Anda di halaman 1dari 11

Nama : Rezka Rahmadita

Nim : 18053080

Mata Kuliah : Perilaku Organisasional

Tugas resume materi pertemuan 2 dan 3

Pertemuan 2

Keberagaman dalam Organisasi dan Sikap

Keberagaman dalam Organisasi

Keragaman adalah suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Perbedaan seperti itu ada pada
suku bangsa, ras, agama, budaya, dan gender. Keragaman yang ada di Indonesia adalah
kekayaan dan keindahan bangsa. Keragaman dalam organisasi (Diversity in Organization)
merupakan suatu hal yang sangat penting saat ini. Diversity in Organization adalah
keragaman atau perbedaan didalam suatu organisasi. Dengan keragaman, organisasi dapat
memperoleh berbagai pandangan, kemampuan, dan berbagai hal untuk mengatasi
permasalahan organisasi atau perusahaan, dan dapat juga meningkatkan efektifitas
perusahaan.

keberagaman individu dalam organisasi diartikan sebagai:

 Kumpulan dari beberapa persamaan maupun perbedaan latar belakang individu pada
dimensi nilai, keyakinan, dan opini
 Suatu hal yang penting dalam proses pengambilan keputusan organisasi/perusahaan
 Suatu hal yang perlu dikelola dengan baik

Beberapa aspek yang termasuk dalam keragaman organisasi adalah sebagai berikut :

 Usia
 Latar belakang personal
 Pendidikan
 Gaya hidup
 Pengalaman kerja
Karakteristik biografis merupakan karakteristik pribadi yang terdiri dari:

1. Usia: Hubungan antara usia dan kinerja pekerjaan kemungkinan akan menjadi
masalah yang lebih penting selama dekade mendatang.
2. Gender atau Jenis Kelamin: Tidak ada perbedaan yang mencolok antara pria dan
wanita, kecuali jika dikaitkan dengan budaya setempat berkaitan dengan keabsenan,
bahwa wanita lebih memiliki tingkat kebasenan yang tinggi dibandingkan dengan
pria, hal ini berkaitan dengan tanggungjawab dan fungsi dari seorang wanita dirumah
tangga.
3. Status Perkawinan: Tidak terdapat hubungan antara status perkawinan dengan
produktivitas, namun hasil riset menunjukkan bahwa karyawan yang telah menikah
mempunyai tingkat pengunduruan diri yang rendah, tingkat keabsenan yang rendah
dan lebih puas dengan pekerjaannya disbanding rekan sejawat yang belum menikah,
hal ini dapat dikaitkan dengan status perkawinan yang menuntut suatu
tanggungjawab lebih besar.

Tingkat Keragaman Dalam Organisasi

1. Surface-level Diversity (keragaman tingkat permukaan)


yaitu perbedaan dalam karakteristik yang dapat secara mudah dipersepsikan, misalnya
jenis kelamin, ras, suku, umur, atau disabilitas, yang tidak begitu merefleksikan
bagaimana orang berpikir atau merasa, tapi dapat mengaktivasi stereotipe tertentu.
2. Deep-level Diversity (keragaman tingkat dalam)
yaitu perbedaan dalam nilai, kepribadian, dan keinginan kerja yang dapat menjadi
semakin penting dalam penentuan kesamaan sebagaimana orang mengenal satu sama
lain lebih baik.

Keanekaragaman dalam organisasi memiliki manfaat sebagai :

 Akses perubahan pasar


 Transformasi bisnis dalam skala besar
 Pelayanan konsumen kualitas prima
 Pemberdayaan tempat kerja
 Kualitas total (Total Quality)
 Sumber-sumber rekanan(partenership)
 keberlanjutan proses belajar

Adapun kendala yang dihadapi dalam penerimaan keragaman antara anggota dalam suatu
organisasi adalah sebagai berikut :

 Prasangka
 Kesukuan
 Stereotype
 Kurangnya komunikasi dan interaksi antar anggota
 Diskriminasi
 Pelecehan seksual

Sikap

Sikap (Attitude) adalah pernyataan-pernyataan evaluative baik itu yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan mengenai suatu objek, orang, atau peristiwa. Mereka merefleksikan
bagaimana perasaan kita tentang sesuatu.

komponen sikap

Saifudin (1995) menyatakan bahwa sikap memiliki tiga komponen, yaitu :

1. kognitif/ evaluasi kognitif: segmen opini atau keyakinan dari sikap yang menentukan
tingkatan untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap.
2. afektif/ perasaan: segmen emosional dari sebuah sikap yang menimbulkan hasil akhir
perilaku.
3. konatif/ tindakan perilaku: sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam
cara tertenti terhadap sesuatu atau seseorang.

