Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL CARE


DI DAERAH RUMAH MASING-MASING DI JEMBER JAWA TIMUR

Untuk memenuhi tugas praktek klinik Keperawatan Maternitas

OLEH:
ANNISSA PUTRI PRATIWI
P17212205084

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
POST NATAL CARE (PNC)

I. DEFINISI
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil) yang berlangsung kurang lebih 6 minggu.
Masa nifas dibagi kedalam dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan jalan +40 hari
2. Puerperium intyermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
kandungan atau genetalia yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan.

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI


1. Involusi rahim
Setelah 2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10
uterus tidak terba lagi dari luar.
2. Involusi tempat placenta
Mengecil dengan cepat pada akhir minggu ke-2 yaitu 3-4 cm dan pada
akhir masa nifas 2-3 cm.
3. Pembuliuh darah rahim
Setelah persalinan pembuluh-pembuluh darah akan mengecil kembali
karena darah yang diperlukan tidak sebanyak waktu hamil.
4. Servik dan vagina
Pada servik terbentuk sel-sel otot baru pada minggu ketiga post partum
rugae kembali nampak, luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi
akan sembuh dalam 6-7 hari.
5. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, namun berangsur- angsur akan pulih kembali dalam 6 minggu.
6. Saluran kencing
Dapat terjadi udem, dan hyperemia, pada masa nifas (puerperium)
kandung kemih kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga
kandung kencing masih terdapat urine residual sisa urine dan trauma
kandung kemih waktu persalinan akan memudahkan terjadinya infeksi.
7. Laktasi
Keadaan buah dada / payudara 2 hari pertama nifas sama dengan
keadaan dalam kehamilan. Buah dada belum mengandung susu
melainkan kolostrum. Mulai 3 hari post
partum buah dada membesar, keras dan nyeri.
8. Lokea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam nifas. Macam-macam lochea :
a. Lochea rubra (cruenta)
Merupakan darah segar dan terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, vetriks caseosa, lanugo dan mechonium selama 2 hari
post partum.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kekuningan berisi darh dan lendir, 3-7 hari post
partum.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning., cairan tidak berdarah lagi. Hari 7-14 post
partum.
d. Lochea alba
Cairan berwarna putih setelah 2 minggu post partum.
e. Lochea purulenta
Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk.
9. Perubahan-perubahan penting lainya :

a. Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal
sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan
shunt akan hilang secara tiba-tiba, sehingga volume darah ibu
relatif akan bertambah dan dapat menimbulkan beban pada jantung
sehingga dapat menimbulkan decompensasi cordis. Keadaan ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi timbulnya
hemokonsentrassi. Hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai 15 hari post
partum.
b. Laktasi
Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar mamae, perubahan pada kedua mammae antara lain :

1) Proliferasi jaringan, terutama kelenjar – kelenjar dan alveolus


mammae dan lemak.
2) Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang
dapat dikeluarkan
berwarna kuning (kolostrum).

3) Hipervaskularisasi, terdapat pada permukaan maupun pada


bagian dalam mammae.
c. Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron
terhadap hipofise hilang dan berpengaruh timbulnya hormon
laktogenic (prolaktin), sehingga mammae yang terlah dipersiapkan
terpengaruhi dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu.
d. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar
susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu yang
berlangsung pada hari 2-3 post partum.
e. Adaptasi Psikologis

Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat adalah :
1. “Honeymoon” adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak
yang lama antara ibu, ayah, anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai
psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis masing-
masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan
yang baru.
2. Bonding Attachment atau ikatan kasih
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. “Bonding”
adalah suatu istilah untuk hubungan antara ibu dan anak.
Sedangkan “attachment” adalah suatu keterikatan antara orang tua
dan anak. Peran perawat penting sekali bagaimana hal tersebut
dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih
tersebut. Perubahan fisiologis
pada klien post partum akan dikuti oleh perubahan psikologis
secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secara
menyeluruh. Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat
psikologis klien setelah melahirkan adalah :
a. Taking In
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada
kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien pasif dengan
berdiam diri, tergantung pada orang lain. Ibu
belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya. Dia
sangat membutuhkan orang lain untuk membantu,
kebutuhannya yang utama adalah istirahat dan makan.
Periode ini berlangsung 1 - 2 hari. Menurut Gottible, pada
fase ini ibu akan mengalami “proses mengetahui/menemukan
“yang terdiri dari : Identifikasi, Relating (menghubungkan)
dan Menginterpretasikan.
b. Taking In
Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan
ketergantungan ke keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat
energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus
pada bayi yang dilahirkan. Bila ibu sudah merasakan lebih
nyaman, maka ibu sudah masuk dalam tahap ke- 2 “ maternal
touch”, yaitu “total hand contact” dan akhirnya pada tahap ke-
3 yang disebut “ enfolding”. Dan periode ini berlangsung
selama 10 hari.

c. Letting Go
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri
dan mulai disibukan oleh tanggung jawabnya sebagai ibu.
Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
d. Post Partus Blues
Pada periode ini terjadi perubahan hormone estrogen dan
progesterone yang menurun, selain itu ibu tidak siap dengan
tugas-tugas yang harus dihadapinya. Gejala: menangis, mudah
tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur,
cemas. Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan
ibu tidak mampu menyesuaikan diri, maka akan menjadi serius
yang dikenal sebagai POST PARTUM DEPRESI.
II. ETIOLOGI
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui
secara pasti atau jelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar,
1998) :
1. Penurunan kadar progesterone : Progesteron menimbulkan relaksasi otot-
otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan ketentraman otot rahim.
2. Penurunan kadar progesterone : Pada akhir kehamilan kadar
oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot rahim
3. Keregangan otot-otot : Dengan majunya kehamilan makin regang dan
otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin : Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa- rupanya
juga memegang peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan
sering lebih lama dan biasa.
5. Teori prostaglandin : Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua,
disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.
III. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala
pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu
kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari
uterus, kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan
bisa bercampur darah (bloody shoe).

IV. PEMERIKSAAAN POST NATAL ATAU POST PARTUM


1. Pemeriksaan umum : tanda-tanda vital, keluhan
2. Payudara : ASI, puting susu
3. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum, dll
4. Sekret yang keluar (lochea, fluor albus)
5. Keadaan alat reproduksi
V.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal


terutama pemeriksaan Hb
b) Pemeriksaan golongan darah dan test antibodi harus dilakukan sejak
antenatal
c) Perlu dilakukan pemeriksaan koagulasi seperti waktu perdarahan
dan waktu pembekuan
2. Pemeriksaan radiologi

a) Pemeriksaan USG dapat membantu melihat adanya bekuan


darahdan retensi sisaplasenta
b) Pemeriksaan USG periode antenatal dilakukan untuk mendeteksi
pasien dengan resiko tinggi perdarahan dengan postpartum, seperti
plasenta previa.
VI. PENATALAKSANAAN

1. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal


2. Selalu siapkan keperluan tindakan gawatdarurat
3. Segera dilakukan penilaian klinis dan upaya pertolongan
dihadapkanpada masalah komplkasi dan Atasi syok bila terjadi
4. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
5. Pastikan kontraksi berlangsung dengan baik (keluarkan bekuan
darah,lakukan masase uterus, beri uterotonika 10 ml, dilanjutkan infus
20 mldalam 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tpm)
6. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi
7. Pasang kateter dan pantau cairan keluar dan masuk
8. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama pasca melahirkan dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga jam berikutnya.

