186-Article Text-363-1-10-20190225
186-Article Text-363-1-10-20190225
Abstrak: Sectio caesarea memiliki resiko yang mengancam nyawa, salah satunya resiko
infeksi. Catatan medis menunjukan 15% kematian ibu nifas akibat infeksi. Jadi, perawatan luka
yang salah dapat menyebabkan infeksi yang berujung pada kematian. Tujuan studi kasus ini
untuk menggambarkan penerapan manajemen perawatan luka post sectio caesarea yang sesuai
standar. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang
dilakukan kepada tiga klien pot sectio caesarea selama 7 hari. Hasil: 2 dari 3 klien menunjukan
penyembuhan luka yang baik pada hari ketujuh setelah diterapkan perawatan luka yang sesuai
standar. Kesimpulan: Manajemen perawatan luka yang sesuai standar dan sikap positif klien
dalam menunjang proses perawatan akan membantu proses penyembuhan luka dan
menurunkan intensitas nyeri sehingga meningkatkan kemampuan mobilitas klien. Saran:
perawat dapat meningkatkan perawatan luka dan penyuluhan kesehatan, agar dapat tercipta
sikap positif pada klien untuk menunjang perawatan luka.
Sectio caesarea kini telah menjadi sekitar 15% kematian ibu nifas akibat
jenis persalinan yang diminati masyarakat infeksi (Daisyzi, 2018).
karena berbagai alasan baik dorongan Salah satu penyebab kematian ibu
medis maupun keinginan klien dan yaitu infeksi pada luka pasca persalinan
keluarga. Persalinan melalui operasi sectio (Astuti, 2017). World aliance for patient
caesarea memiliki resiko yang Safety melaporkan bahwa infeksi luka
membahayakan nyawa ibu dan janin operasi terjadi pada 2% hingga 5% dari 27
dibandingkan persalinan normal. Resiko juta pasien yang melakukan pembedahan
ini tidak hanya dapat dialami ibu pada saat setiap tahun (Rivai, dkk, 2013).
operasi, tapi pada masa nifas ibu masih Penyebab langsung kematian
tetap dihantui oleh resiko ini. maternal terkait masa nifas di Indonesia
Resiko tersebut yaitu resiko infeksi berdasarkan data KEMENKES RI tahun
yang dapat terjadi jika Manajemen 2015, menunjukan bahwa kematian ibu
perawatan luka yang dilakukan tidak yang di sebabkan oleh infeksi post sectio
sesuai Standar Operasional Prosedural caesarea di Indonesia pada tahun 2013
(SOP) dan perawatan luka tidak secara mencapai 7,3% dan 90% dari morbiditas
aseptik, hal ini diperkuat oleh data dari pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka
catatan medis yang menunjukan ada operasi (Wardhani, 2016)
126
P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
Kematian ibu pada masa nifas di kasus yang dilakukan pada tiga orang
Sulawesi Utara tahun 2015 berdasarkan klien post sectio caesarea di RSD Liun
penelitian Buangsampuhi dan kawan- kendage Tahuna dan dilanjutkan dengan
kawan tahun 2016 yang berjudul kunjungan ke rumah klien pada 10-27
“Gambaran faktor penyebab kematian ibu April 2018, dengan kriteria: dapat
di Sulawesi Utara tahun 2013-2015”, yaitu berkomunikasi dengan baik, bersedia
71 kasus dengan penyebabnya pendarahan menjadi klien kelolaan, berusia <35 tahun
55%, eklampsia 32%, dan infeksi 13% dan tidak memiliki riwayat penyakit
(Buangsampuhi, 2016). degeneratife. Fokus dari studi kasus ini
Perawatan luka pada ibu nifas yang yaitu bagaimanakah penerapan manajemen
salah dan tidak sesuai standar seta prinsip perawatan luka yang sesuai dengan SOP
aseptik dapat menyebabkan infeksi luka pada klien post sectio caesarea.
yang berujung kematian. Perawatan luka Manajemen perawatan luka post
dilakukan dengan tujuan menjaga luka sectio caesarea merupakan tindakan
tetap bersih, mencegah infeksi, dan perawatan luka sesuai dengan SOP dan
membantu proses penyembuhan luka, serta secara aseptik. Klien post sectio caesarea
meningkatkan kenyamanann fisik dan merupakan klien yang menjalani
psikologis (Smeltzer & Bare, 2001). persalinan melalui operasi. Metode
Uraian diatas membuat penulis pengumpulan data yang digunakan dalam
merasa tertarik dan memutuskan untuk studi kasus ini yaitu wawancara, observasi
melakukan sebuah studi kasus mengenai dan dokumentasi dengan menggunakan
penerapan manajemen perawatan luka beberapa instrument penelitian sebagai
untuk mencegah terjadinya infeksi dan pendukung dalam pengambilan data.
untuk mengetahui perkembangan Instrumen penelitian yang
penyembuhan luka pada klien post sectio digunakan dalam studi kasus ini yaitu
caesarea setelah diterapkan perawatan pengkajian maternitas, pengkajian luka,
luka sesuai standar dan secara aseptik. lembar observasi penyembuhan luka dan
TUJUAN STUDI KASUS tanda-tanda infeksi, serta kuesioner
Menggambarkan penerapkan gambaran nyeri dan kondisi luka menurut
manajemen perawatan luka sesuai standar klien. Penyajian data secara tekstular atau
pada klien post sectio caesarea. narasi dan dalam bentuk tabelar disertai
dengan data subjektif dari subyek studi
kasus yang merupakan data-data yang
METODE STUDI KASUS menjadi pendukung dari studi kasus ini.
