi: p-ISSN 2528-5998
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Indonesia
e-ISSN 2540-7945
E-mail: luluklidya059@yahoo.co.id
97
Luluk Lidya Ayun & Eram Tunggul Pawenang / Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 97 - 104
PENDAHULUAN
sebagai berikut: 20 orang (Tahun 2012) IR
Demam berdarah merupakan suatu 7,8 per 10.000 penduduk, 50 orang
penyakit akut yang disebabkan oleh (Tahun 2013) IR 18,89 per 10.000
infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk penduduk, 33 orang (Tahun 2014) IR 12,1
Ae.aegypti serta Aedes albopictus betina per 10.000 penduduk, dan 29 orang
yang pada umumnya menyerang pada (Tahun 2015 Bulan Januari- Maret).
musim panas dan musim hujan Hasil survey pendahuluan yang
(Suharmiati, 2007: 1). telah dilakukan pada tanggal 19 April
Berdasarkan data dari Depkes, di 2015 terhadap 10 responden , diperoleh
Indonesia pada tahun 2008 tercatat ada hasil bahwa yang tidak melaksanakan
136.399 kasus Demam berdarah, sekitar program “3M Plus” dengan tepat, yaitu
1.170 korban diantaranya meninggal tidak melakukan kebiasaan menguras
dunia. Umumnya terjadi pada anak – Tempat Penampungan Air (TPA)
anak. Di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 80%, tidak menutup TPA
tercatat ada 2345 kasus Demam Berdarah sebanyak 70%, tidak mengubur barang
(Ditjen PP & PL,2011). bekas sebanyak 80%, tidak melakukan
Tahun 2014 IR DBD Kota kebiasaan memakai lotion anti nyamuk
Semarang menunjukkan peningkatan dan tidak menggunakan kelambu saat
yaitu 3 kali lebih tinggi dari IR DBD Jawa tidur sebanyak 70 %, serta kebiasaan lain
Tengah. Target Nasional pencapaian yang merugikan kesehatan yaitu
incidence rate DBD adalah ≤ 51 per 100 kebiasaan menggantung pakaian dan
ribu penduduk. Incidence Rate DBD Kota kebiasaan tidur siang sebanyak 80 %.
Semarang menduduki peringkat Pertama Dikarenakan oleh hal tersebut secara
IR DBD Jawa Tengah diikuti Kabupaten sederhana dapat memberikan gambaran
Jepara dan Sragen. Kasus DBD Kota bahwa wilayah kerja Puskesmas Sekaran
Semarang pada Tahun 2014 sebanyak mempunyai tingkat resiko penyakit DBD
1.628 kasus ( Profil Kesehatan Kota yang tinggi.
Semarang, 2014). Berdasarkan uraian tersebut,
Kecamatan Gunungpati peneliti bermaksud untuk mengetahui
menunjukkan peningkatan yang signifikan hubungan antara faktor lingkungan fisik
terhadap jumlah kasus DBD. Pada tahun dan perilaku dengan kejadian DBD di
2011 Kecamatan Gunungpati menduduki Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran
peringkat 14 kasus DBD terbanyak di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Kota Semarang dengan 27 kasus, pada
tahun 2012 naik menjadi peringkat 12 METODE
dengan 42 kasus dan tahun 2013 juga
menunjukkan peningkatan yaitu Jenis penelitian adalah penelitian
menduduki peringkat 10 dengan 80 kasus. observasional dengan rancangan
Peringkat pertama adalah Kecamatan penelitian case control. Pada penelitian
Tembalang dengan 375 kasus, peringkat ini, kelompok kasus (kelompok yang
kedua Kecamatan Pedurungan dengan menderita DBD) dibandingkan dengan
264 kasus dan peringkat ketiga Kecamatan kelompok kontrol (kelompok yang tidak
Ngaliyan dengan 258 kasus DBD (Dinas menderita DBD), kemudian secara
Kesehatan Kota Semarang). retrospektif (penelusuran ke belakang)
Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran diteliti apakah kasus dan kontrol terkena
menunjukkan peningkatan yang signifikan risiko penyakit DBD atau tidak (Sudigdo
terhadap jumlah kasus DBD.Yakni Sastroasmoro, 2002:78).