Sumber Sikap

Tiga sumber utama sikap (Calhoun dan Accocella, 1990):

1. Pengalaman Pribadi, sikap dapat merupakan hasil pengalaman yang menyenangkan


atau menyakitkan dengan objek sikap.
2. Pemindahan perasaan yang menyakitkan, pemindahan adalah secara tidak sadar
mengalihkan perasaan yang menyakitkan (terutama permusuhan) jauh dari objek
sebenarnya pada objek lain yang lebih aman.
3. Pengaruh sosial, sumber ini dapat dimungkinkan menjadi sumber utama dalam sikap.

Fungsi Sikap

Menurut Atkinson, Smith, dan Bem (1996),mengungkapkan bahwa sikap memiliki lima
fungsi, yaitu instrumental, pertahanan, ego, ekspresi nilai, pengetahuan,dan penyesuaian nilai.

a. Fungsi Instrumental: Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat,
dan menggambarkan keadaan keinginan. Bahwa untuk mencapai suatu tujuan,
diperlukan suatu sarana yang disebut sikap. Apabila objek sikap dapat membantu
individu mencapai tujuan, individu akan bersikap positif terhadap objek tersebut atau
sebaiknya.
b. Fungsi Pertahanan Ego: Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari
kecemasan atau ancaman harga dirinya.
c. Fungsi Ekspresi: Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu.
Sistem nilai yang terdapat pada diri individu dapat dilihat dari sikap yang diambilnya
bersangkutan terhadap nilai tertentu.
d. Fungsi Pengetahuan: Sikap ini membantu individu memahami dunia yang membawa
keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki motif ingin tahu, ingin mengerti, dan
pengetahuan.
e. Fungsi Penyesuainan Sosial: Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian
dari masyarakat. Dalam hal ini sikap yang diambi individu tersebut akan sesuai
dengan lingkungannya.

Tipe Sikap

Ada 3 (tiga) tipikal sikap seseorang, antara lain: (Ardana, 2009: 22)

1. Kepuasan kerja, seseorang yang mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan
cenderung menunjukkan sikap positif terhadap pekerjaan, demikian sebaliknya.
2. Keterlibatan kerja, sampai sejauh mana seseorang memihak pada pekerjaannya,
berpartisipasi aktif didalamnya serta menanggapi kinerjanya sangat penting bagi
organisasi.
3. Komitmen pada organisasi, sampai tingkat mana seseorang pegawai memihak pada
organisasinya dan bertekad setia didalamnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap (Azwar:1995;30):

1. Pengalaman Pribadi
2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting
3. Pengaruh Kebudayaan
4. Media Massa
5. Lembaga Pendidikan Dan Lembaga Agama
6. Pengaruh Faktor Emosional
k
e
f
u
ti
a
s
o
m
h
in
Pertemuan 3

1. Konsep emosi dan moods


Emosi dan Suasan Hati (Moods)