Studi kasus ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan studi
Paritas 1 2 2
Tabel 1 menujukan bahwa ketiga klien memiliki usia ≥30 tahun. Riwayat pendidikan
dari ketiga klien berbeda dimana klien 1 dan 3 merupakan lulusan SMA dan klien 2
merupakan sarjana. Tabel ini menunjukan bahwa klien 1 merupakan primipara dan
pernah mengalami abortus, sedangkan klien 2 dan 3 merupakan multipara.
Tabel 2. Jenis Luka dan Tipe Penyembuhan Luka Klien Studi Kasus Post Sectio
Caesarea di Ruang Dahlia RSD Liunkendage Tahuna tahun 2018
Tabel 2 dapat menunjukan bahwa ketiga klien memiliki jenis luka dan tipe penyembuhan
luka yang sama yaitu luka akut dan memiliki tipe penyembuhan luka Primary
intention.
Tabel 3. Kondisi Kulit Sekitar Luka Klien Studi Kasus Post Sectio Caesarea di Ruang
Dahlia RSD Liunkendage Tahuna tahun 2018
Tabel 3 menunjukan bahwa ketiga klien memiliki kondisi kulit yang berbeda, dimana klien 1
warna kulit sekitar berwarna merah dengan tekstur lembab, sedangkan klien 2 dan 3
warna kulitnya normal dengan tekstur lembab.
Tabel 4. Nyeri Pada Klien Studi Kasus Post Sectio Caesarea di Ruang Dahlia
RSD Liunkendage Tahuna tahun 2018
Tabel 4 menujukan bahwa ketiga klien berada dalam rentang nyeri ringan-sedang, dimana
pada klien 1 dengan skala 4-5 saat bergerak/merubah posisi, klien 2 dengan skala 6
saat melakukan aktifitas/bergerak, klien 3 mengalami dengan skala 3-4 saat
beraktifitas.
B. Gambaran Perkembangan Penyembuhan Luka dan Reaksi Peradangan
Tabel 5. Kondisi Luka dan reaksi peradangan Klien Studi Kasus Post Sectio
Caesarea di Ruang Dahlia RSD Liunkendage Tahuna tahun 2018
Hari ke: Kondisi Luka dan Respon Peradangan
1 atal dan tidak panas, panas dan tidak gatal, perban tidak gatal dan tidak panas,
perban tampak bersih dan tampak bersih dan kering perban tampak bersih
kering, dan suhu badan dan suhu badan klien dan kering, dan suhu
klien 37oC 36,5oC baan klien 37,3oC
2 bab tidak berair, merah dan mbab tidak berair, merah dan bab tidak berair, merah dan
bengkak, bersih (tapi bengkak, kulit bekas bengkak, bersih (terdapat
terdapat darah dan plester terasa gatal, luka darah dan betadine yang
betadine yang mengering), bersih (terdapat darah dan mengering), tidak gatal
tidak panas dan tidak gatal betadine yang mengering) dan tidak panas, dan
dan suhu badan klien dan suhu badan klien suhu badan klien 36,5oC
36,8oC 37,2oC
3 dak gatal dan tidak panas, dak panas dan tidak gatal, ak gatal dan tidak panas,
perban tampak bersih perban tampak perban tampak bersih
dan kering, dan suhu bersih dan kering dan kering, dan suhu
badan klien 37oC dan suhu badan klien baan klien 37,3oC
o
36,5 C
4 Luka mulai menutup, Luka mulai menutup, ka mulai mengering dan
mengering, tampak mengering, tidak menutup, tidak
merah, bengkak, tidak lembab, dan merah lembab, berwarna
lembab dan, kulit pudar, sedikit bengkak. merah muda, tidak
sekitar sudah tidak tampak bersih dan bengkak. tampak
merah, luka tampak kering, tidak gatal dan bersih dan kering dan
bersih, tidak merasa tidak panas, suhu badan tidak berbauh atau
panas dan tidak gatal, klien 36oC bernanah, tidak gatal
suhu badan klien 36,6oC dan tidak panas, suhu
badan klien 37oC
Tabel 7. Gambaran Mobilisasi Klien Studi Kasus Post Sectio Caesarea di Ruang Dahlia
RSD Liunkendage Tahuna tahun 2018
Gambaran Mobilisasi
ari ke:
Klien 1 Klien 2 Klien 3
1 klien sudah bisa mika-miki masih tampak berbaring sudah bisa mika-miki dan
walaupun masih dibantu tanpa melakukan duduk serta memangku
oleh orang lain pergerakan bayi walaupun masih
dibantu
3 Pasien sudah bisa mika-miki, n sudah bisa melakukan klien sudah bisa berjalan,
duduk, dan memangku mika-miki dan duduk berbaring dan bangun
bayi sendiri dari tempat tidur sendiri,
dan juga sudah bisa
memangku bayinya
sendiri
4 Pasien sudah bisa mika- n sudah bisa mika-miki klien sudah bisa berjalan,
miki, duduk, berdiri sendiri, duduk, berbaring dan bangun
dan berdiri dan dari tempat tidur sendiri,
berjalan ringan berjalan mandi masih dibantu
sendiri
P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
suami
7 klien sudah bisa ien sudah bisa berjalan, klien sudah bisa
duduk, berjalan, berbaring dan bangun berjalan, berbaring ,
berbaring dan bangun dari tempat tidur, bangun dari tempat tidur,
dari tempat tidur serta duduk dan mandi dan ganti pakaian
sendiri berdiri sendiri sendiri
Tabel 7 menunjukan bahwa mobilisasi ketiga klien berbeda, dimana pada hari pertama klien 1
dan 3 sudah bisa mika-miki dan duduk walaupun dibantu, sedangkan klien 2 masih
berbaring ditempat tidur. Pada hari ketujuh semakin banyak aktivitas yang dapat
dilakukan ketiga klien secara mandiri.