98
Luluk Lidya Ayun & Eram Tunggul Pawenang / Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 97 - 104
99
Luluk Lidya Ayun & Eram Tunggul Pawenang / Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 97 - 104
n (%) n (%)
100
Luluk Lidya Ayun & Eram Tunggul Pawenang / Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 97 - 104
101
Luluk Lidya Ayun & Eram Tunggul Pawenang / Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 97 - 104
tutupnya dan terlindung dari sinar kotor dan pakaian yang belum dipakai
matahari, merupakan tempat yang disukai dilipat rapi didalam lemari. Karena
oleh nyamuk. Oleh sebab itu sebaiknya nyamuk Aedes aegypti senang hinggap
perlu dilakukan tindakan pencegahan pada pakaian yang bergantungan dalam
yakni dengan menguras TPA minimal kamar untuk beristirahat setelah
seminggu sekali agar nyamuk tidak menghisap darah manusia (Dinkes Jateng,
berkembang biak. Dikarenakan jika 2004).
menguras tempat penampungan air lebih Berdasarkan hasil penelitian,
dari seminggu sekali akan memberikan didapatkan hasil ada hubungan yang
kesempatan telur untuk berkembang biak bermakna kebiasaan memakai lotion anti
menjadi nyamuk dewasa. (Depkes RI, nyamuk dengan kejadian DBD dengan p
2010). value = 0,041; OR = 4,200 (95% CI =
Berdasarkan hasil penelitian, 1,213– 14,541), menunjukkan bahwa
didapatkan hasil ada hubungan yang sampel yang tidak mempunyai kebiasaan
bermakna kebiasaan menggantung memakai lotion anti nyamuk mempunyai
pakaian dikamar dengan kejadian DBD risiko 4,200 kali lebih besar menderita
dengan p value = 0,002; OR = 7,933 (95% DBD daripada sampel yang mempunyai
CI = 2,236– 28,151), menunjukkan bahwa kebiasaan memakai lotion anti nyamuk.
sampel yang mempunyai kebiasaan Hal ini sesuai dengan penelitian
menggantung pakaian dikamar Putri Pratiwi, Suharyo, Kriswinarsi
mempunyai risiko 7,933 kali lebih besar (2013), yang menyatakan ada hubungan
menderita DBD daripada sampel yang antara kebiasaan memakai lotion anti
tidak mempunyai kebiasaan menggantung nyamuk dengan kejadian DBD di
pakaian dikamar. Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu
Hal ini sesuai dengan penelitian Kota Semarang. Pada kelompok yang
Wahyu Mahardika (2009), yang tidak mempunyai kebiasaan memakai
menyatakan ada hubungan antara lotion anti nyamuk mempunyai risiko
kebiasaan menggantung pakaian dengan 3,596 kali lebih besar menderita DBD
kejadian DBD di Wilayah Kerja dibandingkan dengan kelompok yang
Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepiring mempunyai kebiasaan memakai lotion
Kabupaten Kendal. Pada kelompok yang anti nyamuk.
mempunyai kebiasaan menggantung Sebagian responden memiliki
pakaian mempunyai risiko 4,896 kali lebih kebiasaan memakai lotion anti nyamuk
besar menderita DBD dibandingkan pada saat didalam maupun diluar rumah,
dengan kelompok yang tidak mempunyai namun ada juga responden yang tidak
kebiasaan menggantung pakaian. memiliki kebiasaan memakai lotion anti
Didalam kamar responden banyak nyamuk dikarenakan merasa tidak
terdapat pakaian tergantung di belakang nyaman dan tidak terbiasa. Dengan
pintu kamar dan di pintu lemari pakaian demikian, sebagai langkah pencegahan
bahkan didinding. Serta ada juga pakaian agar terhindar dari gigitan nyamuk
yang dibiarkan begitu saja berserakan sebaiknya responden memakai lotion anti
diatas tempat tidur. Pakaian yang nyamuk pada lengan dan kaki saat
tergantung merupakan tempat yang didalam rumah maupun saat keluar
disukai oleh nyamuk untuk hinggap. rumah, dikarenakan memakai lotion anti
Dengan demikian, untuk mencegah agar nyamuk merupakan langkah pencegahan
tidak dijadikan tempat peristirahatan agar terhindar dari gigitan nyamuk
nyamuk, maka sebaiknya pakaian yang nyamuk Aedes aegypti (Handrawan
sudah dipakai diletakkan ditempat baju Nadesul, 1998).
102
Luluk Lidya Ayun & Eram Tunggul Pawenang / Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 97 - 104
103
Luluk Lidya Ayun & Eram Tunggul Pawenang / Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 97 - 104
104