VII. PROSES KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Aktivitas Dapat tampak berenergi atau kelelahan
b. Sirkulasi Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD
bervariasi, mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian
oksitisin atau HKK, edema, kehilangan darah selama persalinan
400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untukkelahiran
saesaria
c. Integritas Ego Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
d. Eliminasi Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
e. Makanan/cairan Mengeluh haus, lapar atau mual
f. Neurosensori Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun
pada adanya anastesispinal
g. Nyeri/ketidaknyamanan melaporkan nyeri, misal oleh karena
trauma jaringan atau perbaikan episiotomy, kandung kemih penuh,
perasaan dingin atau otot tremor
h. Keamanan Peningkatan suhu tubuh
i. Seksualitas Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak
setinggi umbilicus,perineum bebas dan kemerahan, edema,
ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan payudara.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Monitor Keadaan Umum Ibu
Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
Jam I : tiap 4 jam
Setelah 24 jam : tiap 8 jam
b. Monitor Tanda-tanda Vital
c. Payudara : Produksi kolustrum 48 jam pertama.
d. Uterus : Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.
a. Insisi SC : Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubaha warna.
b. Kandung Kemih dan Output Urine : Pola berkemih, jumlah
distensi, dan nyeri.
c. Bowel : Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.
d. Lochea : Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.
e. Perineum : Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar,
hematoma, edema, discharge dan approximation. Kemerahan
menandakan infeksi.
j. Ekstremitas : Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.
k. Diagnostik : Jumlah darah lengkap, urinalisis.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Aktual
 Nyeri akut berhubungan dengan robekan jalan lahir
 Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada
kandung kemih
 Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan
dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
b. Resiko
 Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap bakteri prosedur invasif

4. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan robekan jalan lahir
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri
hilang, berkurang.
Kriteria hasil:
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang
 Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri dan
2. Motivasi untuk mobilisasi sesuai memberikan tindakan selanjutnya
indikasi 2. memperlancar pengeluaran lochea,
3. Anjurkan penggunaaan teknik mempercepat involusi dan
relaksasi. mengurangi nyeri secara bertahap.
4. Kolaborasi pemberian analgetik 3. Untuk mengatur rasa nyeri luka
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyeri
b. Gangguan eliminasi urine
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,  ibu
tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil:
 Ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa
sakit saat BAK
 Jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat cairan masuk 1. Mengetahui balance cairan pasien
dan keluar tiap 24 jam sehingga diintervensi dengan
2. Anjurkan berkemih 6-8 jam tepat.
post partum 2. Melatih otot-otot perkemihan.
3. Berikan teknik merangsang 3. Agar kencing yang tidak dapat
berkemih keluar, bisa dikeluarkan sehingga
4. Kolaborasi pemasangan tidak ada retensi.
kateter 4. Mengurangi distensi kandung
kemih.

c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan, penurunan kekuatan dan


ketahanan, ketidaknyamana fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan ibu dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri.
Kriteria hasil:
 Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
 Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Bimbing dan demonstrasikan pada 1. Bimbingan dan demonstrasi yang
ibu tentang bagaimana cara benar dapat memberi contoh bagi
melakukan perawatan diri ibu untuk dapat melakukannya
2. Beri bantuan sesuai dengan dengan baik bila telah pulang dari
kebutuhan (misalnya : perawatan rumah sakit
mulut, mandi dan vulva hygiene) 2. Bantuan tindakan dapat membantu
3. Jelaskan kepada ibu tentang ibu dalam memenuhi perawatan
pentingnya menjaga kondisi tubuh dirinya yang tidak mampu
dengan mempertahankan nutrisi dilakukan secara mandiri
dan kebersihan ibu 3. Untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah
terjadinya komplikasi

d. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh


terhadap bakteri pembedahan
Tujuan: untuk mencegah terjadinya infeksi yang tidak diharapkan dan
dapat berdampak buruk bagi klien.
Kriteria hasil:
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasional
1. Bersihkan lingkungan setelah 3. Mencegah terjadi penularan
dipakai pasien lain penyakit dari pasien satu ke pasien
2. Cuci tangan setiap sebelum dan lainnya
sesudah tindakan keperawatan 4. Dengan cuci tangan dapat
3. Menganjurkan ibu menganti memutuskan rantai penularan
softek setiap 3-4 jam sekali penyakit
4. Melakukan rawat luka pada 5. Menganti softek secara rutin dan
waktunya sering menjaga daerah reproduksi
5. Ajarkan pasien dan keluarga dari kelembaban dimana bakteri
tanda dan gejala infeksi dan jamur sering berkembang biak
6. Rawat luka dapat memp[ercepat
penyembuhan sehingga resiko
infeksi kecil
7. Dengan pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala,
mereka akan segera melapor
kepada pelayan kesehatan.