Emosi merupakan pengalaman efektif yang disertai penyesuain dari dalam diri individu
tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi
juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana yang kompleks pada diri organisme
yang meliputi perubahan badaniah dalam bernafas, detak jantung, perubahan kelenjer
kondisi mental seperti keadaan menggembirakan yang ditandai dengan perasaan yang kuat
dan biasanya disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu bentuk perilaku.
Singkatnya emosi adalah perasaan intens yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu.
Sedangkan mood adalah perasaan yang kurang intens dibandingkan emosi dan sering
(meskipun tidak selalu) muncul tanpa sebuah peristiwa spesifik sebagai stimulus. Para ahli
percaya bahwa emosi akan lebih cepat datang dari pada suasana hati. Emosi adalah reaksi
pada seseorang atau suatu peristiwa. Sebaliknya suasana hati biasanya tidak diarahkan
pada orang atau peristiwa. Namun emosi dapat berubah menjadi suasana hati saat
kehilangan fokus pada suatu peristiwa.emosi dan suasana hati mempunyai hubungan
antara keduanya dan saling mempengaruhi. Contohnya ketika memperoleh pekerjaan
impian, anda dapat menciptakan emosi bahagia, yang menempatkan seseorang pada
suasana hati yang baik selama beberapa hari.
2. Sumber Emosi dan Mood
a. Kepribdian: Orang yang intens secara afektif mengalami emosi positif maupun
negative secara mendalam. Saat mereka sedih, mereka benar-benar sedih. Dan saaat
mereka bahagi, mereka benar-benar bahagia.
b. Waktu dalam Hari: Tingkat afeksi positif cenderung mencapai puncak pada akhir dan
kemudian bertahan pada level tersebut sampai awal malam. Mulai sekitar 12 jam
sudah bangun, afeksi positif mulai jatuh sampai tengah malam, dan kemudian, untuk
yang tatap terjaga, penurunan itu meningkat samapai suasana hati positif naik lagi
sesufah terbitnya matahari.
c. Hari dalam Minggu: Orang Amerika Serikat, Jerman, Cina cenderunga mengalami
afeksi positif tertinggai pada hari Jumat, Sabtu, Minggu dan terrendah hari Senin.
Msekipin demikian, Seperti di tetunjukan di Jepang, afeksi positif lebih tinggi pada
hari Senin, dari pada hari Jumat maupunun Sabtu.
d. Cuaca: Banyak orang percaya suasana hati dipengaruhi cuaca. Peneliti menunjukkan
bahwa cuaca memiliki sedikit pengaruh pada suasana hati. Korelasi ilusi yang terjadi
ketika kita mengasosiasikan dua peristiwa yang dalam kenyataan tidak memiliki
hubungan, menjelaskan mengapa orang-oreng cenderung beranggapan bahwa cuaca
yang baik meningkat sesuai hati mereka.
e. Stres: Merupakan peristiwa harian yang memberi tekanan di tempat kerja secara
negative memengarhui suasana hati. Menumpuknya level stress dapat memperburuk
suasana hat kita dan kita lebih megalami emosi-emosi negative.
f. Aktivitas Sosial: Riset menyatakan aktivitas social yang bersifat fisik, informal, atau
kuliner lebih kuat asosiasinya dengan kenaikan suasana hati positif dibandingkan
peristiwa-peristiwa formal atau tidak aktif.
g. Tidur: Angkatan kerja Amerika Serikat mayoritas dapat tidur kurang dari enam juta
per malam. Kualitas tidur mempengarhui suasana hati dan keletihan yang meningkat
menempatkan pekerja pada resiko kesehatan yakni penyakit, luka, dan depresi.
h. Olahraga: Riset menunjukkan bahwa olah raga meningkatkan suasan hati positif
orang. Efeknya paling besar dirasakan oleh mereka yang depresi. Jadi latihan fisik
mungkin membantu menempatkan suasana hati yang lebih baik, tetapi jangan
mengharapkan keajaiban.
i. Umur: Suatu studi terhadap orang-orang dengan umur 18-94 tahun mengungkapakan
bahwa emosi-emosi negative tampaknya terjadi lebih sedikit seiring bertambanya
usia. Perode suasana hati positif yang tinggi petahan lebih lama bagi individu-individu
berumur, dan suasana hati buruk menghilang dengan cepat.
j. Jenis Kelamin: Wanita lebih ekspresif sacara emosional daripada pria. Mereka
menalami emosi lebih intens, mereka leih cenderung berada pada emosi tertentu lebih