terjadi hingga hari lima dan pada hari yang bermakna antara tingkat
keenam hingga ketujuh respon kepatuhan pelaksanaan protap
peradangan yang timbul mulai perawatan luka dengan kejadian
berangsur hilang setelah diterapkan infeksi luka post sectio caesarea.
manajemen perawatan luka yang
sesuai standar dan sesuai prinsip 2. Respon Tingkat Nyeri yang
aseptik secara rutin. Dirasakan Klien Setelah Perawatan
Luka
Penerapan manajemen
perawatan luka yang sesuai dengan Klien 1 dan 2 yang mengalami
standar secara rutin dengan selalu proses penyembuhan lukanya yang
mempertahankan prinsip aseptik serta baik hingga hari ketujuh mengalami
didukung sikap positif klien dapat penurunan intensitas nyeri yang baik
menunjang percepatan proses dari sedang menjadi ringan. tetapi
penyembuhan luka pada klien post pada klien 1 ketika proses
sectio caesarea. Selaras dengan Potter penyembuhan luka pada hari keenam
(2005) dalam Hakim (2015) yang mengalami perlambatan atau
menyatakan bahwa perawatan luka pemanjangan tahap inflamasi akibat
yang dilakukan sesuai prosedur perban yang berkerut sehingga air
bertujuan mempercepat proses merembes masuk yang membuat luka
penyembuhan dan bebas dari infeksi. menjadi basah sehingga nyeri yang
sebelumnya turun menjadi nyeri
Didukung pendapat Fridawaty ringan skala 2-3 di hari kelima,
(2013) dalam Rahman, dkk (2016) kembali mengalami peningkatan
bahwa pelaksanaan prosedur menjadi nyeri sedang skala 4 di hari
perawatan luka yang tepat akan keenam.
mempercepat proses penyembuhan
luka. Diperkuat penelitian Rahman, Peningkatan proses
dkk (2016) berjudul “Hubungan antara penyembuhan luka post sectio
pelaksanaan perosedur pencegahan caesarea sangat memengaruhi tingkat
infeksi pada pasien post operasi nyeri yang dirasakan, karena nyeri
dengan proses penyembuhan luka di merupakan salah satu indikator
rumah sakit islam unisman Malang”, pengukur dalam penyembuhan luka,
kepada 63 responden dalam hasil uji sehingga perawatan luka yang sesuai
spearman rank diketahui nilai p- standar penting untuk menunjang
value proses penyembuhan luka. Didukung
= (0,000) < (0,005) sehingga H0 oleh Kasdu (2013) dalam Fitri, dkk
ditolak yang artinya adanya hubungan (2012) yang menyatakan bahwa nyeri
antara pelaksanaan prosedur yang dirasakan oleh ibu post partum
pencegahan infeksi dengan proses dengan sectio caesarea berasal dari
penyembuhan luka. Kembali diperkuat luka yang terdapat diperut. Sehingga
penelitian Himatusujanah dan dapat diartikan bahwa ketika kondisi
Rahayuningsih (2008) berjudul luka dalam keadaan baik dan mulai
“Hubungan tingkat kepatuhan berangsur sembuh maka nyeri yang
pelaksanaan protap perawatan luka dirasakan pun akan berangsur hilang.
dengan kejadian infeksi luka post
sectio caesarea (SC) di ruang mawar 3. Respon Mobilisasi yang Dapat
RSUD dr. Moewardi Surakarta”, Dilakukan Setelah Perawatan Luka
kepada 23 responden dalam hasil uji
Chi-Square didapatkan nilai p sebesar Setelah dilakukan studi kasus
0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak, dan ini terlihat klien 1 dan 3 yang
disimpulkan bahwa terdapat hubungan