5. Implementasi :
Menurut Koizer (2010) menyatakan bahwa pada proses implementasi harus
didasarkan pada kebuhan pasien, berdasarkan faktor lain yang dapat
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, berdasarkan strategi implementasi
keperawatan dan berdasarkan komunikasi. Pada proses implementasi ini juga
terjadi penerapan dari tindakan keperawatan yang telah di rencanakan.

6. Evaluasi :
Evaluasi merupakan tindakan yang intelektual untuk digunakan memperbaiki
proses selama perawatan yang menandakan sebarapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana akan tindakan dan pelaksanannya apakah sudah berhasil dicapai
(Nursalam, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, Z. N. 2005. Perawatan Postnatal Care Terhadap Kondisi Ibu Setelah


Melahirkan. Kebidanan. pp. 7–40.
Yusuf, I. and Rasma, S. 2015. Pelayanan dan Perawatan Postnatal Care Terhadap Kondisi
Ibu. Keperawatan Maternitas. pp. 1–8.
Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2017. Teori dan Asuhan Kebidanan Vol 2. EGC :
Jakarta.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. JUDUL PENYULUHAN : Perawatan Payudara Pada Masa Nifas


SASARAN UMUM : Pasien Ruang Bersalin
SASARAN : Ibu Post Partum
TEMPAT : Ruang Bersalin
HARI/ TANGGAL : Kamis, 4 Maret 2021
WAKTU : 09.00 s/d 09.30

B. ANALISIS SITUASI
Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
Perawatan Payudara Pada Masa Nifas

C. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan Perawatan Payudara Pada Masa Nifas selama ±
30 menit, diharapkan para Ibu Post Partum dapat memahami betapa
pentingnya Perawatan Payudara Pada Masa Nifas secara mandiri. Sehingga
akan terjadi perubahan prilaku kesehatan di masyarakat kearah yang lebih
positif.

D. TUJUAN KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Perawatan Payudara Pada Masa Nifas
selama 30 menit, diharapkan Ibu Post Partum mampu:
a. Menjelaskan pengertian dari perawatan payudara.
b. Dapat menyebutkan manfaat perawatan payudara.
c. Dapat menyebutkan beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam
perawatan payudara.
d. Dapat menyebutkan akibat dari tidak dilakukannya perawatan payudara.

E. LANGKAH KEGIATAN
Waktu Kegiatan Keterangan
09.00 Pendahuluan : 1. Pasien menjawab salam
WIB 1. Mengucapkan salam 2. Pasien mendengarkan dan
2. Perkenalan diri memperhatikan
3. Menjelaskan maksud dan 3. Pasien mengerti maksud dan
tujuan tujuan
4. Menyebutkan topik-topik
yang akan disampaikan.
09.05 Kegiatan inti :
WIB 1. Menjelaskan apa yang Pasien menyimak mengajukan
dimaksud dengan perawatan pertanyaan mendengarkan
payudara
2. Menjelaskan manfaat/tujuan
dari perawatan payudara
3. Menjelaskan cara
pelaksanaan perawatan
payudara
4. Menjelaskan akibat yang
timbul dari tidak
dilakukannya perawatan
payudara
09.20 Penutup :
WIB 1. Memberikan pertanyaan 1. Pasien menjawab pertanyaan
kepada sasaran tentang materi yang diajukan penyuluh
yangsudah disampaikan
penyuluh
2. Menyimpulkan materi 2. Pasien mendengankan
penyuluhan yang telah penyampaian kesimpulan
disampaikan sasaran
3. Memberikan kesempatan 3. Pasien mampu memaparkan
kepada salah satu klien untuk kembali tentang perawatan
Memaparkan kembali tentang payudara.
perawatan payudara.
4. Menutup acara dan 4. Mendengarkan penyuluh
mengucapkan salam menutup acara dan menjawab
salam