lama daripada pria, dan mereka lebih sering menampilkan emosi baik emosi positif
maupun negative, kecuali amarah.
3. Fungsi Emosi
a. Apakah emosi membuat kita tidak rasional?
Seberapa sering anda mendengar seseorang mengatakan “Oh, anda hanya hanya
sedang emosi”? anda mungkin akan tersinggung astronom terkenal, Carl Sagan,
Pernah menuli , “Saat kita memiliki emosi-emosi yang kuat, kita bertanggung jawab
karena membodohi diri kita sendiri.” Observasi-observasi ini menyatakan bahwa
rasionalitas dan emosi saling bertolak belakang dan jika anda menampilkan emosi,
anda mungkin bertindak tidak rasional.
Perspektif-perspektif ini menyatakan bahwa demontrasi atau bahkan pengalaman
emosi dapat menyebabkan kita terlihat lemah, rapuh, atau tidak rasional. Meskipun
demikian, riset semakin menunjukan bahwa emosi sebenarnya penting untuk penalaran
rasional. Keterkaitan itu sudah terbukti sejak lama.
b. Apakah emosi menyebabkan kita bersikap tidak etis?
Sebelumnya diyakini bahwa , seperti halnya pengambilan keputusan secara umum,
kebanyakan pengambilan keputusan etis didasarkan pada proses kognitif urutan yang
lebih tinggi, tetapi riset mengenai emosi moral semakin mempertanyakan perspektif
ini. Cotoh emosi moral termasuk simpati pada penderitaan orang lain., rasa bersalah
mengenai perilaku tidak bermoral diri sendiri, kemarahan mengenai ketidakadilan
yang dialami orang lain, penegertian pada orang lain yang berperilaku tidak etis, dan
rasa terhina pada pelanggaran moral-moral. Kepercayaan kita sebenarnya dibentuk
oleh kelompok kita yang memperngaruhi persepsi kita mengenai orang lain,
menghasilkan respon tanpa sadar dan suatu perasaan yang berbagi emosi “benar”.
Sayangnya perasaan ini juga mengizinkan kita untuk kadang-kadang menjutifikasi
reaksi emosional murni sebagai sesuatu yang etis. Dalam pekerjaan dan kehidupan,
penilaian moral kita lebih banyak berkaitan dengan emosi dibandingkan dengan
kognisi, tetapi kita cenderung berpikir sebaliknya, khususnya saat penilaian-penilaian
itu dibagikan oleh rekan-rekan anggota keompok kita.
4. Emotional labor dan pengaruhnya terhadap karyawan
Emosi pekerja (emotional labor) adalah sebuah situasi di mana seorang pekerja
menampilkan emosi yang diinginkan organisasi selam transaksi-transaksi interpersonal di
tempat kerja. Disonansi emosi (emotional dissonance) merupakan inkonsistensi antara
emosi yang dirasakan orang dan emosi yang mereka tampilkan. Emosi yang dirasakan (felt
emotion) emosi actual individu. Emosi yang ditampilkan (displayed emotion) merupakan
emosi yang dituntut oleh organisasi untuk ditunjukkan oleh pekerja dan dianggap pantas
untuk pekerjaan itu.
Acting permukaan (surface acting) ialah menyembunyikan perasaan di dalam dan
menyembunyikan ekspresi emosional sebagai responsatas atas peraturan. Emotional labor
dapat berdampak negatif terhadap karyawan berupa stres, burnout, absensi yang tinggi,
dan ketidakpuasan kerja karena terlalu sering menekan emosi negatifnya
(hochschild,2012).
5. Affective event theory
Affective Events Theory (AET) menunjukan bahwa karyawan bereaksi secara emosional
terhadap hal-hal yang terjadi di tempat kerja dan reaksi ini mempengaruhi kinerja dan
kepuasan mereka.
6. kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional (emotional intelligence) merupakan kemampuan seseorang untuk:
(1) menilai emosi dalam diri dan orang lain,
(2) memahami makna emosi-emosi tersebut,
(3) mengatur emosi seseorang secara teratur dalam sebuah model alur.
Orang yang mengetahui emosinya sendiri dan baik dalam membaca petunjuk emosional
akan lebih efektif.
Perbandingan yang medukung dan menentang kecerdasan emosional
a. Kasus yang mendukug kecerdasan emosional
beberapa argumen yang mendukung kecerdasan emosional:
1. daya tarik intuitif. intuisi menyatakan orang yang dapat mendeteksi emosi orang
lain, mengendalikan emosinya sediri, dan mengendalikan interaksi sosial dengan
baik, memiliki posisi yang kuat dalam bisnis.