F. MATERI
Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas

A. Pengertian
Post natal breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara
yang dilakukan pada ibu pasca melahirkan/nifas untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara dimulai
sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali
sehari. Perawatan payudara untuk ibu nifas yang menyusui merupakan
salah satu upaya dukungan terhadap pemberian ASI bagi buah hati.

B. Tujuan
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan
payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
2. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
3. Untuk menonjolkan puting susu
4. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
5. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
6. Untuk memperbanyak produksi ASI
7. Untuk mengetahui adanya kelainan

C. Cara Perawatan Payudara


1. Persiapan alat untuk perawatan payudara
a. Handuk/Washlap
b. Kapas
c. Waskom berisi air dingin 1 buah
d. Waskom berisi air hangat 1 buah
e. Minyak kelapa/baby oil
2. Pelaksanaan
a. Lepaskan pakain
b. Ambil kapas dan basahi dengan minyak dan kemudian
tempelkan/kompreakan pada areola mamae selama 5 menit
kemudian bersihkan dengan diputar.
c. Putting di pegang dengan ibu jari dan jari telunjuk diputar 5-10 kali
ke dalam dan ke luar
d. Jika putting susu tenggekam, tarik putting susu sebanyak 10x/
merangsang putting dengan ujung waslap
e. Licinkan kedua telapak tangan dengan baby oil/minyak kelapa, lalu
tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara
menghadap ke bawah. Lalu lingkari payudara dari bagian atas
sampai bawah, lakukan sebanyak 20x.
f. Tangan kiri menyokong dan tangan kanan melakukan pengurutan
mulai pangkal payudara ke arah putting secara menyeluruh,
lakukan sebanyak 20x.
g. Tangan kiri menyokong dan tangan kanan menggenggam
melakukan pengurutan mulai pangkal payudara ke arah putting
secara menyeluruh, lakukan sebanyak 20x.
h. Merangsang payudara dengan kompres air hangat lalu air dingin
secara bergantian.
i. Keringkan dan bersihkan payudara

D. Akibat Jika Tidak Dilakukan Perawatan Payudara


Berbagai dampak negatif dapat timbul jika tidak dilakukan perawatan
payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :
1. Puting susu kedalam
2. Anak susah menyusui
3. ASI lama keluar
4. Produksi ASI terbatas
5. Pembengkakan pada payudara
6. Payudara meradang
7. Payudara kotor
8. Ibu belum siap menyusui
9. Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet

E. Penatalaksanaan
1. Cara Mengatasi Bila Putting Tenggelam
Lakukan gerakan menggunakan kedua ibu jari dengan menekan kedua
sisi puting dan setelah puting tampak menonjol keluar lakukan tarikan
pada puting menggunakan ibu jari dan telunjuk lalu lanjutkan dengan
gerakan memutar puting ke satu arah. Ulangi sampai beberapa kali dan
dilakukan secara rutin.
2. Jika Asi Belum Keluar
Walaupun asi belum keluar ibu harus tetap menyusui. Mulailah segera
menyusui sejak bayi baru lahir, yakni dengan inisiasi menyusui dini,
Dengan teratur menyusui bayi maka hisapan bayi pada saat menyusu
ke ibu akan merangsang produksi hormon oksitosin dan prolaktin yang
akan membantu kelancaran ASI. Jadi biarkan bayi terus menghisap
maka akan keluar ASI. Jangan berpikir sebaliknya yakni menunggu
ASI keluar baru menyusui.
3. Penanganan puting susu lecet
Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa
mengistirahatkan 24 jam pada payudara yang lece dan memerah ASI
secara manual dan di tampung pada botol steril lalu di suapkan
menggunakan sendok kecil . Olesi dengan krim untuk payudara yang
lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang lecet.
4. Penanganan Pada Payudara Yang Terasa Keras Sekali Dan Nyeri, Asi
Menetes Pelan Dan Badan Terasa Demam.
Pada hari ke empat masa nifas kadang payudara terasa penuh dan
keras, juga sedikit nyeri. Justru ini pertanda baik. Berarti kelenjar air
susu ibu mulai berproduksi. Tak jarang diikuti pembesaran kelenjar di
ketiak, jangan cemas ini bukan penyakit dan masih dalam batas wajar.
Dengan adanya reaksi alamiah tubuh seorang ibu dalam masa
menyusui untuk meningkatkan produksi ASI, maka tubuh memerlukan
cairan lebih banyak. Inilah pentingnya minum air putih 8 sampai
dengan 10 gelas sehari.
F. METODE PEMBELAJARAN
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi
G. SARANA
a. Meja
b. Kursi
H. ALAT PERAGA PENYULUHAN
a. Leaflet
b. Phantom
I. EVALUASI
1. Dapat menjelaskan pengertian dari perawatan payudara!
2. Dapat menyebutkan manfaat perawatan payudara!
3. Dapat menyebutkan beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam
perawatan payudara!
4. Dapat menyebutkan akibat dari tidak dilakukannya perawatan payudara!
5. Dapat mendemonstrasikan ulang langkah dalam perawatan payudara!
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2004. Keperawatan Maternitas. Hal 460. Jakarta : EGC


Mellyna, H. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Hal 29. Jakarta : Puspa
Swara
Saleha,sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Saryono, Dyah. (2009). Perawatan payudara. Jogjakarta: Mitra Cendikia.


3. Kapas
MANFAAT
PERAWATAN
PAYUDARA
1. Mencegah
PERAWATAN
pembengkakan
PAYUDARA pada payudara

2. Merangsang dan
memperlancar ASI

3. Mencegah
pembendungan ASI

4. Mengenyalkan serta

memperbaiki bentuk

puting susu sehingga bayi

dapat menyusu dengan

baik
OLEH
ANNISSA PUTRI PRATIWI 5. Terhindar dari infeksi
P17212205084 dengan menjaga

kebersihan payudara,
PRODI PROFESI
KEPERAWATAN MALANG terutama kebesihan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES puting susu


MALANG
MARET, 2021
ALAT YANG DI
PERLUKAN :
1. Handuk bersih

2. Minyak kelapa
murni/baby oil
selama beberapa saat 3. Untuk puting susu datar
LANGKAH-
agar kotoran yang
LANGKAH atau masuk kedalam

PERAWATAN menempel mudah lepas dengan jari telunjuk dan

PAYUDARA pada saat dibersihkan ibu jari mengurut daerah

sekitar puting susu kearah


1. Ambil kapas yang sudah 2. Tarik puting susu keluar berlawanan merata
ada minyaknya, kemudian sambil diputar 20x ke kiri

kompres puting susu dan ke kanan 20x

PAYUDARA
4. Pegang pangkal payudara 2. Pengurutan buah dada berputar
dari tengah ke samping
dengan kedua tangan, lalu kemudian ke bawah

urut dari pangkal payudara SEHAT ASI


kearah puting sebanyak
BERMANFA
30x
AT BAYI
5. Pijat puting susu
KUAT
hingga keluar cairan,

untuk memastikan 3. Pengurutan diteruskan ke


bawah, samping, selanjutnya
bahwa saluran ASI telapak tangan mengurut ke
depan kemudian dilepas dari
tidak tersumbat kedua payudara
6. Bersihkan puting susu

dengan handuk yang

kering dan bersih

7. Setelah selesai,

lakukan pijat

payudara.

PIJAT 4. PenGUrUtan bUah dada


dari pangkal ke pUting
PAYUDARA
1. Pengurutan buah dada dari tengah
ke samping kemudian ke bawah

Anda mungkin juga menyukai