2. kecerdasan emosional memprediksi kriteria yang berarti, bukti menyatakan bahwa,
level tinggi kecerdasan emoisional berarti seseorang akan berkinerja baik dalam
pekerjaannya
3. kecerdasan emosional berdasarkan biologi, studi ii menyatakan bahwa kecerdasan
emosional berdasarkan neurologi dengan cara yang tidak berhubungan dengan
ukuran standard kecerdasan.
b. kasus yang bertentangan dengan kecerdasan emosional
1. para peneliti tidak sepakat tentang definisi-definisi yang ada tentang kecerdasan
emosional. para peneliti telah memandang kecerdasan emosional sebagai ragam
ide yang luas yang dapat diukur sendiri dan berhubungan dengan kecerdasan
kognitif.
2. kecerdasan emosional tidak dapat diukur, hal ioni dikarenakan mereka berpedapat
bahwa kecerdasan emosional adalah sebuah bentuk intelegensia.
3. kecerdasan emosional tidak lebih dari sekedar kepribadian dengan label berbeda.
7. Strategi Regulasi Emosi
untuk mengidentifikasi dan memodifikasi emosi yang dirasakan. Walaupun kelihatannya
menguntungkan untuk menggunakan emotion regulation, peneliti juga menemukan efek
buruk darinya. Contohnya adalah berbicara pada diri sendiri pada saat ketakutan malah
dapat membuat diri kita fokus pada apa yang membuat kita takut.
8. Aplikasi Emosi dan Mood Pada Bidang Perilaku Organisasi
a. Kemampuan dan Seleksi
 Orang yang mengetahui emosi mereka sendiri dan bisa dengan baik membaca
emosi orang lain bisa menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka
 Kecerdasan Emosioal merujuk ke kumpulan keterampilan, kapabilitas, dan
kompetensi nonkognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
berhasil dalam menghadapi tuntutan dan tekanan lingkungan.Emosional dari
terdiri lima dimensi:Kesadaran diri,Pengelolaan diri,Motivasi diri,Empati.
b. Pengambilan keputusan.
 Seringkali orang bisa membuat keputusan berbeda ketika mereka marah dan
tertekan daripada mereka dalam keadaan tenang.
c. Motivasi
 Teori motivasi pada dasarnya mengemukakan bahwa individu-individu
“termotivasi ke perilaku yang diharapkan yang diharapkan dapat membawa
hasil yang diinginkan.
d. Kepemimpinan
 Pemimpin yang efektif hampir semuanya mengandalkan ekspresi perasaan
untuk membantu menyampaikan pesan mereka.
e. Konflik Interpersonal.
 Keberhasilan manajer dipengaruhi oleh kamampuannya untuk
mengidentifikasi unsur-unsur emosional dalam konflik dan mengarahkan
pihak-pihak yang tertikai agar berhasil mengatasi emosi mereka.
f. Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
 Perilaku-perilaku menyimpang tersebut dapat bersifat kekerasan atau non
kekerasan dan dimasukkan ke dalam kategori-kategori.
 Kecemburuan adalah emosi yang terjadi bila anda marah karena seseorang
mendapatkan sesuatu yang tidak anda dapatkan, yang sebenarnya sangat anda
dambakan
 Kecemburuan dapat menyebabkan perilaku menyimpang dan bersifat dendam.

Contoh Kasus:

Tio merupakan seorang pegawai di sebuah perusahaan pakaian. Walau target


penjualan sudah sesuai namun belum sesuai dengan yang diharapkan atasan mereka
semua pegawai termasuk Tio terkena marah atasan mereka. Karena hal itu mood Tio
menjadi tidak baik dan menyebabkan emosi yang negatif yang mengakibatkan
kinerjanya menurun. Setelah menjelaskan kepada atasannya akhirnya atasan mereka
pun menjadi mengerti dan malah memberi semangat dan menghargai kerja keras
mereka. Akhirnya mood Tio pun menjadi baik dan kerjanya pun menjadi semakin
produktif.

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa emosi mempengaruhi kinerja


seseorang. Emosi yang baik akan menghasilkan kinerja yang memuaskan begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itu baik atasan maupun bawahan sebaiknya jangan
menyepelekan masalah emosi karena ha tersebut dapat mempengaruhi suatu kinerja di
dalam perusahaan.

Sumber : Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A, 2014, Organizational Behavior, 16th
Edition, McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai